Saturday 30 April 2022

AKHIR YANG BAIK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 TIMOTIUS 4:1-8
Setahun : 1 Raja-raja 21-22

AKHIR YANG BAIK
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil …. (2 Timotius 4:7-8)

Saat mengikuti ibadah tutup peti, terkadang saya lama memandangi peti jenazah. Terbayang suatu hari nanti saya juga akan terbaring di sana. Akankah saya mengakhiri kehidupan di dunia ini dengan senyum kepuasan? Ataukah terbujur kaku dalam penyesalan?

Satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia adalah kematian jasmani. Usia tua bukan patokan, tubuh renta juga bukan ukuran.

Banyak orang takut menghadapi kematian. Berita baiknya, kematian jasmani bukanlah akhir kehidupan ini. Ada kehidupan kekal menanti, di mana kita mendapat upah dari pekerjaan kita di dunia ini. Itulah mengapa kematian jasmani tidak menakutkan bagi anak-anak Tuhan yang taat mengemban tanggung jawab. Sesaat menjelang kematiannya, Paulus menuliskan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik … Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan.” Bukan ketakutan, malahan kepuasan terpancar dari dirinya. Alasannya, Paulus taat mengemban tanggung jawab, yakni menunaikan panggilan pelayanannya.

Mulai hari ini, jangan lagi menyia-nyiakan kehidupan! Sekiranya ada sesuatu yang baik yang dapat kita lakukan, lakukanlah dengan penuh sukacita dan tanpa menunda. Jadi apabila tiba waktunya kita dipanggil pulang, kita dapat memejamkan mata dengan penuh kepuasan karena melihat akhir yang baik. Seperti Paulus, kita dapat mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran.”



MAHKOTA KEBENARAN TERSEDIA BAGI SETIAP ORANG YANG MENGAKHIRIPERTANDINGAN IMAN DI KEHIDUPAN DUNIA INI DENGAN BAIK


Friday 29 April 2022

Rupa-rupa

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tesalonika 5:12-22
Setahun : 1 Raja-raja 19-20

Rupa-rupa
TB: Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; | 1 Tesalonika 5:12 (TB)



Apakah Anda pernah merasa bahwa hal besar lebih penting daripada hal kecil? Benarkah hal spektakuler lebih berharga daripada keseharian yang biasa saja? Nasihat di akhir suratnya menunjukkan bahwa Rasul Paulus memberi perhatian pada hal yang kecil dan biasa.

Setelah selesai menyinggung mengenai hal-hal khusus yang berkaitan dengan pergumulan jemaat Tesalonika, Rasul Paulus menambahkan rupa-rupa nasihat umum. Pendek-pendek tulisannya, tetapi semuanya itu penting untuk kehidupan orang percaya dan jemaat. Tampak bahwa Rasul Paulus tidak hanya peduli kepada hal-hal besar. Dia tetap memberi perhatian kepada hal-hal kecil dan keseharian seperti yang tampak dalam rupa-rupa nasihat itu. Dua di antaranya adalah berdoa (17) dan mengucap syukur (18).

Kadang-kadang orang bisa terlalu berfokus pada hal-hal besar, sehingga melupakan hal-hal kecil yang juga penting. Tak jarang, orang hanya melihat gambar besar tanpa memedulikan detail-detail kecil. Sering kali orang berpikir bahwa yang perlu mendapat perhatian adalah perkara besar, sementara perkara keseharian sudah berjalan sebagaimana mestinya.

Namun, rupa-rupa nasihat Rasul Paulus ini mengingatkan bahwa hal-hal kecil dan keseharian pun perlu selalu diberi perhatian. Sekalipun disinggung dengan amat pendek, tetapi semuanya mendapat perhatian penuh. Kalau diabaikan, bukan tak mungkin pada suatu saat nanti kita kehilangan makna dari hal-hal kecil itu, atau bahkan melupakannya sama sekali.

Ambillah satu contoh, berdoa misalnya. Berdoa adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang percaya. Namun, kalau tidak mendapat perhatian serius, kita bisa berdoa hanya sebagai kebiasaan dan kita melakukannya secara mekanis, sekadar kewajiban. Bisa pula kita lalai berdoa karena merasa bahwa itu hanya hal kecil.

Ingat, Tuhan menciptakan manusia tidak hanya bentuk besarnya, tetapi juga dengan memberi perhatian kepada rupa-rupa detail yang ada. Mari kita pun memberi perhatian kepada rupa-rupa yang kecil tetapi penting dalam relasi kita dengan Tuhan dan sesama. [KRS]


Thursday 28 April 2022

NOSTALGIA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YEREMIA 2:1-8
Setahun : 1 Raja-raja 16-18

NOSTALGIA
“… Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.” (Yeremia 2:2)

Seorang kakek sedang duduk termenung sambil memandangi foto masa mudanya bersama mendiang istrinya. Foto itu menunjukkan mereka tampak begitu bahagia. Namun semua hanya tinggal kenangan karena istri yang begitu ia kasihi telah meninggal. Sang kakek hanya bisa bernostalgia dan menahan rasa rindu terhadap istrinya.

Menurut KBBI, nostalgia adalah kerinduan pada sesuatu yang sangat jauh letaknya atau yang sudah tidak ada sekarang. Kita diperlihatkan TUHAN, Allah Israel, sedang bernostalgia tentang bagaimana dulu Israel begitu mengasihi-Nya. “Aku teringat pada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin.” Allah mengingat bagaimana dulu Israel begitu mencintai-Nya. Allah merindukan cinta mula-mula Israel. Kondisi umat Israel pada masa Nabi Yeremia, sangatlah parah! Mereka sudah tidak lagi mencintai Allah. Cinta mereka sudah mulai lenyap karena mereka memilih mengikuti allah lain. Tidak ada lagi yang mencari Allah dan hukum-Nya, termasuk para Imam (ay. 8). Allah bernostalgia karena umat-Nya sudah tidak lagi mencintai Dia seperti dulu kala.

Saudara, apakah nostalgia Allah terhadap umat Israel di zaman Nabi Yeremia, juga menjadi nostalgia-Nya pada kita hari ini? Mungkin hari ini karena kesibukan, kesulitan di masa pandemi kita perlahan mulai melupakan Tuhan. Hari ini mungkin kita tidak sujud pada berhala. Tetapi apakah kita masih mencari Tuhan? Apakah kita masih melaksanakan hukum-Nya hingga hari ini? Saudara, berbaliklah pada Tuhan, karena Ia senantiasa merindukan dan menunggu kita untuk berbalik kepada-Nya.



KISAH CINTA ANTARA KITA DENGAN TUHAN, ADALAH KISAH YANG PALING LAYAK UNTUK DIPERJUANGKAN


Wednesday 27 April 2022

Mati tetapi Hidup

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tesalonika 4:13-18
Setahun : 1 Raja-raja 14-15

Mati tetapi Hidup
TB: Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. | 1 Tesalonika 4:13 (TB)



Tangisan selalu mengiringi ibadah dan upacara pemakaman. Tangis dukacita itu bisa bermakna dua hal. Pertama, rasa kehilangan karena tak lagi bisa bersama. Kenangan indah muncul kembali dan duka menyeruak karena semua tak lagi bisa dialami. Kedua, rasa khawatir mengenai orang yang sudah meninggal. Ke mana rohnya pergi?

Rasul Paulus berbicara secara khusus mengenai kematian. Paulus menegaskan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai orang yang telah meninggal (13). "... mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia" (14). Mereka tetap ada dalam persekutuan dengan Kristus, sama seperti saat mereka masih hidup di dunia ini.

Semua, baik yang telah meninggal atau yang masih hidup, akan disatukan kembali pada akhir zaman (17). Dengan demikian, sekalipun seorang pengikut Kristus telah mati, sebenarnya dia tetap hidup di dalam persekutuan kekal dalam Tuhan. Prinsip ini yang harus dipegang oleh orang percaya, dan sesama orang percaya harus saling mengingatkan akan hal ini sehingga masing-masing dihiburkan (18).

Nasihat Rasul Paulus itu menjadi jawaban bagi tangis dukacita yang tertumpah karena kematian. Sekarang memang tak lagi bisa bersama, tetapi kelak kita akan bersama lagi dalam persekutuan sempurna pada akhir zaman. Kalau ada kekhawatiran mengenai kondisi orang yang meninggal, ada jaminan bahwa orang yang meninggal dalam Yesus akan berkumpul bersama-sama dengan Yesus.

Kebenaran ini kiranya terpatri dalam hati kita sebagai orang percaya sehingga kita terhibur di tengah dukacita. Yang secara duniawi telah mati, sebenarnya tetap hidup di dalam persekutuan kekal dalam Tuhan.

Satu hal yang tak kalah penting adalah kesediaan untuk saling menghibur ketika kedukaan melanda. Persekutuan bukan sekadar ibadah atau doa. Persekutuan juga berarti kepedulian untuk memberikan penghiburan. Dengan demikian, duka yang mendalam tetap bisa ditanggung karena yang berduka tahu bahwa dia tidak sendirian. [KRS]


Tuesday 26 April 2022

NIAT BAIK YANG TERTUNDA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 KORINTUS 8:1-15
Setahun : 1 Raja-raja 12-13

NIAT BAIK YANG TERTUNDA
Selesaikan jugalah pelaksanaannya itu sekarang! (2 Korintus 8:11a)

Jemaat Korintus memutuskan untuk menggalang bantuan bagi jemaat Yerusalem. Setahun telah berlalu, tetapi niat baik itu tak kunjung terlaksana. Kasih jemaat Makedonia yang diulas panjang lebar (ay. 1-5), adanya utusan khusus (ay. 6), lebih-lebih pernyataan Rasul Paulus “aku mau menguji keikhlasan kasih kamu” (ay. 8), menandai adanya keterpaksaan di sana.

Boleh jadi, keterpaksaan itu berakar pada banyak hal lain. Tetapi, apa dan berapa pun akar keterpaksaan tersebut, semuanya telah menyebabkan rencana mulia itu tak kunjung terlaksana. Ada niat baik yang tertunda-tunda, tak kunjung direalisasikan. Melihat itu, Rasul Paulus mendesak, “Selesaikan jugalah pelaksanaannya itu sekarang!” (ay. 11).

Kita tahu, penundaan niat baik tak selalu karena alasan yang buruk. Banyak hal dapat terjadi. Dan di luar kuasa kita, itu bisa membuat niat baik terpaksa tertunda. Namun tak jarang, realisasi niat baik tertunda-tunda karena kita dengan sadar mendahulukan hal lain yang tidak mendesak. Misalnya: niat untuk memberi donasi ke panti asuhan kita tunda-tunda karena kita ingin punya sofa baru, lalu ingin punya kamera DSLR, lalu perlu menabung untuk membeli sepeda Brompton, begitu seterusnya.

Rasul Paulus menasihatkan, “Selesaikan jugalah pelaksanaannya itu sekarang!” Anda tahu mengapa? Realisasi sebuah niat baik adalah bukti kesungguhan niat baik itu. Niat (rencana, nazar, janji) yang tak kunjung direalisasikan adalah niat (rencana, nazar, janji) yang tidak sungguh-sungguh diinginkan.



NIAT YANG TAK KUNJUNG DIREALISASIKANADALAH NIAT YANG TIDAK SUNGGUH-SUNGGUH DIINGINKAN


Monday 25 April 2022

Mana Tahan!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tesalonika 3:1-13
Setahun : 1 Raja-raja 9-11

Mana Tahan!
TB: Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena. | 1 Tesalonika 3:1 (TB)



Seperti apa rasanya jatuh cinta? Rasanya ingin selalu bertemu. Setiap hari kita ingin mendengar kabar tentang dia. Segala kebaikan akan diupayakan untuk orang yang kita cintai. Begitulah kekuatan cinta yang membuat orang tak tahan berjauhan dan ingin selalu peduli kepada yang dikasihinya.

Bagian dari surat yang kita baca hari ini menunjukkan betapa besarnya kasih Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Karena kasihnya itu, Rasul Paulus tidak tahan ketika memikirkan keadaan mereka. Karena belum dapat pergi sendiri ke sana, Rasul Paulus mengutus Timotius (1-2). Timotius menguatkan jemaat (2-3); lalu, ketika kembali, ia membawa kabar sukacita mengenai kondisi jemaat (6). Lega dan damailah hati Rasul Paulus karenanya (7-9).

Seharusnya demikianlah juga kehidupan persekutuan dijalani dalam kasih. Mana tahan tidak saling berjumpa dalam waktu lama! Selalu ada kerinduan untuk bersekutu, bahkan ketika persekutuan hanya bisa dilakukan secara virtual dalam masa pandemi. Mana tahan tak mendengar kabar dari sesama saudara sepersekutuan! Saling menyapa dan menanyakan kabar, sekalipun hanya melalui media sosial, menjadi kebiasaan. Mana tahan diam saja, ketika ada saudara yang mengalami kesulitan! Kerelaan untuk saling menolong menjadi gaya hidup. Mana tahan membiarkan seorang saudara jatuh dan berkubang dalam dosa! Kesediaan menegur dengan lemah lembut menjadi kewajiban tak terelakkan.

Kiranya kerinduan ini senantiasa ada dalam hati kita, seperti Rasul Paulus memikirkan jemaat di Tesalonika. Bahkan lebih lagi, seperti Tuhan sendiri. Tuhan rindu bersekutu dengan manusia. Dia ingin menyapa kita dengan firman-Nya, Dia selalu ada menyertai hidup kita, dan menyelamatkan ketika ada yang jatuh ke dalam dosa. Tuhan datang menjadi sama dengan manusia, karena kasih-Nya. Hasilnya, manusia didamaikan dengan Allah. Kedamaian pun bisa diwujudkan di antara sesama manusia.

Mari, jangan tahan-tahan kasih dan kerinduan kita supaya persekutuan kasih antara kita dengan Tuhan dan dengan sesama terwujud. [KRS]


Sunday 24 April 2022

MENGENANG REKAN KERJA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 10:1-7
Setahun : 1 Raja-raja 8

MENGENANG REKAN KERJA
Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. (Amsal 10:7)

Mengenang kepergian teman sekantornya dalam waktu mendadak membuat Hen merasa sangat kehilangan. Ketika bercerita, Hen mengaku kehilangan seorang teman yang begitu berharga baginya sejak saling mengenal 13 tahun sebelumnya. Ketulusan dan kesukaannya membantu orang lain menjadi dua ciri yang paling diingat Hen dari mendiang temannya itu. Dua ciri yang juga diakui oleh rekan-rekan sekantor mereka lainnya, yang juga merasakan kehilangan besar.

Dalam menjalani rutinitas kerja, tak jarang kita mendapati pegawai yang hanya berfokus pada pekerjaannya. Tentu tidak salah, karena seorang pegawai memang dibayar untuk bekerja dengan profesional dan bertanggung jawab. Namun, selama 7-8 jam sehari atau 40-an jam seminggu, apakah kita dapat berpikir, “Jejak apa yang kelak saya tinggalkan untuk rekan-rekan kerja saya?” Semakin spesifik tindakan yang dapat kita lakukan, hal itu akan semakin membekas sebagai kenangan yang kelak akan diingat dalam waktu lama. Memakai ungkapan penulis Amsal, kita ingin agar kelak kenangan akan kehidupan kita mendatangkan berkat.

Kenangan yang mendatangkan berkat biasanya akan lebih mudah untuk diteruskan, karena tanpa disuruh pun orang akan rela menceritakannya. Maukah kita kelak dikenang dengan baik oleh rekan kerja yang setiap hari kita temui? Buatlah keputusan hari ini juga untuk menjadi berkat lewat sikap, ucapan, maupun perbuatan kita.



JIKA KITA DAPAT MENINGGALKAN KENANGAN YANG BAIK, MENGAPA HARUS MEMILIH YANG BURUK?


Saturday 23 April 2022

Menghargai Pejuang Injil

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tesalonika 2:1-12
Setahun : 1 Raja-raja 5-7

Menghargai Pejuang Injil
TB: Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. | 1 Tesalonika 2:1 (TB)



Semua hal yang berharga hadir melalui perjuangan. Tak ada seorang pun yang menjadi sukses jika dia tidak memperjuangkannya. Demikian juga Injil Tuhan. Kita bisa menerima Injil karena ada perjuangan dari para utusan Injil.

Paulus menceritakan tentang perjuangannya dalam memberitakan Injil. Perjuangan tersebut meliputi persoalan eksternal maupun internal. Persoalan eksternal yang dia hadapi berupa penganiayaan dan penghinaan yang terjadi di Filipi (1). Sedangkan persoalan internalnya adalah perlawanan terhadap kedagingan dan juga usaha untuk hidup saleh. Perjuangan tersebut dilakukan agar Paulus bisa tetap murni dalam memberikan nasihat, tidak bermulut manis sekadar untuk menyenangkan manusia, melainkan hanya menyenangkan Allah (3-5).

Selain itu, dalam pemberitaan Injil yang penuh dengan penganiayaan, Paulus bahkan dengan rela siap memberikan nyawanya (7, 9). Paulus juga berjuang menggembalakan jemaat dengan segenap hati dan pikiran, seperti seorang ibu yang merawat anak-anaknya (7). Setelah menceritakan berbagai perjuangannya, Paulus meminta dengan sangat agar jemaat Tesalonika hidup seturut dengan kehendak Allah.

Para pejuang pemberita Injil selalu hidup dalam dua tarikan yang akan memaksa mereka untuk mundur. Mereka menghadapi penderitaan, penganiayaan, penolakan, dan sebagainya. Selain itu, ada bisikan hati untuk hidup dalam kenyamanan dan menikmati dosa. Mengapa mereka harus berjuang sedemikian rupa? Karena Injil sangat berharga.

Melalui perjuangan Paulus, misionaris, dan pemberita Injil lainnya, kita bisa menerima Injil dan percaya kepada Tuhan Yesus serta menghidupi Injil. Kita yang hidup di dunia yang relatif lebih aman, barangkali sulit untuk memahaminya. Akan tetapi, pembacaan firman hari ini semestinya menggetarkan hati setiap kita mengenai betapa berharganya Injil. Semestinya, kita menghargai Injil yang telah sampai kepada kita melalui perjalanan dan perjuangan yang berat, dengan cara hidup seturut dengan Injil tersebut, dan juga memberitakannya. [YGM]

1 Tesalonika 2:13-20

Siapakah manusia yang dapat menghalangi Kabar Baik yang datang dari Allah bagi keselamatan manusia? Injil adalah berita keselamatan yang diprakarsai oleh Allah; jadi sudah pasti, jika Injil diberitakan, maka Injil akan membuahkan hasil. Orang-orang akan dibawa kepada Kristus. Injil itu akan terus hidup walaupun manusia berusaha mematikannya.

Karena itulah, muncul sebuah frasa yang berbunyi: "Semakin dihambat, semakin merambat." Frasa itu ditujukan kepada Gereja atau berita Injil.


Friday 22 April 2022

TAK CUKUP HANYA DI HATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 22:54-62
Setahun : 1 Raja-raja 2:26-4

TAK CUKUP HANYA DI HATI
Kata mereka itu, “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” (Lukas 24:34)

“Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” Pada hari pertama setelah bangkit, sebelum malam tiba, Tuhan menjumpai Simon. Apa yang Tuhan pandang begitu mendesak sehingga Dia bersegera menjumpai Simon?

Petrus menyangkal Tuhan, bahkan tiga kali. Ketika Petrus menyangkal untuk ketiga kalinya, Tuhan berpaling menatap Petrus. Itu mengingatkan Petrus pada sabda Tuhan, “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku” (ay. 61). Perasaan sangat berdosa, sesal yang amat dalam, menindih hati Petrus hingga dia pergi sambil menangis sedih (ay. 62). Apalagi, sampai Tuhan wafat, Petrus tak bisa datang memohon ampun. Tak terperikan berat beban yang menindih hati Petrus.

Tuhan tahu semua itu, dan Dia pasti sudah mengampuni Petrus. Tetapi, Tuhan memandang itu belum cukup. Selama Petrus tidak tahu bahwa dia telah diampuni, beban berat akan tetap menindih hatinya. Tuhan ingin Petrus tahu bahwa dia sudah diampuni, agar beban yang menindihnya terangkat, agar dia tak lagi berputus asa, agar hidupnya dan relasinya dengan Tuhan dipulihkan. Sebab itu, Tuhan bersegera menjumpai Petrus untuk menyatakan pengampunan.

Apa yang Tuhan ajarkan di sana? Pengampunan memang harus dari hati, tetapi tak cukup hanya di hati. Tak cukup kita berkata, “Dalam hatiku, aku sudah mengampunimu.” Pengampunan harus dinyatakan—lewat kata dan tindakan—kepada orang yang diampuni, agar beban yang menindihnya terangkat, agar dia dan relasi dengannya dipulihkan. Begitulah cinta.



PENGAMPUNAN MEMANG HARUS DARI HATI,TETAPI TAK CUKUP HANYA DI HATI


Thursday 21 April 2022

Raja Kemuliaan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Mazmur 24
Setahun : 1 Raja-raja 1-2:25

Raja Kemuliaan
TB: Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. | Mazmur 24:1 (TB)



Jika Mazmur 23 menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang memelihara segala aspek kehidupan manusia, maka Mazmur 24 menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja Kemuliaan.

Pernyataan bahwa Tuhan adalah Raja Kemuliaan menjadi penekanan dalam mazmur ini karena dinyatakan sampai 5 kali (7-10). Tuhan berdaulat atas bumi dan isinya (1-2). Ia juga berdaulat atas manusia (3-6). Ialah Allah yang kudus, yang hanya dapat disembah oleh mereka yang bersih tangannya dan murni hatinya (3-4). Ia adalah Raja yang penuh anugerah, memberikan berkat dan keadilan kepada orang yang diselamatkan-Nya (5). Ia juga Tuhan yang perkasa, yang kedatangan-Nya dinantikan oleh pintu-pintu gerbang yang sudah berabad-abad lamanya menunggu-Nya (7-10).

Dalam sejarah keselamatan, mazmur ini dapat dilihat sebagai mazmur yang diberikan untuk menyambut Allah ketika Daud memindahkan tabut ke Yerusalem (lih. 2Sam. 6). Daud mengerti bahwa yang menjadi raja besar bukanlah dirinya, melainkan Allah, Raja Kemuliaan yang bertakhta di atas Kerubim. Karena itu, Daud membawa tabut tersebut ke Yerusalem supaya Allah sebagai Raja Besar bertakhta di ibu kota kerajaan. Secara teologis, mazmur ini dapat ditafsirkan sebagai penyambutan terhadap Kristus sebagai Raja Kemuliaan ketika Ia datang untuk yang kedua kalinya nanti. Kristus akan berjalan masuk melalui pintu-pintu gerbang yang sudah berabad-abad menantikan-Nya. Ia akan disambut dengan meriah oleh umat-Nya yang dengan setia menantikan-Nya.

Apakah kita dapat ikut menyambut kedatangan Sang Raja Kemuliaan ini? Ingat bahwa Sang Raja Kemuliaan ini hanya dapat disambut oleh mereka yang murni hatinya dan bersih tindakannya, yang menjalankan kehidupan dengan jujur dan berintegritas. Betul kita diselamatkan hanya karena anugerah. Namun, perbuatan kitalah yang dapat membuktikan bahwa kita adalah umat sejati yang pada akhirnya diperkenan untuk menyambut Sang Raja Kemuliaan itu.

Mari kita hidup dengan setia menantikan hari kedatangan Raja Kemuliaan. [INT]


Wednesday 20 April 2022

SALAH PAHAM

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 23:33-43
Setahun : 2 Samuel 23-24

SALAH PAHAM
Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Lalu mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. (Lukas 23:34)

Jika ada komentar atau nasihat yang ditujukan kepada saya, sering teramat cepat saya bereaksi. Sebab saya cukup peka terhadap penilaian negatif. Biasanya spontan saya membela diri atau menjelaskan panjang lebar sebelum selesai mendengarkan. Itu karena saya khawatir orang salah paham terhadap saya. Tentu ada cukup banyak orang yang kesal. Sebab dengan berbuat demikian, saya menunjukkan sikap seolah saya tidak pernah salah.

Semakin saya menyadari saat ini bahwa sikap saya sungguh berkebalikan dengan sikap Yesus yang penuh kasih dan rendah hati. Padahal Yesus tidak pernah melakukan kesalahan. Peristiwa penyaliban Yesus dilatarbelakangi oleh kebencian dan hasutan para ahli Taurat. Namun kebanyakan orang hanya ikut-ikutan mengejek-Nya karena salah mengerti. Tidak sekadar menghina melalui perkataan, mereka juga menganiaya dan turut menyoraki penderitaan serta “ketidakberdayaan” Yesus tanpa belas kasihan. Bahkan penjahat yang disalib pun turut mengejek-Nya (ay. 39). Bagaikan domba yang digiring ke tempat pembantaian (Yes. 53:7), Yesus tidak banyak bicara. Dia menerima semua cerca dan hujat. Bahkan Yesus berdoa agar Bapa mengampuni mereka.

Tidak setiap kali kita perlu dan dapat menjelaskan agar semua orang mengerti maksud baik kita. Sebagai pengikut Kristus, kesalahpahaman orang lain terhadap kita pasti kita alami. Kita pun diminta untuk cerdik, namun tetap tulus (Mat. 10:16). Bahkan kalau memang Tuhan kehendaki, kita perlu merelakan diri menderita sebagai akibat kesalahpahaman.



KIRANYA TUHAN MEMBERI KEKUATAN KEPADA KITA UNTUK MEMAAFKANKESALAHPAHAMAN DAN CERCAAN ORANG KEPADA KITA


Tuesday 19 April 2022

Diyakinkan untuk Meyakinkan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 24:36-49
Setahun : 2 Samuel 21-22

Diyakinkan untuk Meyakinkan
TB: Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" | Lukas 24:36 (TB)



Untuk melakukan sebuah hal besar, kita membutuhkan kepercayaan diri. Untuk mendapatkan kepercayaan diri, terkadang kita membutuhkan dukungan pihak lain. Itu bukan karena kita tidak mampu, melainkan karena kita membutuhkan konfirmasi agar yakin untuk melangkah.

Murid-murid telah kehilangan harapan setelah kematian Yesus. Pasalnya, Yesus, Sang Guru yang mereka kasihi serta jaminan dan harapan mereka, telah mati. Selama mereka bersama dengan Yesus ada jaminan keamanan dan harapan. Oleh karena itu, perginya Sang Guru berarti kandasnya harapan. Karena itulah, pascakebangkitan-Nya, Tuhan Yesus tidak langsung naik ke surga. Dia menggunakan waktu selama 40 hari untuk berada bersama-sama dengan para murid-Nya, agar mereka dikuatkan dan diyakinkan kembali.

Hilangnya semangat tersebut terlihat dari ekspresi para murid ketika Tuhan Yesus mendatangi mereka. Ketika mereka terkejut terhadap kedatangan Tuhan Yesus dan menyangka Yesus sebagai hantu, Yesus menyuruh mereka untuk meraba bekas luka pada kaki dan tangan-Nya, karena hantu tidak mempunyai daging dan tulang (37, 39). Setelah itu, Tuhan Yesus makan ikan goreng bersama mereka (43), membuka pikiran mereka untuk memahami kitab suci (45), juga meyakinkan mereka untuk menjadi saksi dengan jaminan janji penyertaan Roh Kudus (48-49).

Kehilangan keyakinan dan semangat sangat manusiawi. Akan tetapi, Allah tidak membiarkan hal tersebut terjadi terus-menerus. Dialah yang akan turun tangan sendiri untuk memberikan pengertian. Pasalnya, para muridlah yang akan menjadi agen-agen Kerajaan Allah. Merekalah yang akan menjadi penyambung lidah Allah. Karena itu, mereka harus terlebih dahulu diyakinkan sebelum dapat meyakinkan orang lain mengenai berita Injil.

Hal ini berlaku juga pada kita. Seperti para murid, kita juga perlu diyakinkan dan dengan seyakin-yakinnya membawakan berita firman Allah. Baru setelah itu, kita akan diutus untuk meyakinkan orang lain dengan berita yang kita percayai dan sampaikan. [YGM]


Monday 18 April 2022

BATU YANG TERGULING

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 16:1-8
Setahun : 2 Samuel 19-20

BATU YANG TERGULING
Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu itu sudah terguling. (Markus 16:4)

Saya ingin melanjutkan kuliah, tetapi biayanya tidak ada. Walaupun kuliah mungkin hanyalah sebuah angan-angan, saya memutuskan untuk tetap rajin belajar. Apabila kuliah adalah kehendak Tuhan, Dia akan menggulingkan “batu persoalan”, yang berupa kesulitan keuangan. Benar saja! Setelah berhasil menyabet predikat nilai terbaik di sekolah, ada donatur yang bersedia membayar uang gedung kuliah saya.

Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome pergi ke kubur Yesus. Mereka hendak meminyaki tubuh-Nya dengan rempah-rempah. Namun, di tengah jalan mereka dilanda kebingungan. Berkatalah mereka seorang kepada yang lain, “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?" Menilik kekuatan mereka, walaupun ketiganya digabungkan, tidak cukup kuat untuk menggulingkan batu besar tersebut. Jelas ini sebuah persoalan besar. Bagaimana mungkin mereka dapat meminyaki tubuh Yesus, sementara batu besar itu masih berada di sana? Menariknya, meskipun hati mereka bimbang, langkah kaki mereka tidak tertahan. Ajaib, begitu mereka tiba di sana, batu besar itu sudah tergulingkan!

Batu besar adalah seumpama persoalan dalam kehidupan kita. Persoalan memang terkadang memberatkan, namun bukan berarti kita menyerah begitu saja. Sekalipun hati merasa berat, langkah kaki kita harus tetap maju mendekat kepada Sang Juru Selamat. Jikalau kuasa maut saja dipatahkan, apalagi “batu-batu” persoalan dalam kehidupan kita. Terus melangkah, terus mendekat, terus berharap, semua itu adalah bagian untuk kita lakukan. Datang mendekat kepada Tuhan, maka lihatlah “batu-batu” persoalan itu kini sudah tergulingkan!



SEBESAR APA PUN BATU PERSOALAN KEHIDUPAN KITA, AKAN TERGULINGBEGITU KITA DATANG MENDEKAT KEPADA SANG JURU SELAMAT


Sunday 17 April 2022

"Mulut Perempuan kok Dipercaya?"

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 23:56-24:12
Setahun : 2 Samuel 17-18

"Mulut Perempuan kok Dipercaya?"
TB: Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur.(23-56b) Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat, | Lukas 23:56 (TB)



Salah satu hal yang dilarang keras adalah berpikir, berkata, dan bersikap secara seksisme. Mengapa? Sebab itu merupakan hal yang tidak manusiawi. Kita mungkin pernah mendengar ungkapan seperti judul renungan hari ini. Pernyataan tersebut adalah salah satu contoh perkataan seksisme. Kalimat itu jelas mau mengatakan bahwa perempuan adalah sosok yang tak dapat dipercaya.

Bacaan kita juga mencatat bahwa ungkapan seperti itu sudah ada sejak dahulu. Para murid, yang notabene adalah lelaki, tidak percaya dengan berita yang dibawa oleh para perempuan yang baru datang dari kubur dan menyampaikan bahwa mayat Yesus tidak ada di dalam kubur itu (11). Jelas sekali dikatakan bahwa mereka menganggap ucapan para perempuan itu adalah omong kosong yang tidak dapat dipercaya. Mereka harus membuktikan sendiri hal itu (12).

Soal dapat dipercaya atau tidak, bukan persoalan jenis kelamin. Lebih jauh lagi, apabila sikap seksisme dilanjutkan atau bahkan dikembangkan dalam kehidupan bersama, maka hal itu akan merusak.

Tuhan menciptakan manusia, laki-laki "dan" perempuan, bukan "atau". Itu berarti, laki-laki dan perempuan ada dalam posisi setara. Menyatakan bahwa perempuan tidak dapat dipercaya akan merusak tatanan kemanusiaan.

Yesus yang bangkit bukan saja menerobos seksisme yang ternyata sudah ada sejak lama, tetapi juga menghapuskannya. Berita kebangkitan itu pertama-tama diletakkan dalam mulut para perempuan yang dianggap tak dapat dipercaya. Ini membongkar semua paradigma diskriminatif (9-10).

Kebangkitan Yesus telah membongkar berbagai paradigma yang merusak kemanusiaan dan memulihkannya kepada kemanusiaan yang sejati, tepatnya kemanusiaan yang setara.

Dampak kebangkitan Tuhan Yesus sangat luar biasa. Jadi, semua pemikiran, sikap, dan perkataan yang diskriminatif tidak boleh ada lagi. Mulai dari dalam keluarga kita, meluas ke kehidupan persekutuan di gereja, dan pada akhirnya ke dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa. [JCP]


Saturday 16 April 2022

PENGHINAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 15:16-32
Setahun : 2 Samuel 15-16

PENGHINAAN
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olok Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!” (Markus 15:31)

Perihal apa yang pernah membuat Anda dihina? Kelemahan atau ketidakmampuan Anda? Kelakuan yang aneh menurut mereka? Kesalahan yang memalukan? Atau Anda direndahkan melalui fitnah? Semua itu tentu sangat menyakitkan.

Namun pernahkah Anda membayangkan betapa kejinya penghinaan yang diterima Kristus? Ia dipermalukan dengan hukuman yang sama dengan penjahat besar: digantung di atas kayu salib. Kepada-Nya dipakaikan jubah ungu kebesaran, namun hanya untuk bahan tertawaan. Setelah dikenakan sebentar kepada-Nya, jubah itu dicopot dan dijadikan rebutan. Ia pun telanjang. Inilah pelecehan seksual yang dahsyat. Mahkota-Nya bukan bertatahkan emas dan permata, melainkan terbuat dari duri untuk menyakiti-Nya. Ia diludahi, dipukul, dicambuk, perlakuan yang lebih keji dibanding binatang. Bahkan Ia diminta membuktikan keilahian-Nya dengan menyelamatkan diri-Nya. Namun Yesus mengampuni mereka semua. Ia tidak membalas, melainkan menyerahkan semuanya kepada Allah yang menghakimi dengan adil (1Ptr. 2:23).

Tentu tidak mudah untuk menghadapi luka hati akibat penghinaan. Mungkin penderitaan yang Anda alami bukan dari sisi emosi semata. Cacat fisik yang membekas, reputasi yang hancur, relasi yang rusak mungkin adalah dampak yang harus Anda tanggung hingga sekarang. Yesus sungguh mengerti apa yang Anda derita, sebab Ia pernah mengalaminya. Kita diminta untuk meneladani-Nya. Perlu ada keputusan untuk mengampuni penghina kita. Selebihnya, kita serahkan kepada Bapa yang memiliki hak untuk mengadili.



TUHAN MENGHARGAI KITA YANG MERESPONS HINAAN DENGAN MENGIKUTI TELADAN-NYA


Friday 15 April 2022

Berani Terima Tantangan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 23:33-49
Setahun : 2 Samuel 13-14

Berani Terima Tantangan
TB: Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. | Lukas 23:33 (TB)



Ada satu ungkapan dalam dialek Jakarta yang cukup populer di kalangan lelaki utamanya, yaitu "Lo jual, gue beli!" Ungkapan itu secara sederhana hendak menyampaikan bahwa jika seorang lelaki ditantang untuk melakukan sesuatu-berkelahi, misalnya-maka pantang bagi lelaki itu untuk menolak tantangan tersebut.

Bacaan kita hari ini juga menampilkan situasi tersebut. Para pemimpin dan para prajurit melemparkan tantangan kepada Yesus untuk membuktikan semua hal yang pernah Yesus sampaikan (35, 37). Bahkan salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus pun melontarkan tantangan untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang diutus Allah untuk menyelamatkan umat Israel (39).

Tantangan itu disampaikan kepada Yesus bukan tanpa alasan. Mereka ingat semua yang pernah Yesus sampaikan. Bagi mereka yang menolak Yesus, peristiwa penyaliban adalah antitesis dari semua hal yang pernah disampaikan oleh Yesus.

Mesias tidak mungkin mati dengan cara hina. Allah tidak mungkin meninggalkan Mesias. Jadi, ketika mereka dihadapkan pada fakta penyaliban Yesus, hal itu menggoncangkan pemikiran mereka. Tak ada cara lain yang lebih efektif untuk memancing Yesus membuktikan kemesiasan-Nya selain dengan memberikan tantangan.

Terhadap tantangan itu Yesus bergeming. Ia diam bukan karena takut. Tantangan itu diterima Yesus dengan cara yang sangat jitu. Alih-alih menjawab tantangan seperti yang mereka harapkan, Yesus mendemonstrasikan kemesiasan-Nya dengan menyatakan bahwa Ia dapat menentukan siapa yang berhak untuk ada bersama-Nya di dalam Firdaus (43).

Dalam kehidupan ini bisa jadi kita sering mendapat tantangan dari orang lain. Kita mungkin menanggapi tantangan itu dengan gegabah karena gengsi. Hari ini kita belajar untuk berani menerima tantangan bukan karena gengsi, tetapi karena itu adalah tanggung jawab kesaksian kita sebagai orang Kristen. Jadi, bersaksilah kepada sebanyak mungkin orang. [JCP]


Thursday 14 April 2022

LEBIH DARI KISI-KISI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 13:1-20
Setahun : 2 Samuel 10-12

LEBIH DARI KISI-KISI
“Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yohanes 13:15)

Ingat saat masih belajar di bangku sekolah? Bukankah mendapat kisi-kisi menjelang ujian membuat kita sangat girang? Apa sebab? Dengan kisi-kisi kita dipermudah dalam belajar. Kisi-kisi menunjukkan poin mana saja yang perlu kita pelajari sehingga kita dapat menjawab soal ujian dengan baik, dan lulus dengan nilai yang memuaskan.

Malam sebelum Paskah saat Yesus makan bersama para murid, tiba-tiba Ia berdiri dan membuka jubah-Nya. Ia mengikat handuk di pinggang-Nya, kemudian mengisi air ke dalam sebuah baskom dan memakainya untuk membasuh kaki para murid. Salah satu tujuan dari tindakan itu adalah bahwa Yesus hendak menunjukkan keteladanan-Nya dalam hal merendahkan diri, rela menjadi hamba. Ia pun berpesan kepada para murid supaya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan-Nya kepada mereka.

Untuk menghadapi ujian iman di sepanjang rentang kehidupan ini Sang Guru telah membekali kita lebih dari sekadar kisi-kisi! Yesus sendiri telah hadir demi memberi contoh riil cara menjalani kehidupan yang seturut kehendak Bapa. Bukankah hal ini merupakan sukacita besar? Oleh kehadiran Yesus kita tidak perlu bertanya, “Apa yang harus saya lakukan?” Sebab prinsip-prinsip hidup benar sudah diajarkan dengan jelas oleh Yesus. Alkitab pun mencatat lengkap resepnya jika kita lupa. Ditambah lagi, ada Roh Kudus diberikan sebagai penuntun. Bekal kita sudah lengkap. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita sungguh bersedia melakukan kehendak-Nya, atau lebih memilih untuk menentukan jalan sendiri?



YESUS ADALAH JAWABAN YANG SEMPURNA DAN BENAR.MENJALANI HIDUP SEBAGAIMANA KETELADANAN-NYAMEMBAWA KITA KEPADA KESEMPURNAAN.


Wednesday 13 April 2022

Adu Keras

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 23:13-25
Setahun : 2 Samuel 6-9

Adu Keras
TB: Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, | Lukas 23:13 (TB)



Masyarakat Indonesia sebagai rumpun masyarakat Melayu dikenal sebagai masyarakat yang suka menyampaikan nasihat dalam bentuk pantun atau pepatah. Salah satu pepatah berbunyi: "Saat bersitegang, jadilah air, bukan tembok." Artinya, ketika dua pihak hendak mencari jalan keluar dari persoalan, maka tak boleh keduanya sama-sama keras. Harus ada yang bersedia untuk bersikap lembut.

Situasi yang sama dihadapi oleh Pilatus ketika berhadapan dengan orang banyak yang menuntut agar Yesus disalibkan. Pilatus tak keberatan untuk menyalibkan Yesus atau siapa pun selama orang itu memang layak untuk disalibkan. Persoalannya adalah Pilatus tidak menemukan kesalahan dalam diri Yesus. Karena itu, Yesus harus dilepaskan (14).

Pada titik itulah Pilatus dihadapkan pada situasi sulit. Di satu pihak, ia tidak menemukan kesalahan Yesus dan oleh karena itu, Yesus harus dibebaskan. Di pihak lain, ia berhadapan dengan orang banyak yang menuntut agar Yesus disalibkan. Bila ia menyalibkan Yesus yang tak bersalah, maka ia akan dituduh tidak adil. Bila ia membebaskan Yesus, maka kedudukannya akan terancam. Maju kena, mundur kena.

Dalam situasi seperti itu Pilatus harus memilih untuk adu keras atau mengalah. Semua pilihan sama buruknya. Ia memilih yang lebih sedikit buruknya. Ia memilih untuk menyalibkan Yesus dan melepaskan Barabas, seperti tuntutan orang banyak (24).

Dalam kehidupan saat ini tak jarang kita juga berhadapan dengan situasi adu keras. Sulit buat orang mengalah, apalagi bila ia merasa dirinya benar. Makin sulit bila yang dihadapi adalah massa. Dalam situasi seperti itu butuh kesediaan untuk menjadi air, bukan tembok.

Pilihan yang ada bisa jadi buruk semua. Namun, kita mesti memilih yang paling sedikit buruknya. Ini sudah pasti sulit. Pilatus memilih agar tak terjadi amuk massa yang bisa lebih banyak menimbulkan kerugian.

Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit, pilihlah yang paling sedikit buruknya. Jadilah air dan bukan tembok. Mengalah tidak berarti kalah. [JCP]


Tuesday 12 April 2022

NIAT DAN SIASAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 22:1-6
Setahun : 2 Samuel 3-5

NIAT DAN SIASAT
Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak. (Lukas 22:2)

Yang paling menentukan tindakan manusia pertama-tama ialah niatnya. Kalau niat sudah bulat, maka segala yang menyusul kemudian hanyalah rentetan cara dan upaya agar niat itu terlaksana. Siasat namanya. Jika niatnya jahat, namun takut ketahuan, maka siasatnya pasti licik, mengembuskan udara bisik-bisik, dan berliku-liku penuh intrik. Permufakatan antara niat buruk dan siasat licik melahirkan aksi jahat.

Injil Lukas melukiskan kisah pengadilan Yesus menjelang penyaliban-Nya sebagai drama kejahatan yang licik penuh intrik. Mengapa? Sebab keputusan sudah ditetapkan sebelum pengadilan digelar. Yesus harus mati! Dia harus dibunuh! Niat sudah bulat. Selebihnya tinggal merajut siasat, yang diawali dari kolusi dengan Yudas Iskariot (ay. 5). Para saksi palsu, desakan kepada Pilatus, hasutan kepada orang banyak, semuanya hanyalah geliat siasat supaya akhirnya niat tersembunyi itu bisa diberi bobot resmi menjadi hukuman mati.

Niat hati patut selalu diwaspadai, termasuk yang ada di dalam diri kita sendiri. Sebab segala aktivitas kita sebenarnya hanyalah buah dari niat yang mengendalikan dari dalam. Bukankah semuanya berpulang pada niat? Kalau masih ada niat baik, segalanya masih dapat dirundingkan. Namun jika tidak, perundingan apa pun pasti alot, bahkan sia-sia. Jadi sebaiknya kita senantiasa kritis terhadap sebuah niat, termasuk niat yang terkandung dalam hati kita sendiri. Tuhan itu melihat hati kita, mengenali niat kita.



JAGALAH HATIMU DENGAN SEGALA KEWASPADAAN,KARENA DARI SITULAH TERPANCAR KEHIDUPAN.—Amsal 4:23


Monday 11 April 2022

Jurus Monyet Meminjam Tongkat Lawan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 23:1-7
Setahun : 2 Samuel 1-2

Jurus Monyet Meminjam Tongkat Lawan
TB: Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. | Lukas 23:1 (TB)



Dalam dunia persilatan jurus monyet meminjam tongkat lawan adalah salah satu jurus yang ampuh. Jurus yang dipakai oleh lawan justru dibalikkan dan digunakan untuk menyerang lawan tersebut. Jadi, lawan dikalahkan oleh jurusnya sendiri.

Imam-imam kepala dan orang banyak yang tak menyukai Yesus memakai jurus di atas bukan sekadar untuk melawan Yesus, melainkan juga untuk melawan penguasa Romawi yang dihadirkan melalui Pontius Pilatus.

Bagi imam-imam kepala, Yesus dan Pontius Pilatus adalah musuh. Yesus dipandang membahayakan posisi mereka karena isi pengajaran-Nya. Sedangkan Pilatus dipandang sebagai musuh karena Roma adalah penjajah.

Mereka tak ingin mengotori tangannya dengan menjatuhkan hukuman bagi Yesus. Itulah sebabnya, mereka membawa Yesus kepada Pilatus. Dengan licik mereka menghadapkan Yesus sebagai pemberontak yang mengancam keamanan Roma (1).

Mereka meminjam tangan Pilatus untuk menjatuhkan hukuman pada Yesus. Dengan begitu, orang tidak akan menimpakan kesalahan pada mereka. Tindakan ini tentu saja tidak dapat dibenarkan. Mengapa? Tindakan memakai tangan orang lain untuk melakukan kejahatan membuat orang tersebut melakukan dua kejahatan sekaligus.

Ini tentu sangat berbeda dengan tindak main hakim sendiri. Tindakan ini memang jahat, tetapi menyuruh orang lain untuk melakukan kejahatan yang tidak mau kita lakukan sendiri itu lebih jahat.

Imam-imam kepala dan orang banyak-pada gilirannya juga Pilatus-tak menemukan kesalahan apa pun pada Yesus. Maka, jauh dari kebenaran, kebencianlah yang telah membutakan mereka. Hal itulah yang membuat mereka bersikeras memaksa Pilatus untuk menjatuhkan hukuman pada Yesus (5).

Kebencian memang dapat mendorong orang untuk menjadi pengecut dan mengajak orang lain melakukan kejahatan untuk menutupi kepengecutannya. Sebagai orang percaya, bersikaplah berani karena benar dan pakailah tangan sendiri untuk mengerjakannya. [JCP]


Sunday 10 April 2022

TERIMA ATAU TIDAK?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 27:1-10
Setahun : 1 Samuel 28-31

TERIMA ATAU TIDAK?
Ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. (Matius 27:5)

Seorang ayah membeli sebuah buku cerita, lalu memberikannya kepada putranya. “Tidak mau, Aku tidak suka membaca,” kata putranya. Ketika sang Ayah memberikannya kepada anak tetangga, putranya marah. “Ayah membelinya untukku. Buku cerita itu milikku,” katanya. “Memang ayah membelinya untukmu, tetapi buku itu tidak menjadi milikmu karena kau tak mau menerimanya,” ayahnya menjelaskan.

Sesuatu yang diberikan kepada kita tidak menjadi milik kita jika kita tidak mau menerimanya. Sama halnya dengan pengampunan. Tuhan sudah memberikan kasih karunia berupa pengampunan kepada kita. Namun terserah kita menerimanya atau tidak. Jika kita terima, kita terbebas dari dosa. Tetapi jika tidak, dosa tetap melekat di diri kita. Yudas dan Paulus, keduanya pendosa besar, jahat sekali perbuatan mereka. Yudas mengkhianati Yesus dengan menjual-Nya senilai 30 uang perak (Mat. 26:14-16). Sementara Paulus, ia giat menganiaya jemaat Kristus (Kis. 9:1-2). Yesus memberikan pengampunan kepada semua orang berdosa, termasuk mereka. Paulus menyambut anugerah pengampunan Yesus. Penuh sukacita ia menerima kasih karunia berupa penghapusan dosa (Rm. 7:24-25). Ironis Yudas justru menolak! Ia terus tenggelam dalam perasaan bersalah, dan mencari jalannya sendiri, sampai akhirnya mati menggantung diri (ay. 5).

Janganlah meniru jejak Yudas. Seperti Paulus, mari terima dengan penuh ucapan syukur kasih karunia yang Yesus berikan kepada kita! Tidak peduli sebesar apa pun dosa yang telah kita lakukan, pengorbanan Yesus cukup untuk menghapuskannya. Alih-alih berkubang dalam perasaan bersalah, mari bertekad menjauhkan diri dari dosa.



PENGAMPUNAN TIDAK AKAN KITA DAPATKAN JIKA KITA TIDAK MAU MENERIMANYA DARI YESUS


Saturday 9 April 2022

Memandang Kerapuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 22:54-62
Setahun : 1 Samuel 25-27

Memandang Kerapuhan
TB: Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. | Lukas 22:54 (TB)



Akhirnya, Kristus ditangkap. Petrus mengikuti dari jauh. Ada rasa takut dan khawatir yang menggelayuti hatinya. Tiga kali orang mengenalinya sebagai pengikut Kristus, tiga kali pula ia menyangkal. Begitu penyangkalan ketiga diucapkan, seketika itu juga ayam berkokok tiga kali, seperti yang pernah Kristus katakan. Pada saat itu pula berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Hancurlah hati Petrus mengingat kata-kata pongahnya dan apa yang pernah Sang Guru ucapkan. Ia pun keluar dan menangis dengan amat sedih.

Dari keempat Injil, hanya Injil Lukas yang menulis bahwa Kristus memandang Petrus. Pandangan mata itu seketika membuat Petrus sadar akan kerapuhan dan penyesalannya (61-62). Pandangan itu mengingatkannya betapa Tuhan sudah memberi tahu tentang kerapuhan yang akan muncul di tengah kondisi sulit yang akan ia hadapi. Tatapan itu membuatnya sadar bahwa bersumpah jauh lebih mudah daripada menepatinya. Tatapan itu sangat menohok hatinya agar belajar tidak sesumbar lagi di masa yang akan datang. Tatapan mata Kristus itu menolong Petrus dan juga kita di masa kini untuk mampu memandang kerapuhan di dalam diri kita. Inilah yang kemudian kita jadikan titik balik dalam hidup, tepatnya titik balik dari arogansi menjadi kerendahan hati, agar kita menerima dan mengakui kerapuhan diri serta hidup dengan lebih baik dan bijak.

Dalam hidup ini Tuhan selalu berkenan memandang kerapuhan diri dan hidup kita melalui berbagai peristiwa agar kita mampu memandang, menerima, dan mengakui kerapuhan diri kita. Berbagai masalah dalam kesehatan, keuangan, pekerjaan, dan studi, juga masalah yang muncul dari orang-orang terdekat kita, sering menjadi cara Tuhan memandang kita. Tujuannya adalah agar kita mampu melihat kerapuhan diri dan hidup kita, lalu bertobat di hadapan Tuhan.

Tatapan mata Kristus itu juga adalah tatapan mata penuh belas kasih. Tatapan itu tidak hanya mengingatkan kita, tetapi juga menawarkan belas kasih untuk menolong kita. Mari kita buka hati kita agar terbuka bagi tatapan mata Tuhan atas kerapuhan kita. [MTH]

Lukas 22:63-71

Keinginan untuk dihormati melebihi orang lain, iri hati, dan kebencian telah menjadi hambatan bagi manusia untuk melihat kebenaran, apalagi untuk mengakuinya dan menerimanya. Kita menjadi lebih suka dikuasai oleh segala perasaan dan pemikiran yang negatif daripada harus menerima kebenaran yang mungkin tidak menguntungkan kita.

Orang-orang yang membenci Yesus telah memperlakukan Yesus dengan tidak manusiawi. Kebencian itu ada karena mereka merasa bahwa Yesus telah "mengganggu" zona nyaman mereka. Mereka adalah orang-orang terpandang yang seharusnya menjunjung tinggi kebenaran dan kebaikan, tetapi malah menganggapnya sepi karena mengusik kemapanan hidup mereka.


Friday 8 April 2022

KEMBALI KE TITIK NOL

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : FILIPI 2:1-11
Setahun : 1 Samuel 22-24

KEMBALI KE TITIK NOL
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. (Filipi 2:5)

Di rumah kami tidak ada garasi. Kami menaruh mobil tua kami di carport depan rumah. Karena berada di luar, mobil kami sangat mudah menjadi kotor. Dua hari dibiarkan begitu saja, sudah cukup untuk membuat debu tebal menempel. Pernah suatu kali anak-anak berbuat iseng dengan menulis dan menggambari mobil kami yang berdebu tebal itu.

Hidup manusia pun bisa dipenuhi “kotoran” yang berupa timbunan memori negatif. Karena itu perlu sering dilakukan pembersihan supaya hidup kita bebas dari memori negatif yang merugikan. Yesus menjadi purwarupa (prototype) bagi kita melalui tindakan-Nya mengosongkan diri. Pengosongan diri yang dilakukan Yesus membuat-Nya benar-benar berada pada titik nol. Ia tidak hanya menahan diri untuk tidak menggunakan kemampuan dan hak istimewa-Nya dengan sukarela, melainkan juga menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian bahkan kematian di kayu salib.

Sebagai pengikut Kristus kita pun perlu mengosongkan diri, membawa diri kembali kepada “titik nol”. Membuka diri terhadap proses pembersihan sehingga hidup kita menjadi bersih serta mampu menyatakan kehendak Allah dengan sempurna. Berada pada titik nol akan membawa kita merasa sangat dekat dengan Tuhan, menjadi sempurna dan dapat mendengar suara Tuhan. Bertanggung jawab atas setiap masalah, alih-alih melemparkannya ke pundak orang lain. Dibutuhkan perjuangan memang, mengingat memori buruk terus terakumulasi dari hari ke hari. Diperlukan penyesalan atas dosa, pertobatan, ungkapan syukur dan penerimaan diri.



SAYA MENYESAL. MAAFKAN SAYA. TERIMA KASIH. SAYA MENCINTAIMU.INILAH MANTRA PEMBERSIH DIRI DARI MEMORI NEGATIF.


Thursday 7 April 2022

Bolehkah Gentar?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 22:39-46
Setahun : 1 Samuel 19-21

Bolehkah Gentar?
TB: Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. | Lukas 22:39 (TB)



Mendekati penangkapan-Nya, bayangan derita itu begitu kuat di pelupuk mata Yesus. Ia merasa takut dan gentar. Ia mengajak murid-murid-Nya ke bukit Zaitun. Ia memisahkan diri dari mereka untuk berdoa. Ia seolah-olah menawar kepada Bapa sekiranya Bapa berkenan mengambil derita yang harus Ia jalani. Namun, Ia tidak memaksa. Ia mau mengikuti kehendak Bapa-Nya.

Dari apa yang dialami oleh Kristus, kita sadar bahwa perasaan takut dan gentar adalah hal yang sangat wajar dan manusiawi. Itu menunjukkan bahwa yang tersalib adalah Yesus yang sesungguhnya secara riil, bukan bayangan. Realitas itu kiranya menolong kita untuk tidak perlu malu mengaku bahwa kita takut dan gentar ketika perasaan itu sungguh ada dalam hati kita. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapi perasaan itu.

Kristus mengajar kita untuk bergumul dengan sungguh. Berdoalah agar kiranya Allah mengangkat derita yang akan kita hadapi. Berdoalah untuk menyerahkan semua yang akan terjadi kepada kehendak-Nya. Meski yang akan terjadi berbeda dari yang kita harapkan, namun doa menjadikan kita kuat untuk menerima dan menjalaninya. Di dalam pergumulan dan doa yang sungguh, pasti ada kekuatan yang Allah nyatakan, seperti yang dialami Kristus (43).

Dalam rasa takut dan gentar yang mungkin saat ini kita alami, mari kita lakukan apa yang sudah Kristus teladankan bagi kita. Mari kita terima perasaan itu, kita bawa dalam pergumulan dan doa kita, agar Allah sendiri yang memberi kekuatan kepada kita. Apa pun yang terjadi, mari kita jalani dengan berserah penuh kepada kehendak Allah.

Lewat pergumulan dan doa yang sungguh tatkala hati gentar, maka kita akan terhindar dari kejatuhan ke dalam pencobaan. Bahkan setiap saat kita mesti datang kepada Tuhan karena Dialah Sang Sumber kekuatan kita. Bersama Annie Sherwood Hawks (1872), pencipta lagu, mari kita bernyanyi: "Ya Tuhan, tiap jam, 'ku memerlukan-Mu, Engkaulah yang memb'ri sejahtera penuh. Setiap jam, ya Tuhan, Dikau kuperlukan. Kudatang Juru S'lamat, berkatilah." [MTH]


Wednesday 6 April 2022

MENTAL BERSAING

Sumber : renunganharian.net

 





RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 3:1-6
Setahun : 1 Samuel 17-18

MENTAL BERSAING
Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. (Markus 3:2)

Berbahaya sekali jika seseorang memiliki mental bersaing karena iri hati dalam hidupnya. Ia tidak segan-segan mencari kesalahan orang lain dan berusaha menjatuhkannya agar dirinya tetap terlihat lebih unggul di mata orang lain. Di mana-mana mental bersaing seperti itu ada. Di dunia pekerjaan, bangku kuliah bahkan pelayanan sekalipun. Kerjasama yang baik malah semakin terabaikan dan mulai tergantikan dengan aktualisasi diri yang tidak sehat.

Gambaran itu juga mewakili keberadaan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang selalu mencari celah untuk menjatuhkan dan membinasakan Yesus (ay. 2, 6). Sekalipun apa yang dilakukan oleh Yesus adalah hal yang berguna, tetaplah mereka menganggap itu adalah kesalahan besar. Perkataan sindiran terucap dari mulut Yesus, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuhnya?” (ay. 4). Yesus mulai populer dalam pelayanan dan ia membawa dampak baik bagi masyarakat. Inilah yang membuat orang Farisi dan ahli Taurat iri kepadanya.

Hendaklah ini menjadi teguran bagi setiap orang percaya. Terkadang fokus pelayanan untuk memuliakan nama Tuhan mulai kabur karena kita melihat ada orang yang lebih dipakai Tuhan daripada kita. Kita sulit bekerja sama dengannya karena pikiran kita mulai fokus kepada diri sendiri yang ingin dihormati orang lain. Dalam pekerjaan sekalipun, prestasi seseorang tidak membuat kita bangga dan makin belajar dari dia. Mari kita miliki sikap untuk bekerja sama dengan sehat dan bukan mental persaingan.



MENTAL PERSAINGAN TIDAK AKAN MEMBUAT KITA BELAJAR BANYAK DARI ORANG LAIN


Tuesday 5 April 2022

Saat Ditetapkannya Perjanjian Baru

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 22:14-23
Setahun : 1 Samuel 14:24-16

Saat Ditetapkannya Perjanjian Baru
TB: Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. | Lukas 22:14 (TB)



Perikop ini oleh gereja diyakini sebagai saat penetapan perjamuan kudus. Oleh sebab itu, perkataan Tuhan Yesus ketika sedang memecah-mecahkan roti dan mengangkat cawan dipakai sebagai formula pelaksanaan perjamuan kudus. Namun, lebih daripada itu, sesungguhnya perjamuan malam ini adalah momen yang sangat penting di mana sebuah perjanjian baru ditetapkan oleh Tuhan Yesus. Ia berkata, "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu" (20).

Istilah cawan yang dipakai di dalam Alkitab melambangkan penderitaan yang dialami manusia, juga dapat berarti tempat yang berisi murka Allah. Dengan begitu, melalui perkataan-Nya tersebut Tuhan Yesus hendak menyampaikan bahwa murka Allah atas manusia berdosa akan Ia tanggung dalam derita di kayu salib. Darah-Nya rela ditumpahkan-Nya demi membebaskan kita dari perbudakan dosa.

Dengan ditetapkannya perjanjian baru tersebut, setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi murid-Nya akan hidup di dalam ikatan perjanjian baru. Ini artinya, kita tidak lagi diperbudak oleh dosa, melainkan hidup oleh dan di dalam kasih karunia Allah melalui Kristus Yesus. Oleh darah Kristus, kita telah bebas dari belenggu kuasa dosa, untuk kemudian menjadi alat Tuhan guna membebaskan sesama dari perbudakan.

Ini seperti kisah John Newton, pencipta lagu Amazing Grace (1779). Ketika masih berusia muda, John Newton melakukan transaksi jual beli budak dari Afrika ke Inggris. Ia juga mabuk-mabukan dan suka berjudi. Namun, ketika ia dan kapalnya selamat dari badai dahsyat yang menerpanya, ia bertobat dan menyerahkan hidupnya untuk melayani Tuhan. Lagu ciptaannya itu mengetuk hati William Wilberforce, seorang anggota parlemen Inggris yang juga adalah anak rohaninya, untuk berjuang menghapus perdagangan budak kulit hitam yang memalukan di negaranya.

Marilah kita hidup dalam perjanjian baru tersebut, terus menghidupi anugerah dan kasih Allah yang membebaskan, juga berjuang membebaskan mereka yang masih terbelenggu. [MTH]


Monday 4 April 2022

MERATAPI DOSA

Sumber : renunganharian.net

 





RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 51
Setahun : 1 Samuel 12-14:23

MERATAPI DOSA
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! (Mazmur 51:3)

Hidup di lingkungan cemar dapat membuat kita tidak peka lagi dengan dosa. Sering kita membandingkan diri dengan orang lain dan berkesimpulan bahwa diri kita masih jauh lebih baik. Dengan pemikiran bahwa Tuhan pasti mengampuni dosa kita, kita pun mulai menyepelekan dosa. Mungkin kita berdoa sekadarnya memohon pengampunan dan segera melupakan dosa kita. Tidak jarang kita lalu mengulang kembali dosa yang sama, tanpa terlalu merasa bersalah.

Berbeda dengan sikap kita pada umumnya, Daud sangat menyesali dosanya. Ia memohon belas kasihan TUHAN dan masih terus bergumul dengan dosanya (ay. 3-5). Daud rela dihukum (ay. 6). Meskipun demikian, sesungguhnya yang ia rindukan adalah penyucian dirinya dari segala kecemaran (ay. 4, 9, 11-12). Perasaan bersalah membuat dirinya kehilangan sukacita. Daud mengaku bahwa ia tidak lagi dapat memuji TUHAN jika TUHAN tidak menghapus utang dosanya (ay. 16). Bahkan ia memohon agar TUHAN tidak mencabut Roh yang kudus darinya. Daud sadar sepenuhnya akan dampak buruk dosa yang merusak relasinya dengan TUHAN.

Sering kita kurang menyadari bahwa dosa merupakan penghinaan terhadap Tuhan (2Sam. 12:9). Padahal keseriusan penyesalan kita akan dosa mencerminkan sikap hormat kita terhadap Tuhan. Jika kita pernah memiliki relasi intim dengan Tuhan, kita tentu berduka atas dosa kita karena membuat Roh Kudus berduka (Ef. 4:30). Meratapi dosa dan memohon belas kasihan Tuhan merupakan bagian dari pertobatan yang dalam. Niscaya kita pun tidak akan sembarangan berbuat dosa lagi.



TANGISAN ATAS DOSA DAN PERMOHONAN BELAS KASIHAN TUHAN ADALAH BAGIAN DARI PERTOBATAN KITA YANG SESUNGGUHNYA