Tuesday 30 November 2021

TAKUT MATI GAYA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 6:25-34
Setahun : 2 Korintus 9-13

TAKUT MATI GAYA
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)

“Sesekali unggah foto gowes ah, biar sama dengan yang lain.” “Lagi ada di sini nih… tempat swafoto yang sedang ramai diperbincangkan.” Begitulah contoh kalimat yang menyertai unggahan foto di media sosial. Banyak orang saling berlomba menunjukkan bahwa dirinya tidak ketinggalan dalam mengikuti tren yang berkembang.

Mencari Kerajaan Allah dan kehendak-Nya adalah hal utama yang semestinya dipikirkan dan dikerjakan orang percaya. Menjalani hidup berfokus pada kehendak-Nya dan berhenti mengkhawatirkan hal lain. Tuhan yang Mahakuasa peduli pada hidup kita, sehingga kita tidak perlu merasa khawatir akan kebutuhan apa pun juga. Sebab pada saat kita fokus melakukan kehendak-Nya, Dia pasti mencukupkan yang kita perlu.

Pertanyaan bagi kita saat ini adalah: Apa yang sedang kita khawatirkan? Banyak orang di zaman ini khawatir bukan tentang “makanan atau pakaian”. Bukan pula khawatir jika hidupnya tidak berkenan di hadapan Allah. Mereka merasa khawatir jika keberadaannya tidak diakui oleh komunitas. Karena itu mereka rela melakukan berbagai upaya asal mendapatkan pengakuan. Mereka baru merasa lega dan puas kalau bisa mengimbangi pencapaian orang lain guna menunjukkan eksistensi diri.

Tanpa sadar gaya hidup mengikuti tren ini membuat orang lebih takut mati gaya daripada takut akan Tuhan. Fokus mereka adalah eksistensi diri, bukan kekudusan hidup bagi Tuhan. Menjalankan kekudusan hidup bukan lagi prioritas, melainkan hanya sambil lalu dan sekenanya saja. Kiranya yang seperti ini jauh daripada kita!



JANGAN SAMPAI UPAH DARI MANUSIA MENJADIKAN LUPA BAHWA TUJUAN HIDUPORANG PERCAYA ADALAH MENCARI KERAJAAN ALLAH DAN KEHENDAK-NYA


Monday 29 November 2021

KREATIVITAS ALLAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YEREMIA 18:1-10
Setahun : 2 Korintus 5-8

KREATIVITAS ALLAH
“Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!” (Yeremia 18:6)

Pernahkah kita berpikir apa yang bisa dibuat dari sebuah pesawat terbang bekas? Saya pernah melihat beberapa gambar hasil daur ulang pesawat bekas. Mulai dari bagian baling-baling, sayap, jendela, hingga penutup mesin, ternyata bisa menghasilkan berbagai kreasi mebel unik dan bermanfaat, mulai dari kursi, meja kerja, pajangan dinding, hingga meja rapat berukuran besar. Bagi orang yang kreatif, barang yang terlihat tak berguna atau dibuang, ternyata bisa jadi hasil karya yang bermanfaat sekaligus mengundang decak kagum.

Jika manusia, yang notabene adalah ciptaan Allah, bisa begitu kreatif dalam membuat benda-benda dari bahan yang tak terpakai, dianggap sampah, dan dibuang, betapa lebih kreatifnya Allah yang kita sembah! Dalam pesan firman-Nya melalui Nabi Yeremia, Allah mengumpamakan diri-Nya seperti tukang periuk (penjunan) dalam memperbaiki kehidupan bangsa Israel. Bagi seorang penjunan yang asli, tak ada bejana rusak yang tak bisa dibentuknya kembali menjadi bejana lain yang dianggapnya baik (ay. 4). Begitu pula bagi Allah, kehidupan serusak apa pun, tangan-Nya dapat memperbaiki dan memulihkannya, menurut apa yang baik di hadapan-Nya.

Oleh karena itulah, sepanjang zaman Allah senantiasa mengundang setiap manusia yang merasa hidupnya “rusak” untuk datang kepada-Nya. Pengampunan-Nya siap diberikan dan tangan-Nya siap membentuk ulang kehidupan manusia. Roh-Nya juga diberikan untuk menuntun jalan kehidupan kita, supaya dapat menggenapi apa yang Dia kehendaki. Percayakah kita akan hal itu?



BAGI ALLAH, TAK ADA KEHIDUPAN YANG RUSAK,YANG TAK DAPAT DIBENAHI DAN DIPULIHKAN OLEH-NYA


Sunday 28 November 2021

TELADAN KERENDAHAN HATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 15:21-28
Setahun : 2 Korintus 1-4

TELADAN KERENDAHAN HATI
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30)

Sepenggal lirik lagu rohani mengatakan, “Di hadapan hadirat-Mu ya Bapa, segala keangkuhanku hilang.” Ya, lagu tersebut mengajar kita untuk datang ke hadirat Tuhan dengan kerendahan hati. Faktanya, tanpa sadar, kita sering kali justru bersikap seperti majikan! Dalam doa, bukannya mengucap syukur atau mengagungkan nama Tuhan, kita lebih sering “memerintah-Nya” dengan berkata, “Tuhan, berkati aku, lindungi aku, buat aku sukses, dan lain sebagainya.”

Perempuan Kanaan dalam firman Tuhan hari ini memberi kita teladan. Bagaimana tidak, ketika ia datang memohon kesembuhan bagi anak perempuannya yang kerasukan setan, Yesus malah menjawab, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (ay. 24). Bagi Yesus, dirinya tidak termasuk hitungan! Menariknya, perempuan itu tidak tersinggung tetapi terus mendekat, menyembah, dan memohon pertolongan. Tetapi siapa sangka, bukannya merasa iba, Yesus malah sekali lagi menguji dengan seolah merendahkan harga dirinya dengan menyamakannya seperti anjing. Tetapi lagi-lagi, bukannya pergi dengan amarah atau kekesalan hati, perempuan itu justru seolah membenarkan perkataan Yesus (ay. 26-27). Tidak heran apabila pada akhirnya, Yesus pun memuji imannya sekaligus menyembuhkan anaknya.

Datang kepada Tuhan dengan membawa permohonan, hal tersebut tentu tidak dilarang. Hanya saja, pastikan sikap hati kita ketika meminta pertolongan sudah benar. Ingat, Tuhan bukan pesuruh, melainkan Allah Mahakuasa! Faktanya, setiap orang yang datang kepada-Nya berbekal kerendahan hati tidak pernah kembali dengan tangan hampa.



KERENDAHAN HATI MERUPAKAN KUNCIUNTUK MENERIMA KEHENDAK TUHAN


Saturday 27 November 2021

BUKAN SIAPA-SIAPA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 KORINTUS 1:18-31
Setahun : 1 Korintus 14-16

BUKAN SIAPA-SIAPA
Ingat saja, Saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (1 Korintus 1:26)

Seorang teman ketika berkenalan selalu mengatakan bahwa dia bukanlah siapa-siapa. Ungkapan demikian dapat memberi kesan kerendahan hati. Namun mungkin juga dengan mengatakan demikian, dia berharap dirinya tidak dibebankan tanggung jawab yang besar. Atau ungkapan itu dapat berarti memaklumi diri yang tidak dikenal dan kurang memiliki kemampuan. Apa pun latar belakangnya, pada dasarnya sebagian besar kita memang bukanlah siapa-siapa.

Rasul Paulus mengingatkan, kebanyakan dari kita bukanlah orang yang bijak, berpengaruh, atau terpandang. Bila daftar ini diteruskan, dapat kita katakan bahwa diri kita memang tidak spektakuler, tidak kaya raya, tidak punya jabatan penting, semuanya biasa-biasa saja. Namun tidakkah dengan mengingat ini semua, perasaan kita tambah terpuruk? Kita mungkin bahkan tidak bersemangat lagi melayani Tuhan? Sama sekali tidak demikian halnya bila kita menjawab panggilan Tuhan dengan memusatkan perhatian pada-Nya.

Godaan yang kita hadapi adalah pandangan orang lain terhadap diri kita. Kita pun seolah dituntut menjadi diri yang bukan sebenarnya. Lalu kita berlagak kaya, sok terkenal, dan punya pengaruh. Di zaman Rasul Paulus, mereka ditantang dapat berbicara seperti filsuf atau melakukan tanda ajaib (ay. 22-23). Itu sebabnya, Paulus mengingatkan bahwa pemberitaan salib memang tidak meyakinkan bagi dunia ini. Namun kita harus terus meyakinkan orang dengan hikmat Allah. Tidak perlu kita rendah diri. Sebaliknya, jangan pula menyombongkan diri ketika memberitakan keutamaan Kristus.



KITA YANG TIDAK BERARTI DIPILIH ALLAHUNTUK MEMBERITAKAN KEMULIAAN-NYA


Friday 26 November 2021

PERISAI JIWA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 18
Setahun : 1 Korintus 10-13

PERISAI JIWA
“… Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.” (Mazmur 18:31)

Doa merupakan sumber kekuatan dan ketenangan bagi John Bunyan, seorang pendeta dan teolog kenamaan, selama mendekam di balik jeruji besi. Ia menjadi perisai bagi jiwa Bunyan, sehingga memampukan dirinya untuk menanggung beban psikologis ketika menjalani penderitaan sebagai konsekuensi dari panggilan pelayanannya. Kemampuan inilah yang menandai cara kerja doa dalam memberikan perlindungan terhadap diri Bunyan.

Perlindungan yang bekerja melalui doa sesungguhnya tidak pernah dapat dilepaskan dari kehadiran Tuhan yang menjadi perisai bagi setiap jiwa yang berlindung pada-Nya (ay. 31). Perlindungan semacam inilah yang membuat Raja Daud senantiasa berseru kepada Tuhan dalam doanya di setiap kesesakan yang pernah singgah di hidupnya (ay. 7). Seruan yang diperdengarkan di hadapan-Nya, ia yakini sanggup menyelamatkan hidupnya (ay. 4).

Sikap yang ditunjukkan oleh Raja Daud pada dasarnya memperlihatkan arti kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Pengalaman dirinya menerima pertolongan Tuhan telah menjadikan Dia sebagai sumber kekuatan (ay. 2-3) yang dapat dijadikan sandaran hidupnya (ay. 19). Kehadiran-Nya mampu memberikan ketenangan tatkala harus menghadapi situasi pelik yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menyukai keberadaan dirinya.

Kuasa doa tidak pernah dapat dipisahkan dari kehidupan setiap orang percaya. Kedahsyatan doa bekerja melampaui segala akal lantaran sanggup menjadi perisai bagi jiwa. Kedahsyatan inilah yang menghadirkan Tuhan dalam dirinya, sehingga ia mampu menikmati ketenangan di tengah badai yang menerpa kehidupannya.



DOA MENJADI PERISAI JIWA BAGI SETIAP ORANG YANG BERSANDAR KEPADA-NYA


Thursday 25 November 2021

PERHATIKAN AJARAN GURU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 23:12-16
Setahun : 1 Korintus 5-9

PERHATIKAN AJARAN GURU
Arahkanlah perhatianmu kepada didikan, dan telingamu kepada kata-kata pengetahuan. (Amsal 23:12)

Dalam ilmu bela diri, kita sering mendapati adanya kesamaan cara bertarung, juga cara bersikap dari kelompok bela diri tertentu. Mengapa bisa begitu? Jawabannya sederhana, karena mereka belajar dari guru yang sama, di mana sering kali ada nilai-nilai tertentu yang wajib dijalankan oleh setiap anggotanya. Kenapa saya bisa tahu? Karena saya dahulu pernah belajar pencak silat di mana setiap anggota kelompok harus menjalankan nilai-nilai tertentu.

Hari ini firman Tuhan menasihati agar kita mengarahkan perhatian pada didikan. Nasihat ini dalam terjemahan lain dituliskan: “Perhatikanlah ajaran gurumu dan belajarlah sebanyak mungkin” (Ams. 23:12 BIS). Prinsip yang dapat diterapkan di mana pun kita belajar, tak hanya berkaitan dengan pendidikan formal, tetapi berlaku juga saat kita mengikuti klub olahraga, tergabung dalam komunitas tertentu, hingga dalam menjalani kehidupan bergereja. Bukankah dalam gereja pun ada guru atau pengajar kebenaran firman Tuhan? Bukankah ada banyak hal baik yang bisa kita serap dari orang-orang di sana, terutama dari pemimpin kita?

Saya meyakini bahwa didikan yang berpadu dengan pengetahuan akan menghasilkan pribadi dengan kualitas hidup yang baik, bahkan kualitas hidup unggul, di atas rata-rata orang secara umum. Sebaliknya, orang yang gemar mengabaikan didikan dan gagal menyerap pelajaran berharga dari kehidupan di sekitarnya, kualitas pribadinya akan cenderung stagnan, tidak ada perkembangan ke arah yang positif. Manakah kualitas kehidupan yang ingin Anda miliki?



ORANG YANG TERDIDIK DAN BERPENGETAHUAN AKAN MENJADI PRIBADIYANG UNGGUL DALAM MENJALANI KEHIDUPAN


Wednesday 24 November 2021

INGIN TERKENAL?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : GALATIA 1:10-24
Setahun : 1 Korintus 1-4

INGIN TERKENAL?
Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. (Galatia 1:22)

Siapa mengenal Musa saat dirinya menggembalakan ternak milik mertuanya di Padang Midian? Atau pemuda Daud tatkala dirinya menjaga kawanan domba ayahnya di Padang Efrata? Atau Yusuf ketika dirinya mendekam di penjara Mesir? Atau Elia manakala di tepian Sungai Kerit ia hanya bergaul dengan burung gagak? Tak banyak. Namun, harus diakui, keadaan tak dikenal adalah salah satu cara Tuhan melengkapi hamba-hamba-Nya dengan karakter yang rendah hati.

Siapa yang tak mengenal Rasul Paulus? Teroris penganiaya jemaat Kristen ini bertobat, lalu dipakai Tuhan menjadi penginjil mancanegara pertama yang menembus daratan Eropa. Namanya berkibar sejajar dengan 12 rasul Yesus. Namun, hal itu tidak terjadi segera sesudah pertobatannya. Tuhan lebih dulu mengasingkannya ke tanah Arab selama tiga tahun (ay. 17-18). Tuhan sengaja menempatkannya di kesunyian, tak dikenal banyak orang. Kenapa? Supaya ia mengenal Tuhan—juga diri dan panggilannya—dengan lebih bening dan dalam. Supaya, pertama-tama, ia belajar untuk mencari kesukaan Allah, bukan ambisi manusia (ay. 10).

Banyak orang ingin terkenal. Tetapi sedikit yang sadar bahwa menjadi terkenal membutuhkan kualitas karakter yang menopang—salah satunya ialah kerendahan hati. Tanpanya, popularitas dengan mudah akan menjatuhkannya. Maka, bersabarlah ketika diri kita berada di masa “sunyi tak dikenal”. Hanya pemain cadangan. Kerja di belakang layar. Tak banyak yang kenal apalagi menghargai karya kita. Anggaplah itu “Sekolah Kerendahan Hati” yang harus dilampaui sebelum kita betul-betul sanggup memikul peran berikut yang Tuhan percayakan kepada kita.



BERSIKAP SABAR DI MASA TAK DIKENAL MENOLONG KITATETAP SADAR KETIKA SUDAH MENJADI TERKENAL


Tuesday 23 November 2021

PERSEMBAHAN TERBAIK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 15
Setahun : Roma 14-16

PERSEMBAHAN TERBAIK
“Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1 Samuel 15:22b)

Seorang prajurit dapat dikatakan prajurit yang baik ketika ia melaksanakan seluruh perintah komandannya. Kepuasan seorang pimpinan didapat bukan dari bingkisan atau hadiah yang diberikan bawahannya, namun dari tugas yang diselesaikan. Pemberian yang digunakan untuk menutupi kesalahan dan kelalaian juga tidak akan menyenangkan para pimpinan.

Saul mendapat perintah dari Tuhan untuk menumpas seluruh bangsa Amalek. Tuhan memerintahkan agar Saul mengalahkan orang Amalek dan menumpas segala yang ada pada mereka, bukan hanya orang-orangnya namun juga lembu maupun domba, unta maupun keledai. Setelah berhasil memukul kalah orang Amalek, bukannya melaksanakan perintah Tuhan, Saul malah menangkap Agag, raja orang Amalek hidup-hidup serta mengambil kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga tidak mereka tumpas. Saul melakukan hal ini dengan alasan untuk mempersembahkan kambing domba dan lembu tersebut sebagai korban persembahan kepada Tuhan. Perbuatan Saul ini nyatanya malah membuat Tuhan kecewa telah menjadikan Saul sebagai raja. Lewat Samuel, Tuhan menyatakan penolakannya atas Saul.

Memberi persembahan memang sangat baik. Namun Tuhan lebih berkenan ketika kita mendengar, memperhatikan dan menaati firman-Nya. Roma 12:1 mengingatkan bahwa ibadah sejati adalah ketika kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Hal ini dapat dilakukan dengan mendengar, memperhatikan dan menaati firman Tuhan sebagai persembahan yang lebih berkenan kepada-Nya.



MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN TUHAN IALAH PERSEMBAHAN TERBAIK KEPADA TUHAN


Monday 22 November 2021

MAJU TERUS DALAM IMAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : FILIPI 3:1-16
Setahun : Roma 11-13

MAJU TERUS DALAM IMAN
Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh. (Filipi 3:16)

Menduduki peringkat sembilan merupakan pencapaian luar biasa bagi yang tidak pernah masuk peringkat sepuluh besar. Tetapi menduduki peringkat sembilan adalah kemunduran parah bagi yang biasa menjadi juara. Seorang juara harus mempertahankan prestasi dengan mengalahkan pencapaian diri sendiri pada masa sebelumnya.

Perjuangan tidak hanya dilakukan orang yang belum berhasil, bukan pula dilakukan untuk mengungguli orang lain. Seseorang yang telah mencapai keberhasilan pun harus terus berjuang untuk mempertahankan keberhasilannya secara terus-menerus. Memperbarui diri untuk menjaga bahkan meningkatkan kualitas. Hal ini tidak hanya berlaku dalam perjuangan hidup jasmani, melainkan juga secara rohani.

Seiring berlalunya waktu, pencapaian yang pernah kita raih akan berlalu begitu saja. Pernah melayani di gereja hingga mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan materi yang banyak bukan pencapaian yang dapat kita gunakan sebagai alasan supaya tidak lagi berkarya bagi kemuliaan nama-Nya. Alih-alih menjadi sombong dan merasa sempurna, Paulus yang pernah menghidupi Taurat dengan sempurna pun meninggalkan pencapaian masa lalunya itu dan terus melakukan perjuangan iman supaya semakin bertumbuh dalam kebenaran. Berpuas diri karena merasa diri sempurna membuat kita berhenti belajar. Sebaik dan sesempurna apa pun pencapaian yang pernah kita dapatkan, kita harus terus berjuang hingga sampai pada tujuan: perhentian dalam kekekalan. Berhenti memperjuangkan iman dan hidup menurut pengertian sendiri hanya membuat kita tersesat dan terjatuh.



PERTANDINGAN IMAN BELUM USAI SEBELUM HARI KEDATANGAN TUHAN TIBA.SEBELUM HARI ITU DATANG, PERJUANGAN HARUS TERUS DILAKUKAN.