Monday 28 February 2022

UNTUK MENDATANGKAN BERKAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 41:33-49
Setahun : Bilangan 34-36

UNTUK MENDATANGKAN BERKAT
Maka pergilah Yusuf dari depan Firaun, lalu dikelilinginya seluruh tanah Mesir. (Kejadian 41:46b)

Lewat jalan yang luar biasa, Yusuf menjadi raja muda di Mesir, orang paling berkuasa di Mesir selain Firaun. “Kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat … dengan tidak setahumu, seorang pun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir,” kata Firaun kepada Yusuf (ay. 40, 44). Alangkah besar kekuasaan yang ada di tangan Yusuf. Jika Yusuf mau, pasti tak sulit bagi Yusuf untuk menyalahgunakan kekuasaan yang sangat besar itu.

Tetapi, Yusuf tidak mau melakukan itu. Hal yang dia lakukan adalah bekerja keras. Dia meninggalkan istana, dan mengelilingi seluruh tanah Mesir (ay. 46b). Untuk apa? Melakukan semua hal yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan Mesir dari bencana yang akan menimpa (ay. 48, 49). Dan ternyata kemudian, bangsa-bangsa lain pun ikut terselamatkan.

Anda lihat? Kekuasaan yang besar tidak membuat Yusuf kehilangan integritas moral. Yusuf tidak mau warna dirinya ditentukan oleh kekuasaan. Dialah yang menentukan warna kekuasaan itu, bukan sebaliknya. Kekuasaan yang besar tidak membuatnya menjadi monster yang melahap segalanya, tetapi dia jadikan sebagai alat yang efektif untuk melayani dan membawa berkat bagi semua.

Dalam hidup, kekuasaan mewujud dalam banyak rupa: jabatan, kekayaan, massa pendukung, sumber daya, kekuatan fisik, dan banyak lagi. Dengan kekuasaan, orang bisa memaksakan kehendak. Tetapi, Yusuf memberi teladan bahwa—jika kita mau—kita bisa memilih untuk menjadikan kekuasaan sebagai alat yang efektif untuk melayani dan mendatangkan berkat bagi semua.



TAKARAN BAGI SESEORANG ADALAH APA YANG DIA LAKUKANDENGAN KEKUASAAN YANG ADA PADANYA.—Plato


Sunday 27 February 2022

Memilih Mengikuti Teladan yang Baik

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 22:13-30
Setahun : Bilangan 32-33

Memilih Mengikuti Teladan yang Baik
TB: Celakalah dia yang membangun istananya berdasarkan ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman, yang mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya; | Yeremia 22:13 (TB)



Bacaan kali ini berisi nubuat kepada dua raja Yehuda, yaitu Yoyakim dan Konya. Kepada Yoyakim disampaikan teguran Tuhan karena ia memerintah secara lalim, hanya mencari untung sendiri, bahkan tega memeras dan menumpahkan darah orang lain. Karena itu, tidak akan ada orang yang meratapi kematiannya (18, 19).

Kepada Konya juga disampaikan mengenai kesusahan yang akan ia alami, yaitu ia akan dibuang ke Babel dan tidak akan ada lagi keturunannya yang menjadi raja Yehuda (24-30). Yoyakim dan Konya adalah anak dan cucu dari Raja Yosia. Yoyakim menjadi raja menggantikan saudaranya, Yoahas, yang ditawan Firaun Nekho ke Mesir. Raja Yosia merupakan raja yang melakukan keadilan dan kebenaran (15, 16). Yosia juga melakukan pembaruan iman dan hidup keagamaan di Yehuda dan berbalik untuk beribadah hanya kepada Tuhan. Tidak pernah ada, baik sebelum dan sesudahnya, seorang raja Yehuda yang sepenuhnya mengasihi Tuhan seperti Yosia (lih. 2Raj. 23:25).

Segala kebaikan dan kebenaran yang dilakukan Yosia bisa saja diteruskan dan diikuti oleh anak cucunya. Yoyakim dan Konya bisa saja memilih untuk menjadi raja yang baik seperti Yosia. Namun sebaliknya, mereka memilih untuk mengabaikan teladan Yosia. Mereka memerintah menurut pandangan dan kehendak mereka sendiri. Itu semua membuat mereka jatuh ke dalam kejahatan dan penderitaan.

Kata pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", tetapi dalam hidup beriman sering kita jumpai hal yang tidak demikian. Memiliki orang tua yang baik dan berhasil, tidak menjamin anak-anaknya akan demikian. Begitu pula sebaliknya, memiliki orang tua yang lalim dan gagal, tidak berarti anak-anaknya akan demikian juga. Kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri (bdk. Yer. 31:29-30; Yeh. 18:1-32).

Dalam kehidupan ini ada banyak sekali teladan baik yang bisa kita lihat, pelajari, dan ikuti demi menjadi orang baik. Entah dari orang lain, orang tua, sahabat, pimpinan, bahkan anak-anak. Pilihlah teladan yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan! [YWA]


Saturday 26 February 2022

MEREDAM DENDAM

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 6:14-29
Setahun : Bilangan 30-31

MEREDAM DENDAM
Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat. (Markus 6:19)

Dendam ialah keinginan keras untuk membalas suatu perbuatan, umumnya berkaitan dengan kejahatan. Dendam muncul karena adanya kemarahan di dalam diri atas perlakuan seseorang terhadap kita. Jika tidak diatasi, dendam akan semakin membara dan membahayakan, baik kepada orang yang menjadi sasaran kemarahan itu, maupun kepada diri sendiri. Tak terhitung lagi kasus kriminal bermotif dendam.

Herodias menyimpan dendam kepada Yohanes Pembaptis, karena sang nabi menegur dosanya. Perempuan itu meninggalkan suaminya (Filipus), lalu kawin dengan iparnya, yaitu adik suaminya sendiri, Herodes Antipas. “Tidak boleh engkau mengambil istri saudaramu!” tegur Yohanes kepada Herodes. Sejak itu, Herodias berupaya membunuhnya, tetapi tidak dapat. Sekalipun Herodes menggunakan kuasanya untuk memenjarakan Yohanes, tetapi ia merasa segan, bahkan simpatik kepadanya (ay. 20).

Lalu saat Herodes merayakan ulang tahun, dan tarian putri Herodias menyenangkan hatinya, ia berjanji mengabulkan apa pun permintaannya. Herodias memanfaatkan momentum itu. Melalui putrinya, dendamnya terlampiaskan. Yohanes dibunuh. Herodias pun merasa menang. Namun sebenarnya, ia malah hanya menambah dosa.

Dendam hanya akan membuat kita remuk redam. Bikin wajah suram dan muram. Melahirkan tindakan kejam dan berakhir di neraka jahanam. Bahkan saat ia terlampiaskan, kita tetaplah rugi. Karenanya, sifat itu perlu diredam. Kita harus rela koreksi diri. Bertobat. Mengampuni. Maka hati kita pun menjadi adem dan tenteram.



SEBELUM KITA MENJADI REMUK REDAM KARENA DENDAM,MARI KOREKSI DIRI DAN JANGAN BIARKAN NYALA KASIH MENJADI PADAM


Friday 25 February 2022

Carilah Tuhan Setiap Waktu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 21:1-10
Setahun : Bilangan 28-29

Carilah Tuhan Setiap Waktu
TB: Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, ketika raja Zedekia mengutus Pasyhur bin Malkia dan imam Zefanya bin Maaseya kepadanya dengan pesan: | Yeremia 21:1 (TB)



Dalam bacaan kita, Raja Zedekia mengutus Pasyhur dan Imam Zefanya kepada Nabi Yeremia (1). Raja Zedekia mencoba mencari petunjuk Tuhan atas situasi krisis yang ia alami, yaitu dikepung Nebukadnezar, raja Babel (2). Kekalahan sudah di depan mata, dan ia mencari Tuhan untuk mengharapkan mukjizat. Namun, jawaban Tuhan melalui Nabi Yeremia justru sebaliknya. Bukan pertolongan yang akan ia terima, melainkan justru kehancuran (3-7). Tidak ada pilihan lain. Sudah terlalu terlambat untuk bertobat; bangsa Yehuda hanya perlu menyerah jika ingin bertahan hidup (8-9).

Dalam tradisi Perjanjian Lama, seorang nabi memiliki peran sebagai perantara dan penyambung lidah Allah kepada umat. Nabi Yeremia telah berulang kali menyampaikan pesan pertobatan, tetapi ia lebih sering diabaikan, baik oleh raja maupun umat. Bahkan tak jarang raja-raja zaman dahulu lebih memilih mengangkat dan mendengar nabi-nabi yang sesuai selera mereka (lih. 2Raj. 2:1-8).

Zedekia bahkan akhirnya memilih jalan kematian, yaitu dengan memberontak kepada Nebukadnezar (lih. 2Raj. 24:20-25:21). Dengan demikian, berakhirlah sejarah kerajaan Yehuda.

Allah tidak menghendaki kita berbuat seperti Raja Zedekia yang baru mencari Tuhan ketika sudah terdesak. Sering kali, tindakan tersebut sudah terlambat dan tidak memberikan jawaban seperti yang kita harapkan. Coba bayangkan saja, jika kita punya kerabat yang selama ini mengabaikan kita, lalu tiba-tiba dia datang dan meminta pertolongan kepada kita, apakah kita akan merasa nyaman? Relasi seperti itu, baik kepada sesama terlebih kepada Tuhan, bukanlah relasi yang sehat.

Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat menjalin relasi yang sehat dengan Tuhan dan sesama? Caranya dengan doa, saat teduh, perenungan Alkitab, perjumpaan dengan orang lain, atau dalam pengalaman keseharian. Temui dan cari Dia bukan hanya pada saat krisis demi mengharapkan mukjizat! Carilah Dia setiap waktu, turuti firman-Nya, dan janganlah kita mengandalkan pengertian diri sendiri! [YWA]


Thursday 24 February 2022

TAK PERNAH TERPENJARA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 41:8-14, 40
Setahun : Bilangan 26-27

TAK PERNAH TERPENJARA
Kemudian Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun. (Kejadian 41:14)

Mimpi yang luar biasa itu amat menggelisahkan hati Firaun. Tetapi, tak satu pun cendekiawan Mesir bisa meraba artinya. Ketika itulah, kepala juru minuman Firaun ingat pada Yusuf (ay. 9-13). Ketika itu pula, Yusuf akhirnya keluar dari penjara (ay. 14), bahkan ia diangkat menjadi raja muda Mesir, menjadi orang nomor dua di negeri yang besar itu (ay. 40).

Ya, Yusuf keluar dari penjara.

Tetapi, benarkah Yusuf pernah terpenjara?

Karena fitnah istri Potifar, Yusuf memang pernah dipenjarakan. Tetapi, dia tak pernah terpenjara oleh keterpenjaraannya. Yusuf pernah diperjualbelikan sebagai budak. Tetapi, dia tak pernah teperbudak oleh siapa pun maupun oleh apa pun. Dia dijual sebagai budak. Tetapi hati dan integritasnya di hadapan Tuhan dan sesama tak pernah terjual. Ia bukan orang yang dapat dibeli. Yusuf banyak disakiti oleh sesamanya: oleh orang lain, bahkan oleh saudaranya. Tetapi, tak pernah ia terpenjara oleh sakit hati kepada mereka yang menyakitinya.

Yusuf tak pernah terpenjara, tak pernah terbeli, tak pernah teperbudak. Dia seorang man of principle, orang yang teguh berpegang pada prinsip yang benar, di mana pun dia berada, siapa pun yang ia hadapi, apa pun yang menimpanya. Dia mampu menentukan dirinya sendiri, dan tetap menjadi diri sendiri. Dia orang yang merdeka, mampu membebaskan diri dari desakan maupun seretan negatif baik di dalam maupun di luar dirinya.

Seraya memohon pertolongan Tuhan, kita sungguh patut berjuang untuk mengarahkan diri menuju kualitas pribadi seperti itu.



ORANG YANG TEGUH BERJALAN DI ATAS PRINSIP TAK PERNAH TERPENJARA, TAK PERNAH TERBELI, TAK PERNAH TEPERBUDAK.—O.S. Raille


Wednesday 23 February 2022

Otoritas Allah

Sumber : alkitab.mobi

 





RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 20:1-6
Setahun : Bilangan 23-25

Otoritas Allah
TB: Pasyhur bin Imer, imam yang pada waktu itu menjabat kepala di rumah TUHAN, mendengar Yeremia menubuatkan perkataan-perkataan itu. | Yeremia 20:1 (TB)



Bukanlah perkara mudah untuk tetap menyatakan firman Allah di tengah tekanan yang mengancam nyawa. Banyak orang akan menyerah jika mereka berada di dalam situasi seperti itu. Tetapi tidak demikian halnya dengan Nabi Yeremia. Apa yang diperintahkan Allah itulah yang harus ia lakukan, meski keadaan di depan mata begitu menyakitkan dan menakutkan.

Pasyhur, imam kepala di rumah Tuhan, memukul dan memasung Nabi Yeremia di pintu gerbang Benyamin yang ada di atas rumah Tuhan (1-2). Tentu, ini disebabkan oleh perkataan yang disampaikan Nabi Yeremia mengenai rencana Allah menghancurkan mereka. Mereka mungkin berpikir jika dipasung dan dihukum, maka Yeremia akan berhenti berkata-kata. Akan tetapi, itu semua tidak membuat Yeremia diam karena yang membuat ia berbicara adalah Allah, bukan manusia. Sudah menjadi panggilannya, ia menyampaikan kehendak dan isi hati Allah kepada mereka.

Apa yang dilakukan oleh Pasyhur mewakili banyak orang percaya yang sulit atau bahkan tidak bisa menerima teguran ataupun nasihat untuk bertobat. Tidak sedikit orang Kristen masa kini yang tidak suka mendengar seseorang menegur dosanya. Mereka pun tidak segan untuk membenci maupun menghina orang yang menyatakan dosa dan kesalahannya, bahkan sekalipun yang berkata adalah seorang hamba Tuhan. Mereka hanya mau mendengarkan firman yang menyenangkan hati dan telinga mereka.

Allah memberikan otoritas penuh kepada setiap orang yang dipilih-Nya untuk memberitakan firman-Nya. Melawan orang pilihan Allah sama artinya dengan melawan Allah. Melawan Allah sama artinya dengan menjadi musuh Allah. Posisi dan jabatan apa pun di dunia ini tidak dapat menghalangi kuasa-Nya. Allah tidak akan tinggal diam. Allah akan bertindak menyelamatkan orang pilihan-Nya.

Jangan pandang rendah siapa pun yang menyampaikan firman Allah. Kita harus merendahkan hati untuk dapat melihat Allah di setiap firman yang disampaikan. Dengan demikian, firman itu akan mengubah dan memberkati hidup kita. [MAR]


Tuesday 22 February 2022

BERSEMBUNYI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 139
Setahun : Bilangan 21-22

BERSEMBUNYI
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (Mazmur 139:7)

Manusia memiliki natur untuk bersembunyi jika sudah melakukan kesalahan. Sebuah peribahasa mengatakan: lempar batu, sembunyi tangan. Bersembunyi ada berbagai macam bentuknya: ada yang langsung menghilangkan jejak, membela diri, atau melakukan aktivitas yang baik tetapi untuk menutupi kesalahannya tersebut. Sepertinya aman saat bersembunyi dan orang lain tidak akan mengetahuinya.

Pemazmur begitu sedih sehingga ia mengharapkan kegelapan saja yang meliputinya (ay. 11) dan ia rasanya ingin berlari menjauh, tetapi Allah tetaplah tahu (ay. 7). Pemazmur melakukan kesalahan karena hatinya sudah membenci orang yang menganiaya dia (ay. 21-22), dan ia tahu bahwa itu salah sehingga ia bersembunyi, tetapi karena ia tahu Allah Mahatahu, maka ia mengijinkan Allah untuk menyelidiki dan mengenal hatinya bahkan menguji segala pikirannya (ay. 23) dan berharap Allah menuntun (ay. 24). Allah yang menciptakan manusia dan sungguh tidak terselami kasih-Nya kepada kita, masakan Ia tidak dapat menolong kita mengenal kehendak-Nya?

Allah itu Mahatahu. Dia juga tahu apa yang kita lakukan—tiada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Jika sudah tahu demikian, maka tidak ada alasan untuk kita semakin menjauh dan menolak untuk dikoreksi Allah. Lebih baik mendekat pada Allah dan berharap Allah akan menolong untuk membuat kita sadar akan dosa dan mulai belajar untuk memahami kehendak-Nya. Jangan cenderung menguasai diri kita, biarlah Allah yang menguasainya.



ALLAH MAU MENUNTUN DAN MENGOREKSI KESALAHAN KITA, JANGAN BERSEMBUNYI DARI HADAPAN-NYA


Monday 21 February 2022

Kembali Hidup dalam Kehendak Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 18:18-23
Setahun : Bilangan 19-20

Kembali Hidup dalam Kehendak Allah
TB: Berkatalah mereka: "Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia, sebab imam tidak akan kehabisan pengajaran, orang bijaksana tidak akan kehabisan nasihat dan nabi tidak akan kehabisan firman. Marilah kita memukul dia dengan bahasanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya!" | Yeremia 18:18 (TB)



Nabi adalah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan isi hati Tuhan kepada umat-Nya. Otoritasnya diberikan langsung oleh Allah. Demikian pula Nabi Yeremia. Apa yang ia katakan semuanya berasal dari Allah. Apa yang disampaikan seorang nabi tidak selalu apa yang menyenangkan telinga umat, melainkan apa yang dikehendaki Allah.

Allah menyampaikan peringatan dan teguran-Nya kepada umat melalui Nabi Yeremia. Alih-alih mendengarkan apa yang dikatakan Allah melalui Nabi Yeremia, mereka justru menganggap bahwa perkataan Yeremia hanyalah bualan. Mereka kemudian mengadakan persepakatan untuk melawan bahkan membunuh dirinya. Mengingat apa yang sudah ia lakukan di hadapan Allah, tentu ini menyakitkan bagi Nabi Yeremia. Maka ia pun mengadu kepada Tuhan (19). Ternyata, bangsa yang sudah ia bela agar tidak mendapat murka Allah (20) malah ingin mempermalukan dan membunuhnya.

Pembelaan Nabi Yeremia kini berubah menjadi permohonan agar Allah bertindak menghukum bangsa Yehuda (21-23). Permohonan itu bukan karena Nabi Yeremia dendam terhadap mereka, melainkan karena ia melihat kedegilan hati bangsa Yehuda di hadapan Allah. Hal itulah yang meyakinkan Nabi Yeremia bahwa bangsa Yehuda layak mendapat hukuman dari Allah. Sebab, sesungguhnya mereka bukan sedang melawan perkataan seorang Yeremia, melainkan perkataan Allah.

Terkadang kita juga tidak berbeda dari bangsa Yehuda. Kita hanya mau mendengar firman Tuhan yang menyenangkan telinga kita. Namun, saat firman Tuhan menegur dosa dan kesalahan, kita cenderung meremehkan bahkan tidak segan membenci orang yang menyampaikannya. Bukannya menyadari dosa lalu bertobat di hadapan Allah, kita malah tersinggung dan marah oleh teguran yang tidak kita inginkan.

Firman Allah bukan melulu untuk menyenangkan telinga kita, melainkan untuk membawa kita kembali hidup dalam kehendak Allah. Siapa pun yang memberitakannya, ada otoritas dan kehendak Allah bagi kita. Hiduplah dalam kehendak Allah dan setialah kepada-Nya! [MAR]


Sunday 20 February 2022

PENGHIBURAN DALAM DIAM

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AYUB 2
Setahun : Bilangan 16-18

PENGHIBURAN DALAM DIAM
Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya. (Ayub 2:13)

Mengunjungi teman yang sakit adalah bentuk kepedulian yang sangat baik. Namun tanpa dilakukan dengan bijak, alih-alih menghibur dan mempercepat pemulihan, kita dapat memperburuk keadaan. Hal ini dialami seorang teman yang dirawat karena serangan jantung. Ia harus masuk ke ruang ICU karena kelelahan menerima kunjungan banyak teman, hingga akhirnya meninggal.

Mendengar kabar penderitaan yang dialami Ayub, ketiga temannya yakni Elifas, Bildad dan Zofar datang berkunjung untuk menyatakan simpati. Mereka berdiam diri selama tujuh hari tujuh malam. Mereka menangis bersama, mengoyak jubah dan menabur abu di kepala sebagai tanda berkabung bersama Ayub. Mereka menunjukkan kepekaan dan menempatkan diri dengan tepat, yakni ikut merasakan penderitaan Ayub. Kehadiran mereka menguatkan Ayub. Di tengah penderitaan yang dialaminya, Ayub boleh melihat bahwa teman-temannya tidak meninggalkannya.

Ketiga teman Ayub tidak mengucapkan kata-kata penghiburan, nasihat, atau kutipan ayat Alkitab. Mereka tidak beramai-ramai mengunjungi Ayub sekadar untuk menjawab rasa ingin tahu mereka terhadap penderitaan Ayub. Mereka tidak memosisikan diri sebagai konselor yang menangani masalah, sedangkan Ayub adalah klien yang bermasalah. Mereka datang untuk menemani, memosisikan diri serendah jurang penderitaan yang dialami Ayub. Mereka paham, orang yang tengah mengalami penderitaan tidak membutuhkan banyak nasihat dan kata-kata penguatan. Mereka lebih merasa tertolong ketika memiliki teman yang merasa sepenanggungan.



PENGHIBURAN BUKAN SEKADAR RANGKAIAN KATA BIJAK YANG KLISE.PENGHIBURAN ADALAH UNGKAPAN RASA SEPENANGGUNGAN.


Saturday 19 February 2022

Ganjaran atas Perbuatan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 17:1-18
Setahun : Bilangan 14-15

Ganjaran atas Perbuatan
TB: "Dosa Yehuda telah tertulis dengan pena besi, yang matanya dari intan, terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mezbah mereka | Yeremia 17:1 (TB)



Ada petuah: "Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai". Petuah itu mengingatkan kita tentang tanggung jawab terhadap setiap perbuatan kita. Bagaimanapun, kita harus menerima segala konsekuensi atas apa yang kita lakukan. Demikian pula saat kita berdosa di hadapan Tuhan.

Yeremia mengungkapkan bahwa dosa bangsa Yehuda telah tertulis dengan pena besi yang matanya dari intan, terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mazbah mereka (1). Mereka menjauh dari Allah dan menyembah berhala (2). Mereka mengandalkan manusia dan bukan Allah (5). Mereka meninggalkan Allah, Sang Sumber Air Yang Hidup. Atas perbuatan itu, Allah menghukum mereka. Allah mengizinkan harta benda mereka dirampas dan mereka kehilangan apa yang telah diberikan-Nya kepada mereka sebagai umat perjanjian (3). Mereka akan menjadi budak musuh (4). Semua itu adalah ganjaran atas dosa yang telah mereka lakukan.

Namun, Allah berjanji akan memberkati setiap orang yang mengandalkan Tuhan dan yang berharap hanya kepada-Nya. Mereka akan menikmati berkat dan damai sejahtera dari Allah. Mereka juga akan memperoleh keselamatan dan kehidupan. Tentu, itu semua sesuai janji-janji Allah bahwa Dia akan memberkati umat yang mengasihi-Nya dan melakukan segala ketetapan dan perintah-Nya. Sebaliknya, Dia akan menghukum umat yang tidak setia dan melanggar segala ketetapan yang telah difirmankan-Nya.

Tidak ada yang dapat kita sembunyikan di hadapan Allah. Dia menyelidiki dan menguji hati dan hidup kita. Dia akan memberikan balasan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Apakah kita akan menjadi umat yang mengasihi Dia ataukah kita menjadi umat yang tidak setia kepada-Nya? Ada ganjaran atas setiap perbuatan kita di hadapan Allah.

Mari kita izinkan Allah untuk menyelidiki dan mengoreksi hati kita. Jangan sampai dosa menguasai kehidupan kita. Mari kita terus hidup mengandalkan dan berharap hanya kepada Allah. Dengan demikian, kita akan menikmati berkat dan damai sejahtera yang dijanjikan Allah bagi setiap umat yang mengasihi-Nya. [MAR]


Friday 18 February 2022

UJI KESETIAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : RUT 1:1-18
Setahun : Bilangan 12-13

UJI KESETIAAN
Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.” (Rut 1:16)

Setelah melahirkan anak keempat, istri pak Suyatno tiba-tiba lumpuh total. Setiap hari pak Suyatno membersihkan kotoran, memandikan, menyuapi, dan mengangkatnya kembali ke tempat tidur. Sebelum berangkat bekerja, istrinya didudukkan di depan televisi supaya ia tidak kesepian. Pak Suyatno selalu mengajak istrinya berbincang walaupun ia tahu istrinya hanya bisa memandang tanpa sedikit pun menanggapi. Hal itu pun sudah cukup membuat pak Suyatno senang. Dua puluh lima tahun pak Suyatno menunjukkan kesetiaannya sambil membesarkan keempat anaknya. Tidak pernah sedikit pun pak Suyatno mengeluh bahkan ia tidak mengizinkan ketika anak-anaknya ingin menjaga ibunya.

Setia hanyalah sebuah kata singkat, mudah diucapkan, namun tidak mudah membuktikannya. Seseorang mungkin bisa berlaku setia ketika situasi begitu menyenangkan hatinya, tetapi bagaimana jika situasi berubah menjadi begitu buruk? Apakah ia akan tetap setia? Apakah kita setia kepada suami atau istri kita seperti janji yang pernah kita ucapkan di hadapan Tuhan? Apakah kita setia kepada Tuhan seperti komitmen kita mula-mula? Ketika situasi tidak menyenangkan, pada akhirnya kesetiaan itu akan terbukti.

Naomi sudah sangat tua, kehilangan segalanya, dan hidupnya begitu pahit. Itulah sebabnya ia meminta Rut, menantunya itu pergi meninggalkannya. Tetapi Rut menolaknya. Rut tetap konsisten dengan komitmennya untuk menemani, mengikuti, dan merawat mertuanya itu sepahit apa pun situasinya. Apakah kita memegang erat komitmen kesetiaan kita?



KESETIAAN KITA BELUMLAH TERUJI PADA SAAT SITUASI BERJALAN BAIK,JUSTRU DI SAAT-SAAT TERBURUKLAH AKAN TERBUKTIAPAKAH KITA ADALAH ORANG YANG SETIA


Thursday 17 February 2022

Jangan Lupakan Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 15:10-21
Setahun : Bilangan 10-11

Jangan Lupakan Tuhan
TB: Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku. | Yeremia 15:10 (TB)



Semua orang pernah mengalami pergumulan. Bagaimana sikap Anda saat menghadapi pergumulan hidup yang berat? Apakah Anda diam, marah, kecewa, takut, atau tetap tenang dan mengandalkan Tuhan? Bagaimana bila ada seorang yang setia selama hidupnya membela bangsanya mengalami pergumulan? Bagaimana pula, jika dalam pergumulannya tekanan justru datang dari orang yang dibela? Terlebih lagi, jawaban Tuhan berbeda dari harapan si penggumul.

Yeremia adalah seorang nabi yang setia. Ia banyak membela perkara bangsanya di hadapan Allah. Ia menyerukan pertobatan kepada bangsanya. Ketika Tuhan menyampaikan hukuman dan pembinasaan, Yeremia meminta pengampunan dan belas kasihan Tuhan.

Nas hari ini memberi gambaran pergumulan Yeremia dan apa yang dilakukannya. Ia bukan orang yang mengutangkan dan bukan pula orang yang berutang, namun ia dikutuki, sehingga ia pun berdoa (10-12). Yeremia mengalami tekanan dan ketakutan, sehingga ia pun memohon pembalasan bagi orang-orang yang mengejarnya (15). Hal itu menunjukkan betapa beratnya pergumulannya. Namun, dalam ketakutannya, ia tidak melupakan Tuhan. Kemudian, Tuhan menjamin akan membebaskan Yeremia dari pergumulannya, mengembalikan hak-haknya, melindunginya dari musuhnya, dan menjamin kelepasan dan kebebasan (19-21).

Jangan lupakan Tuhan dalam pergumulan! Sebab, Dia sanggup melepaskan dan membebaskan kita dari pergumulan yang berat. Hal itu mengajar kita agar jangan sekali-kali menyelesaikan pergumulan seorang diri! Tepatlah perkataan bijak ini: "Mereka yang selalu berlutut menghadap Tuhan, akan selalu berdiri menghadapi siapa pun".

Pergumulan hidup harus kita hadapi dengan senantiasa bersyukur dan berdoa. Meskipun jawaban pergumulan itu tidak selalu sesuai dengan harapan kita, janganlah kecewa dan melupakan Tuhan. Sebab, Dia tidak pernah meninggalkan kita. Bersyukur sampai hari ini kita masih kuat menjalani hidup, itu semua karena Tuhan. [EMR]


Wednesday 16 February 2022

KETIKA MULUT SEOLAH TERKATUP

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 3
Setahun : Bilangan 8-9

KETIKA MULUT SEOLAH TERKATUP
Lalu Samuel memberitahukan semuanya itu kepadanya dengan tidak menyembunyikan sesuatu pun. (1 Samuel 3:18a)

Pernah suatu kali saya mencoba memasukkan adik teman saya ke suatu pekerjaan. Setelah melakukan wawancara, si bos memberitahu saya kalau ia tidak diterima. Beliau kemudian meminta saya menyampaikan keputusan ini kepadanya. Namun, karena merasa tidak enak, saya hanya diam saja. Saya berpikir, “Kalau ia tidak dihubungi kembali, tentulah ia sudah tahu kalau ia tidak diterima.”

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada saat di mana kita harus menyampaikan kabar buruk kepada seseorang, entah itu kabar kecelakaan, kegagalan, kehilangan, atau kematian. Menyampaikan kabar buruk memang bukan perkara mudah. Ada perasaan tidak tega, badan menjadi kaku, dan mulut seolah terkatup tidak mampu mengutarakan apa-apa. Hal demikianlah yang juga dirasakan Samuel kecil tatkala Tuhan memberitahukan kepadanya mengenai hukuman yang hendak ditimpakan-Nya ke keluarga imam Eli. Sekiranya mungkin, Samuel ingin menyembunyikan rapat-rapat perkara itu. Namun, hal itu jelas tidak mungkin karena malam itu—karena kekeliruannya mengenali suara Tuhan—imam Eli jadi tahu kalau Tuhan sudah memanggil dan menyampaikan sesuatu kepada Samuel.

Ketika kita harus menyampaikan kabar buruk kepada seseorang, jangan pernah berpikir kalau Tuhan sedang menimpakan sebuah beban berat di pundak kita. Sebaliknya, pandanglah diri kita sebagai orang-orang kepercayaan Tuhan yang mengemban misi untuk tidak sekadar menyampaikan kabar buruk, melainkan menguatkan dan menghibur hati mereka. Ya, sudah menjadi tugas kita untuk meyakinkan setiap orang bahwa bersama Tuhan, pasti selalu ada harapan.



KETIKA KABAR BURUK DISAMPAIKAN DENGAN PENGHIBURAN DAN KEKUATAN,HAL TERSEBUT AKAN MEMUNCULKAN IMAN DAN PENGHARAPAN


Tuesday 15 February 2022

Hukuman dan Doa untuk Pengampunan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 14:1-22
Setahun : Bilangan 7

Hukuman dan Doa untuk Pengampunan
TB: Firman TUHAN yang datang kepada Yeremia mengenai musim kering. | Yeremia 14:1 (TB)



Semua orang membutuhkan air. Ada peribahasa, "Menabung air hujan untuk bekal di musim kemarau". Peribahasa itu benar karena air merupakan kebutuhan penting bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Tanpa air tidak ada kehidupan. Nas hari ini menggambarkan keadaan musim kering yang terjadi di Yehuda sebagai hukuman Tuhan. Pekerjaan-pekerjaan di ladang terkena dampaknya. Demikian juga hewan di padang dan di hutan.

Ketika kesempatan untuk bertobat berakhir, tentu hukuman dan penderitaanlah yang dituai. Dalam ayat 1-7, Yeremia menyampaikan pesan Tuhan tentang hukuman musim kering yang hebat atas Yehuda. Tuhan tidak berkenan sekalipun ada perkabungan, kesedihan, jeritan, seruan, puasa, dan persembahan korban. Bahkan Yeremia dilarang berdoa untuk kebaikan umat-Nya (11), sebab Allah telah menolak mereka sebagai umat-Nya. Hal itu menjadi pelajaran penting bagi kita agar hidup selalu berpadanan dengan firman Tuhan dan kehendak-Nya. Jangan sampai Allah tidak berkenan atas hidup, ibadah, dan persembahan kita.

Di balik hukuman dan penolakan Tuhan atas umat-Nya, ada teladan yang kita dapati dari Yeremia. Ia memperjuangkan agar Tuhan tetap mengasihani umat-Nya dan mengampuni dosa mereka (13). Berbeda dari para nabi palsu yang memanfaatkan keadaan umat untuk kepentingan pribadi, mereka mengerjakan kepalsuan semata. Mereka justru melestarikan dosa. Akhirnya, mereka menuai hukuman dan penderitaan, baik untuk dirinya maupun keluarganya (14-18). Nas hari ini menasihati kita supaya mewartakan firman Tuhan dengan benar dan tepat.

Pengalaman bangsa Yehuda tidak jauh berbeda dari kita sekarang. Berbagai peristiwa alam dan penyakit yang melanda seharusnya membuat kita berubah dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak tahu, apa yang Tuhan akan lakukan atas dunia dan manusia akibat dosa. Mari kita hidup dengan melakukan kehendak-Nya dan berdoa agar semua orang bertobat dan kembali kepada-Nya, dan berbakti hanya kepada-Nya. [EMR]


Monday 14 February 2022

MENIKMATI HIDUP BERSAMA PASANGAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : PENGKHOTBAH 9:1-10
Setahun : Bilangan 5-6

MENIKMATI HIDUP BERSAMA PASANGAN
Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu … karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari. (Pengkhotbah 9:9)

Kondisi pandemi membuat banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, termasuk dalam menjalankan pekerjaan yang dikenal dengan work from home. Beraktivitas lebih banyak di rumah bagi seorang yang sudah menikah berarti intensitas pertemuan dengan pasangan akan jauh lebih sering. Kondisi ini disyukuri oleh sebagian pasangan yang sudah lama berharap dapat lebih banyak bersama pasangan. Namun, sebagian pasangan justu merasa kurang nyaman karena harus berada lebih lama di rumah, karena relasi yang selama ini kurang terjalin dengan baik.

Ketika mencermati kehidupan manusia, Pengkhotbah tak luput menyoroti kehidupan pernikahan, lalu memberi nasihat: “Nikmatilah hidup bersama istri yang kaukasihi seumur hidupmu.” Kata “kasih” menjadi kunci dalam nasihat tersebut. Sungguh mustahil rasanya ada pasangan yang dapat menikmati kebersamaan tanpa ada kasih yang terjalin di antara mereka. Nasihat agar menikmati relasi dalam kasih ini pun diyakini oleh Pengkhotbah dapat terjalin seumur hidup, sebagai paket kebahagiaan hidup yang Allah karuniakan dalam usia manusia yang terbatas itu.

Tentu bukanlah perkara mudah menjalani hidup saling mengasihi seumur hidup. Terlebih bila kita mengingat bahwa di dalam kasih ada kesabaran, kemurahan hati, tidak boleh cemburu, dan lain sebagainya (1Kor. 13:4-7). Namun, firman Tuhan juga menegaskan bahwa kasih tidak berkesudahan (1Kor. 13:8). Suatu penegasan yang sungguh memberi harapan bagi mereka yang ingin menikmati kehidupan dalam kasih bersama pasangan, sampai maut memisahkan.



KEHIDUPAN PERNIKAHAN YANG DIJALANI DENGAN SALING MENGASIHI AKAN TERASA NIKMAT


Sunday 13 February 2022

Hukuman dan Penderitaan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 13:15-27
Setahun : Bilangan 3-4

Hukuman dan Penderitaan
TB: Dengarlah, pasanglah telingamu, janganlah kamu tinggi hati, sebab TUHAN telah berfirman. | Yeremia 13:15 (TB)



Hukuman dan penderitaan adalah buah yang dipetik bila peringatan atau teguran diabaikan. Ada kutipan mutiara bijak, "Orang harus menjaga kebaikannya, karena itu adalah investasi yang baik bagi kehidupan". Artinya, orang yang selalu berbuat baik, pasti menuai kebaikan sepanjang hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga kebaikannya, tentulah akan menuai keburukan. Tinggi hati, tidak mendengarkan Tuhan, tidak beribadah kepada Tuhan, dan tidak memuliakan nama Tuhan adalah sifat dan kebiasaan buruk manusia yang pasti membawanya kepada hukuman dan penderitaan.

Yeremia mengingatkan umat Tuhan agar jangan tinggi hati (15). Mereka harus mendengarkan Tuhan, beribadah, dan memuliakan nama-Nya (16). Yeremia menegaskan bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bertobat, mengubah perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Bila kesempatan bertobat diabaikan, Tuhan pasti mendatangkan hukuman dan penderitaan yang tak dapat dielakkan.

Yeremia mengatakan bahwa ketika kesempatan berlalu, dalam sekejap semua kebanggaan, kejayaan, kekuasaan, dan harapan akan hancur. Itulah yang dialami Yehuda, kerajaan runtuh dan rakyatnya dibawa ke pembuangan sebagai tawanan (18-19). Pihak luar yang biasanya dijadikan sebagai kawan dan membawa upeti berbalik menjadi musuh yang menawan mereka. Hal itu menimbulkan rasa sakit dan malu (20-21). Tuhan membiarkan mereka dipermalukan (24-27). Itu upah untuk mereka yang melupakan Tuhan dan memercayai dusta. Nas ini mengajarkan kepada kita untuk bertobat selagi masih ada kesempatan agar kita tidak mengalami hukuman dan penderitaan.

Marilah kita menjauhkan diri dari perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan yang dapat mendatangkan hukuman dan penderitaan! Ingat! Kesempatan itu anugerah Tuhan, jangan diabaikan, agar kita menuai kebaikan-kebaikan Tuhan, bukan hukuman dan penderitaan. [EMR]


Saturday 12 February 2022

PETRUS TIDAK DIBUANG

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 21
Setahun : Bilangan 1-2

PETRUS TIDAK DIBUANG
... Petrus pun merasa sedih karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Peliharalah domba-domba-Ku.” (Yohanes 21:17)

Bila Anda pemilik perusahaan, apakah yang Anda harapkan dari para manajer dan karyawan Anda? Mungkin Anda mendambakan agar pegawai terbaik Anda bersikap setia kepada Anda. Karyawan senior yang terlatih dan terampil dapat terus bertahan. Jangan sampai mereka meninggalkan Anda ketika perusahaan berada dalam kesulitan. Besar kemungkinan Anda tidak bakal merekrut kembali mereka yang pernah meninggalkan Anda ketika nantinya perusahaan berjaya kembali.

Namun Yesus tidak menjalankan misi-Nya sebagaimana pemilik perusahaan menjalankan usahanya. Dia memanggil murid-murid-Nya untuk diajar dan dilatih untuk melayani. Sebagai guru, Ia justru merendah dan mencuci kaki semua murid-Nya. Pada malam sebelum disalibkan, Kristus menjamu murid-Nya dengan anggur dan roti sebagai tanda pengorbanan tubuh dan nyawa-Nya. Dalam keadaan tertekan dan sedih, Yesus masih begitu sabar ketika murid-murid-Nya tertidur padahal mereka diminta berdoa. Yesus masih mampu menatap dengan kasih ketika Petrus menyangkal dan meninggalkan-Nya. Setelah Yesus bangkit, Ia menghampiri Petrus, bertanya dengan lembut, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Bukan hendak memarahi Petrus, Yesus justru meminta Petrus menggembalakan domba-Nya.

Kita pun jatuh dan bangun dalam perjalanan kekristenan kita. Rasa gagal dan bersalah saat ini mungkin membebani Anda. Namun seperti kepada Petrus, Tuhan mengasihi kita. Dia tidak membuang kita. Yesus mengampuni, bahkan hendak memakai kita. Kasihilah Kristus. Marilah peduli akan domba-domba-Nya.



KASIHILAH KRISTUS, PENEBUS KITA, DAN MARI KITA MEMEDULIKAN DOMBA-DOMBA-NYA


Friday 11 February 2022

Menanti Tahun Hukuman Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 11:18-23
Setahun : Imamat 26-27

Menanti Tahun Hukuman Tuhan
TB: TUHAN memberitahukan hal itu kepadaku, maka aku mengetahuinya; pada waktu itu Engkau, TUHAN, memperlihatkan perbuatan mereka kepadaku. | Yeremia 11:18 (TB)



Lazim terjadi, seorang pesohor, pejabat tinggi, atau pahlawan akan disambut meriah bila ia pulang ke kampung halamannya. Sebaliknya, penjahat, pengkhianat bangsa, atau teroris akan ditolak. Ironisnya, nabi-nabi Allah sering diperlakukan menurut golongan yang terakhir.

Orang-orang dari desa Anatot berkomplot akan membunuh Yeremia (21). Mereka tersinggung dan marah karena Yeremia bernubuat dan menegur dosa-dosa mereka. Padahal, ia menyampaikan firman Tuhan yang murni. Begitulah, kebenaran kadang menyakitkan. Karena menyakitkan, mereka ingin menyakiti Yeremia.

Yeremia semakin merasakan kepedihan, sebab ia berasal dari desa yang sama (lih. Yer. 1:1). Kita hanya bisa membayangkan betapa sakit hatinya mengetahui bahwa orang-orang sekampungnya hendak membunuhnya. Mereka itu teman-teman karibnya, mungkin juga sanak saudaranya.

Namun, Yeremia tidak membalas kejahatan mereka. Ia menyerahkan mereka kepada Tuhan (20). Tuhan melihat perkara itu dan menetapkan akan membinasakan seluruh penduduk Anatot. Tidak akan ada yang tersisa hidup (22, 23). Bersamaan dengan penyerbuan musuh atas Yerusalem, desa itu pun dihancurkan. Itulah tahun hukuman Tuhan.

Penolakan yang dialami Yeremia juga bisa dialami oleh orang percaya pada masa kini. Namun, meskipun mengalami kesulitan dalam pelayanan, perlindungan Allah selalu menyertai kita. Perlindungan Allah pula yang menguatkan kita ketika menghadapi penolakan dalam pelayanan.

Setiap orang yang diutus untuk memberitakan karya Allah kemungkinan akan mengalami penganiayaan. Tidak jarang, penolakan disertai ancaman datang dari sanak saudaranya sendiri. Hal itu juga terjadi pada mereka yang akhirnya memilih percaya kepada Kristus.

Kita tidak perlu membalas yang jahat. Mengikuti teladan Yeremia, kita harus menyerahkan penghakiman kepada Tuhan. Pada waktu dan cara-Nya yang ajaib, Dia akan membela umat-Nya. Bertahanlah dan nantikanlah tahun hukuman Tuhan itu! [PHM]


Thursday 10 February 2022

JANGAN ASAL TUDUH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 SAMUEL 10
Setahun : Imamat 24-25

JANGAN ASAL TUDUH
Lalu Hanun menyuruh menangkap pegawai-pegawai Daud itu, disuruhnya mencukur setengah dari janggut mereka dan memotong pakaian mereka pada bagian tengah sampai pantat mereka, kemudian dilepasnya mereka. (2 Samuel 10:4)

Nahas, raja Amon adalah sahabat raja Daud. Ketika sang raja meninggal, Hanun, anaknya menggantikannya. Lalu Daud mengirim beberapa utusan untuk menyampaikan pesan turut berdukacita, serta menunjukkan niat untuk melanjutkan persahabatan. Tetapi para pemimpin Amon menuduh mereka sebagai mata-mata untuk menghancurkan negeri mereka. Para utusan Daud diperlakukan dengan tidak hormat dan sangat dipermalukan. Perlakuan ini memicu terjadinya peperangan, yang berakhir dengan kekalahan besar bagi bangsa Amon.

Tindakan ini muncul karena buruknya diplomasi, serta pikiran negatif yang menguasai mereka. Juga karena mereka tidak belajar dari fakta masa lalu, tentang bagaimana raja mereka bersahabat baik dengan Daud. Persis sebelum kisah ini, 2Sam. 9 menceritakan bagaimana Daud menunjukkan kasih Allah kepada Mefiboset, cucu Raja Saul yang selalu ingin membunuhnya. Daud melakukannya karena perjanjiannya dengan Yonatan (1Sam. 20). Para pemuka negeri Amon lupa bahwa Daud adalah seorang yang setia, teguh memegang perjanjian dan dapat dipercaya. Penghinaan yang mereka lakukan harus dibayar dengan kehancuran satu negeri.

Terkadang kita salah memahami itikad baik seseorang. Kita terlalu berprasangka, berpikiran buruk, dan mengambil tindakan tanpa didasari bukti dan pertimbangan yang matang. Memang sewajarnyalah kita waspada, hati-hati dan tidak percaya begitu saja. Namun kita juga perlu mengumpulkan informasi yang akurat, agar tidak salah langkah, serta terhindar dari kerugian dan kehancuran.



HUBUNGAN YANG BAIK DAPAT HANCUR DALAM SEKEJAP,KETIKA PRASANGKA DAN PIKIRAN NEGATIF TELAH MENYERGAP


Wednesday 9 February 2022

Dengar dan Lakukan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 11:1-17
Setahun : Imamat 22-23

Dengar dan Lakukan
TB: Firman yang datang kepada Yeremia dari TUHAN, bunyinya: | Yeremia 11:1 (TB)



Beberapa orang berpikir seandainya mereka dapat mendengar suara Tuhan, hidup mereka akan menjadi lebih saleh. Belum tentu! Mendengar, tiada artinya bila tidak diikuti dengan ketaatan.

Perkataan perjanjian yang tertulis di sini (6) berkaitan dengan kitab perjanjian yang ditemukan di rumah Tuhan dalam masa pemerintahan Yosia (lih. 2Raj. 23:2). Di sini Yeremia disuruh Allah untuk menyerukan perintah-perintah dari kitab itu berulang-ulang. Nasib bangsa itu bergantung pada ketaatan mereka kepada perjanjian Allah. Berulang kali Nabi Yeremia menyerukan "Dengarlah perkataan-perkataan perjanjian ini!" dan "Dengarlah suara-Ku!" Sesuai titah Raja Yosia, segenap rakyat harus mendengarkan perkataan perjanjian itu. Namun, sesungguhnya hati mereka jauh dari Allah. Mereka mendengar, tetapi tidak taat.

Bangsa Israel diam-diam beribadah kepada allah-allah lain, seperti yang dilakukan nenek moyang mereka dahulu. Mereka menyembunyikan dosa itu dari raja dan nabi. Namun, Allah mengetahui perbuatan mereka (9, 10). Allah memperingatkan tentang malapetaka hebat yang akan Dia datangkan bagi bangsa itu. Begitu hebat malapetaka itu sehingga diibaratkan pohon zaitun yang terbakar dalam badai (16).

Ada ironi penghukuman Allah. Oleh karena mereka tidak mendengarkan suara-Nya, maka nanti ketika hukuman dijatuhkan, Dia tidak akan mendengarkan doa mereka. Bahkan, Yeremia pun dilarang mendoakan bangsa itu. Berdoa agar orang lain diampuni Allah hanya efektif bila orang itu sendiri berdoa.

Tuntutan Allah kepada umat-Nya adalah "Dengarkanlah suara-Ku!" Mendengar berarti taat. Kita belajar taat dengan melakukan perintah-perintah Allah yang tertulis dalam Alkitab. Dalam momen-momen khusus, kita juga belajar taat kepada Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita.

Anugerah Allah adalah bila kita dapat mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Mari kita tanggapi dengan menaati perintah-Nya! Anugerah Allah memampukan kita untuk mendengar dan melakukan segala kehendak-Nya. [PHM]


Tuesday 8 February 2022

CINTA SEJATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 SAMUEL 13:1-22
Setahun : Imamat 19-21

CINTA SEJATI
Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia. (2 Samuel 13:14)

Jatuh cinta itu mudah! Benarkah? Bagaimana pemahaman cinta sejati menurut Anda? Cinta sejati bukanlah semata-mata proses dari mata langsung turun ke hati, bukan juga terjadi pada pandangan pertama. Cinta sejati butuh proses, perlu diuji, sebab itu butuh kesabaran untuk membuktikannya.

Cinta bukanlah nafsu, meski terkadang kita sulit untuk membedakannya. Cinta, secara sederhana dapat diartikan sebagai rasa suka, tertarik atau perasaan sangat sayang. Sedangkan nafsu berarti dorongan yang kuat dari dalam diri untuk melakukan sesuatu, kecenderungan, keinginan, atau gairah yang tidak baik. Sungguh tidak mudah membedakan cinta dan nafsu, tetapi seiring berjalannya waktu, cinta dan nafsu akan teruji. Cinta sejati itu memberi, bukan merampas. Dan Amnon telah merampas kegadisan Tamar (ay. 12-14). Cinta sejati tidak berhenti mengasihi, dan tidak berakhir dengan kebencian.

Landasan seseorang dalam menjalin cinta akan sangat menentukan cara orang tersebut memperlakukan pasangannya. Orang yang menjalin hubungan dengan landasan kasih Tuhan akan memperlakukan pasangannya dengan cara-cara yang baik. Ia akan menjaga, menyayangi, memperhatikan dan memberikan yang terbaik. Mari uji hati kita! Apakah kita mencintai pasangan kita dengan cinta sejati? Cinta sejati adalah mengasihi, menghormati dan memberi yang terbaik bagi orang yang kita kasihi. Bukan cinta sejati namanya jika kita mencintai seseorang hanya karena nafsu atau mencari keuntungan apa yang bisa diperoleh dari orang yang kita cintai. Mari uji kembali cinta kita.



CINTA SEJATI PASTILAH TAHAN UJI, TETAPI NAFSU AKAN PUDAR


Monday 7 February 2022

Pilih Asli atau Palsu?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 10:1-16
Setahun : Imamat 16-18

Pilih Asli atau Palsu?
TB: Dengarlah firman yang disampaikan TUHAN kepadamu, hai kaum Israel! | Yeremia 10:1 (TB)



Seorang teman mantan teller sebuah bank terkenal menceritakan pengalamannya mengikuti pelatihan mengenali uang palsu. Selama tiga hari mereka hanya mempelajari karakteristik uang asli, bukan yang palsu. Filosofinya, jika terbiasa mengenali yang asli, maka semua ketidaksesuaian dengan yang asli pastilah palsu. Agaknya, prinsip mengenali yang asli diabaikan oleh umat Allah pada zaman Yeremia. Selama ratusan tahun, bangsa Yehuda terjebak pada allah dan ibadah yang palsu.

Tuhan, Yahwe, adalah Allah yang sejati. Karakteristik-Nya jelas. Dia hidup dan kekal (10), dapat berbicara (13), mahabijaksana (7). Murka-Nya menggentarkan umat manusia (10). Ia menciptakan langit dan bumi (12) serta mengatur segala cuaca (13). Sebaliknya, semua berhala yang tidak memiliki karakteristik Allah adalah allah palsu. Berhala-berhala yang disembah Yehuda pada dasarnya benda mati. Tidak ada nyawa di dalamnya (14). Mereka terbuat dari kayu yang dipahat, dicat dan dihias dengan emas atau perak (3, 4), lalu dikenakan pakaian (9). Berhala-berhala itu tidak dapat menciptakan apa pun (11). Hanya orang bodoh yang beribadah kepada allah palsu. Tindakan itu adalah perbuatan sia-sia.

Apa akibatnya jika orang menggunakan uang palsu? Ia mengalami kerugian, sebab uang palsu tidak diterima masyarakat dan ia bisa dihukum penjara. Namun, bila seseorang menyembah allah palsu, kerugiannya adalah kebinasaan. Dirinya mendapat hukuman kekal dari Allah sejati.

Saat ini orang-orang Kristen mungkin tidak lagi menyembah patung dari kayu atau batu. Akan tetapi, banyak orang tanpa sadar menyembah berhala-berhala modern, yaitu uang, jabatan, kekuasaan, popularitas, penampilan fisik, pencapaian atau prestasi, kesuksesan, status sosial, game-online, hobi, bakat, dan lain-lain. Berbagai hal itu pun dibenci Tuhan.

Segala yang baik bisa menjadi berhala bila kita jadikan sebagai yang utama. Berhati-hatilah agar kita tidak mengganti fokus kepada Allah dengan hal-hal yang fana! Tuhan itu Allah yang cemburu! [PHM]


Sunday 6 February 2022

DEMI REPUTASI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 RAJA-RAJA 14:1-18
Setahun : Imamat 14-15

DEMI REPUTASI
Lalu Yerobeam berkata kepada isterinya: “Berkemaslah! Menyamarlah, supaya jangan diketahui orang, bahwa engkau isteri Yerobeam, dan pergilah ke Silo. Bukankah di sana tinggal nabi Ahia! Dialah yang telah mengatakan tentang aku, bahwa aku akan menjadi raja atas bangsa ini.” (1 Raja-raja 14:2)

Setelah ia menjadi raja atas 10 suku Israel, Yerobeam mendirikan dua tempat peribadatan baru, yakni di Betel serta Dan. Ia menetapkan para imam dan sistem korban yang meniru Bait Allah di Yerusalem. Tujuannya agar rakyat tidak lagi pergi beribadah ke Yerusalem, agar tidak mengurangi loyalitas mereka kepadanya (1Raj. 12:25-33). Namun sebenarnya, Yerobeam tahu bahwa pusat ibadat tandingan itu tidak memiliki kuasa sama sekali. Ia hanya menjadikannya alat politis untuk mempertahankan takhtanya.

Ketika anaknya sakit, Yerobeam meminta istrinya pergi kepada Nabi Ahia yang tinggal di Silo untuk meminta petunjuk Tuhan. Bukan kepada ilahnya, atau nabi-nabinya. Dulu, Nabi Ahialah yang menubuatkan Yerobeam akan menjadi raja (1Raj. 11:31). Yerobeam menyuruh istrinya menyamar. Ia berpikir dapat menipu Tuhan. Juga agar tidak melemahkan pusat peribadatannya. Namun, sekalipun mata Nabi Ahia sudah kabur, ia tidak tertipu, sebab Allah sendiri yang menyingkapkan segala sesuatu kepadanya. Sang nabi pun menyampaikan berita yang keras dan menyedihkan bagi keluarga Yerobeam.

Adakalanya kita seperti Yerobeam. Tetap bertahan dengan ritual atau sikap tertentu, padahal kita tahu bahwa itu sia-sia belaka. Lalu saat semua itu nyata tak berguna, kita datang kepada Tuhan, bukan dengan pertobatan yang tulus. Namun demi kepentingan sesaat. Kita lebih memikirkan reputasi kita di mata manusia daripada jujur di hadapan Tuhan. Dan kita tahu, akibatnya adalah kehancuran. Mari, bertobatlah!



SEKALIPUN KITA MEMILIKI REPUTASI YANG HEBAT DI MATA MANUSIA, NAMUN ITU TAK BERGUNA JIKA PENILAIAN ALLAH TERHADAP KITA ADALAH SEBALIKNYA


Saturday 5 February 2022

Palsu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 8:4-17
Setahun : Imamat 11-13

Palsu
TB: Engkau harus mengatakan kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN: Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali? | Yeremia 8:4 (TB)



Terhadap diri sendiri setiap orang selalu menginginkan semua yang asli. Persoalannya, untuk mendapatkan yang asli dibutuhkan usaha dan biaya yang mahal. Sedikit saja orang yang bersedia melakukan usaha yang sungguh-sungguh serta mengeluarkan biaya mahal untuk mendapatkan yang asli.

Celakanya, ada saja pihak-pihak yang melihat, memanfaatkan, dan mengambil keuntungan dari mereka yang ingin memiliki semua tanpa usaha dan biaya. Lalu, muncullah berbagai produk palsu, tak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga non materi. Lebih celaka lagi, ternyata peminatnya sangat banyak.

Pola seperti itu sudah terjadi sejak zaman dahulu. Bacaan kita saat ini mencatat bahwa kepalsuan bukanlah hal yang aneh dan asing. Yehuda enggan untuk kembali kepada yang benar (4), mereka semua berpegang pada tipu (5, 10, 11), tidak jujur (6), tidak merasa malu (12), dan menuduh Allah melakukan kejahatan (14). Dengan semua daftar kejahatan itu, maka tak ada pilihan lain kecuali mengatakan bahwa Yehuda memang hidup dalam kepalsuan. Hidup di luar Allah tidak ada kebenaran. Tanpa kebenaran, yang ada hanya kepalsuan.

Mungkin ada di antara kita yang pernah mengalami dicibir orang lain karena kita menggunakan barang palsu. Atau sebaliknya, mencibir orang lain yang menggunakan barang palsu. Untuk barang yang palsu, orang sulit menerima. Bagaimana bila menyangkut ibadah yang palsu, apakah Allah menerima?

Secara fisik orang masih melakukan semua ritual keagamaan. Pergi ke rumah ibadah, berdoa, dan membaca Kitab Suci. Namun, itu semua sekadar pencitraan untuk menipu orang lain agar kelihatan baik dan bagus. Bila ibadah yang kita lakukan ternyata palsu, maka Allah bukan saja akan menolak, tetapi juga memberi hukuman.

Bukan berarti orang tak boleh pergi ke rumah ibadah, tak boleh berdoa, dan tak boleh baca Kitab Suci. Boleh, bahkan harus! Namun, lakukanlah semua itu dengan kesungguhan! Lakukan semua itu karena kita bersyukur kepada Allah, bukan demi kepalsuan diri! [JCP]


Friday 4 February 2022

SAAT KERAGUAN MELANDA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 11:2-19
Setahun : Imamat 9-10

SAAT KERAGUAN MELANDA
Lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:3)

Apakah seorang yang mengaku beriman kepada Tuhan berarti ia tidak akan pernah meragukan-Nya? Sejujurnya, dalam situasi tertentu terkadang entah timbul dalam pikiran atau mungkin juga sempat terucap, kita kerap kali meragukan-Nya. Hal inilah yang dialami oleh Yohanes Pembaptis. Ketika ia dipenjara oleh Herodes, ia menyuruh murid-muridnya untuk menanyakan kemesiasan Yesus.

Wajarkah pertanyaan seperti itu terucap dari mulut Yohanes, sang pembuka jalan bagi Mesias itu? Jika pertanyaan itu terlontar, pastilah ia punya alasannya. Yohanes, saat itu bisa jadi memikirkan Nabi Elia yang diluputkan Tuhan dari musuh-musuhnya, tapi mengapa ia dibiarkan dipenjara karena keberaniannya menegur dosa Herodes? Ia juga berpikir mengapa Mesias tidak berbuat apa-apa untuk menolongnya? Yohanes mulai ragu. Barangkali ia pun memikirkan Yesus hanyalah sosok seperti dirinya dan bukan Mesias yang sesungguhnya. Meski dilanda keraguan, Yohanes mengambil langkah yang tepat yaitu bertanya untuk mencari tahu jawabannya dari Yesus sendiri. Dan Yesus pun menjawab pertanyaan Yohanes itu.

Di saat Yohanes meragukan-Nya, Yesus tidak marah. Yesus justru menghargai kerendahan hati Yohanes yang mau bertanya kepada-Nya. Ketika sebuah persoalan membuat iman kita diombang-ambingkan dan menjadi ragu, Yesus memberikan sebuah tawaran agar kita datang kepada-Nya (Mat. 11:28). Sebab hanya dari Dialah kita mendapatkan jawaban pasti yang akan membebaskan kita dari segala keraguan. Yesus akan memberi kelegaan bagi kita!



SAAT KERAGUAN IMAN MELANDA, YESUS ADALAH JAWABAN PASTIUNTUK MENGUBAH KERAGUAN ITU MENJADI PERCAYA


Thursday 3 February 2022

Hindari Neraka

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 7:29-8:3
Setahun : Imamat 7-8

Hindari Neraka
TB: Cukurlah rambut kepalamu dan buanglah! Angkatlah ratapan di atas bukit-bukit gundul, sebab TUHAN telah menolak dan membuang bangsa yang kena murka-Nya! | Yeremia 7:29 (TB)



Andi Meriem Matalata pernah memopulerkan sebuah lagu yang berjudul "Lenggak Lenggok Jakarta". Satu bagian dari lagu itu mengatakan bahwa di Jakarta orang dapat menemukan bukan hanya surga dunia, tetapi juga neraka dunia.

Gambaran tentang surga dan neraka memang sangat dekat dan akrab dalam hidup kita. Namun, lazimnya gambaran tersebut menunjuk kepada tempat yang adanya di luar sana, bukan di dalam dunia.

Menarik sekali, bacaan kita pada hari ini menunjukkan gambaran tentang neraka yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Kisah itu terjadi dalam kehidupan bangsa Yehuda pada masa lalu. Dalam pemberontakannya terhadap Allah, Yehuda mendirikan bukit pengurbanan yang diberi nama Tofet di Lembah Ben Hinom (31). Di sana orang membakar anak-anak mereka, laki-laki dan perempuan. Bukankah itu menggambarkan neraka?

Bukan hanya membakar anak-anak, mereka juga menajiskan Bait Allah dengan meletakkan patung ilah lain di dalamnya (30). Ini pemberontakan yang tak dapat ditolerir. Sebab, apa yang mereka kerjakan bukan perintah Allah, bahkan itu tak pernah ada dalam hati Allah (31). Atas tindakan mereka, Allah menjatuhkan hukuman yang sangat berat. Bagi mereka, tak ada tempat untuk menguburkan mayat (32), mayat mereka akan jadi makanan burung (33), tak ada sukacita (34), tulang nenek moyang akan dikeluarkan dari dalam kubur menjadi pupuk (8:1, 2), dan tak ada harapan (8:3). Hukuman itu sangat berat.

Neraka, ternyata dapat dialami dalam kehidupan manusia sekarang, di bumi ini. Tak perlu menunggu nanti bila orang sudah mati. Siapa yang menciptakan neraka? Tak lain dan tak bukan adalah manusia itu sendiri ketika mereka memberontak terhadap Allah.

Hari ini kita diingatkan lagi, apakah kita sudah menjadi orang-orang yang hidup taat kepada Allah atau justru menjadi orang-orang yang memberontak kepada Allah? Apabila kita memberontak terhadap Allah, maka sejatinya kita sudah hidup di dalam neraka. Bertobatlah, kembali kepada Allah agar kita tidak menjalani kehidupan di dalam neraka! [JCP]


Wednesday 2 February 2022

SEPERTI JAZ

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 17
Setahun : Imamat 4-6

SEPERTI JAZ
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu …. (Amsal 17:17a)

Persahabatan sejati selalu diwarnai oleh kasih. “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,” kata Amsal. Salah satu wujudnya adalah kesediaan untuk mengupayakan terwujud dan terawatnya harmoni. Masalahnya: mereka yang ada dalam persahabatan itu adalah pribadi-pribadi berbeda, yang tetap membutuhkan kebebasan. Berarti, upaya mewujudkan harmoni itu harus dilakukan seraya memelihara kebebasan tiap pribadi. Itu sulit, memang. Namun, hal sulit itu dengan rela dijalani.

Anda lihat? Persahabatan itu seperti jaz. Di pentas jaz, para musisi bermain begitu rupa untuk mewujudkan harmoni dan keindahan bersama. Hal yang menonjol di sana adalah kebebasan. Upaya meraih harmoni dan keindahan dilakukan dalam kebebasan yang besar bagi tiap musisi untuk berimprovisasi sesuai gaya masing-masing. Namun, kebebasan berimprovisasi itu selalu diletakkan dalam rangka mewujudkan serta menjaga harmoni dan keindahan. Memang benar bukan?

Persahabatan itu seperti jaz.Harmoni indah,yang menjadi harapan dan tujuannya,digapai dalam limpah ruah kebebasan,tempat meluap, meliuk, melejit, menggeletar, menggelegaksemua bentuk dan kadar ekspresi individual,termasuk nada-nada disonan,sinkopasi-sinkopasi tak terduga,yang tak selalu mudah dimengerti.

Persahabatan sejati menghormati kebebasan tiap pribadi untuk memainkan “musiknya” sendiri. Dalam pada itu, tiap pribadi menghidupi kebebasannya justru untuk mewujudkan harmoni dan keindahan yang menjadi harapan bersama. Dan itulah kasih. Iya bukan?



PERSAHABATAN SEJATI MENGHORMATI KEBEBASAN TIAP PRIBADIUNTUK MEMAINKAN “MUSIKNYA” SENDIRI.—O.S. Raille


Tuesday 1 February 2022

Bertobatlah!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 7:1-15
Setahun : Imamat 1-3

Bertobatlah!
TB: Firman yang datang kepada Yeremia dari pada TUHAN, bunyinya: | Yeremia 7:1 (TB)



Satu di antara banyak kosakata khas Kristen adalah bertobat. Kata ini diambil dari kata dalam bahasa Yunani metanoia, yang berarti berbalik. Ya, bertobat adalah berbalik 180 derajat.

Bacaan kita hari ini secara khusus mengajak kita untuk mengingat dan menjalankan pertobatan. Hal pertama yang sangat menarik dari setiap proses pertobatan adalah bahwa kesempatan untuk bertobat itu selalu datang dari Allah. Dialah yang meminta umat untuk bertobat (3,5).

Apa hebatnya? Hebatnya adalah bahwa kesempatan itu menjadi penanda akan kasih Allah yang luar biasa. Bayangkan bila Allah tak pernah memberi umat-Nya kesempatan untuk bertobat. Bila kesempatan bertobat tak pernah diberikan, maka kita tak akan pernah merasakan kasih Allah yang luar biasa. Kita akan binasa, terputus dan hidup di luar kasih Allah.

Melalui Yeremia, Allah memberi kesempatan bertobat kepada umat-Nya. Umat diminta berlaku adil dengan tidak menindas orang asing, anak yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah, dan tidak mengikuti allah lain (6). Allah meminta agar umat berbalik dari semua tingkah langkah dan perbuatan mereka yang seperti penyamun (11); kembali kepada Allah. Hanya ketika umat bersedia kembali, maka Allah bersedia untuk tetap tinggal di tengah umat dan berkenan untuk mereka temui (3,7). Tetapi bila umat tak bersedia bertobat, maka mereka akan dibuang dari hadapan Allah (15).

Manusia memang tempatnya kesalahan. Oleh karena itu, setiap manusia selalu punya potensi untuk memberontak terhadap Allah. Namun, hal itu bukan alasan untuk hidup jauh dari Allah. Sebaliknya, justru karena sadar bahwa setiap manusia berpotensi untuk melakukan kesalahan, maka hidup dekat dengan Allah harus menjadi keniscayaan.

Hari ini kepada kita semua dibukakan lagi kesempatan untuk bertobat. Mari kita sadari apa saja dosa-dosa kita kepada Allah. Mari kita datang kepada-Nya, mengakui semua dosa itu, meminta pengampunan dan bertobat, agar Allah tetap bersama kita. [JCP]