Sunday 31 July 2022

Hidup dalam Didikan Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Amsal 3:11-26
Setahun : Kidung Agung 5-8

Hidup dalam Didikan Tuhan
TB: Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. | Amsal 3:11 (TB)



Semua orang tua tentu menginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang terbaik. Orang tua mau anaknya mengenyam pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi yang terbaik, dididik oleh guru atau dosen yang terbaik sehingga anaknya memperoleh kualitas pendidikan yang terbaik. Seorang pendidik yang baik tentu diyakini memiliki ilmu yang diperoleh dari sumber yang baik dan mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga anak didik akan terdidik secara lebih baik.

Salomo, penulis amsal, berharap agar anaknya mau dididik oleh Tuhan. Ia yakin, Tuhan selalu menginginkan yang terbaik untuk umat-Nya. Terkadang, Tuhan mengizinkan kita mengalami pencobaan dan kesulitan supaya kita hidup sesuai dengan kekudusan dan kehendak-Nya.

Bila kita lalai melakukan sesuatu dan menyimpang dari jalan Tuhan, kita akan mengalami sesuatu yang mungkin merupakan peringatan dari Tuhan; kita disadarkan untuk kembali ke jalan Tuhan. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan begitu mengasihi dan memerhatikan kita (11-12).

Masalah atau beban hidup menjadi semacam ujian dalam proses belajar. Maka, penyerahan diri terhadap penyertaan dan perlindungan Tuhan menjadi dasar bagi kita untuk tetap berjalan di jalan Tuhan. Sebab, Tuhan sumber kebijaksanaan, pengertian, dan pengetahuan memampukan kita bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan, agar sesuai dengan maksud serta kehendak-Nya untuk mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan (13-17). Ia menjaga kita tetap berjalan dalam kehendak-Nya dan mendatangkan damai sejahtera. Tuhan tidak akan membiarkan orang yang mengandalkan Dia terjebak dalam jebakan-jebakan yang dipasang musuh (23-26).

Bersyukurlah bila Tuhan berkenan mendidik kita. Hal itu menjadi bukti bahwa Ia sangat mengasihi dan memerhatikan kita. Dia akan memampukan kita dalam mengambil keputusan dan menuntun kita agar tetap berjalan dalam kehendak-Nya. Andalkanlah Tuhan sepanjang hidup kita. Dia akan memberikan keamanan dan senantiasa menjaga kita. [CHR]


Saturday 30 July 2022

MEMANDANG DENGAN BENAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : DANIEL 12
Setahun : Kidung Agung 1-4

MEMANDANG DENGAN BENAR
“Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.” (Daniel 12:10)

Setiap hari Lin mengunggah foto di dinding media sosialnya. Melihat foto-foto Lin, banyak teman iri. Pikirmereka, betapa bahagianya menjadi Lin. Tidak seperti mereka yang harus menghabiskan waktu untuk bekerja, dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. Siapa sangka, jika jauh dalam hati Lin tidak sebahagia penampilan foto yang diunggahnya?

Kepada Daniel, malaikat Tuhan memberikan gambaran akhir zaman yang penuh penderitaan. Banyak orang akan mencoba menyelidiki peristiwa yang terjadi, tetapi usaha mereka sia-sia. Sebab Tuhan akan menguji dan memurnikan mereka. Orang jahat tidak akan mengerti, bahkan mereka akan terus berlaku jahat. Namun mereka yang bijaksana akan memiliki pengertian. Pemimpin yang bijaksana dan para pengajar hal baik dan adil yang akan bersinar selamanya. Karena itu Daniel pun diharapkan setia sampai akhir.

Seteru Allah akan terus berupaya menggagalkan keselamatan orang percaya. Hal ini akan membuat kejahatan di dunia semakin tak terkendali. Sementara para pelakunya seolah bebas menikmati hidup. Penuh bahagia, tanpa beban, bebas melakukan aksinya. Melihat yang demikian tentu sangat mudah melemahkan iman dan pengharapan, membuat kita mempertanyakan keberadaan dan kekuasaan Tuhan. Namun jangan lupa bahwa rencana Tuhan tak pernah gagal. Dia pasti akan menegakkan kebenaran dan keadilan sesuai cara-Nya. Kita hanya perlu memurnikan iman dan pengharapan kepada-Nya, sehingga kita dimampukan untuk mengerti setiap hal dengan cara pandang yang tepat.



DALAM KESUKARAN, PERGUMULAN DAN TANTANGAN, FIRMAN TUHAN ADALAH KEKUATAN YANG MEMAMPUKAN KITA MENJAGA KESETIAAN


Friday 29 July 2022

Keuntungan Memiliki Hikmat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Amsal 2:10-22
Setahun : Pengkhotbah 9-12

Keuntungan Memiliki Hikmat
TB: Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; | Amsal 2:10 (TB)



Kita tidak dapat memungkiri bahwa salah satu motivasi seseorang melakukan atau memperjuangkan sesuatu adalah karena keuntungan. Jika tidak ada untungnya, buat apa berusaha melakukannya? Sayang sekali, banyak orang tidak menyadari bahwa memiliki hikmat mendatangkan keuntungan besar dalam kehidupan manusia.

Apakah untungnya memperoleh hikmat? Perikop bacaan hari ini memaparkan keuntungan dari hikmat yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa keuntungan memiliki hikmat adalah memelihara dan menjaga kehidupan kita (11). Pertanyaannya adalah memelihara dan menjaga kehidupan kita dari apa? Jawabannya, hikmat akan menjaga dan memelihara kita dari orang-orang atau tindakan-tindakan yang jahat, licik, amoral, dan perbuatan dosa lainnya (12-19).

Dunia di mana kita hidup hari ini adalah dunia yang makin jahat, makin licik, dan makin amoral. Memiliki hikmat adalah cara yang ampuh untuk menjaga diri kita supaya tidak terjerumus ke dalam kehidupan dunia yang makin gelap dan bengkok tersebut. Karena itu, penulis Kitab Amsal menasihatkan kita supaya hidup di jalan yang baik dan benar, bersikap jujur dan tidak bercela (20-21). Artinya, kita harus memelihara kehidupan yang kudus di hadapan Tuhan dan tidak ikut arus dunia yang makin dekat kepada kebinasaan. Kekudusan dan kesalehan akan memelihara hidup kita terhindar dari kejahatan, kelicikan, dan amoralitas sehingga kehidupan kita tetap diperkenan Tuhan di tengah dunia yang penuh dengan dosa ini.

Apakah kita sedang merasa khawatir dengan kondisi dunia yang makin merosot secara moral saat ini? Mungkin kita merasa khawatir anak-anak kita, atau kita sendiri akan terperosok ke dalam arus dunia yang makin sesat ini. Kekhawatiran kita sangatlah wajar karena memang kenyataannya demikian. Namun, ingatlah bahwa ada hikmat Tuhan yang menjaga dan memelihara kita dari kondisi dunia ini. Karena itu, berdoalah kepada Tuhan dan mintalah hikmat-Nya. [ABL]


Thursday 28 July 2022

MEMATAHKAN STIGMA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 15:1-3,11-32
Setahun : Pengkhotbah 5-8

MEMATAHKAN STIGMA
Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” (Lukas 15:2)

Sejak kanak-kanak sampai SMP, Dodi bersekolah dan bermain bersama teman-teman sebaya. Dia dikenal sebagai pribadi yang baik. Setelah lulus SMP, Dodi putus sekolah dan harus bekerja di toko setiap hari. Walau tak sempat bermain, teman-teman sebaya dan juga para tetangga tetap menilainya baik. Namun, penilaian ini mendadak berubah ketika Dodi terbukti mencuri barang di rumah tetangga dan harus masuk penjara. Sejak saat itu, stigma “pencuri” terus dikenakan terhadap dirinya hingga kesempatan untuk bertobat seakan tiada lagi.

Pada waktu Tuhan Yesus melayani di tengah dunia, kecenderungan memberi stigma sesama juga sudah ada. Dalam bacaan saat ini, kita bisa melihat bagaimana orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengenakan stigma “pendosa” terhadap orang-orang yang perilakunya tidak sesuai dengan standar moral mereka. Itulah sebabnya mereka bersungut-sungut ketika melihat Yesus menerima, bahkan makan bersama para pemungut cukai dan “orang-orang berdosa”. Rupanya, di mata orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, para pemungut cukai dan “orang-orang berdosa” itu sudah tidak mungkin lagi bertobat. Akan tetapi, melalui perumpamaan tentang anak yang hilang, Tuhan Yesus mengajarkan cara pandang baru bahwa kesempatan untuk bertobat masih terbuka lebar bagi mereka.

Oleh karena itu, mari, sesuai dengan identitas kita sebagai ciptaan baru di dalam Kristus, kita terus berjuang untuk mematahkan stigma yang selama ini kita kenakan terhadap sesama, termasuk mereka yang pernah sedemikian bersalah di mata kita. Dengan demikian, kita akan membantu para “pendosa” untuk bertobat dan mengalami pengampunan dosa.



MARI MEMATAHKAN STIGMA TERHADAP SESAMADAN “MEMBUKAKAN PINTU PERTOBATAN” BAGI PARA “PENDOSA”


Wednesday 27 July 2022

Ketika Hikmat Memanggil

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Amsal 1:20-33
Setahun : Pengkhotbah 1-4

Ketika Hikmat Memanggil
TB: Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, | Amsal 1:20 (TB)



Dalam dunia ini banyak hal dapat menjadi pengejaran dalam hidup manusia. Kesuksesan, kekuasaan, ketenaran, dan kenyamanan hidup seolah memanggil-manggil kita sehingga perhatian kita teralih dan terfokus padanya. Bahkan, tidak jarang kita meninggalkan hal-hal yang sangat berharga dalam hidup kita seperti iman, keluarga, dan kesehatan untuk mengikuti panggilan-panggilan dunia tersebut.

Dalam bacaan hari ini, hikmat digambarkan penulis amsal seperti seseorang yang berteriak memanggil siapa saja yang ditemuinya (20-21). Terlebih ketika hikmat bertemu dengan mereka yang tidak mau menjadi lebih bijak dalam hidupnya. Hikmat itu seolah-olah mengingatkan mereka serta terus memanggil mereka untuk bertobat dan berubah supaya setiap orang dapat hidup lebih baik dan lebih benar. Sebab sesungguhnya, Tuhan Sang Sumber hikmat itu ingin mengajar dan menyatakan kebenaran-Nya (22-23). Namun sayangnya, banyak orang yang menolak dan mengeraskan hati.

Banyak orang merasa dirinya cukup berpengetahuan juga cukup mampu untuk mengatur dan menjalankan hidup yang sempurna sehingga menolak untuk diatur oleh Tuhan. Banyak orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka adalah orang yang berdosa dengan banyak cacat cela sehingga sering membuat kesalahan dan bertindak bodoh dalam hidupnya. Mereka itulah orang-orang yang Amsal sebut sebagai orang bebal dan yang hidupnya akan menuju kepada kebinasaan (32).

Oleh sebab itu, hari ini kita diingatkan untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati serta bersedia mendengar dan menerima nasihat. Ada pun nasihat yang Tuhan nyatakan kepada kita adalah panggilan hikmat yang mengingatkan kita ketika kita merenungkan firman-Nya. Tuhan juga menegur kita melalui pasangan atau sahabat kita, rekan-rekan sepelayanan, bahkan juga orang-orang yang kurang kita sukai. Tuhan dapat memakai siapa saja dan situasi apa saja untuk menuntun kita kepada jalan yang benar.

Oleh karena itu, ikutilah panggilan hikmat yang sedang berseru-seru memanggil kita. [ABL]


Tuesday 26 July 2022

DIAMPUNI UNTUK MENGAMPUNI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 18:21-35
Setahun : Amsal 28-31

DIAMPUNI UNTUK MENGAMPUNI
“Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Matius 18:35)

Ketika seseorang melukai kita, kita dapat menulisnya di atas pasir agar angin maaf berembus menghapus tulisan itu. Ketika sesuatu luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak pernah hilang tertiup angin. Itulah petikan nasihat kuno namun relevan agar kita tidak mudah menyimpan kesalahan orang lain. Banyak mengingat kebaikan orang lain memudahkan kita memaafkan orang lain.

Jika 1 talenta senilai 6.000 dinar, 1 dinar senilai upah 1 hari kerja maka utang 10.000 talenta senilai 60 juta dinar, yang harus dibayar sedikitnya 166 ribu tahun bekerja. Bandingkan dengan utang 100 dinar saja. Itulah gambaran dosa kita yang sangat besar yang tidak dapat diampuni dengan upaya kita apa pun. Namun itu telah diampuni oleh raja yakni Bapa Surgawi. Kita harus mengampuni orang lain yang sudah pasti kesalahannya lebih kecil dari dosa kita yang telah diampuni Bapa kita di surga.

Menganggap diri lebih baik dari orang lain, merupakan pemupukan kesombongan diri yang merupakan halangan bagi kita untuk mengampuni orang lain. Kita adalah manusia dengan dosa sangat besar yang hanya dapat dan telah ditebus sangat mahal dengan darah Yesus. Kesalahan sesama kita menjadi tidak berarti dibanding utang dosa kita yang telah dibayar Yesus. Sehingga tidak ada halangan lagi bagi kita mengampuni sesama. Adakah kita belum mengampuni kesalahan sesama kita? Mari ingat kembali pengorbanan Yesus bagi penebusan utang dosa kita.



TIDAK ADA KESALAHAN YANG TIDAK DAPAT KITA AMPUNI,SELAMA KITA MEMANDANG PENGAMPUNAN YESUS ATAS UTANG DOSA KITA


Monday 25 July 2022

Menjadi Orang Berhikmat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Amsal 1:1-7
Setahun : Amsal 24-27

Menjadi Orang Berhikmat
TB: Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel, | Amsal 1:1 (TB)



Dalam bagian pertama Kitab Amsal, tercantum tujuan dari penulisan kitab itu, yaitu untuk menolong setiap orang yang membacanya agar mereka mengetahui hikmat, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (1-4). Kitab Amsal sejatinya dibutuhkan oleh setiap orang, sebab tidak ada seorang pun yang sempurna. Kitab Amsal bukan hanya dibutuhkan oleh mereka yang kurang pengetahuan, melainkan juga oleh mereka yang pandai. Sebab, orang-orang yang penuh pengetahuan pun belum tentu berhikmat.

Hikmat tidak sama dengan pengetahuan. Hikmat lebih dalam dan luas daripada sekadar informasi. Hikmat adalah sikap dasar yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Hikmat menolong seseorang untuk dapat membedakan yang benar dan salah, yang baik dan buruk, kemudian memilih keputusan yang tepat dalam keseharian hidupnya. Hikmat bahkan memampukan seseorang memilih yang terbaik di antara yang baik.

Tidak semua orang dapat memiliki hikmat karena hikmat bersumber dari Tuhan. Hanya mereka yang hidup di dalam Tuhan yang dapat memperolehnya. Sebab, dasar dari hikmat adalah takut akan Tuhan (7). Hidup yang takut akan Tuhan adalah kehidupan yang menghormati Tuhan, meninggikan Tuhan, mengutamakan Dia, dan menaati firman-Nya. Oleh karena itu, setiap orang yang tidak beriman kepada Tuhan tidak akan bisa memilikinya, sepandai dan sehebat apa pun dia. Sebaliknya, mereka yang beriman kepada Tuhan dan menjadikan firman Tuhan sebagai dasar hidupnya dapat memiliki hikmat. Pikiran, sikap, dan tindakan yang diserahkan ke dalam kendali Tuhan akan memampukan seseorang menjadi pribadi yang berhikmat.

Adakah kita hari ini termasuk orang-orang yang berhikmat? Ketika kita menghadapi kesulitan, kita akan dimampukan untuk memilih yang benar dan diperkenan oleh-Nya. Ketika orang lain meminta pendapat, kita pun dapat dimampukan untuk menuntun orang pada kebenaran karena hikmat dari Tuhan. Maukah Anda memiliki hidup yang demikian? Hiduplah takut akan Tuhan. [ABL]


Sunday 24 July 2022

JANGAN PERNAH BERKHIANAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 11:3
Setahun : Amsal 20-23

JANGAN PERNAH BERKHIANAT
Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya. (Amsal 11:3)

Tidak ada orang yang suka dengan pengkhianatan. Kalaupun ada, kemungkinan besar hanya dari pihak yang diuntungkan oleh orang yang berkhianat itu. Karakter yang jelas dimiliki seorang pengkhianat adalah ketidaksetiaan dan keegoisan. Demi kepentingan dirinya sendiri, si pengkhianat rela melanggar janji kesetiaan yang dibuatnya. Karena itulah, kekecewaaan sungguh besar dirasakan oleh orang yang menjadi korbannya.

Tuhan benci dengan pengkhianatan. Dan pastinya, orang yang suka berkhianat tidak mungkin diberkati Tuhan karena tidak mencerminkan sifat kesetiaan, yang menjadi karakter Tuhan. Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan setiap orang yang dikasihi-Nya, sekalipun mereka sering kali tidak setia kepada-Nya. Tidak pernah pula, Ia mengingkari janji yang dibuat-Nya. Bukti kesetiaan Tuhan yang tak pernah berubah ini membuat kita percaya penuh kepada-Nya.

Orang yang pernah berkhianat akan gampang berkhianat lagi. Karena itulah dengan pengkhianat, biasanya kita menjaga jarak dan tidak mau dekat-dekat. Kita khawatir kalau satu saat nanti kita yang menjadi korbannya. Namun, jangan kita sibuk menuding orang lain sebagai pengkhianat, tetapi ternyata kita juga tidak berbeda jauh dengan itu. Jangan pernah mengkhianati orang lain, seperti apa pun tekanan yang sedang kita hadapi. Pegang setiap rahasia, janji, dan kepercayaan yang telah dibuat. Kalau kita sendiri tidak mau dikhianati, jadilah pribadi yang setia dan tulus hingga akhir!



KEPERCAYAAN YANG DIBANGUN BERTAHUN-TAHUN DAPAT HANCURDALAM SEKEJAP KARENA PENGKHIANATAN!


Saturday 23 July 2022

Waspadai yang Bermulut Manis

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 16:17-24
Setahun : Amsal 15-19

Waspadai yang Bermulut Manis
TB: Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! | Roma 16:17 (TB)



Ajaran sesat atau palsu tampaknya merupakan sesuatu yang tidak pernah lepas dari kekristenan di sepanjang zaman. Mulai dari Perjanjian Lama (PL) sampai Perjanjian Baru (PB), tercatat di Alkitab bahwa akan terus ada penyesatan. Sepanjang sejarah umat Allah dan gereja, ajaran sesat hadir dalam berbagai bentuk, aspek, isi, dan cara. Oleh karena itu, sikap waspada adalah cara yang terus ditekankan oleh Alkitab untuk menghadapi ajaran palsu.

Sebelum mengakhiri surat Roma ini, Paulus mengingatkan jemaat untuk mewaspadai orang-orang yang menyesatkan yang ada di tengah-tengah jemaat (17-20). Pada saat itu ada orang-orang yang kelihatannya melayani, tetapi pada dasarnya apa yang mereka lakukan bertentangan dengan firman Tuhan. Kita tidak tahu persis apa ajaran mereka atau apa yang mereka lakukan, namun Paulus menekankan bahwa mereka menimbulkan perpecahan dan godaan di dalam jemaat. Paulus juga mengingatkan bahwa motivasi mereka yang sebenarnya bukanlah melayani Tuhan, melainkan mencari keuntungan diri sendiri. Paulus menasihati jemaat untuk mewaspadai mereka karena kemunafikan dapat mengecoh jemaat. Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang berkata muluk-muluk dan berbahasa manis (18). Mungkin mereka masuk ke dalam kategori yang disebut Tuhan Yesus sebagai serigala berbulu domba.

Bagaimana cara kita menghadapi orang-orang yang bermulut manis di tengah-tengah komunitas orang percaya? Pertama, Paulus meminta kita untuk menghindari mereka. Sikap menghindar adalah langkah pencegahan dari pengaruh orang-orang munafik tersebut terhadap keutuhan jemaat. Kedua, bijaksana dalam membedakan yang baik dan yang jahat. Maka dari itu, kita harus terus bergaul dengan firman Tuhan sebagai sumber pengajaran yang sehat dan sejati.

Seberapa setiakah kita dalam menggali kebenaran Alkitab sehingga kita makin dapat membedakan ajaran asli dan palsu? Luangkan waktu kita lebih lama untuk bergaul dengan Alkitab dan hindari mereka yang bermulut manis. [ABL]

Roma 16:17-24

Paulus mengingatkan jemaat di Roma agar waspada terhadap orang-orang yang memutarbalikkan ajaran Kristus dan rasul-rasul-Nya. Paulus meminta jemaat di Roma untuk menghindari guru-guru palsu karena mereka itu tidak melayani Kristus, tetapi melayani perut mereka sendiri.

Paulus juga mengingatkan kita bahwa Kristus selalu menyertai jemaat dengan kasih karunia-Nya yang berlimpah. Kekuatan kasih karunia Kristus dapat kita rasakan melalui persekutuan dengan firman-Nya dan persekutuan dalam Roh-Nya. Justru di tengah dunia yang makin kacau dan tak menentu ini, janji berkat ilahi dapat kita alami.


Friday 22 July 2022

PADA HARI INI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 6:5-15
Setahun : Amsal 11-14

PADA HARI INI
“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (Matius 6:11)

Sepasang suami istri pergi berjualan sayuran di pasar. Sayuran itu laris manis. Mereka mendapat keuntungan yang lumayan. “Mari kita bersyukur karena Tuhan baik,” kata sang suami kepada istrinya. “Tetapi bagaimana bila besok sayuran kita tidak laku?” tanya sang istri. “Tak perlu khawatir akan hari esok,” jawab sang suami, “Cukuplah alasan kita mengucap syukur bila pada hari ini Tuhan memberkati.”

Yesus mengajarkan doa Bapa Kami. Sepenggal kalimat doa itu adalah, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (ay. 11). Sungguh menarik Yesus meminta kita memohon berkat kepada Bapa bukan untuk satu minggu, satu bulan atau satu tahun, melainkan hanya pada hari ini. Dua hal dapat kita pelajari. Pertama, tidak khawatir akan hari esok. Jika hari ini Tuhan menyediakan berkat, esok tentu Dia kembali menyediakan berkat. Jika hari ini kita dimampukan Tuhan menghadapi tantangan, esok juga Dia berikan kita kekuatan untuk menghadapi tantangan baru. Tidak perlu hari ini mencemaskan kesusahan yang mungkin terjadi esok hari. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat. 6:34b). Kedua, bersyukur tanpa bertangguh. Jika pada hari ini ada berkat atau pertolongan Tuhan kita terima, cukuplah alasan kita mengucap syukur. Cukuplah alasan kita berkata, “Tuhan baik.”

Tuhan tetap sama, dahulu sekarang sampai selamanya. Pada hari ini Dialah pedoman. Segala yang Tuhan lakukan pada hari ini akan Dia lakukan hari esok, esok lagi, dan seterusnya. Maka tidak perlu lagi kita merasa khawatir! Sekarang, kita dapat mengucap syukur sebab pada hari ini kita sudah mengecap kebaikan Tuhan.



BILA PADA HARI INI TUHAN MELAKUKAN KEBAIKAN BAGI KITA,MAKA ESOK DAN SELAMANYA TUHAN JUGA MELAKUKAN KEBAIKAN BAGI KITA


Thursday 21 July 2022

Jawaban yang Bijak

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 15:22-33
Setahun : Amsal 6-10

Jawaban yang Bijak
TB: Itulah sebabnya aku selalu terhalang untuk mengunjungi kamu. | Roma 15:22 (TB)



Kita tentu punya prioritas dalam hidup ini. Prioritas mengacu pada pilihan hidup yang mengutamakan yang terpenting di antara yang penting. Namun, kita sering diperhadapkan pada pilihan antara Tuhan, pekerjaan, atau keluarga. Terlebih lagi, tawaran dunia ini kerap kali membuat kita kehilangan fokus dan malah tergoda untuk berjalan di jalan yang menyimpang.

Rasul Paulus tidak kehilangan arah hidupnya. Baginya, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (lih. Flp. 1:21). Dalam suratnya untuk jemaat di Roma, Paulus dengan bijak dan lembut menyatakan kerinduannya untuk mengunjungi mereka. Namun, karena terhalang sesuatu hal, ia belum dapat berkunjung (22-23). Ada prioritas yang harus ia kerjakan sehingga beberapa tahun lamanya ia tidak mengunjungi jemaat di Roma. Namun, ia berharap akan dapat mengunjungi mereka dalam perjalanannya ke Spanyol (24).

Paulus menjelaskan bahwa masih ada tugas lain yang harus ia kerjakan. Ia harus mengantarkan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan (25-27). Ia berjanji setelah menunaikan tugasnya, ia akan segera mengunjungi orang-orang Kristen di Roma (28-29). Ia juga meminta dukungan jemaat supaya ia dapat melayani di tempat yang akan ia kunjungi nanti (30). Hal itu menyiratkan kedekatan Paulus dengan mereka. Paulus bukan sekadar memberikan nasihat, tetapi ia juga mengajak mereka untuk sama-sama bergumul dalam doa kepada Allah. Bila akhirnya ia bertemu mereka nanti, itu terjadi semata-mata karena kehendak Allah.

Kerap kali kita dinilai sombong dan tidak berempati karena lebih mengutamakan prioritas hidup kita. Namun, mari kita renungkan kembali, apakah kita sudah menyampaikan dengan jujur apa yang menjadi kerinduan kita dan keadaan yang sedang kita alami? Mari kita ikuti teladan Rasul Paulus yang mau menyampaikan kerinduannya dan keadaan yang sedang ia hadapi kepada jemaat di Roma.

Mari kita bertekad untuk mau menyatakan isi hati dengan jujur dan bijak, serta menetapkan prioritas hidup seperti Rasul Paulus. [SLM]


Wednesday 20 July 2022

KAMI MASIH DI SINI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 16:23-33
Setahun : Amsal 1-5

KAMI MASIH DI SINI
Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya, “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!” (Kis. Pr. Rasul 16:28)

Karena gempa itu, pasung yang membelenggu terlepas, dan semua pintu penjara terbuka (ay. 26). Paulus dan Silas bisa saja lari dari penjara. Tetapi, mereka memilih bertahan di sel mereka. Mengapa mereka melakukan itu?

Paulus dan Silas tahu, dijaga sangat ketat dan dipasung di sel paling dalam (ay. 23-24) menandakan bahwa mereka tahanan sangat penting. Jika mereka kabur, hal amat buruk pasti menimpa para petugas penjara. Untuk menjauhkan hal amat buruk itulah, Paulus dan Silas memilih tetap di sel mereka. Dan, itu benar! Ketika kepala penjara mengira Paulus dan Silas kabur, dia hendak bunuh diri (ay. 27). Rupanya ada risiko yang jauh lebih menakutkan ketimbang mati. Untunglah, Paulus dan Silas mencegahnya, "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" (ay. 28).

Ketika sesama dilibat masalah, situasi bisa begitu rupa hingga dia sangat bergantung pada pertolongan kita. Hanya kita, walau kita bukan siapa-siapa baginya. Sebagai orang luar, sangat masuk akal jika kita memilih menghindar. Namun jika tindakan menghindar itu membuatnya tak punya peluang untuk lepas dari masalah, bukankah di titik itu kita perlu mengingat teladan Paulus dan Silas?

Jika kita memang memiliki sesuatu untuk menolong, Paulus dan Silas memberi teladan agar kita tidak menghindar dari masalah yang menimpa sesama, juga meski sebenarnya kita bebas—bahkan sangat masuk akal—untuk menghindar. Kita justru diundang untuk berkata seperti Paulus dan Silas, “Jangan khawatir. Kami masih di sini!”



BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENARUH BELAS KASIHANKEPADA ORANG YANG MENDERITA.—Amsal 14:21b


Tuesday 19 July 2022

Belajar Peduli

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 15:1-13
Setahun : Mazmur 144-150

Belajar Peduli
TB: Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. | Roma 15:1 (TB)



Kita semua punya kelemahan. Banyak orang yang lemah butuh pertolongan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka atau untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi. Rasul Paulus mengingatkan: kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat (1). Janganlah kita berdiam diri, sementara di sekitar kita ada orang yang membutuhkan uluran tangan kita.

Oleh Rasul Paulus, kita diajar untuk tidak mencari kesenangan diri sendiri, tetapi mementingkan kepentingan sesama kita. Motivasi kita dalam menolong sesama adalah demi kebaikannya (2). Kita diharapkan saling membangun dan makin bertumbuh di dalam iman, bukan karena pujian atas apa yang kita lakukan, melainkan karena Yesus yang telah menjadi teladan buat kita.

Yesus hidup menuruti kehendak Bapa. Ia menyuarakan firman Allah, melakukan mukjizat, dan menolong orang-orang yang lemah. Meskipun Ia layak diagungkan, Yesus tidak memegahkan diri. Yesus bahkan mau merendahkan diri-Nya dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Ingat, membasuh kaki biasa dilakukan oleh pelayan atau budak pada zaman itu. Ia menanggung cercaan dan tetap tekun menyampaikan firman Allah (3-6). Semua itu dilakukannya untuk membawa kebenaran dan keteladanan agar para murid-Nya melakukan hal yang sama.

Saat ini, manusia berlomba-lomba untuk mencapai posisi tinggi, saling sikut demi mencapai keinginannya yang fana. Banyak orang tidak lagi peka terhadap sesama. Rasa peduli perlahan pudar dan pertengkaran sering terjadi. Banyak orang tidak dapat hidup rukun. Banyak orang enggan membantu sesamanya.

Sebagai anak Allah, kita harus hidup dengan cara yang diajarkan Tuhan Yesus. Meski kebaikan kita tidak dihargai dan sering disalahartikan, Allah ingin kita tetap peduli. Kiranya Allah sumber pengharapan memenuhi kita semua dengan segala sukacita dan damai sejahtera, memberikan kepada kita kekuatan untuk saling bertekun dan berlomba-lomba untuk berbuat baik. Mari kita belajar peduli dan tetap setia sampai akhirnya nanti. [SLM]


Monday 18 July 2022

UCAPAN TERAKHIR BETSIE

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YUNUS 2
Setahun : Mazmur 139-143

UCAPAN TERAKHIR BETSIE
“Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.” (Yunus 2:7)

Pada Perang Dunia II, Betsie dan Corrie ten Boom ditawan dalam kamp konsentrasi Ravensbrück. Keluarga ten Boom ditangkap karena menyembunyikan orang-orang Yahudi di kediaman mereka. Meski menderita di situ, keduanya tetap mengadakan ibadah bersama dan menguatkan sesama tawanan. Beberapa hari sebelum Corrie dibebaskan, Betsie meninggal karena sakit. Ucapan terakhirnya kepada adiknya sungguh menggetarkan hati, “Tidak ada lubang yang begitu dalam di mana Tuhan tidak hadir di situ.”

Yunus memang berada dalam perut ikan karena alasan ketidakpatuhan pada panggilan Tuhan (ps. 1). Tetapi, apa pun, doa si nabi yang menyadari kesalahannya di pasal 2 ini, memberi pesan kuat tentang kesetiaan, kerahiman, dan kemahahadiran Tuhan yang tak terbatas. Kegelapan di dasar lautan dalam perut ikan tak sanggup mencegah Dia hadir. Tak menghalangi sebuah doa dipanjatkan ke hadirat-Nya. Di situ Yunus merasakan doanya didengar, bahkan ia merasa seperti sedang berdoa di Bait Suci (ay. 7). Jika Tuhan hadir, perut ikan yang menyeramkan pun tetap bisa berfungsi menjadi kapel yang menenteramkan jiwa.

Tak jarang hidup ini membawa kita ke tempat-tempat yang tak dikehendaki. Ada yang harus mendekam dalam tahanan, tidur di tenda pengungsian, berada di ruang operasi atau bangsal rumah sakit, bahkan ruang jenazah dari kekasih yang telah pergi. Kendatipun demikian, tempat-tempat itu tak pernah dapat menjauhkan kita dari Tuhan. Ketika hidup ini menggiring ke tempat paling bawah, itulah saat terbaik untuk menengadah ke atas—membisik doa—dan dikuatkan.



JANGAN BIARKAN KESUSAHANMU MENGHENTIKAN DOAMU, TETAPI BIARLAH DOAMU YANG MENGHENTIKAN SUSAHMU


Sunday 17 July 2022

Ingat, Jangan Menghakimi!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 14:1-12
Setahun : Mazmur 132-138

Ingat, Jangan Menghakimi!
TB: Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya. | Roma 14:1 (TB)



Mari kita menjawab dengan cepat: Apa respons Anda jika melihat pengemis meminta di jalanan padahal ia masih muda? Apa respons Anda jika melihat teman tidak pergi ke gereja? Apa pula respons Anda ketika mendengar perceraian teman yang aktif pelayanan di gereja?

Tentu, kita punya pendapat masing-masing dalam menilai orang yang agaknya melakukan hal-hal yang berbeda dari kita. Penilaian kita tentu subjektif. Cara pandang kita dipengaruhi oleh pengetahuan yang kita terima, pengalaman yang kita jalani, pergaulan, tuntutan profesi, ataupun latar belakang keluarga. Bahkan, kita mudah sekali menghakimi sesama yang tak sesuai dengan pola pikir kita.

Dalam perikop hari ini, kita diminta bertumbuh dalam kasih sehingga memiliki kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani seseorang dilihat dari bagaimana memperlakukan orang lain. Salah satunya adalah tak mudah menghakimi, menerima orang yang lemah iman tanpa mempercakapkan pendapatnya (1). Hal itu secara serius dibahas oleh Paulus dalam membangun komunitas orang percaya.

Ada banyak alasan orang menjadi lemah iman. Mungkin, ia adalah petobat baru yang masih memiliki sedikit pemahaman. Mungkin pula ia lemah karena kurangnya pengajaran atau sedang mengalami banyak penderitaan. Kebutuhan orang yang lemah iman adalah penguatan. Kita dipanggil untuk memberikan penguatan bagi saudara kita yang mengalami lemah iman.

Kita sering kali terjebak dalam melihat perbedaan dan cenderung mudah menghakimi orang yang berbeda dari kita. Seperti halnya makanan (2-3) , kejatuhan seseorang (4), ataupun hari-hari yang penting dan hari-hari yang tidak penting (5-6). Padahal, Allah sendiri menerima setiap orang apa adanya. Kristus datang bukan untuk menghakimi, melainkan menjadikan orang-orang berdosa sebagai sahabat dan membawa mereka kepada kehidupan baru. Kristus telah hadir menjadi Tuhan atas semua orang.

Ingat, jangan menghakimi! Sebab, kita semua kelak harus menghadap pengadilan Allah. [SLM]


Saturday 16 July 2022

BERKAT BAGI KETURUNAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 11:21
Setahun : Mazmur 120-131

BERKAT BAGI KETURUNAN
Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan orang benar akan diselamatkan. (Amsal 11:21)

Kita hidup jangan hanya memikirkan sebatas diri kita sendiri, termasuk dari setiap konsekuensi tindakan kita. Apa yang kita perbuat tidak hanya berdampak kepada diri sendiri, tetapi berdampak kepada generasi berikutnya. Tidak jarang kita dengar curahan hati seorang anak yang harus menanggung malu, akibat tingkah buruk orang tuanya. Di sisi lain, ada pula anak yang bangga mewarisi pola hidup yang baik dari orang tua atau kakek neneknya.

Sekalipun tidak ada jaminan bahwa pastilah generasi ketiga, keempat, atau kelima akan berlaku sama baik atau buruknya dengan apa yang kita buat sekarang, tetapi selalu ada pengaruh yang kita tinggalkan. Sikap baik kita menimbulkan efek yang hebat, seperti setetes air yang menimbulkan gelombang panjang yang terus bergerak hingga belasan meter jaraknya.

Inilah berkat Tuhan bagi setiap orang yang berlaku benar di hadapan-Nya. Bukan hanya si pelaku yang akan diselamatkan Tuhan, akan tetapi Tuhan juga berjanji memelihara keturunannya untuk tetap dalam anugerah pemeliharaan-Nya yang setia.

Karena itu, perhatikan dengan saksama bagaimana kita hidup di saat ini. Tetap tunjukkan sikap jujur yang penuh integritas dan karakter yang baik. Bertanggungjawablah dengan setiap pilihan dan kesempatan yang didapatkan. Biarlah setelah kita tidak ada, generasi kita akan bersyukur menikmati berkat dari hidup kita yang benar di hadapan Tuhan!



TUHAN MEMPERHATIKAN SIKAP KITA YANG TAAT DI ZAMAN INIDAN MEMBERKATINYA TERUS SAMPAI GENERASI KITA BERIKUTNYA


Friday 15 July 2022

Menghidupkan Suara Hati

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 13:1-7
Setahun : Mazmur 119

Menghidupkan Suara Hati
TB: Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. | Roma 13:1 (TB)



Bukan sebuah kebetulan kita ada di dalam sebuah negara. Di negara mana pun, tentu ada yang menjadi pemimpin. Ada pemimpin yang bijaksana, ada pula pemimpin yang kejam. Dalam hal pemimpin, kita diminta untuk merespons dengan kesadaran penuh bahwa kehadiran pemimpin adalah perwakilan Allah untuk rakyatnya.

Paulus menulis surat pada masa kekaisaran Romawi. Pada masa itu, ada pemimpin yang tak bersahabat dengan orang Kristen. Kendati demikian, Paulus mengajak jemaat di Roma untuk takluk atau tunduk kepada pemerintah (1) dan senantiasa berbuat kebaikan dalam hidup bermasyarakat (3). Hal yang tak mudah itu hanya bisa dilakukan jika jemaat menyadari bahwa Allah berdaulat atas negara, siapa pun dan bagaimanapun pemimpinnya. Bagian jemaat adalah menyadari penuh bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan mereka (4).

Bagaimana kita dapat memiliki kerelaan untuk tunduk kepada pemerintah sekalipun kebijakan dan aturannya sering kali tak sesuai harapan? Kuncinya ada dalam hal menaklukkan diri (5). Penaklukan diri adalah kemampuan terbesar untuk menghidupkan suara hati. Saat hal itu terjadi barulah kita bisa menilai diri dengan jernih.

Suara hati adalah tempat Allah mengajar kita secara pribadi. Melalui pengajaran Allah, kita dimampukan untuk bijaksana dalam menempatkan diri, mengukur diri, dan memahami kapasitas diri. Kita pun menjadi makin bijak dalam menjalankan hak dan kewajiban kita, baik di dalam keluarga maupun dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Sebagai pribadi yang mengasihi Allah, kita diminta untuk secara bijak berkontribusi terhadap pemerintah. Misalnya adalah dengan membayar pajak dan cukai tepat waktu, hal itu merupakan ukuran kepatuhan yang paling sederhana. Kita pun dapat menghormati pemerintah, mulai dari tingkat yang terendah sampai tingkat yang tertinggi.

Tak ada pemerintah yang sempurna. Kita hanya diminta menghargai dan menerima mereka sebagai wakil Allah yang rencana-Nya selalu sempurna pada waktu-Nya. [SLM]


Thursday 14 July 2022

BANTUAN TEPAT WAKTU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 SAMUEL 16:1-4
Setahun : Mazmur 108-118

BANTUAN TEPAT WAKTU
Lalu bertanyalah raja kepada Ziba: “Apakah maksudmu dengan semuanya ini?” Jawab Ziba: “Keledai-keledai ini bagi keluarga raja untuk ditunggangi; roti dan buah-buahan ini bagi orang-orangmu untuk dimakan; dan anggur ini untuk diminum di padang gurun oleh orang-orang yang sudah lelah.” (2 Samuel 16:2)

Saat Pak Yusuf sekeluarga harus menjalani isolasi mandiri di rumahnya akibat terinfeksi virus Covid-19, alih-alih menyebarkan gosip dan menjauhi mereka, para tetangganya secara rutin meletakkan makanan di depan rumahnya sampai sering kali berlebih, bahkan mereka juga menanyakan makanan favoritnya. Mereka juga tidak segan membantu berbelanja kebutuhan lain yang mereka perlukan, seolah mendukungnya untuk segera sembuh.

Mengulurkan tangan untuk meringankan beban orang lain yang kesusahan juga dilakukan oleh Ziba, hamba Mefiboset ketika Daud sedang dalam pelarian akibat pemberontakan anaknya, Absalom. Bantuan yang kita berikan pada saat yang tepat bukan hanya melegakan perasaan orang yang kita tolong, melainkan juga menjadi “oase” bagi orang yang sedang tertekan sehingga ia dapat menatap hari selanjutnya dengan lebih bersemangat.

Ketika kebanyakan orang cenderung “dingin” dan tidak lagi peka terhadap permasalahan orang lain, sebagai orang percaya hendaknya kita selalu mengutamakan kasih dengan bertanya kepada diri kita, “Siapa orang yang Tuhan mau saya bantu hari ini?”

Bukalah hati Anda bagi Tuhan sehingga panggilan-Nya untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan dapat Anda penuhi sebaik-baiknya, tanpa mengeluh sedikit pun karena bagaimanapun, sudah selayaknya kita yang telah mengecap kebaikan-Nya membagikan berkat yang Dia berikan kepada siapa saja yang sedang dilanda kesukaran sehingga Allah yang penuh kasih dapat nyata di tengah-tengah mereka.



SENTUHAN KASIH TUHAN DALAM HIDUP KITA ADALAH LANDASAN KITA UNTUK BERGEMAR MEMBANTU SESAMA


Wednesday 13 July 2022

Hidup Baru demi Kemurahan Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 12:1-8
Setahun : Mazmur 106-107

Hidup Baru demi Kemurahan Allah
TB: Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. | Roma 12:1 (TB)



Apa yang kita lakukan setelah mendapatkan sesuatu yang penting dan berharga dengan cuma-cuma? Tentu, kita akan mengucapkan terima kasih dan akan menjaga pemberian itu dengan sebaik-baiknya. Dalam perikop-perikop sebelumnya, Paulus menjelaskan tentang tindakan Allah dalam kemurahan-Nya bagi orang-orang bukan Yahudi. Allah mengaruniakan keselamatan dengan cuma-cuma.

Dalam perikop hari ini, Rasul Paulus mendorong jemaat yang telah menerima kemurahan Tuhan untuk mempersembahkan sesuatu dari dirinya, yakni hidup baru demi kemurahan Allah. Mereka dinasihati untuk mempersembahkan tubuhnya kepada Allah (1).

Bagi orang-orang Yunani, tubuh hanyalah penjara, sesuatu yang dipandang rendah dan memalukan. Sedangkan, orang Kristen yang sungguh-sungguh di dalam Kristus percaya bahwa tubuh adalah milik Allah. Persembahan tubuh di sini berarti tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, melainkan menyerahkannya kepada Allah untuk dipakai sebagai senjata kebenaran. Ada peringatan agar jemaat jangan menjadi serupa dengan dunia, tetapi berubah oleh pembaruan budi sehingga dapat membedakan kehendak Allah (2). Jemaat di Roma diminta untuk hidup berpusat pada Kristus, bukan lagi berpusat pada diri sendiri.

Menurut Paulus, proses selanjutnya dari hidup baru juga harus tercermin dalam kehidupan bersama di dalam persekutuan sebagai tubuh Kristus. Dalam hal ini, Paulus mendorong jemaat di Roma untuk saling mengenal dan saling menerima (3-5) serta menggunakan karunia Allah untuk bersama-sama membangun jemaat (6-8).

Orang yang menyadari betapa penting dan berharganya kemurahan Allah bagi dirinya, tahu apa yang harus dia lakukan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Kita dinasihati untuk melakukan suatu cara hidup yang diperbarui, yaitu hidup baru yang memuliakan Allah. Jika hari ini kita menyadari bahwa kita belum sepenuhnya hidup baru, mintalah Roh Kudus menolong kita. [EMR]


Tuesday 12 July 2022

MENGELOLA KEKAYAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 RAJA-RAJA 10:14-29
Setahun : Mazmur 101-105

MENGELOLA KEKAYAAN
Adapun emas, yang dibawa kepada Salomo dalam satu tahun ialah seberat enam ratus enam puluh enam talenta. (1 Raja-raja 10:14)

Salomo mewarisi takhta yang kokoh dari ayahnya, Daud, serta berbagai kelimpahan materi. Saat itu, musuh-musuh Israel telah takluk dan mereka harus membayar upeti. Tak ada ancaman berarti, sehingga ia dapat membangun Bait Allah. Selain itu, ia juga menjalankan berbagai bisnis, khususnya di bidang perdagangan dan perkapalan. Pendapatannya per tahun ialah sebesar 666 talenta emas, yakni sekitar 22,6 ton. Itu belum hasil usaha lainnya. Tak heran bahwa saat itu “banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu” (ay. 27).

Lalu, bagaimana Salomo mengelola kekayaan itu? Selain digunakan untuk kepentingan pribadi dan untuk istananya, emas-emas itu digunakan untuk membangun Bait Allah serta berbagai perkakasnya. Juga digunakan untuk kesejahteraan seluruh penduduk Israel (1Raj. 4:25). Namun sayangnya, sikap hati yang lurus itu tidak berlangsung seterusnya. Ketika ia menyimpang dari ketetapan Allah dengan mengawini banyak perempuan asing, kekayaannya juga terkuras untuk membiayai hidup seribu istri (1Raj. 11:3). Nantinya, ia hanya mewariskan kerajaan yang keropos kepada anaknya, beserta pajak tinggi yang dibebankan kepada rakyat. Itulah penyebab pecahnya kerajaan Israel menjadi dua.

Harta kekayaan—seberapa pun banyaknya—pasti akan habis jika tidak dikelola secara bijak, yakni jika hidup boros, berfoya-foya, serta tidak memikirkan masa depan. Semuanya bermula di saat hidup kita tak lagi selaras dengan firman Tuhan. Karenanya, hendaknya kita terus berpaut kepada-Nya, agar kita melangkah dengan benar, termasuk dalam mengelola harta milik kita.



BAHKAN GUNUNG EMAS PUN AKAN TANDAS TANPA BEKAS,JIKA KITA TIDAK MENGELOLANYA DENGAN CERDAS


Monday 11 July 2022

Jangan Sombong, Takutlah!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 11:11-24
Setahun : Mazmur 92-100

Jangan Sombong, Takutlah!
TB: Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. | Roma 11:11 (TB)



Oleh kemurahan Allah, bangsa-bangsa di luar Israel berpeluang besar memperoleh anugerah yang bersumber dari Allah Israel (11-12). Rasul Paulus mendorong orang-orang yang telah diselamatkan itu untuk tetap hidup dalam anugerah keselamatan Allah, tetap beriman, tidak sombong, dan takut akan Allah.

Paulus tidak malu mengaku sebagai seorang Israel, yang diutus melayani sebagai rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dan berharap dapat menyelamatkan beberapa orang sebangsanya (13-14). Israel masih berpeluang diselamatkan jika beriman kembali kepada Allah (23). Keselamatan adalah anugerah yang bersumber pada Allah, diberikan dengan cuma-cuma kepada manusia berdasarkan iman kepada-Nya. Karena ketidakpercayaan Israel, peluang emas menjadi terbuka lebar bagi bangsa-bangsa lain. Mereka ibarat cabang pohon zaitun liar yang dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, karena merekalah cabang-cabang kudus yang dipotong agar turut mendapatkan keselamatan.

Rasul Paulus memberikan pesan bagi orang-orang yang hidup dalam anugerah keselamatan Allah, "Janganlah, sombong, tetapi takutlah!" (20). Rasul Paulus berharap agar orang-orang percaya belajar dari sejarah kegagalan Israel dan diingatkan untuk tidak mengulanginya. Orang-orang percaya diajak untuk melihat segala kebaikan Allah dan konsekuensi kemarahan Allah. Sadarilah, Allah berkuasa memberikan dan mengambil kembali anugerah yang telah diberikan bagi umat-Nya.

Kesadaran itu harus bertumbuh dan berkembang dalam hidup keseharian kita. Menjadi Kristen saja bukanlah jaminan kita menerima anugerah keselamatan Allah. Dalam segala hal, kita dituntut untuk tetap beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, tidak sombong, dan takut akan Allah.

Pupuklah hidup yang adalah anugerah dari Allah dengan keimanan, keteraturan, keharmonisan, kebijaksanaan, dan kebermaknaan hidup di mana pun juga. Janganlah sombong untuk sesuatu yang kita dapatkan dalam hidup dan takutlah akan Tuhan dengan hidup menurut firman-Nya dan melakukan firman itu. [EMR]


Sunday 10 July 2022

PERTUKARAN YANG SANGAT BERHARGA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 13:44-46
Setahun : Mazmur 88-91

PERTUKARAN YANG SANGAT BERHARGA
“Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Matius 13:46)

Seorang anak tetangga saya yang berumur 5 tahun menyukai permen coklat. Suatu hari saya menawarkan permen jeli dengan bentuk binatang yang lucu. Sebelum ia meraihnya di telapak tangan saya, saya memintanya untuk menukarkan dengan permen coklat di tangan kirinya. Semula ia keberatan, setelah sekian menit ia memandangi terus permen jeli yang lucu, akhirnya ia memutuskan dengan gembira untuk menukarkan permen coklatnya dengan permen jeli dengan berbagai macam bentuk binatang lucu.

Pertukaran adalah prinsip mencari Kerajaan Allah. Pedagang bersedia menjual seluruh miliknya demi mutiara yang berharga (ay. 46). Kerajaan Allah ibarat seperti mutiara berharga. Semua hal yang kita anggap berharga dalam hidup kita, harus rela ditukarkan demi Kerajaan Allah. Nilai-nilai hidup dalam Kerajaan Allah yang membuat sangat berharga dari apa pun yang selama ini kita anggap berharga. Jika pedagang tadi enggan menjual seluruh miliknya, mustahil ia memperoleh mutiara berharga.

Seperti pedagang di atas, kita pun harus rela menukarkan semua hal yang selama ini kita anggap paling berharga demi mendapatkan Kerajaan Allah. Banyak hal yang selama ini kita anggap berharga seperti kekayaan, status sosial, ego, prestasi, kepandaian, kegagalan, dan sebagainya yang membuat kita enggan menukarkannya dengan Kerajaan Allah. Penyangkalan diri, memikul salib dan mengikut Yesus adalah panggilan Kerajaan Allah (Mat. 16:24). Bersediakah kita menukarkan semua yang kita anggap berharga dengan panggilan Kerajaan Allah tadi?



PERLU KERELAAN MENUKARKAN SEMUA YANG KITA ANGGAP BERHARGA, DEMI MENDAPATKAN KERAJAAN ALLAH


Saturday 9 July 2022

Mendengarkan Firman Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 10:16-21
Setahun : Mazmur 81-87

Mendengarkan Firman Tuhan
TB: Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?" | Roma 10:16 (TB)



Banyak orang berpendapat bahwa mendengar humor bisa makin menenangkan hati dan pikiran. Yang lain berpendapat bahwa mendengarkan musik bermanfaat bagi kesehatan, seperti menenangkan pikiran, memberi energi pada tubuh, dan mengelola rasa sakit. Sekalipun tak dapat diselaraskan dengan cerita humor dan musik, bagaimana dengan mendengarkan firman Tuhan yang darinya iman timbul?

Rasul Paulus menegaskan dalam perikop ini tentang kegagalan Israel, keberhasilan bangsa-bangsa lain, dan kebebalan yang terulang kembali dalam sejarah pertumbuhan kekristenan di Roma. Ada dua hal yang Paulus tekankan di sini. Pertama, tidak semua orang menerima kabar baik (16). Kedua, mereka mendengar tetapi tidak merespons (18). Padahal, iman tumbuh dari mendengarkan pemberitaan tentang Kristus (17; bdk. Ibr. 11:1).

Iman berarti percaya kepada pengharapan terbesar, yaitu Tuhan Yesus yang telah menjelma menjadi manusia, menjalani hidup yang sempurna, mati sebagai kurban untuk dosa manusia, dan bangkit naik ke surga sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya mendapatkan kemuliaan kekal.

Paulus juga menegaskan bagaimana Allah berkuasa membangkitkan kecemburuan bangsa Israel dan amarahnya karena Ia telah mengalihkan anugerah-Nya kepada bangsa-bangsa lain dan terhadap bangsa yang bebal (19-20).

Pengajaran Paulus hari ini merupakan peringatan bagi kita agar kegagalan Israel tak terulang bagi kita pada masa kini. Kita dapat mengintrospeksi diri, apakah kita masih setia mendengarkan firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya? Allah menghendaki iman kita timbul dari pendengaran terhadap firman-Nya.

Memutuskan untuk membaca satu perikop kitab di dalam Alkitab secara pribadi atau bersama keluarga dapat dimulai hari ini. Dengarkanlah Tuhan berbicara kepada kita tentang kehendak-Nya. Berdoalah agar kita selalu siap mendengarkan dan menerima firman Tuhan yang disampaikan oleh para hamba Tuhan, sekalipun pengajarannya sangat menegur kita. [EMR]

Roma 10:16-21

Allah memperdengarkan berita keselamatan kepada bangsa-bangsa di luar Israel. Bangsa-bangsa itu kemudian merespons dengan iman dan menerima anugerah keselamatan. Walau demikian, Allah tidak menutup pintu rapat-rapat bagi orang Israel. Meski Ia telah menyatakan belas kasih-Nya kepada bangsa-bangsa lain, kasih-Nya kepada bangsa Israel masih tetap tercurah. Allah selalu berusaha menjangkau Israel. Ia mau mengajak mereka untuk kembali kepada-Nya dan menikmati kasih karunia-Nya.

Kisah kasih setia Allah terhadap bangsa Israel mengingatkan kita kepada orang-orang yang sudah berulang kali mendengar Injil, tetapi belum juga terbuka hatinya dan belum mau bertobat. Jangan pernah menyerah, sebab Allah masih ingin memakai kita untuk berbicara kepada orang-orang yang mengeraskan hati dan menutup diri terhadap Injil. Yakinlah bahwa pemberitaan Injil tak akan sia-sia.


Friday 8 July 2022

SENJATA KASIH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 12:17-21
Setahun : Mazmur 78-80

SENJATA KASIH
Janganlah kamu dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:21)

Festo Kivengere, seorang pemimpin Anglikan Uganda pernah ditanya oleh seorang wartawan, “Apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda duduk di hadapan Idi Amin, sang diktator kejam itu, dengan sepucuk senjata di dekat Anda?” Jawaban yang muncul kemudian sungguh mengejutkan, karena Festo berkata bahwa ia akan memberikan senjata itu kepada Idi Amin, sambil berujar, “Saya rasa senjata ini seharusnya milik Anda. Senjata saya adalah kasih.”

Sejak manusia lahir di muka bumi, benih dosa yang dikandung dalam diri manusia seperti tinggal menunggu waktu untuk manusia melakukan kejahatan. Tindakan Kain membunuh Habel menjadi bukti yang tak terbantahkan, yang dipicu oleh kegagalan Kain menguasai diri saat iri hati dan amarah mulai berkecamuk dalam dirinya. Kondisi yang semakin mengerikan akan tercipta manakala seseorang memiliki kuasa dan pengaruh yang besar. Namun, sebagai orang percaya kita meyakini bahwa tindakan yang dilakukan atas dasar kasih jauh lebih kuat dari tindak kejahatan apa pun yang mungkin dilakukan manusia. Itulah sebabnya firman Allah menasihatkan, bahkan mendorong agar kita jangan kalah terhadap kejahatan, tetapi mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Kejahatan tampak menarik pada awalnya, bahkan memuaskan jiwa manusia yang melakukannya. Namun, dampak yang dihasilkan oleh tindakan kasih jauh melebihi kesenangan atau kepuasan semu yang dihasilkan oleh perbuatan jahat. Orang yang bijak tak hanya memahami perkara ini, tetapi sangggup memutuskan untuk menjauhi kejahatan dari hidupnya.



KETIKA HARUS MEMILIH BERBUAT JAHAT ATAU MENGASIHI, PILIHLAH MENGASIHI ORANG LAIN!


Thursday 7 July 2022

Ironi Anugerah Keselamatan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 9:30-10:3
Setahun : Mazmur 72-77

Ironi Anugerah Keselamatan
TB: Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. | Roma 9:30 (TB)



Ketika pengantin wanita melemparkan buket bunga ke belakang, para lajang yang telah berbaris segera berlompatan untuk merebutnya. Namun, siapa sangka, bunga itu jatuh di pangkuan seorang gadis yang sekadar duduk-duduk di belakang. Begitulah ironi yang hendak dilukiskan melalui bacaan hari ini.

Selama ribuan tahun orang-orang Yahudi berusaha keras menaati aturan-aturan agama yang ketat, mereka berharap beroleh keselamatan kekal (9:31-32). Namun, Allah justru mengaruniakan keselamatan itu secara cuma-cuma kepada bangsa-bangsa yang bahkan tidak pernah berpikir untuk mencarinya (9:30). Mengapa demikian? Sebab, orang-orang Yahudi mengandalkan kebenaran mereka sendiri (10:2-3).

Kenyataannya, sejak semula Allah telah menetapkan bahwa keselamatan kekal semata-mata adalah anugerah-Nya, yang diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus (Ef. 2:8). Maka, segala usaha untuk "membeli" keselamatan kekal dengan menukarnya dengan amal ibadah pribadi adalah sebuah kesombongan. Allah membenci setiap bentuk kesombongan.

Sayangnya, sampai sekarang masih banyak orang Kristen yang berpikir ala Yahudi. Mereka masih mengira bahwa bila mereka menyumbang kepada gereja, rajin mengikuti sakramen, memanjatkan doa sepanjang hari, atau berpuasa Senin-Kamis, maka mereka akan masuk surga.

Kepada orang-orang seperti itu, kita perlu mengajarkan bahwa tanpa iman kepada Yesus, semua perbuatan baik manusia adalah sia-sia. Sembari itu, kita harus mengingatkan diri kita agar tidak jatuh ke dalam kesombongan. Sehebat apa pun pencapaian kita dan seluas apa pun pelayanan kita, itu semua adalah anugerah dari Allah.

Sebagai bangsa bukan Israel, sepatutnya kita bersyukur atas kemurahan Allah. Dulu kita tidak termasuk bagian dari umat perjanjian-Nya. Kita bahkan tidak peduli dengan arti keselamatan kekal. Meski begitu, Allah berkenan menyampaikan berita Injil kepada kita. Keselamatan itu dijatuhkan ke pangkuan kita. Terpujilah Yesus, Juru Selamat segala bangsa. [PHM]


Wednesday 6 July 2022

ATAS NAMA CINTA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 12:9-21
Setahun : Mazmur 67-71

ATAS NAMA CINTA
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. (Roma 12:11)

Bagi sebagian ibu bekerja, pulang kerja bukan berarti saatnya istirahat. Mereka masih harus memasak, membereskan rumah, juga mengasuh anak. Bukan karena belum lelah, melainkan cinta terhadap keluarga. Cinta membuahkan kesadaran akan hakikat sebagai istri dan ibu yang bertanggung jawab. Melihat tingkah polah anak yang super aktif pun mereka sebut sebagai pengobat lelah.

Sebagai orang Kristen, hakikat diri kita adalah bait, imam, sekaligus persembahan bagi Allah. Hidup kita adalah sarana menyenangkan hati Allah. Inilah alasan kita harus mengisi hidup dengan kesalehan. Bukan sekadar menjauhi dosa, melainkan juga hidup di dalam kasih dan kekudusan, serupa dengan sifat dan kehendak Allah. Memperbarui budi, sehingga mampu membedakan kebenaran dari kejahatan. Rajin bekerja, bukan sekadar untuk memperkaya diri. Melayani Allah, karena kepada-Nyalah kita menghamba.

Selama ini, bagaimanakah perjuangan kita menghidupi hakikat sebagai orang Kristen? Mungkin kita telah mengusahakan kesalehan. Meninggalkan dosa dan melayani Tuhan. Namun, sungguhkah semuanya itu kita lakukan atas dasar cinta kepada Tuhan? Apakah kita melayani Dia dengan sehat, setia dan efektif? Berguna untuk membangun jemaat, bukan kebanggaan diri. Dilakukan dengan penuh kerinduan, bukan kepura-puraan. Tanpa paksaan, sekaligus tanpa batasan. Tetap semangat melayani, meski banyak merugi. Sebab persembahan diri yang murni bagi Tuhan bukanlah umpan untuk mendapat keuntungan, melainkan dengan rela karena cinta demi menyenangkan-Nya.



KETULUSAN CINTA KITA KEPADA TUHAN TAMPAK MELALUI KESETIAAN KITA DALAM MELAYANI-NYA


Tuesday 5 July 2022

Keagungan Kasih Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Roma 8:31-39
Setahun : Mazmur 60-66

Keagungan Kasih Allah
TB: Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? | Roma 8:31 (TB)



Apakah Anda sedang merasa tidak layak karena melakukan dosa? Apakah Anda merasa hina dan lemah di tengah kesukaran hidup? Anda tidak sendiri. Orang-orang percaya di sepanjang zaman juga bergumul dengan hal itu.

Alkitab mengingatkan kita akan keagungan kasih Allah. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus telah menanggung hukuman dosa. Jadi, orang percaya dibenarkan oleh Allah dan dibela oleh Tuhan Yesus (33-34). Bayangkan bila hakim dan pengacara memihak kita, mustahil kita akan dihukum. Allah juga berkenan mengaruniakan segala sesuatu untuk memelihara hidup dan iman kita (32). Dengan demikian, kita dapat bertahan sampai akhir sekalipun menderita di dunia. Sungguh besar kasih setia Allah bagi kita (38-39).

Ada dua hal yang kerap melemahkan iman dan membuat putus asa, yaitu rasa bersalah dan tekanan penderitaan. Mengenai rasa bersalah, setiap manusia memiliki mekanisme moral yang akan menegur jiwanya bila melakukan dosa atau kesalahan. Bila hal itu terjadi, kita akan menyesal dan meminta ampun. Namun, orang-orang tertentu menghukum dirinya sehingga senantiasa merasa tidak layak. Penyesalan demikian tidak menghasilkan pertobatan, tetapi justru pikiran bunuh diri (lih. 2Kor. 7:10).

Di sisi lain, kesukaran hidup dan penderitaan juga dapat membuat seseorang tertekan dan putus asa. Perasaan itu muncul karena ia merasa tidak ada orang yang mau peduli dan menolong.

Kenyataannya, Tuhan Yesus mau peduli dan menolong. Sekalipun seluruh dunia tidak memerhatikan kesesakan dan air mata kita, Ia menjenguk dan berempati kepada kita. Bahkan, meskipun kita merasa tidak layak oleh karena dosa-dosa kita, Ia mau menolong kita yang sedang bergumul, asal kita mengaku dosa-dosa kita kepada-Nya.

Jadi, tunggu apa lagi? Datanglah kepada Allah dengan rendah hati. Akui dosa dan kelemahan-kelemahan kita kepada-Nya. Menunda sehari tidak akan mengubah situasi menjadi lebih baik. Mengapa menunda jika ada Dia satu-satunya yang dapat menolong kita saat ini? [PHM]


Monday 4 July 2022

MESKI DISIKSA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : IBRANI 11:32-40
Setahun : Mazmur 52-59

MESKI DISIKSA
Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. (Ibrani 11:35b)

Blandina (162-177) adalah seorang budak perempuan beragama Kristen di Lugdunum (sekarang Lyon, Prancis), yang ditangkap dan disiksa atas perintah Marcus Aurelius yang berkuasa pada tahun 161-180. Ia dipaksa untuk menyangkal imannya tetapi ia justru berkata, “Saya orang Kristen. Kami tidak melakukan sesuatu yang membuat kami perlu merasa malu.” Atas sikapnya itu, ia digantung pada sebuah tiang, tetapi ia semakin bersemangat dengan doa-doa yang antusias memberikan dorongan kepada mereka yang dianiaya sepertinya. Karena tetap bertahan akhirnya ia dibawa ke arena untuk dijadikan mangsa binatang buas. Di hadapan binatang buas itu, ia malah bergembira dan bersukacita, seolah-olah diundang ke jamuan pernikahan. Dua kali ia dilemparkan ke hadapan binatang buas, diseret dengan kuda dan didudukkan di kursi logam yang membara, tetapi ia tetap bertahan hingga belati membunuhnya setelah penyiksa tak berhasil membuatnya menyangkal.

Jauh sebelum Blandina, para saksi-saksi iman telah mengalami penganiayaan yang sama. Mereka diejek, dianiaya, dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang, mengembara sebagai orang asing, dll. Atas semua usaha dan jerih payah itu, mereka tak memperoleh apa pun yang dijanjikan Allah, selain sebuah keyakinan bahwa yang terbaik disediakan di rumah Bapa.

Tidaklah mengherankan jika Tuhan suatu saat mengijinkan kita juga mengalami hal serupa. Hanya iman kita kepada-Nya bisa membuat kita bertahan. Keyakinan akan tempat yang lebih baik dalam rumah Bapa akan membuat kita antusias menghadapi kesulitan apa pun.



HANYA ORANG YANG MENGERTI SIAPA BAPANYA DAN DI MANA RUMAH BAPAYANG AKAN BERSUKACITA MENGHADAPI PENGANIAYAAN YANG MENGERIKAN