Sunday 31 March 2024

Kala Fajar Paskah Merekah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 16:1-8
Setahun : 1 Samuel 15-17

Kala Fajar Paskah Merekah
TB: Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. | Markus 16:1 (TB)



Terbitnya fajar Paskah sudah tak bisa ditahan lagi. Tanda ini mampu dibaca dengan baik oleh para perempuan seperti yang disebutkan oleh Markus dalam kitabnya.

Mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome (1a). Selewatnya hari Sabat, pagi-pagi benar, kala fajar merekah, mereka bergegas menuju ke tempat tubuh Tuhan dibaringkan (2).

Apa yang membuat mereka bergegas pergi ke kubur? Pengetahuan tentang tradisi penguburan dan cinta kasih bagi yang dikuburkan tentu menjadi alasan penting bagi mereka untuk menengok Yesus yang sudah terbaring kaku kala itu. Niat yang sudah dibangun sejak awal adalah meminyaki tubuh-Nya. Ini adalah wujud bakti kepada seorang Guru.

Dibawalah rempah-rempah dan minyak wangi untuk keperluan itu (1b). Ini merupakan persembahan sebagai tanda cinta dan bakti. Apakah bakti itu menjadi sia-sia ketika mereka tidak berjumpa dengan Tuhan yang dibaringkan? Tentu tidak. Apa pun yang dilakukan dengan penuh bakti, hasilnya selalu tidak terduga. Siapa menyangka kalau para perempuan itu akan mengalami peristiwa rohani kala fajar Paskah merekah?

Yesus yang hendak mereka minyaki sudah bangkit (6). Demikian yang disampaikan seorang muda berjubah putih dengan tutur kata lembut, "Jangan terkejut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah dibangkitkan. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya ..." (6-7). Kata-kata ini mampu mengusir ketakutan yang menyelimuti sebelumnya dan menggantinya dengan ketakutan yang lain, yakni takut akan dahsyatnya kuasa Tuhan (8).

Pengalaman berharga menyisakan kegentaran dahsyat dalam hati, sebuah cita rasa iman yang tak terkatakan. Itulah rasa istimewa yang dialami para perempuan sebagai berkah kala fajar Paskah merekah. Tuhan yang mereka cintai telah bangkit dari kematian. Bila kita juga mendapatkan pengalaman sedemikian berharga, tentu kita akan menyimpannya sebagai perenungan kita sepanjang hidup. [SET]


Saturday 30 March 2024

MENOLAK ANUGERAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 13:21-30
Setahun : 1 Samuel 13-14

MENOLAK ANUGERAH
Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." (Yohanes 13:21, TB)

Umumnya, orang meluapkan perasaan haru untuk mengungkapkan suatu kebahagiaan atau kegembiraan walau sesekali ditandai dengan menetesnya air mata. Kita terharu ketika menyaksikan seseorang yang penuh perjuangan akhirnya berhasil menjadi juara. Para orang tua terharu saat akhirnya melihat anaknya lulus menjadi sarjana.

Namun, Yesus menunjukkan rasa haru kepada seseorang untuk alasan yang berbeda. Yesus terharu bukan karena merasa bahagia, tetapi kesedihan yang teramat besar karena tahu bahwa ada seorang dari para murid yang akan mengkhianati-Nya. Rasa haru Yesus tidak ditunjukkan-Nya dengan kemarahan karena Ia dikhianati, sebaliknya, justru Ia sedang menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada Yudas Iskariot. Kasih Yesus kepada Yudas sesungguhnya Ia tunjukkan dengan memberikan roti yang telah dicelupkan pada saat perjamuan Paskah. Inilah sebuah kebiasaan yang dilakukan sebagai tanda hormat tuan rumah kepada tamunya. Ini juga berarti sebuah kesempatan atau anugerah agar Yudas sadar dan bertobat. Sayang, Yudas hanya bersedia menerima roti, tetapi menolak anugerah-Nya! Yudas memilih untuk melaksanakan niat jahatnya itu dan tidak bertobat.

Sikap Yudas mengingatkan kita tentang orang-orang yang menolak Yesus dan anugerah-Nya. Sekalipun tampaknya ia termasuk bagian sebagai pengikut Yesus, tetapi sesungguhnya hatinya menolak-Nya. Ia sesungguhnya tidak kekurangan anugerah dan kesempatan untuk bertobat dan menerima janji Tuhan. Tuhan terharu sedih ketika melihat ada niat jahat di hati kita. Hari ini Ia datang dan memberikan anugerah-Nya. Apakah kita bersedia menerima anugerah-Nya dan menghentikan niat jahat kita?



KETIKA KITA LEBIH SUKA MENGIKUTI KEHENDAK DOSA DARIPADAKEHENDAK ALLAH, KITA TELAH MENOLAK ANUGERAH-NYA


Friday 29 March 2024

Siapakah yang Peduli?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 15:33-41
Setahun : 1 Samuel 9-12

Siapakah yang Peduli?
TB: Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. | Markus 15:33 (TB)



Siapakah yang masih punya hati untuk mendengarkan teriakan Dia yang tersalib?

"Eloi, Eloi, lama sabakhtani? ... Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (34). Siapakah yang tahan mendengar jeritan Sang Putra Allah? Saat Dia yang tersalib itu hendak meregang nyawa-Nya, masih adakah yang peduli?

Injil Markus mengisahkan keberadaan para perempuan yang melihat Dia dari kejauhan (40-41). Mereka mengikuti dan melayani Yesus di Galilea, mereka juga menyaksikan penyaliban-Nya di Golgota.

Kedatangan para perempuan ini mengisyaratkan suatu ironi. Ketika sosok maskulin yang mestinya adalah para pemimpin rohani begitu arogan mementaskan budaya kematian di sepanjang perjalanan ke Golgota, sosok feminin yang dipandang sebagai kalangan kelas dua justru menyuarakan budaya kehidupan. Ini adalah tanda bahwa nilai welas asih masih hidup dalam diri mereka dan mereka tidak mau tunduk kepada budaya kematian.

Namun, siapa sangka, kala Sang Putra Allah berteriak nyaring hendak menyerahkan nyawa-Nya (37), terjadilah tanda yang tak terbantahkan. Tabir Bait Suci yang memisahkan Allah Yang Mahakudus dan manusia berdosa terbelah dua (38). Ini tanda bahwa pendamaian antara Allah dan umat-Nya telah disediakan. Saat inilah yang menjadi momen berharga di mana seorang kepala pasukan Romawi yang jelas adalah musuh bangsa Yahudi mengutarakan sebuah pengakuan, "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (39).

Situasi ini menunjukkan realita yang tidak selaras dengan persepsi ideal yang selama ini dibanggakan. Orang yang memandang dirinya sebagai orang benar belum tentu menjadi orang yang peduli akan jeritan Sang Mesias, apalagi sesama. Ketika mereka lebih sibuk untuk menemukan kesalahan dan melontarkan penghinaan, justru orang-orang yang acap kali dipandang sebagai orang tak layaklah yang rela untuk melihat dan mengaku.

Kini, saat kematian-Nya dikenang, siapakah yang peduli? Siapakah yang mau memandang penyaliban-Nya dengan hati yang penuh welas asih? [SET]


Thursday 28 March 2024

HAL-HAL YANG BENAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EFESUS 4:1-16
Setahun : 1 Samuel 4-8

HAL-HAL YANG BENAR
Tidak! Sebaliknya kita harus menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih, sehingga dalam segala hal kita makin lama makin menjadi sempurna seperti Kristus, yang menjadi kepala kita. (Efesus 4:15, BIS)

Apakah yang memulihkan Petrus dari dosanya? Film The Passion of the Christ menyodorkan petunjuk menarik. Pada saat Yesus diadili, berlawanan dengan janjinya pada saat perjamuan terakhir, Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Ketika kemudian matanya bertatapan dengan mata Sang Guru, hati Petrus tercekat. Ia berlari ke luar dan dengan terbata-bata mengakui dosanya kepada Maria, ibu Yesus, Yohanes, dan Maria Magdalena.

Dengan kata lain, Petrus berlari kembali kepada komunitas orang-orang percaya dengan mengakui kelemahannya. Komunitas itu merengkuhnya, dan mendukungnya untuk memperoleh anugerah dan kesempatan baru.

Pengalaman Petrus tersebut sejajar dengan pengajaran Paulus. Untuk menghadapi penyesatan, Paulus menasihati jemaat di Efesus untuk “menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih” terhadap satu sama lain. Apakah hal-hal yang benar itu? Paulus mengacu pada identitas baru mereka di dalam Kristus, bahwa mereka adalah ciptaan baru di dalam Kristus, bahwa mereka adalah anggota tubuh Kristus. Melalaikan identitas sejati tersebut membuat orang percaya rentan terhadap penyesatan dan pencobaan.

Terhadap orang yang bergumul dengan dosa, dengan demikian, motivasi paling efektif bukan mendorong mereka berfokus pada dosa, menyesalinya, dan berusaha memperbaiki dengan kekuatan sendiri. Sebaliknya, kita dapat mengajak mereka berfokus pada Tuhan dan kebaikan-Nya, serta identitas baru yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka: anak Allah.



KESADARAN AKAN IDENTITAS BARU KITA SEBAGAI ANAK ALLAHADALAH SENJATA AMPUH UNTUK MELAWAN TIPU MUSLIHAT IBLIS


Wednesday 27 March 2024

Keagungan Mahkota Duri

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 15:16-20
Setahun : 1 Samuel 1-3

Keagungan Mahkota Duri
TB: Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. | Markus 15:16 (TB)



Mahkota lazimnya terbuat dari emas dan bertatah permata sebagai tanda kemuliaan dan keagungan. Namun, bagi Yesus, Sang Raja, kepada-Nya dikenakan sebuah mahkota duri.

Duri yang ujungnya runcing pasti melukai siapa pun yang terkena. Luka itu bukan hanya luka yang mengalirkan darah, tetapi juga yang mengungkap berbagai derita. Itulah duri yang dianyam menjadi mahkota untuk dikenakan kepada Yesus (17). Di kepala Yesus, duri itu tidak hanya menyebabkan keluarnya darah dan menimbulkan rasa pedih, tetapi justru lebih menyuarakan penghinaan.

Tak dapat dibayangkan pedihnya luka di luar dan di dalam diri yang mesti ditanggung Tuhan Yesus. Apalagi, bila kita turut menyaksikan bagaimana para prajurit memberi hormat dan salam yang tidak lain sebagai bentuk olok-olok (18). Penghormatan mereka diikuti dengan tindakan pelecehan yang kejam (19). Apalah arti sebuah gestur penghormatan dan penyembahan bila diikuti dengan tindakan memukul dan meludahi?

Begitu dalam luka yang harus dirasakan Yesus mana kala Ia harus menerima anyaman duri sebagai mahkota. Itu adalah mahkota yang lebih melahirkan penghinaan ketimbang keagungan. Itu bukan pula mahkota yang menunjukkan kemuliaan karena justru luka dan darah yang diperlihatkan. Namun, darah itulah yang kemudian menjadi sumber kehidupan baru bagi orang-orang yang menerima cinta kasih-Nya. Sesungguhnya, cinta kasih itulah yang mengubah setiap derita dan luka menjadi rahmat. Tidak heran bila Yesus tidak menolak ketika mahkota duri itu dikenakan kepada-Nya.

Bagi mereka yang tidak menyadari, mahkota duri memang merupakan tanda penghinaan. Namun, bagi yang telah memasuki hidup baru dan kesadaran diri yang diperbarui, mahkota tersebut justru mengungkapkan keagungan cinta kasih Tuhan.

Di sinilah ditemukan adanya paradoks. Ketika Tuhan rela mencintai hingga terluka, cinta itu pula yang justru mampu mendatangkan kesembuhan, bahkan kesembuhan yang kekal. Itulah keagungan dari cinta kasih di balik mahkota duri yang menyelamatkan kita. [SET]


Tuesday 26 March 2024

DITINGGALKAN ALLAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 22:1-6
Setahun : Rut

DITINGGALKAN ALLAH
Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mazmur 22:2)

Kebenaran itu seperti matahari. Ia senantiasa ada, bercahaya dan panas berpijar. Mungkin saja kadang-kadang mendung menyaputnya, atau tudung hutan menutupinya. Bisa jadi terkurung di gedung bertingkat mengalangi kita melihatnya, dan sergapan hawa ber-AC membuat kita tak menyadari sengatan panasnya. Malam pun secara rutin menyembunyikannya. Namun, alangkah bodohnya jika kita lalu menyatakan bahwa matahari itu tidak hadir dan tidak ada.

Melalui Mazmur 22, Daud berseru kepada Allah agar melepaskannya dari cercaan dan siksaan musuh. Di ayat 2, ia menggambarkan kepedihan hatinya karena merasa ditinggalkan dan diabaikan oleh Allah. Doa-doanya tidak terjawab. Pertolongan-Nya tidak kunjung terulur. Pertanyaannya menyiratkan betapa penting persekutuan dengan Allah bagi-Nya. Ia sungguh-sungguh menyadari bahwa “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5). Namun, meskipun merasa ditinggalkan, ia tidak kehilangan kepercayaannya. Nyatanya, ia tidak berdiam diri, tetapi tetap berseru kepada Allah, dan ia menyebut Allah sebagai “Allahku”!

Sebagaimana pengalaman Daud, kadang-kadang kita sulit merasakan hadirat Allah dalam hidup kita. Kehadiran-Nya tidak selalu nyata bagaikan matahari terik di tepi pantai. Kabut pencobaan dapat mengaburkan cahayanya, "AC kenyamanan" menepiskan kehangatannya, dan malam gulita yang mencekam jiwa menggerogoti kepercayaan kita. Namun, alangkah bodohnya jika kita kemudian berhenti percaya!



KETIKA GELAP MALAM MENUTUPI HADIRAT ALLAH,TETAPLAH BERTAHAN DAN BERSERU DALAM PENGHARAPAN!


Monday 25 March 2024

Cari Aman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 14:66-72
Setahun : Hakim-hakim 19-21

Cari Aman
TB: Pada waktu itu Petrus masih ada di bawah, di halaman. Lalu datanglah seorang hamba perempuan Imam Besar, | Markus 14:66 (TB)



Istilah cari aman ditujukan kepada orang-orang yang tidak berani mengambil risiko dengan sesuatu yang dirasa nantinya akan membahayakan atau merugikan dirinya. Tindakan cari aman sebenarnya bisa dikatakan sebagai naluri alamiah manusia. Jika ada bahaya, orang tentu akan mengamankan diri.

Demikianlah Petrus tiga kali menyangkali bahwa dia bersama-sama dengan Yesus, yang saat itu sedang dihadapkan kepada imam besar (68, 70-71), di hadapan seorang hamba perempuan imam besar satu kali, dan di hadapan banyak orang dua kali.

Secara manusiawi, yang dilakukan Petrus adalah sesuatu yang wajar. Tidak ada seorang pun yang mau turut terlibat dalam masalah orang lain, apalagi kalau masalah itu melibatkan nyawa. Lebih baik berpura-pura tidak tahu daripada ikut celaka. Kalau Petrus mengakui dirinya sebagai murid Yesus, bukan tidak mungkin orang banyak mencemooh dia dan membuatnya turut menanggung penganiayaan.

Namun, yang membuat Petrus sangat kecewa tentu bukan sekadar penyangkalan yang dia lakukan, melainkan fakta bahwa hanya beberapa jam sebelumnya dia baru saja sesumbar kepada Yesus bahwa dia tidak akan pernah menyangkal Yesus, bahkan siap mati untuk-Nya (Mrk. 14:29, 31). Kenyataannya, dia ketakutan untuk mengakui keterkaitan dirinya dengan Yesus.

Kiranya kita bijak dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dengan demikian, kita bisa memilih dengan tepat, kapan cari aman dan kapan harus mengambil risiko. Ada hal-hal yang memang perlu dibiarkan terjadi tanpa kita turut campur atau terlibat. Namun, ada hal-hal yang mengharuskan kita untuk melibatkan diri dan mengambil risiko.

Kita perlu memilah dan memilih supaya tidak keliru bertindak. Kita perlu cermat dalam mengamati dan menganalisis situasi. Kita perlu mempertimbangkan akibat bagi diri sendiri dan orang lain di sekitar kita. Jangan sampai kita menyesal dengan keputusan kita. Sebab, jika sudah terjadi, kita harus menanggung konsekuensi apa pun yang timbul dan bertanggung jawab dengan pilihan kita. [KRS]


Sunday 24 March 2024

BERIBADAH DI MANA PUN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KELUARAN 13:1-16
Setahun : Hakim-hakim 16-18

BERIBADAH DI MANA PUN
"Apabila Tuhan telah membawa engkau ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Hewi dan orang Yebus, …, maka engkau harus melakukan ibadah ini dalam bulan ini juga." (Keluaran 13:5)

Saat melakukan perjalanan dinas ataupun berlibur ke luar kota atau ke luar negeri, kalau melewati hari Minggu, kami memiliki kebiasaan selalu mencari informasi lokasi gereja terdekat di sekitar hotel atau tempat penginapan supaya bisa beribadah di gereja terdekat pada hari Minggu.

Allah meminta kepada Musa agar setibanya di negeri orang Kanaan, Het, Amori, Hewi dan Yebus, negeri yang berlimpah susu dan madu yang telah dijanjikan-Nya kepada nenek moyang mereka, orang Israel harus melakukan ibadah (ay. 5). Kita perlu melatih diri untuk beribadah (1Tim. 4:7). Kami setia beribadah karena sudah dilatih sejak kecil; setiap minggu ibu selalu rutin mengajak kami—anak-anaknya semua—beribadah ke gereja. Pemazmur mengajak untuk beribadah kepada Tuhan dengan sukacita, datang ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai (Mzm. 100:2).

Di mana pun kita berada, ke mana pun kita pergi, sedang berlibur atau bekerja, dalam keadaan susah atau senang, saat sibuk banyak pekerjaan bahkan pekerjaan belum selesai, ataupun saat senggang, firman Tuhan mengingatkan untuk setia beribadah. Ibadah berguna dalam segala hal, karena mengandung janji baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1Tim. 4:8). Jangan sampai kita mengabaikan ibadah yang mengandung janji untuk hidup ini maupun yang akan datang, demi melakukan tugas atau kegiatan lain yang hanya berguna untuk hidup sementara di dunia ini saja.



JANGAN KITA MENGABAIKAN IBADAH YANG BERDAMPAK SAMPAI KE KEKEKALAN


Saturday 23 March 2024

Pengecut

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 14:43-52
Setahun : Hakim-hakim 13-15

Pengecut
TB: Waktu Yesus masih berbicara, muncullah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua. | Markus 14:43 (TB)



Pengecut adalah kata lain dari penakut atau munafik. Itu berarti seorang pengecut adalah orang yang tidak memiliki keberanian. Pengecut adalah orang yang berpura-pura percaya atau setia, tetapi sebenarnya tidak.

Dalam kisah penangkapan Yesus, kita melihat dua sosok pengecut. Yudas bersama dengan serombongan orang suruhan datang dengan pedang dan pentung untuk menangkap Yesus (43). Kalau ada banyak orang membawa pedang dan pentung, yang ada dalam pikiran kita tentunya mereka hendak menghadapi sekelompok orang bersenjata atau menangani kerusuhan besar. Namun, saat itu mereka hanya akan menangkap Yesus seorang yang ditemani segelintir murid-Nya di tempat sepi pada malam gelap.

Mengapa mereka harus membawa pedang dan pentung? Sebegitu takutkah mereka kepada Yesus? Atau, apakah mereka sekadar memanfaatkan dan memamerkan kekuatan mereka supaya Yesus dan murid-murid-Nya tunduk? Sungguh pengecut!

Pengecut yang kedua adalah Yudas. Dia adalah salah satu dari kedua belas murid, tetapi dialah yang menyerahkan Yesus. Ia melakukannya dengan memberi ciuman kepada Yesus, bahkan ia pun masih menyapa-Nya sebagai Rabi (44-45). Ciuman dan sapaannya bisa dikira orang sebagai bentuk kesetiaan kepada Gurunya. Namun, ternyata, dia mengkhianati Yesus dengan gestur keramahannya. Lain di bibir, lain pula di hati; tampaknya setia, tetapi ternyata tidak. Dia telah menjadi seorang pengecut.

Sungguh tak terpuji tindakan pengecut. Jangan sampai kita menjadi seperti itu. Ketakutan yang berlebihan bisa mendorong kita untuk melakukan upaya dan tindakan yang berlebihan pula. Mari kita menata dan mengelola ketakutan kita, sehingga kita tidak menjadi pengecut.

Marilah kita juga menjaga supaya bibir kita selaras dengan hati dan pikiran kita. Jangan menjadi orang munafik yang berkata setia, tetapi hati dan pikiran mengkhianati. Jangan sampai kita tampak baik karena rajin beribadah dan memuji Tuhan, namun tindakan dan sikap hidup kita lebih banyak menodai nama Tuhan. [KRS]

Markus 14:43-52

Segerombolan orang datang ke Taman Getsemani untuk menangkap Yesus. Gerombolan ini diyakini terdiri dari tentara Romawi dan para penjaga Bait Suci. Mereka dipimpin oleh murid Yesus sendiri yang bernama Yudas Iskariot.

Aksi Yudas patut mendapat sorotan tajam, sebab tindakan kasih dan hormat yang dilakukannya ternyata memiliki maksud jahat di baliknya.


Friday 22 March 2024

TINGGAL DALAM YESUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN

Bacaan : YOHANES 15:1-17

Setahun : Hakim-hakim 10-12

TINGGAL DALAM YESUS

"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti carang tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4)


Hidup dalam keterpisahan dengan seseorang yang kita kasihi tentu sangatlah menyakitkan. Berpisah dengan seseorang akibat sebuah masalah, membuat hubungan menjadi hancur. Keterpisahan karena kematian menimbulkan dampak kesedihan mendalam dan butuh waktu panjang untuk memulihkannya.


Yesus tahu bahwa sedikit waktu lagi Ia akan berpisah dengan murid-murid-Nya. Murid-murid pastilah merasa kehilangan, namun Yesus sangat berharap agar mereka tetap berpaut dan melekat kepada-Nya. Secara fisik mereka memang berpisah, tetapi itu bukan berarti membuat hubungan mereka renggang. Yesus memerintahkan mereka untuk tinggal di dalam-Nya seperti carang yang melekat pada pokok anggurnya. Dengan demikian mereka akan berbuah lebat dan memuliakan Allah. Tinggal dalam Yesus atau melekat kepada-Nya berarti tinggal di dalam kasih-Nya, hidup dalam ketaatan pada firman-Nya, dan hidup saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka.


Apa yang disampaikan oleh Yesus mengingatkan kita apa sesungguhnya yang paling utama sebagai murid Kristus: tinggal dan melekat dengan Dia. Ketika kita bersedia tinggal di dalam Yesus, maka kita menyadari panggilan hidup yang telah Ia tetapkan, yakni menghasilkan buah untuk memuliakan Dia. Bersedia tinggal di dalam Yesus berarti ada kerelaan dan kerendahhatian untuk dibersihkan dan dibentuk agar hidup kita semakin banyak berbuah. Sekalipun perintah ini tidaklah mudah dan membutuhkan disiplin untuk mengusahakannya, namun kita percaya bahwa Roh Kudus, Sang Penghibur yang telah dijanjikan-Nya itu, akan selalu memampukan kita.


JIKA KITA MENOLAK UNTUK TINGGAL DI DALAM YESUS,KITA TIDAK AKAN PERNAH MENGHASILKAN BUAH,APALAGI MEMULIAKAN-NYA



Thursday 21 March 2024

Benci Jadi Cinta

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 14:26-31
Setahun : Hakim-hakim 8-9

Benci Jadi Cinta
TB: Sesudah mereka menyanyikan nyanyian pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun. | Markus 14:26 (TB)



Kata orang, jangan terlalu cinta, jangan terlalu benci. Itu karena nanti cinta kita malah bisa berubah menjadi kebencian. Perubahan perasaan ini bisa terjadi bila kita mengalami peristiwa yang mengecewakan.

Tampaknya demikianlah yang diperingatkan oleh Yesus kepada Petrus. Murid ini terlalu berkobar-kobar menyatakan cintanya kepada Yesus, hingga menyangkal bahwa imannya akan terguncang (29). Bahkan, Petrus menganggap dirinya lebih kuat daripada yang lain, sehingga dirinya satu-satunya yang akan tetap teguh. Petrus dibutakan oleh cintanya sehingga menganggap bahwa ia akan kuat menanggung segala sesuatu, khususnya dalam mengikut Yesus. Bahkan, katanya, dia pun siap mati bagi Yesus (31).

Tentu saja, militansi seperti Petrus ini dibutuhkan. Kalau tidak ada orang yang militan dalam beriman kepada Yesus, tidak akan ada yang bertahan di tengah berbagai tekanan dan tantangan iman Kristen. Kita harus penuh semangat dan tangguh dalam iman kita. Namun, setiap orang percaya tetap harus menyadari keterbatasan dirinya, tidak menjadi jemawa dan merasa diri senantiasa kuat dengan kekuatan sendiri. Jangan pula kita merasa diri lebih kuat, apalagi paling kuat, dibandingkan orang lain.

Setiap orang harus sadar bahwa di dalam dirinya selalu ada kelemahan manusiawi. Kesadaran ini bukan untuk menjadikan kita rendah diri atau minder, juga bukan untuk menjadi alasan atau pemakluman untuk melakukan kesalahan atau ketidaksetiaan. Kesadaran ini menolong supaya kita tidak sombong dan bisa selalu mewaspadai diri sendiri.

Selain itu, dengan kesadaran yang demikian, kita tidak akan terpuruk berkepanjangan atau kecewa berlebihan terhadap diri sendiri hingga tidak bisa bangkit lagi ketika kita melakukan kesalahan. Sebaliknya, kita bisa mengakui kelemahan kita, lalu berusaha untuk menjadi lebih setia dan lebih kuat lagi. Namun, hal yang lebih utama daripada itu semua adalah kita selalu ingat bahwa Tuhanlah sumber kekuatan kita. Dialah yang memampukan kita untuk beriman dengan setia sampai akhir. [KRS]


Wednesday 20 March 2024

KEBEBASAN SEJATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 8:31-38
Setahun : Hakim-hakim 6-7

KEBEBASAN SEJATI
Lalu Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang telah percaya kepada-Nya, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku." (Yohanes 8:31)

Ada dua ekstrem pengertian kebebasan di dunia ini, yaitu ekstrem pertama, manusia bisa sebebas-bebasnya, dan ekstrem kedua, manusia itu tidak mungkin bebas. Apakah benar pengertian seperti ini? Kebebasan menurut Alkitab adalah bukan bebas sebebas-bebasnya melakukan segala sesuatu, tetapi manusia diberi kemampuan memilih yang benar.

Hal tentang kebebasan ini disalah mengerti oleh orang-orang Yahudi pada jaman itu (ay. 33). Orang-orang Yahudi mengartikan perkataan Yesus (ay. 31-32) secara harfiah, yaitu mereka lepas dari perbudakan dan penjajahan orang Romawi. Mereka dengan sombong mengatakan bahwa mereka tidak pernah menjadi hamba siapa pun karena mereka adalah keturunan Abraham. Namun, Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa setiap orang yang berbuat dosa, mereka berada dalam perbudakan, meskipun terlepas dari penjajahan bangsa lain.

Yesus mengatakan bahwa firman Tuhan membebaskan (ay. 31-32). Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau merespons apa yang dikatakan Tuhan Yesus untuk tinggal di dalam firman-Nya? Apa pilihan yang kita ambil setiap hari sesuai dengan firman-Nya? Hanya dengan tinggal di dalam firman-Nya kita memperoleh kebebasan sejati itu. Hanya dengan merenungkan firman-Nya kita dimampukan membuat pilihan yang benar. Dengan anugerah-Nya kita dimampukan untuk melakukan dan hidup seturut dengan firman Tuhan.



KEBEBASAN SEJATI ITU TIDAK PERNAH BERTENTANGAN DENGAN FIRMAN TUHAN


Tuesday 19 March 2024

Harus Terjadi!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 14:12-21
Setahun : Hakim-hakim 3-5

Harus Terjadi!
TB: Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid Yesus berkata kepada-Nya: "Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" | Markus 14:12 (TB)



Sesuai tradisi, orang Yahudi akan mengadakan perjamuan makan Paskah. Demikian pula Yesus dan murid-murid-Nya.

Yesus memberi perintah kepada dua orang murid-Nya supaya pergi ke kota untuk mempersiapkan perjamuan Paskah (13-15). Mereka pun pergi sesuai yang diperintahkan Yesus, dan benarlah, semua sudah tersedia persis seperti yang Yesus katakan (16).

Tiba saatnya Yesus dengan kedua belas murid-Nya makan bersama (17). Di tengah suasana perjamuan makan, Yesus mengungkapkan bahwa ada salah seorang di antara mereka yang akan menyerahkan Dia (18). Suasana menjadi sedih dan satu per satu murid-murid itu mulai menyangkalnya (19). Yesus hanya memberi tanda bahwa orang itu ada di antara mereka dan begitu dekat dengan-Nya (20).

Tidak disebutkan siapa murid yang akan mengkhianati Yesus. Meski demikian, perkataan Yesus yang begitu lugas menjadi tanda bagi murid-murid bahwa ini bukanlah hal main-main. Nada kekecewaan dan kesedihan tersirat dari setiap kata yang keluar dari mulut Yesus, "celakalah orang yang membuat Anak Manusia itu diserahkan" (21). Seorang dari murid-murid yang dipanggil dan dikasihi-Nya, yang begitu dekat dengan Gurunya, akan menyerahkan Dia.

Yesus tahu betul bahwa semua itu memang harus terjadi sesuai kehendak dan rencana Allah Bapa. Ia harus menanggung semua itu. Sudah waktunya Ia menggenapi janji Allah kepada umat-Nya. Mesias harus diserahkan dan mati untuk menebus manusia yang berdosa. Ia menerima semua itu karena kasih-Nya yang begitu besar kepada kita.

Namun ironisnya, kita masih sering kali mengeluh atas ketidaknyamanan atau kesulitan yang kita alami. Padahal, pergumulan kita sebagai orang Kristen tidak akan sebanding dengan penderitaan Yesus, Tuhan dan Juru Selamat kita.

Berbagai macam hal bisa terjadi dalam hidup kita, baik hal yang menyenangkan maupun yang mengecewakan. Namun, di balik semua itu, percayalah ada rencana Allah yang indah. Sekarang sama seperti Yesus, bagian kita adalah taat dan setia. [MAR]


Monday 18 March 2024

KENANGAN TETAP TINGGAL

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 26:6-13
Setahun : Hakim-hakim 1-2

KENANGAN TETAP TINGGAL
"Sebab, dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku." (Matius 26:12)

Seorang anak dengan sindrom asperger kehilangan papanya akibat serangan jantung. Kehidupan setelah kepergian papa, cukup berat bagi anak itu. Bersyukur karena papanya telah dari jauh hari mempersiapkan anak itu untuk hidup mandiri. Di tengah keterbatasannya, anak tersebut terus-menerus mengingat pesan papanya, untuk melakukan segala sesuatu persis seperti papanya masih ada. Kenangan itu yang menjadi kekuatan bagi anak tersebut setelah papanya tiada.

Perempuan yang datang mengurapi Yesus tidak memahami bahwa saat ia mencurahkan minyak wangi ke atas kepala Yesus, sebenarnya itu adalah saat-saat terakhir bagi Yesus sebelum Ia disalib. Kenangan yang tak ternilai harganya karena perempuan itu memiliki kesempatan untuk menunjukkan kasihnya kepada Yesus. Buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal, bukan benda yang sembarangan saat itu. Hal itu pula yang membuat para murid gusar karena menyangka perempuan itu melakukan pemborosan. Sebaliknya, sepanjang hidupnya perempuan itu memiliki kenangan yang kuat dengan Tuhan Yesus.

Adakah orang yang kita kasihi mungkin sedang menghadapi hari-hari terakhirnya saat ini? Bagaimana perasaan Anda? Bisa jadi belum siap, namun tetap masih ada hal yang bisa dilakukan untuk menjadikan momen-momen ini berharga. Memberikan yang terbaik yang bisa Anda lakukan, kelak akan menjadi kenangan tak terlupakan. Kenangan yang mengingatkan bahwa Anda telah mengasihi orang tersebut dengan segenap hati Anda. Kenangan yang pada akhirnya akan menghibur Anda sendiri.



KEPERGIAN ORANG YANG KITA KASIHI TIDAK DAPAT TERELAKKAN, NAMUNMENCIPTAKAN KENANGAN BAIK MENJADI PENGHIBURAN SATU HARI KELAK


Sunday 17 March 2024

Jangan Hitung-hitungan!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 14:3-9
Setahun : Yosua 22-24

Jangan Hitung-hitungan!
TB: Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. | Markus 14:3 (TB)



Sadar atau tidak, sering kali kita hitung-hitungan dengan Tuhan. Jangankan memberi seluruh harta yang kita miliki, memberikan waktu khusus untuk-Nya saja berat rasanya. Ini berbeda sekali dengan seorang perempuan yang mengurapi Yesus.

Di rumah Simon di Betania Yesus diurapi oleh seorang perempuan dengan minyak narwastu murni (3). Beberapa orang yang melihat itu menjadi gusar, bukan karena tindakan pengurapannya, melainkan karena harga minyak narwastu yang mahal itu (4-5). Dengan dalih menolong orang miskin, mereka marah terhadap perempuan itu karena menurut mereka itu adalah pemborosan.

Yesus justru memandang bahwa apa yang dilakukan perempuan itu adalah perbuatan yang baik (6). Pada momen ini, Yesus secara tidak langsung memberitahukan apa yang akan Ia alami, yakni kematian dan penguburan-Nya, dan apa yang dilakukan perempuan itu sebagai hal penting yang bisa dilakukan selagi Yesus masih ada bersama mereka (7-8).

Apa yang dilakukan perempuan itu tentu sudah dipersiapkan dan dipikirkannya matang-matang. Pemberian minyak mahal pasti hanyalah diperuntukkan bagi orang yang sangat spesial. Bagi perempuan itu, Yesus jauh lebih berharga daripada minyak narwastu. Puji Tuhan, maksud hatinya untuk melakukan itu semua kepada Yesus telah tersampaikan.

Tindakan perempuan tersebut mengajarkan kepada kita untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Intinya bukan terletak pada seberapa mahal yang kita berikan, melainkan seberapa berharga Yesus di mata kita. Selain itu, kita juga diajar bahwa fokus kita dalam melakukan sesuatu untuk Tuhan adalah penilaian Tuhan sendiri, bukan orang lain. Manusia bisa saja memarahi, mencela, dan menghina apa yang kita lakukan, tetapi selama apa yang kita lakukan sesuai standar Allah, yakni firman Tuhan, kita tidak perlu khawatir.

Jangan hitung-hitungan dengan Tuhan. Berikan yang terbaik dari yang kita miliki, entah itu sumbangan, bantuan partisipasi, atau dukungan pelayanan. Persembahkanlah semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan. [MAR]


Saturday 16 March 2024

SUDAH MENDENGAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 5:25-34
Setahun : Yosua 19-21

SUDAH MENDENGAR
Dia sudah mendengar tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menyentuh jubah-Nya. (Markus 5:27)

Ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Berulang-ulang ia diobati oleh berbagai-bagai tabib, namun tidak jua sembuh. Malah keadaannya semakin memburuk. Suatu hari ia mendengar Yesus lewat. Perempuan itu keluar menerobos kerumunan orang banyak untuk menjamah jubah Yesus. Maka seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia sembuh.

Menurut hukum Taurat, perempuan yang mengalami pendarahan dianggap najis (Im. 15:25). Benar-benar berisiko perempuan itu menerobos kerumunan orang banyak! Jika ketahuan, ia dapat terkena amukan massa. Satu alasan perempuan itu berani mengambil risiko ialah karena ia tahu keadaannya tidak akan sama lagi sesudah menjamah jubah Yesus. Sebab, katanya, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (ay. 28). Sungguh iman yang luar biasa. Bila kita telaah, rahasia iman perempuan itu terletak pada pendengaran. Sebelumnya ia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus dan ia percaya kepada-Nya (ay. 27). Seperti itu pula rahasia iman kita. Saat susah, kita berseru kepada Yesus. Kita percaya Yesus akan menolong. Padahal kita belum pernah bertemu atau melihat Yesus. Alasannya? Kita sudah mendengar berita tentang Yesus. Seseorang pernah menceritakan Yesus kepada kita.

Dunia sarat akan penderitaan. Malangnya masih banyak orang tidak tahu ke mana harus mencari pertolongan. Seorang diri mereka menanggung sengsara di kehidupan ini. Tidakkah kita menaruh iba terhadap mereka? Mulai hari ini, marilah kita memberitakan Yesus kepada orang-orang di sekeliling kita. Pastikan mereka semua sudah mendengar berita tentang Yesus. Jadi hati mereka tidak lagi merana. Saat susah, mereka dapat berseru kepada Yesus untuk mendapatkan pertolongan.



MERANA DI HATI AKAN TERSINGKIR KETIKA TELINGA SUDAH MENDENGARTENTANG YESUS YANG SELALU SANGGUP MEMBERIKAN PERTOLONGAN


Friday 15 March 2024

Bukan Sekadar Perintah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 13:32-37
Setahun : Yosua 16-18

Bukan Sekadar Perintah
TB: Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." | Markus 13:32 (TB)



Saat masih duduk di bangku sekolah, beberapa kali kita menghadapi kuis secara mendadak. Hal ini membuat kita perlu belajar sebagai tindakan berjaga-jaga. Sebab, kita tidak pernah tahu kapan waktunya kuis dadakan itu diadakan.

Nas hari ini memberikan pesan penting untuk berjaga-jaga. Berulang kali Yesus mengatakan "berjaga-jagalah" (33, 35, 37), ini menandakan penekanan untuk diperhatikan dengan saksama.

Kali ini Yesus menjelaskan pentingnya berjaga-jaga melalui perumpamaan tentang seorang hamba yang diberi tanggung jawab untuk menjaga rumah sang tuan (34). Hamba itu harus selalu berjaga-jaga karena ia tidak pernah tahu dan tidak diberi tahu kapan persisnya sang tuan akan datang kembali (35). Hamba yang bertugas sebagai penunggu pintu harus siaga agar saat sang tuan datang, ia tidak sedang tertidur (36).

Demikianlah sikap kita dalam penantian akan kedatangan Kristus kembali. Ini bukan sekadar perintah yang harus kita taati. Berjaga-jaga merupakan tanggung jawab yang diberikan Allah kepada anak-anak yang dikasihi-Nya, sekaligus hak istimewa yang diberikan Allah pada orang-orang pilihan-Nya.

Bukan tanpa alasan Allah meminta kita untuk berhati-hati dan berjaga-jaga. Ia tahu persis kelemahan dan keterbatasan kita. Allah tidak ingin kita lengah karena Iblis tidak akan tinggal diam dan siap menyerang kita setiap kali ada kesempatan. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita hidup berhati-hati dan berjaga-jaga terhadap setiap tantangan dan godaan yang bisa saja datang dari mana pun dan kapan pun.

Berhati-hatilah dalam menjalani kehidupan ini. Perhatikanlah bagaimana kita hidup, apakah kita masih mendengarkan dan menaati Allah? Waspadalah! Ada banyak hal yang bisa membuat kita lengah, termasuk kenyamanan, ketakutan, kemalasan, dan keraguan diri kita sendiri.

Mari kita meminta Roh Kudus memampukan kita untuk hidup dalam hikmat Allah agar kita selalu berjaga-jaga dalam menjalani panggilan kita sebagai murid Kristus. Setialah sampai waktunya tiba, waspadalah hingga tiba waktunya bagi Kristus untuk datang. [MAR]


Thursday 14 March 2024

LILITAN MEMATIKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 KORINTUS 10:1-13
Setahun : Yosua 12-15

LILITAN MEMATIKAN
Sebab itu, siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! (1 Korintus 10:12)

Seorang pemain sirkus mencari anak ular dalam hutan untuk dilatih bermain sirkus. Pemain sirkus itu mula-mula melatihnya dengan membelitkannya ke kakinya selama beberapa minggu. Setelah ular itu makin besar, dilatihnya ular itu membelit seluruh tubuhnya. Suatu kali dalam sebuah pertunjukan yang ditonton ribuan orang, ia mulai menampilkan atraksi bermain bersama ular kesayangannya itu. Seluruh penonton berdecak kagum melihat atraksi berbahaya itu. Lalu pemain sirkus itu pun mempertontonkan aksi lain, yaitu melilitkan ular besar ke sekujur tubuhnya. Tanpa disadari, ular itu melilit tubuh tuannya begitu keras. Pemain sirkus itu berteriak memberi perintah, tapi sia-sia. Penonton mulai cemas. Dan benar, beberapa menit kemudian pemain sirkus itu mati terbelit ular.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan hal yang sama tentang betapa berbahayanya hidup dalam dosa. “Siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” Kenyataannya bahwa orang yang merasa kuat dan menyombongkan dirinya saat ia bermain dengan dosa, pasti akhirnya akan terjatuh!

Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita seolah merasa tidak terganggu dan merasa dapat mengendalikannya. Bahkan mungkin kita merasa telah terlatih mengatasinya. Kenyataannya, jika dosa itu sudah melilit hidup kita, kita tidak akan bisa melepaskan diri darinya.



AWALNYA, BELITAN DOSA TAMPAK MENYENANGKAN HINGGA TANPA DISADARI DOSA ITU BENAR-BENAR MEMBELIT DAN MEMBAWA KEBINASAAN


Wednesday 13 March 2024

Optimisme Semu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 13:14-23
Setahun : Yosua 9-11

Optimisme Semu
TB: "Apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak sepatutnya--para pembaca hendaklah memperhatikannya--maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. | Markus 13:14 (TB)



Yesus melanjutkan pengajaran tentang akhir zaman. Ia menggambarkan penderitaan yang tak dapat dilawan. Ada kalanya, mundur bisa menjadi pilihan yang bijak.

Ucapan-Nya bagai teka-teki. Penafsir mencocokkan gambaran ini dengan pengepungan Yerusalem oleh tentara Romawi. Saat hal itu terjadi, ukurlah kemampuan. Jika tak sebanding dengan tantangan yang ada, larilah (14).

Namun, beberapa hal bisa memperlambat upaya melarikan diri. Pertama, harta benda yang tak lebih penting daripada nyawa. Barang yang tak perlu hanya akan mengulur waktu (15). Kedua, anggota keluarga yang rentan dan mudah menjadi korban, yaitu perempuan dengan anak menyusu, perempuan mengandung, dan orang lansia (17). Ketiga, cuaca ekstrem yang menyulitkan perjalanan (18).

Namun, ada pula hal yang mendukung upaya dalam menghadapi penderitaan. Pertama, Allahlah yang mengukur kemampuan manusia. Ia tahu seberapa besar kekuatan yang dimiliki manusia untuk menanggungnya, dan berapa lama ia sanggup memikulnya.

Berikutnya, kemampuan membedakan Mesias dan nabi yang asli dari yang palsu. Tolok ukurnya adalah apa yang mereka sampaikan. Yang palsu menyampaikan apa yang ingin didengar orang saja. Mereka membangun optimisme, tetapi jauh dari realita. Sebaliknya, yang disampaikan Mesias terasa pahit dan menyakitkan, tetapi itulah kebenaran.

Ada kalanya karya apokaliptik mengangkat peristiwa sejarah yang diramu menjadi seperti nubuat. Ini artinya yang perlu diartikan bukanlah apa peristiwanya, melainkan apa yang kita pelajari dari peristiwa tersebut. Hidup banyak tantangannya. Ukurlah dan pilihlah tantangan yang sesuai. Jangan membuang tenaga demi melawan tantangan yang tak bisa dimenangkan.

Pelajarilah apa saja yang memberatkan, memperlambat, atau melemahkan kita; mana yang perlu dilepaskan dan mana yang patut dipertahankan. Percayalah, Tuhan tahu batas kemampuan kita. Dengarkanlah masukan dari orang-orang yang sungguh-sungguh peduli terhadap kebaikan dan kemajuan kita. [WTH]


Tuesday 12 March 2024

WASPADA YANG MENYELAMATKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 22:1-3
Setahun : Yosua 5-8

WASPADA YANG MENYELAMATKAN
Ketika orang cerdik melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. (Amsal 22:3)

Sejak kecil kita mungkin diajarkan untuk berani mencoba dan menghadapi segala sesuatu. Mungkin maksudnya baik, supaya tumbuh mentalitas yang kuat dan pantang menyerah dalam diri kita sebagai anak. Namun, seberapa dari kita menyadari bahwa ada hal-hal tertentu dalam kehidupan ini dimana ketidakberanian mencoba atau melakukan sesuatu, justru dapat menyelamatkan kita dari malapetaka?

Jika sampai hari ini kita masih tidak berani melakukan korupsi, tidak berani bermain api asmara dengan wanita atau pria lain, atau perbuatan membahayakan lainnya, patutlah kita bersyukur dengan catatan tersebut. Tanpa kita sadari, lewat ketidakberanian melakukan hal-hal di atas, hidup kita masih aman dan keluarga masih utuh. Nas renungan hari ini juga berbicara tentang ketidakberanian yang positif, yakni bersembunyi karena melihat adanya malapetaka di depan mata. Dalam situasi ini, keputusan untuk bersembunyi bukan karena tidak berani, melainkan karena waspada agar jangan sampai mengalami celaka.

Dalam menjalani hidup yang penuh bahaya tak terduga, kita memang perlu mengembangkan kewaspadaan dan tidak mudah panas hati terhadap “tantangan keberanian”, yang membuat banyak orang terjebak dan mengalami melapetaka. Namun, sebagai orang percaya kita juga perlu mengingat bahwa Roh Kudus diberikan untuk menolong kita, bisa lewat suara hati atau firman Tuhan yang menggema dalam hati. Ada baiknya kita dengarkan dan jangan pernah abaikan, supaya kita selamat dari ancaman malapetaka.



HIKMAT DALAM MENJALANI KEHIDUPAN AKAN MENGHINDARKAN KITA DARI MASALAH DAN MALAPETAKA


Monday 11 March 2024

Kokoh di Luar, Rapuh di Dalam

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN

Bacaan : Markus 13:1-2

Setahun : Yosua 1-4


Kokoh di Luar, Rapuh di Dalam

TB: Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!" | Markus 13:1 (TB)



Bait Suci yang berdiri pada masa PB dibangun oleh Raja Herodes Agung. Bangunannya disusun dari batu-batu putih yang kokoh. Kemegahannya melampaui bangunan yang pernah dibangun oleh Salomo.


Para murid mengagumi kemegahan Bait Suci (1). Namun, Yesus justru merespons mereka dengan menubuatkan kehancuran Bait Suci (2).


Sebelumnya, Bait Suci dihancurkan oleh tentara Babilonia. Kemudian, Bait Suci dibangun kembali oleh Herodes, raja Romawi yang berkuasa di Yudea. Herodes membangun Bait Suci bukan karena ia berbakti kepada Allah, melainkan karena ia memiliki motif politik. Dengan membangun Bait Suci ia berusaha merebut simpati dan dukungan dari rakyat.


Bangsa Israel percaya bahwa Bait Suci merupakan tanda kehadiran Allah di dunia. Selama Bait Suci kokoh berdiri, Allah selalu menyertai mereka. Sementara itu, para nabi mengingatkan bahwa kehadiran Allah tidak identik dengan benda kasat mata seperti bangunan yang megah. Kehadiran Allah tampak dari cara hidup umat yang menaati-Nya. Para nabi menerangkan bahwa Bait Suci hancur sebagai hukuman Allah atas dosa umat. Ritual ibadah mereka sempurna, sesempurna bangunan Bait Suci, tetapi mereka berlaku jahat terhadap sesamanya.


Yesus melihat Bait Suci kokoh di luar, tetapi rapuh di dalam. Bangunan ini beserta tatanan di dalamnya hanya menunggu waktu. Sejarah pun terulang. Ibadah-ibadah yang dilakukan di dalamnya tidak mencerminkan kehadiran Allah. Tidak ada yang sepenuh hati memikirkan nasib umat yang malang, apalagi kehendak Allah.


Ada ungkapan "gereja bukanlah gedungnya, melainkan orangnya". Yang menghidupkan rumah ibadah adalah orang-orang yang giat di dalamnya. Ketika kita beribadah, kita dapat mencari tempat yang nyaman dengan fasilitas lengkap, berdoa secara khusyuk, dan larut dalam nyanyian rohani yang menghibur hati. Namun, apakah kita mengenal siapa yang duduk di samping kita, apalagi peduli terhadap kesusahannya?


Gereja akan menjadi rumah Allah yang "hidup" selama kita giat melakukan kehendak-Nya. [WTH]



Sunday 10 March 2024

METUSALAH MANUSIA TERTUA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 5
Setahun : Ulangan 32-34

METUSALAH MANUSIA TERTUA
Jadi, Metusalah mencapai umur sembilan ratus enam puluh sembilan tahun, lalu ia mati. (Kejadian 5:27)

Membaca deretan nama tokoh Perjanjian Lama, yang dimulai dari Adam beserta para keturunannya, juga catatan berapa lama mereka hidup di dunia ini, mungkin terasa membosankan bagi sebagian orang. Namun, entah mengapa saya tertarik mencermati rata-rata usia mereka yang cukup banyak menyentuh usia sembilan ratus tahun lebih. Dimulai dari Adam dan Set, lantas berturut-turut ada Enos, Kenan, Yared, dan Metusalah yang menjadi manusia tertua berumur sembilan ratus enam puluh sembilan tahun.

Menariknya, di antara nama-nama yang tertulis pada Kejadian 5, kecuali Henokh yang dicatat tidak mengalami kematian karena diangkat oleh Allah pada usia 365 tahun (ay. 23-24), pada akhir dari penyebutan usia mereka, ada pula catatan … lalu ia mati. Artinya, selama apa pun usia mereka di dunia, ada satu titik di mana maut, sebagai akibat dari dosa, tak bisa mereka hindari. Inilah sisi ketidakberdayaan manusia yang masih berlaku sampai hari ini. Kondisi yang dapat menjadi pengingat yang baik akan kehidupan manusia yang fana, di mana cepat atau lambat kematian akan datang menjemput.

Itulah sebabnya, nasihat Pengkhotbah mengenai hikmat di rumah duka terlihat masih sangat relevan sepanjang zaman, yang sebaiknya diperhatikan oleh setiap orang yang hidup. Menurut Pengkhotbah, pergi ke rumah duka lebih baik daripada ke rumah pesta (Pkh. 7:2), karena di sanalah setiap orang bisa diingatkan akan kesudahan “durasi kehidupan” yang cepat atau lambat akan mencapai klimaks lalu seseorang akan kembali ke Sang Pencipta.



SETIAP MANUSIA AKAN MENEMUI TITIK AKHIR HIDUPNYA,TETAPI ORANG BERHIKMAT TAHU CARA MEMAKSIMALKAN HIDUP YANG TUHAN BERI


Saturday 9 March 2024

Menjaga Reputasi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 12:38-40
Setahun : Ulangan 30-31

Menjaga Reputasi
TB: Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, | Markus 12:38 (TB)



Ahli Taurat merupakan orang yang dipercaya karena keahliannya dalam hukum dan agama Yahudi.

Ada tiga tugas yang dijalankannya. Pertama, memelihara hukum Taurat. Mereka mempelajari tradisi tulisan maupun lisan. Kedua, mengumpulkan murid dan mengajar. Ketiga, menjadi ahli hukum di pengadilan. Mereka dilarang memungut bayaran untuk pelayanan yang diberikan, tetapi mereka diperbolehkan menerima pemberian untuk menyokong kehidupannya.

Ahli Taurat disegani karena keahlian dan statusnya. Namun, banyak di antara mereka yang menyalahgunakan jabatannya. Dari penampilan luar, mereka tampak saleh dan meyakinkan karena mengenakan pakaian khusus (38). Mereka adalah kaum elit dan terpelajar yang selalu mendapat tempat duduk yang khusus dan terhormat (39).

Menurut Yesus, reputasi para ahli Taurat bukan terletak pada pakaian, tempat duduk, atau doa-doa yang diucapkan, melainkan pada sikap mereka terhadap kaum yang rentan. Yesus menyoal kebijakan mereka terhadap hak janda (40). Sekalipun beberapa janda hidup berkecukupan karena menempati tanah mendiang suaminya sampai ia meninggal, banyak juga yang dibiarkan hidup dalam kemiskinan.

Saat itu perempuan tidak bekerja untuk mendapat nafkah. Hidupnya bergantung pada laki-laki. Ketika seorang perempuan menjadi janda, ia tak hanya kehilangan suami, tetapi juga pelindung dan sumber penghidupannya. Ia juga tidak memiliki hak waris sehingga hidupnya bergantung pada kebaikan masyarakat.

Hukuman bagi ahli Taurat yang menyalahgunakan jabatannya untuk merampas keuntungan dari kaum rentan seperti ini amat berat. Mereka tahu yang baik dan benar, tetapi berlaku sebaliknya. Mereka seharusnya melindungi domba yang dipercayakan kepada mereka, tetapi mereka justru memangsanya.

Kita berstatus sebagai murid Kristus dan reputasi ini mesti ditunjukkan melalui sikap kita terhadap mereka yang rentan. Seberapa besar kebaikan yang kita lakukan bagi mereka menunjukkan seberapa besar iman kita kepada Kristus. [WTH]

Markus 12:38-40

Pada masa itu, para ahli Taurat suka mengenakan pakaian yang disebut sebagai "tallit", yaitu kain linen putih yang khas dengan jumbai biru besar. Pakaian ini biasa dikenakan oleh orang kaya atau para pejabat.

Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk berhati-hati dengan mereka sebab mereka hanya mencari penghargaan dan penghormatan dari manusia. Mereka melakukan manipulasi supaya janda-janda memberikan rumah mereka untuk dipersembahkan ke Bait Allah. Dengan cara itulah mereka mendapatkan kekayaan.


Friday 8 March 2024

BEJANA TANAH LIAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 KORINTUS 4:7-9
Setahun : Ulangan 28-29

BEJANA TANAH LIAT
Namun, harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4:7)

Kami mempunyai celengan ayam dari tanah liat yang sangat besar di teras depan rumah. Tiga tahun telah berjalan, rupiah demi rupiah terkumpul dalam celengan, baik uang logam maupun uang kertas. Berharap akan kami pecahkan ketika kedua anak kami menikah, sebagai tanda melepas masa lajang mereka. Tetapi belum genap waktunya, suatu hari seorang tamu tanpa sengaja memecahkan celengan itu. Ya, dapat dimengerti celengan itu bisa pecah karena terbuat hanya dari tanah liat.

Ayat di atas menjelaskan kekuatan kita sesungguhnya berasal dari Allah. Kita ibarat bejana dari tanah liat yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri. Kesadaran akan sumber kekuatan hanya dalam Kristus mendorong kita bersandar dan bergantung hanya kepada Allah. Kekayaan, jabatan, kepandaian, koneksi, prestasi dan sebagainya, bukanlah sumber kekuatan. Kita seharusnya senantiasa menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dengan cara: mengenyangkan diri kita dengan firman Allah (Mzm. 119:105), memercayai Allah dalam doa (Mzm. 5:3) dan memercayai Allah dengan melayani orang lain (Yoh. 21:15).

Hal-hal apakah yang selama ini kita anggap sebagai sumber kekuatan kita? Pilihan memang di tangan kita, namun Allah merindukan kita hidup bersandar dan bergantung sepenuhnya hanya kepada Dia. Hidup berkemenangan tiada terbatas hanya dapat diperoleh dari sumber kekuatan yang tiada terbatas pula, tidak mungkin dari diri kita yang terbatas ini.



HIDUP BERKEMENANGAN TIADA TERBATAS HANYA DIPEROLEH DARI SUMBER KEKUATAN YANG TIADA TERBATAS PULA


Thursday 7 March 2024

Pencinta Kebenaran

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN

Bacaan : Markus 12:28-34

Setahun : Ulangan 24-27


Pencinta Kebenaran

TB: Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?" | Markus 12:28 (TB)



Di tengah situasi yang buruk sekalipun, kalau kita membuka mata, terkadang kita masih bisa melihat hal-hal yang baik. Di tengah orang-orang yang toxic, kadang tersisa mereka yang terus berjuang untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kita tidak bisa serta-merta menyamaratakan semua orang.


Di kalangan ahli Taurat yang berusaha memusuhi dan menjatuhkan Yesus, ternyata ada seorang yang benar-benar mencari kebenaran. Yesus memuji orang tersebut dan menyatakan bahwa dia tidaklah jauh dari Kerajaan Allah (34).


Ahli Taurat ini dapat disebut sebagai "sisa", yaitu orang-orang yang terus setia kepada Tuhan (bdk. Yes. 10:20). Tidaklah heran orang ini memiliki kepekaan dalam melihat jawaban bijaksana Yesus terhadap orang-orang Saduki. Ia juga mengajukan pertanyaan, tetapi pertanyaannya bukan untuk menjatuhkan seperti ahli Taurat lainnya, bukan juga demi meneguhkan posisi seperti orang Saduki. Dia sungguh-sungguh mencari kebenaran. Ia benar-benar rindu untuk mengetahui hal yang terutama dari seluruh ajaran firman (28).


Tampak bahwa dia sudah meyakini jawaban Yesus, tetapi dengan bertanya dia membuka diri untuk kembali dikoreksi dan diajar atas apa yang diyakininya (32-33). Dia memiliki hati yang dapat diajar, yaitu hati seorang murid yang terbuka untuk dibimbing dan dibentuk.


Sebagai ahli Taurat, jelas dia bukan orang bodoh. Tentunya dia diakui, dihargai dan dihormati banyak orang. Biasanya orang seperti itu akan merasa gengsi atau malu bila terlihat bodoh. Namun, dia malah menerima dan mengakui jawaban Yesus. Cintanya akan kebenaran dan kerendahhatiannya membuatnya tidak menjadikan posisinya sebagai yang terutama. Dia rela bertanya kepada seorang guru baru yang bahkan barangkali lebih muda daripada dia. Ia tidak memandang Yesus sebagai ancaman, karena dia adalah pencinta kebenaran dan Yesuslah kebenaran itu.


Mari jadilah pencinta kebenaran yang rela membuka hati untuk dikoreksi, termasuk jika kebenaran itu datang melalui orang-orang yang lebih muda atau kurang terpandang. [JHN]