Tuesday 31 May 2022

Penderitaan itu Sangat Hebat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 47
Setahun : 2 Tawarikh 34-36

Penderitaan itu Sangat Hebat
TB: Firman TUHAN yang datang kepada nabi Yeremia mengenai orang Filistin, sebelum Firaun mengalahkan Gaza. | Yeremia 47:1 (TB)



Pasal 47 ini memperlihatkan hukuman Tuhan kepada Filistin. Bangsa ini merupakan bangsa yang kuat dan musuh bangsa Israel semenjak mereka keluar dari Mesir. Dalam waktu lama mereka menindas bangsa Israel (lih. Hak. 10:11-12).

Hukuman yang Tuhan datangkan tidak main-main. Tuhan memakai Mesir untuk menghukum Filistin. Bangsa-bangsa yang menjadi sekutu Filistin seperti Fenesia dan Sidon juga mendapat hukuman Tuhan. Kota-kota Filistin seperti Gaza, Askelon, dan Asdod hancur (4-5).

Inilah gambaran pedang Tuhan yang dihunus untuk membinasakan Filistin (6). Saking hebatnya penderitaan Filistin dalam hukuman itu, ada tangisan yang meminta agar pedang Tuhan berhenti. Namun, semua itu adalah rencana Tuhan, dan tidak ada satu pun yang dapat menghentikannya (7). Dari gambaran hukuman yang terjadi pada Filistin, kita bertanya, "Mengapa Filistin mendapat hukuman dari Tuhan?"

Dalam pasal ini terlihat bahwa Filistin menjadi musuh Tuhan. Mengapa? Karena bangsa itu hidup dalam kejahatan. Tuhan membenci perbuatan jahat manusia. Filistin merasa hebat dalam perlakuan jahatnya, serta mendapat keuntungan dari perbuatannya. Selain itu, Filistin telah lama menjadi musuh Israel, selalu cemburu atas kemajuan Israel, dan membuat kerepotan.

Di sini, kita bisa melihat bahwa jika manusia atau suatu bangsa menempatkan diri sebagai musuh Tuhan, maka akan datang waktunya hukuman Tuhan yang dahsyat dijatuhkan. Melalui pasal ini, kita seharusnya belajar untuk makin taat kepada Allah yang kita sembah melalui Yesus Kristus.

Kita harus hidup dengan pimpinan Roh Kudus agar hidup kita berkenan kepada-Nya. Hanya dengan cara demikian, kita tidak menempatkan diri sebagai musuh Allah. Selain itu, kita harus lebih giat mengabarkan Injil agar makin banyak orang yang mendengar Injil dan percaya kepada Tuhan, sehingga mereka pun tidak menjadi musuh Tuhan. Hal ini sungguh penting, sebab, jika Tuhan sudah menghukum, maka tidak ada pihak yang dapat menghentikan-Nya. [RMS]


Monday 30 May 2022

OPERASI TANGKAP TANGAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 14
Setahun : 2 Tawarikh 31-33

OPERASI TANGKAP TANGAN
Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. (Amsal 14:16)

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih saja berhasil melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT). Meskipun imbauan telah berulang kali disuarakan, tetap saja sebagian pejabat negara melanjutkan perilaku korup mereka. Saya percaya hal ini bukan karena orang-orang yang bekerja di KPK memiliki kecerdasan luar biasa dan mampu menggunakan metode yang super canggih untuk mendeteksi korupsi. Mereka memang sangat berani dan gigih luar biasa. Namun keberhasilan tangkap tangan lebih diakibatkan oleh kebebalan para pejabat nekat tersebut.

Kitab Amsal membandingkan dua sikap yang bertentangan ketika menghadapi godaan untuk berbuat jahat. Mereka yang mampu bertahan terhadap godaan berdosa adalah yang memiliki sikap kehati-hatian. Dalam sikap hati-hati terkandung rasa takut. Inilah takut yang sepatutnya dan yang kudus. Rasa takut tertuju pada akibat dosa dan murka Tuhan. Tanpa diawasi sekalipun, mereka tidak berniat melakukan kejahatan. Sebab mereka menjalani hidup di hadirat Tuhan. Sebaliknya, orang yang terus melakukan kejahatan disebut sebagai orang bebal. Mereka merasa aman karena menganggap diri pandai menyembunyikan kejahatan dan mampu mengelabui semua orang. Tanpa mereka sadari, tindak tanduk mereka diawasi baik oleh Tuhan maupun sesama.

Melalui berbagai cara, sering juga Tuhan mengingatkan kita. Kehati-hatian dan rasa takut berdosa akan menyelamatkan kita. Sebaliknya, jika kita terus berdosa tanpa peduli peringatan, kita pun harus menghadapi murka Allah pada waktu yang ditetapkan-Nya.



KEHATI-HATIAN MENYELAMATKAN KITA DARI HUKUMAN, NAMUN KEBEBALAN MENJERAT KITA DAN MENGUNDANG HUKUMAN


Sunday 29 May 2022

Salah Sangka, Kecewa

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 45
Setahun : 2 Tawarikh 28-30

Salah Sangka, Kecewa
TB: Firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia kepada Barukh bin Neria, waktu Barukh dalam tahun keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, menuliskan segala firman tersebut dalam sebuah kitab langsung dari mulut Yeremia: | Yeremia 45:1 (TB)



Kita semua pernah kecewa. Tingkat kekecewaan tersebut tergantung pada seberapa tinggi kita berharap. Jadi, makin tinggi harapan yang kita miliki, makin besar kekecewaan kita.

Ternyata hal yang sama juga menimpa Barukh. Ia berseru: "Celakalah aku, sebab TUHAN telah menambahkan kedukaan kepada penderitaanku!" (3). Barukh sangat tertekan karena segala nubuat Tuhan yang telah ia tulis setelah Nabi Yeremia mengucapkannya akan segera terjadi. Hukuman Tuhan akan segera datang. Apalagi, sebelumnya ia telah kecewa karena Raja Yoyakim telah membakar gulungan kitab hasil tulisannya (Yer. 36:32).

Di dalam ayat 5 tertulis: "Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri? Janganlah mencarinya!" Ini teguran Tuhan atas keluh kesah Barukh.

Hal ini menunjukkan bahwa Barukh harus menerima kenyataan akan penghukuman yang dahsyat kepada bangsa Israel dan bangsa-bangsa sekitarnya. Hukuman itu terjadi karena sudah habis waktunya Tuhan bersabar atas dosa semua bangsa itu. Walaupun hukuman datang, tetapi Tuhan tetap memberi keselamatan kepadanya (5).

Dari firman Tuhan ini, ada beberapa hal yang menjadi pelajaran bagi kita. Pertama, walaupun kita berada di dalam pelayanan, jangan berpikir kita tidak akan mengalami hal-hal yang menyakitkan dan susah. Kita tidak bisa berharap sepenuhnya bahwa melalui pelayanan kita, dunia akan tersenyum kepada kita.

Kedua, jika kita tidak berbuat salah di sepanjang pelayanan kita, maka jangan kita mundur dari pelayanan walaupun ada kesusahan, kesedihan, dan rasa sakit yang datang kepada kita. Sebab, akan ada pertolongan Tuhan kepada kita. Pertolongan-Nya akan datang dengan berbagai macam cara.

Ketiga, ingatlah bahwa dalam pelayanan Tuhanlah yang harus kita senangkan. Artinya, pelayanan yang kita lakukan bukan untuk mencari kesenangan diri atau memenuhi kebutuhan diri kita sendiri. Sebab itu, kita harus selalu mengandalkan Tuhan dalam pelayanan supaya kita dapat menyenangkan hati Tuhan dan tidak kecewa. [RMS]


Saturday 28 May 2022

TAK BERHENTI BERHARAP

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 14:1-14
Setahun : 2 Tawarikh 25-27

TAK BERHENTI BERHARAP
“... Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” (Yohanes 14:3)

Lagu-lagu yang diajarkan di sekolah minggu merupakan salah satu cara yang efektif untuk menanamkan rasa cinta anak-anak kepada Tuhan. Rasa cinta yang tumbuh di hati mereka akan senantiasa menimbulkan kerinduan yang dalam untuk mengalami perjumpaan dengan diri-Nya. Kerinduan inilah yang akan menuntun mereka masuk dalam pertemuan yang indah tiada tara ketika kelak Tuhan Yesus datang kali kedua.

Keindahan pertemuan tersebut sulit untuk diungkapkan lewat kata-kata. Sebab, ia bertolak dari penantian panjang pengharapan terhadap penggenapan janji Tuhan, sebagaimana terungkap melalui sepenggal lirik lagu yang akrab di telinga mereka, “Dia berjanji akan kembali, angkat kita semua.” Penantian itulah yang pada akhirnya menguatkan keyakinan dalam diri mereka untuk tidak pernah berhenti berharap akan kedatangan-Nya.

Keyakinan inilah yang menjadikan kesetiaan menjadi kata kunci yang dapat menjawab kerinduan mereka untuk tinggal di tempat yang kini tengah disediakan oleh Tuhan Yesus (ay. 2). Tinggal di surga menyiratkan kebersamaan dengan diri-Nya (ay. 3). Kebersamaan itu menjadi penting lantaran membuka kesempatan untuk menikmati hidup berkemenangan. Hidup yang menepis kegelisahan dan kekhawatiran di hati mereka yang percaya kepada-Nya (ay. 1).

Surga adalah tempat perhentian yang pasti bagi mereka yang tiada pernah berhenti berharap akan kedatangan Tuhan Yesus kali kedua. Kepastian ini menyiratkan kehidupan yang menyodorkan kebahagiaan sebagai realitas berdimensi keabadian.



SURGA MENJADI MILIK ORANG-ORANG YANG TIDAK PERNAH BERHENTIBERHARAP AKAN KEDATANGAN TUHAN YESUS KALI KEDUA


Friday 27 May 2022

Para Pencipta Narasi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 43
Setahun : 2 Tawarikh 21-24

Para Pencipta Narasi
TB: Ketika Yeremia selesai mengatakan kepada seluruh rakyat segala firman TUHAN, Allah mereka, yang disuruh TUHAN, Allah mereka, disampaikannya kepada mereka, yaitu segala firman yang tersebut di atas, | Yeremia 43:1 (TB)



Selalu ada ruang untuk meragukan kebenaran firman Tuhan yang disampaikan melalui perantaraan manusia, apalagi ketika kita memiliki kekuasaan.

Azarya, Yohanan, dan orang banyak juga meragukan firman Tuhan yang diberikan melalui perantaraan Nabi Yeremia (2-3). Mereka menolak karena apa yang dikatakan Yeremia tidak sesuai harapan mereka. Keraguan ini akhirnya menghasilkan pemberontakan umat yang melawan kehendak Tuhan (4-7). Dan, Yeremia harus menghadapi semua itu sendiri.

Yeremia harus berhadapan dengan para penguasa, yaitu Azarya dan Yohanan, yang dipercaya orang banyak karena kepahlawanan mereka. Sebagai pemimpin yang berkarisma dan berkuasa, mereka sudah terlatih untuk mencipta narasi demi mendukung kekuasaan. Mereka menentukan yang benar sebagai salah, dan menganggap perbuatan salah sebagai benar.

Karena nubuat Yeremia tidak sesuai kemauan mereka, akhirnya mereka menciptakan narasi bahwa Yeremia adalah nabi palsu yang tidak cinta negara, antek bangsa asing, atau penjajah kafir. Narasi ini sukses menggerakkan seluruh bangsa Israel yang tersisa untuk mengikuti kemauan mereka, hingga seluruh bangsa menjadi buta akan pimpinan Tuhan. Ironisnya, mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar.

Itu berbeda sekali dengan Yeremia. Sebagai hamba Allah, ia rela dikutuki banyak orang demi kesetiaannya terhadap narasi pesan dan pimpinan Tuhan. Narasi yang dia tahu akan tidak mengenakkan telinga pendengarnya dan mutlak mendapat penolakan. Tetapi, Yeremia tahu, pimpinan Tuhan tidak berbicara akan kekuasaan dan kepercayaan orang banyak, tetapi ketaatan terhadap sesuatu yang benar meskipun kekuasaan dan suara orang banyak menentangnya.

Ketika kita memiliki kuasa atas orang lain, apakah kita sering berbuat seperti Azarya dan Yohanan, yaitu menciptakan narasi untuk berbuat jahat kepada orang lain? Ataukah, kita seperti Yeremia yang tetap berani menyuarakan kebenaran, sekalipun risikonya adalah penolakan dan penindasan dari kekuasaan dan juga orang di sekeliling kita? [JHN]


Thursday 26 May 2022

BAHASA TANGAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 24:50-53
Setahun : 2 Tawarikh 18-20

BAHASA TANGAN
Ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga. (Lukas 24:51)

Tangan mengekspresikan pengendalian atau penguasaan. Sesuatu yang masih dalam jangkauan tangan kita berarti masih bisa kita kendalikan. Ketika media massa mengabarkan suatu urusan telah ditangani oleh pihak yang berwajib, artinya petugas negara sudah mengendalikan proses penyidikannya. Menolak campur tangan berarti menampik kendali dari luar.

Kisah kenaikan Yesus ke surga adalah kisah penyerahan kendali atau kuasa atas seluruh semesta ciptaan ini kepada satu tangan, yaitu tangan Dia yang dilantik di surga sebagai Raja Semesta, Penguasa kekal langit dan bumi, Tuhan Yesus Kristus. Lukas melukiskan ketika Dia meninggalkan para murid-Nya kala itu, tangan-Nya sedang memberkati mereka (ay. 51). Tangan penuh kuasa ini sedang naik kian meninggi dalam posisi di atas segala sesuatu yang berlangsung di bumi ini. Mengendalikannya dengan wibawa penuh. Seperti judul lagu rohani, He’s Got the Whole World in His Hands.

Sejujurnya hidup kita banyak dipengaruhi oleh bahasa tangan yang terarah kepada kita. Syukurlah jika itu tangan-tangan sentuhan bersahabat. Tetapi, nyatanya banyak tangan teracung menuding, memojokkan, menusuk, merampas, memeras, melempar, dan menggampar yang menghadirkan derita. Jangan gundah, jangan cemas. Saat itu arahkan mata kita ke atas. Ada Tangan pemegang kendali atas segalanya yang sedang memberkati kita. Serahkanlah beban kita dalam kendali tangan-Nya. Bagi-Nya senantiasa tersedia beribu jalan untuk memberkati kita.



BARANG SIAPA MELETAKKAN SEGALA SESUATU DI TANGAN TUHAN, IA AKAN MELIHAT TANGAN TUHAN DI DALAM SEGALA SESUATU


Wednesday 25 May 2022

Harapan yang Buta

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 42
Setahun : 2 Tawarikh 14-17

Harapan yang Buta
TB: Kemudian datanglah semua perwira tentara, di antaranya Yohanan bin Kareah dan Azarya bin Hosaya, beserta seluruh rakyat, dari yang kecil sampai kepada yang besar, | Yeremia 42:1 (TB)



Tuhan pasti melihat dengan iba sisa-sisa dari Yehuda.

Mereka tak berdaya ketika meminta pimpinan Tuhan melalui Yeremia (1-3); apalagi ketika mereka berjanji untuk menaati perkataan Tuhan (5-6). Tetapi, Tuhan melihat bahwa sebenarnya bangsa ini tidak mau menaati perintah-Nya (20-21). Jangan-jangan permohonan mereka hanyalah cara untuk menawar keputusan Tuhan? Mereka mencari kemungkinan alternatif lain, jawaban selain tunduk pada kekuasaan Babel.

Keputusan Tuhan bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Kita bisa dengan berat menjalaninya. Mungkin inilah yang dialami orang Yehuda, yang sesudah dihancurkan kerajaan Babel, masih harus mengalami perang saudara.

Tentunya, wajar untuk memiliki harapan akan Allah yang berbelas kasihan, yang bisa mengubah keputusan-Nya sesuai kerinduan mereka. Maka, Yohanan, yang mewakili rakyat, melalui Yeremia mau meminta pimpinan Tuhan dan berjanji untuk menaati-Nya dengan segala konsekuensi yang ada.

Mungkin mereka berpikir bahwa Allah pasti bermurah hati dan tidak lagi meminta mereka untuk kembali tunduk kepada kekuasaan Babel. Barangkali mereka sudah terlanjur benci dengan bangsa Babel yang banyak membantai saudara sebangsa mereka. Tetapi, sebenarnya kasih Allah dapat dinyatakan, sekalipun mereka ada dalam kekuasaan apa pun. Kasih Allah melampaui permainan politik kekuasaan. Allah pun tahu bahwa mereka sejatinya tak mau tunduk. Mereka berusaha menawar keputusan Allah agar mereka dapat berjalan sesuai kemauan mereka sendiri. Dengan permohonan seperti ini, mereka sedang menipu diri sendiri.

Hal ini terjadi seperti yang dikatakan oleh Agustinus: "Allah selalu ingin memberikan hal-hal yang baik bagi kita, tetapi hati kita terlalu penuh untuk dapat menerimanya." Kadang ketika kita memohon, sudah ada pemikiran akan jawaban yang kita inginkan, dan kita rela melakukan apa pun supaya apa yang kita inginkan itu terjadi. Hal tersebutlah yang membuat harapan kita buta, sehingga kita justru menolak apa yang indah yang sudah disediakan Tuhan. [JHN]


Tuesday 24 May 2022

BEBAS DARI MASA LALU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YEREMIA 29:1-14
Setahun : 2 Tawarikh 10-13

BEBAS DARI MASA LALU
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu … yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)

Masa lalu merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi di waktu-waktu lampau. Walaupun sudah lama berlalu, jejak rekamnya dapat sangat kuat membayang dalam benak tiap-tiap orang. Inilah yang terkadang membuat mereka sulit untuk melangkah ke depan. Alih-alih memikirkan hidup mereka selanjutnya, mereka lebih suka berandai-andai untuk kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya.

Seseorang yang terpenjara dalam kubu masa lalu melupakan kenyataan bahwa hari ini juga akan menjadi masa lalu untuk esok hari. Bahkan sekarang ini adalah masa lalu untuk satu menit kemudian. Demi menghindarkan bangsa Israel dari bayang-bayang masa lalu, di kota pembuangan Tuhan memerintahkan mereka untuk menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas hari ini. Mereka diminta mendirikan rumah, membuat kebun, membangun rumah tangga, juga berdoa bagi kesejahteraan kota tempat tinggal mereka (ay. 4-7). Tanpa perlu mengingat segala kemuliaan di masa lalu, satu hal yang dijanjikan Tuhan adalah bahwa mereka akan memiliki masa depan yang penuh harapan (ay. 11).

Firman Tuhan memuat janji bahwa masa depan sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang (Ams. 23:18). Apabila kita rindu melihat janji Tuhan ini digenapi dalam kehidupan kita, caranya adalah dengan menjalani kehidupan hari ini dengan sebaik-baiknya. Tidak peduli bagaimana suramnya hari-hari kemarin, hari ini adalah masa lalu bagi esok hari. Dengan menjalani setiap hari di depan dengan baik, tanpa sadar kita sudah mendekati penggenapan janji Tuhan, yakni masa depan yang penuh harapan.



KITA TIDAK BISA MENGUBAH MASA LALU YANG KITA LIHAT HARI INI,TETAPI KITA BISA MENGUBAH MASA LALU YANG KITA LIHAT ESOK HARI


Monday 23 May 2022

Merelakan Berkat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 40:1-6
Setahun : 2 Tawarikh 7-9

Merelakan Berkat
TB: Firman yang datang dari pada TUHAN kepada Yeremia, sesudah ia dilepaskan dari Rama oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, yang telah menyuruh untuk mengambilnya terbelenggu pada tangannya di tengah-tengah semua orang buangan dari Yerusalem dan Yehuda yang hendak diangkut ke dalam pembuangan ke Babel. | Yeremia 40:1 (TB)



Yeremia yang sengsara sebagai tawanan tak bersalah akhirnya dibebaskan, bahkan diberi tawaran untuk bisa ikut ke Babel.

Dengan pergi ke Babel, pastinya Yeremia akan mendapatkan kehidupan yang nyaman (4). Tetapi, dia juga boleh memilih untuk tetap tinggal di Yerusalem bersama orang-orang miskin yang tersisa di bawah kepemimpinan Gedalya (5). Ternyata Yeremia memilih untuk tinggal bersama rakyat yang menderita (6).

Mungkin kita bisa berkata bahwa Yeremia bodoh. Dia bisa mendapatkan kenikmatan, perhatian, bahkan kekayaan. Selama ini nubuat yang dia sampaikan mendukung kekuasaan Babel, itu pasti menyukakan raja. Tak ada gunanya memilih hidup tidak nyaman bersama penguasa baru di tengah puing-puing kota dan orang-orang miskin lemah yang tersisa. Apakah salah jika dia memilih untuk pergi ke Babel? Bukankah kehancuran Yehuda adalah kehendak Allah dan telah tergenapi (2-3)?

Inilah ketaatan luar biasa terhadap panggilan Tuhan. Yeremia dipanggil bukan hanya untuk mencabut dan merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan, tetapi juga untuk membangun dan menanam (Yer. 1:10).

Bisakah kita bayangkan beratnya kehidupan Yeremia? Dia disalahpahami dan bisa dianggap tidak cinta negeri. Malahan dia menubuatkan kehancuran bangsanya dan kemenangan bangsa lain. Bisakah dibayangkan kesedihannya dalam menyampaikan nubuat yang membuatnya kehilangan orang-orang sebangsanya? Tetapi, dia tetap menaati panggilannya. Tidak semua orang dipanggil sama seperti Yeremia, tetapi setiap orang percaya pastilah Tuhan panggil untuk menjadi berkat bagi orang di sekitarnya.

Tidaklah mudah setia mengikuti panggilan Tuhan. Ada harga yang harus dibayar dan biasanya itu adalah kenyamanan hidup. Kenyamanan tidaklah negatif karena Tuhan juga menjanjikannya. Kenyamanan itu berkat Tuhan yang baik, tetapi kadang berkat yang baik ini harus direlakan demi lebih lagi dipakai Tuhan menjadi berkat. [JHN]


Sunday 22 May 2022

SEINDAH WARNA ASLINYA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 6:43-45
Setahun : 2 Tawarikh 4-6

SEINDAH WARNA ASLINYA
“Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” (Lukas 6:45)

Jauh sebelum orang mengenal kamera digital, kala itu keberadaan Fuji Photo Film—perusahaan raksasa dari Jepang—turut menyemarakkan pasar momen keabadian di tanah air. Untuk hasil jepretan kamera analog yang memuaskan, perusahaan ini menawarkan produk unggulannya lewat tagline: seindah warna aslinya. Tawaran menarik bagi setiap orang yang menginginkan kualitas prima dari momen-momen berharga yang hendak diabadikannya.

Kualitas hidup orang percaya pun pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari keindahan yang menampilkan warna kekristenan kita yang sesungguhnya. Keindahan yang ditunjukkan lewat setiap perkataan yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ibarat pohon dikenal dari buahnya (ay. 44), setiap perkataan kita akan senantiasa merujuk pada buah yang baik (ay. 43).

Buah kehidupan yang menunjukkan sikap hati kita yang sebenarnya. Sikap ini menjadi penting lantaran setiap perkataan yang keluar dari mulut selalu meluap dari hati (ay. 45). Dengan begitu kewaspadaan dalam menjaga hati menjadi peringatan serius yang wajib dicamkan supaya dapat memancarkan kehidupan (Ams. 4:23). Hidup yang menjadi bukti keseriusan kita sebagai pengikut Kristus yang dapat diandalkan.

Perkataan yang baik mampu memperlihatkan keelokan hati seindah warna aslinya. Warna sejati yang keindahannya sanggup mempertegas jati diri kita sebagai orang-orang yang hidup melekat pada Sang Pokok Kehidupan. Hidup yang selalu berbuah kebaikan. Disitulah nama Tuhan dengan sendirinya akan dipermuliakan.



PERKATAAN YANG BAIK MENUNJUKKAN HATI ORANG PERCAYA SEINDAH WARNA ASLINYA


Saturday 21 May 2022

Belajar Rela untuk Dihukum

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 38:14-28
Setahun : 2 Tawarikh 1-3

Belajar Rela untuk Dihukum
TB: Raja Zedekia menyuruh orang membawa nabi Yeremia kepadanya di pintu yang ketiga pada rumah TUHAN. Berkatalah raja kepada Yeremia: "Aku mau menanyakan sesuatu kepadamu; janganlah sembunyikan apa-apa kepadaku!" | Yeremia 38:14 (TB)



Memang sangat sulit untuk menerima kenyataan ketika Tuhan sudah memutuskan untuk menghukum kita. Namun, ketika sudah jelas Tuhan menyatakan demikian, kita harus rela untuk menerima hukuman tersebut.

Raja Zedekia menyuruh orang untuk membawa Nabi Yeremia karena ia ingin mendengarkan apa yang Tuhan akan sampaikan. Seperti sebelumnya, Nabi Yeremia menegaskan bahwa raja harus menyerahkan diri kepada Babel.

Apabila raja bersedia menyerahkan diri, maka nyawanya akan terpelihara, kota Yerusalem tidak akan dihanguskan dengan api, dan keluarga raja akan hidup (17). Tetapi, apabila raja tidak mau menyerahkan diri, maka kota ini akan diserahkan ke dalam tangan Babel yang akan menghanguskannya, dan Zedekia sendiri tidak akan luput dari tangan Babel (18).

Kitab Raja-raja menunjukan bahwa Zedekia tidak menyerahkan diri. Yerusalem dikepung oleh Babel sekitar dua tahun, dan akhirnya tidak dapat bertahan. Raja Babel kemudian menghukum Zedekia dengan sangat berat. Anak-anaknya dibunuh di depan matanya, kemudian matanya dibutakan, dan ia dibuang ke Babel (2Raj. 25:6-7). Rumah Tuhan, rumah raja, dan semua rumah di Yerusalem dibakar dengan api (2Raj. 25:8-9). Inilah harga yang harus dibayar Raja Zedekia dan penduduk Yerusalem karena tidak mau menerima hukuman Tuhan dengan rela.

Allah kita adalah Allah yang adil, yang "tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman" (Kel. 34:7). Jika Tuhan sudah memutuskan untuk menghukum kita karena dosa kita, maka hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah dengan rela menerima hukuman tersebut, seberat apa pun hukuman itu.

Ketika kita masih tidak rela dan tidak mau menuruti peringatan Tuhan, jangan kaget ketika hukuman yang akan menimpa kita menjadi makin berat. Memang hukuman Tuhan kadang merupakan hukuman yang sangat berat. Tetapi, hukuman-Nya akan menjadi lebih berat lagi jika kita tidak rela untuk dihukum.

Mari belajarlah untuk rela dihukum ketika kita sudah bersalah. [INT]

Yeremia 37

Siapa yang suka dengan berita buruk? Tidak ada. Tetapi, berita itu tetap penting untuk didengarkan karena kita tahu bahwa itulah kenyataan yang ada dan peringatan yang disampaikan demi kebaikan kita. Ketika Tuhan menyatakan hukuman-Nya atas umat Yehuda melalui Nabi Yeremia, apa yang terjadi?


Friday 20 May 2022

KEPASTIAN DALAM KETIDAKPASTIAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ESTER 4
Setahun : 1 Tawarikh 27-29

KEPASTIAN DALAM KETIDAKPASTIAN
Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. (Mazmur 130:7)

Satu hal yang paling tidak kita sukai dalam hidup ini adalah menunggu. Terlebih lagi kalau harus menunggu dalam ketidakpastian. Ibarat berjalan dengan mata tertutup, situasi yang tak pasti membuat kita tidak bisa mengontrol apa yang bakal terjadi. Entahkah sesuai harapan atau tidak, kita tidak bisa tahu tanpa melewati masa-masa penantian mendebarkan terlebih dahulu.

Begitu Mordekhai, pamannya, memintanya menghadap raja demi memohon karunia keselamatan bangsanya, hati Ester seketika menjadi bimbang. Adalah undang-undang di kerajaan itu kalau seseorang menghadap raja dengan tiada dipanggil terlebih dahulu, sekiranya raja tidak mengulurkan tongkat emas perkenanan kepadanya, ia akan dihukum mati. Sekalipun baru terpilih menjadi ratu, bukan jaminan raja pasti berkenan kepadanya. Sekiranya perkenanan tidak datang, ia harus menerima konsekuensi kelancangannya, yakni hukuman mati. Di tengah kebimbangan itulah Ester memohon pertolongan Tuhan. Bersama para dayang dan semua orang Yahudi di benteng Susan, berpuasalah ia tiga hari tiga malam. Berjalan dalam ketidakpastian, Ester meyakini tangan Tuhan bekerja dengan pasti menyelamatkan mereka.

Dunia menawarkan berbagai bentuk kepastian, tetapi nyatanya semua itu tidak benar-benar menjadi jaminan. Berbeda dengan tawaran sok meyakinkan dari dunia, mengikut Tuhan seolah justru merupakan tantangan. Terkadang, kita ditempatkan pada beragam situasi ketidakpastian yang menegangkan. Satu hal dapat selalu kita pegang, sekalipun di tengah ketidakpastian yang mencekam, dengan bersandar pada Tuhan, kita pasti akan kuat menghadapi setiap tantangan yang mengadang.



HANYA BERJALAN BERSAMA TUHAN KITA DAPAT MENEMUKAN KEPASTIAN DI TENGAH DUNIA YANG PENUH KETIDAKPASTIAN


Thursday 19 May 2022

Harga yang Dibayar untuk Pelayanan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 37
Setahun : 1 Tawarikh 24-26

Harga yang Dibayar untuk Pelayanan
TB: Zedekia bin Yosia menjadi raja menggantikan Konya bin Yoyakim; Nebukadnezar, raja Babel, telah mengangkat dia menjadi raja atas negeri Yehuda. | Yeremia 37:1 (TB)



Orang yang membawa berita yang tidak menyenangkan hati sering menjadi sasaran kemarahan dari orang yang menerima berita. Inilah juga yang dialami oleh Yeremia.

Ketika tentara Firaun berangkat dari Mesir, tentara Babel pergi dari Yerusalem (5). Kemudian, Yeremia menyampaikan firman kepada Raja Zedekia yang meminta petunjuk Tuhan, bahwa tentara Firaun yang telah berangkat untuk membantu Yehuda dalam menghadapi Babel akan kembali ke Mesir, dan kemudian tentara Babel akan datang lagi mengepung, bahkan menghanguskan Yerusalem dengan api (6-10).

Pada saat tentara Babel meninggalkan Yerusalem karena takut kepada tentara Mesir, Yeremia, yang waktu itu keluar ke Benyamin untuk urusan keluarganya, ditangkap (11-13). Yeremia dituduh mau menyeberang ke Babel sehingga ia dipukul dan dimasukkan ke dalam penjara. Yeremia tinggal lama di ruangan cadangan air di bawah tanah (14-16).

Manusia sering hanya mau mendengarkan apa yang mau mereka dengar. Para pemuka Yehuda senang bahwa tentara Babel telah pergi karena takut kepada Mesir, dan tidak mau mendengarkan firman yang menyatakan bahwa Babel akan datang lagi, bahkan menghancurkan Yerusalem. Maka, Yeremia yang membawa berita negatif itu difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara.

Umat Kristen sekarang juga sering melakukan tindakan yang sama, yaitu tidak mau mendengarkan apa yang tidak mereka sukai. Karena itu, jika kita setia menyampaikan apa yang Tuhan mau sampaikan, jangan heran bahwa kita mungkin diperlakukan dengan buruk. Kita harus bersiap untuk membayar harga demi menyampaikan firman Tuhan yang benar. Bahkan, jika kita sampai dianiaya karena menyampaikan kebenaran, maka seharusnya kita bersukacita, sama seperti para rasul yang disesah karena menyampaikan Injil.

Pelayanan kita mungkin dibalas dengan penolakan dan fitnah, tetapi kita rela menderita, bahkan bersukacita karena "telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus" (Kis. 5:41). [INT]


Wednesday 18 May 2022

VIRAL

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TESALONIKA 1
Setahun : 1 Tawarikh 21-23

VIRAL
Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersebar kabar tentang imanmu kepada Allah .... (1 Tesalonika 1:8)

Dalam media sosial, istilah viral berarti menyebarnya suatu berita atau informasi secara luas dan cepat, persis seperti cara kerja virus, yang menjadi asal dari kata ini. Informasi itu bisa berupa video, audio, foto atau tulisan yang menyedot perhatian serta menjadi perbincangan publik. Sayangnya, informasi yang viral justru sering berupa hal-hal negatif, seperti skandal artis, kasus asusila, korupsi, berita kriminal, bahkan informasi menyesatkan alias hoaks. Namun viral tidak selalu berkonotasi negatif, karena berbagai informasi yang inspiratif dan memotivasi juga memberi manfaat besar bagi banyak orang.

Sebelum era media sosial, berbagai informasi juga tersebar luas dengan cara berbeda. Utamanya adalah melalui pemberitaan lisan, dari mulut ke mulut. Salah satunya adalah mengenai jemaat Tesalonika, satu kota di wilayah utara Yunani. Rasul Paulus memberitakan Injil di kota itu sehingga terbentuklah sebuah jemaat. Sekalipun mereka menghadapi penindasan yang berat, namun mereka terus bertumbuh dan bertekun dalam iman serta perbuatan kasih (ay. 3). Iman dan kebaikan mereka menjadi viral sehingga menjadi teladan di Makedonia dan Akhaya, wilayah selatan Yunani yang luas, serta ke daerah-daerah lain.

Andai perilaku atau perbuatan kita menjadi viral, apakah itu akan berdampak positif bagi banyak orang ataukah sebaliknya? Kita hendaknya ingat bahwa kita adalah wakil-wakil Allah untuk menyebarkan kasih-Nya kepada dunia. Biarlah kiranya kita dikenal bukan karena sensasi atau berita buruk, melainkan karena kasih dan teladan baik yang dapat memberkati banyak orang.



HENDAKNYA KESAKSIAN DAN TELADAN IMAN KITA TERSIAR VIRAL,SERTA MENUNTUN BANYAK ORANG MENGALAMI KASIH ALLAH YANG KEKAL


Tuesday 17 May 2022

Kesetiaan: Kualitas Penting bagi Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 35
Setahun : 1 Tawarikh 17-20

Kesetiaan: Kualitas Penting bagi Tuhan
TB: Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia di zaman Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, bunyinya: | Yeremia 35:1 (TB)



Kesetiaan merupakan salah satu kualitas yang sangat disukai dan dihargai oleh Tuhan, seperti yang akan kita lihat pada orang-orang Rekhab.

Nas kita hari ini berbicara tentang kesetiaan kaum Rekhab, yang tetap menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh bapa leluhur mereka. Mereka harus tinggal di kemah-kemah. Mereka tidak boleh memiliki kebun anggur atau ladang serta benih, dan tidak boleh meminum anggur. Sejak diberikannya perintah itu hingga masa Yeremia, mereka terus menaatinya (6-10).

Tuhan memuji kesetiaan keturunan Rekhab dan membandingkannya dengan bangsa Israel yang tidak mau mendengarkan Tuhan (16). Untuk itu, Tuhan akan menghukum umat-Nya yang tidak taat dan menyatakan "keturunan Yonadab bin Rekhab takkan terputus melayani Aku sepanjang masa" (19).

Tidak semua hukum Tuhan sama tingginya. Kita tahu bahwa hukum kasih merupakan hukum tertinggi. Selain itu, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa ada tiga hukum yang sangat penting, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (Mat. 23:23). Jadi, selain hukum kasih, kesetiaan adalah salah satu hukum yang sangat penting.

Allah kita sendiri adalah Allah yang setia dengan perjanjian dan pilihan-Nya. Paulus berkata: "Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya" (2Tim. 2:13). Jadi, jika keturunan Rekhab dapat melakukan perintah bapa leluhurnya dengan begitu setia, maka kita harus lebih setia melakukan perintah Tuhan.

Allah kita adalah Allah yang setia. Karena itu, kita juga harus hidup dengan setia. Kita perlu setia dalam menjalankan prinsip-pinsip kebenaran firman Tuhan dalam segala aspek hidup kita. Kita juga perlu setia dalam mengerjakan segala pekerjaan dan tugas kita. Dengan kata lain, melakukan tanggung jawab kita dengan baik, sehingga dengan kesetiaan kita Bapa kita di surga akan dipermuliakan.

Tuhan sangat menghargai kesetiaan. Jadi, jika kita setia, sama seperti Tuhan terus memakai keturunan Rekhab, Dia pasti akan terus memakai kita. [INT]


Monday 16 May 2022

ADAB MENEGUR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TIMOTIUS 5:1-2
Setahun : 1 Tawarikh 14-16

ADAB MENEGUR
Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegurlah dia sebagai bapak. (1 Timotius 5:1)

Salah satu tantangan yang dihadapi para gembala jemaat berusia relatif muda ialah ketika harus menegur orang-orang yang usianya lebih tua. Ketika para orang tua melakukan kekeliruan, jatuh dalam dosa, melenceng dari pengajaran firman Tuhan, atau melakukan tindakan kurang bijaksana, maka mereka juga perlu diperingatkan. Tentunya ini bukan tugas yang mudah. Apalagi secara budaya, orang-orang tua dianggap lebih berpengalaman serta lebih bijaksana dalam berbagai hal, sehingga idealnya, orang-orang muda diharapkan belajar kepada mereka, bukan mengoreksinya.

Inilah juga tantangan yang dihadapi Timotius muda ketika Rasul Paulus menetapkannya melayani di kota Efesus. Saat itu, Efesus adalah kota terbesar kedua dalam kekaisaran Roma, sekaligus menjadi pusat penyembahan berhala karena di sanalah terdapat kuil Dewi Artemis yang terkenal (Kis. 19:27). Jemaat Kristen di kota itu dulunya juga adalah para penyembah berhala, yang tentunya tidak begitu saja melupakan warisan masa lalu mereka. Karena itulah, pelayanan Timotius penting untuk menuntun mereka di jalan Tuhan.

Salah satu nasihat Paulus kepada Timotius ialah soal bagaimana menegur para orang tua. Jangan bersikap keras terhadap mereka, tetapi berlakulah sebagai anak yang menegur orang tuanya. Memperlakukan mereka seperti ayah dan ibu sendiri. Tetap dengan rasa hormat serta menjaga wibawa mereka. Bukan menyerang, mempermalukan atau membangkitkan sakit hati. Namun kita tetap tidak mengkompromikan kebenaran. Inilah kunci menegur yang dilandasi oleh kasih Allah. Kebenaran ditegakkan, namun kasih juga terlihat dengan nyata.



MENJADI TUA TIDAK OTOMATIS TERHINDAR DARI DOSA DAN KESALAHAN,NAMUN YANG MEREKA BUTUHKAN IALAH TEGURAN YANG DILANDASI KASIH TUHAN


Sunday 15 May 2022

Allah yang Menghukum Umat-Nya

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 34:1-7
Setahun : 1 Tawarikh 11-13

Allah yang Menghukum Umat-Nya
TB: Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, ketika Nebukadnezar, raja Babel, dan segala tentaranya, segala kerajaan di bumi yang dibawah pemerintahannya, dan segala bangsa berperang melawan Yerusalem dan segala kotanya: | Yeremia 34:1 (TB)



Allah disebut Yang Mahakuasa, berarti tidak ada sesuatu pun dapat terjadi tanpa dikehendaki Allah. Karena itu, ketika umat Tuhan dihancurkan, itu pasti karena Allah menyerahkan umat-Nya untuk dihancurkan.

Nebukadnezar, raja Babel, dengan segala tentaranya telah mengepung Yerusalem (1). Yeremia menyampaikan kepada Raja Zedekia firman Tuhan yang menyatakan: "Sesungguhnya, Aku menyerahkan kota ini ke dalam tangan raja Babel, supaya dihanguskannya dengan api" (2). Tuhan juga menyatakan bahwa Raja Zedekia sendiri akan dibuang ke Babel (3-4).

Dalam dunia kuno, ketika dua bangsa berperang, yang dianggap berperang adalah allah-allahnya. Dengan demikian, ketika Babel dapat menghancurkan Yehuda, dunia kuno akan menganggap bahwa allah-allah Babel lebih hebat dan telah mengalahkan Allah Israel. Karena itu, Allah dengan tegas menyatakan bahwa kehancuran Yehuda bukan karena Ia sudah kalah dengan allah-allah Babel, melainkan karena Ia sendiri menyerahkan Yerusalem dan Yehuda ke tangan raja Babel.

Dengan demikian, kita bisa dengan jelas melihat bahwa jika umat Tuhan dapat dihancurkan, itu adalah karena Allah kita Yang Mahakuasa yang menyerahkan umat-Nya untuk dikalahkan dan dihancurkan oleh musuh.

Kenapa Allah melakukan hal seperti itu? Alasannya karena Allah kita adalah Allah yang adil dan kudus, yang akan menghukum umat-Nya jika mereka terus berkancah dalam dosa dan tidak mau bertobat.

Ketika kita menghadapi banyak serangan dari sana-sini, berhati-hatilah! Semua serangan itu terjadi karena Tuhan membiarkan dan mengizinkannya. Memang semua kesulitan dapat terjadi sebagai pembentukan Tuhan, tetapi itu juga bisa terjadi karena Tuhan sedang murka dan menghukum kita. Karena itu, ketika kita mendapat serangan, kita juga perlu bertanya kepada Tuhan: "Mengapa Ia mengizinkan semuanya itu terjadi?"

Berdoalah kepada-Nya: "Bapa, tolong berikanlah aku kepekaan supaya jangan sampai aku berkancah dalam dosa dan harus dihukum." [INT]


Saturday 14 May 2022

TETAP BERHARGA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YESAYA 43:1-7
Setahun : 1 Tawarikh 8-10

TETAP BERHARGA
“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.” (Yesaya 43:4)

Viral dan panen pujian karena prestasi yang diraih tentu membuat penerimanya merasa bangga. Sebab dukungan dan penghargaan, apa pun bentuknya, memberi dampak luar biasa bagi penerimanya. Senang, termotivasi dan bersemangat, semua ini sangat menunjang produktivitas. Lebih lagi dukungan yang diberikan di tengah keterpurukan. Bukankah lebih banyak orang memilih tidak menjalin hubungan dengan orang yang “bermasalah”?

Israel tidak mau berjalan di jalan Allah. Bahkan ketika Tuhan menghajar karena ketidaktaatan mereka pun, Israel tetap keras kepala dan tidak peduli. Namun Allah tetap peduli, karena Dialah yang telah menciptakan mereka dan membentuk mereka. Dia pula yang menebus mereka dari perbudakan Mesir. Israel dijadikan-Nya istimewa, dibedakan dari umat lain dan dikhususkan bagi diri-Nya. Dia sangat mengasihi Israel. Bahkan setelah Israel menunjukkan kebebalan mereka sekalipun Dia tetap menganggapnya berharga dan mulia. Karena itu, dalam penderitaan Israel, Allah memberikan janji akan kehadiran-Nya untuk menopang dan memberi kelepasan.

Melalui iman kepada Yesus Kristus, kita dijadikan-Nya Israel baru. Kita beroleh kasih Allah, lengkap dengan segala karunianya. Kita menjadi milik Allah karena Dia telah menciptakan dan menebus kita. Dia mengenal kita secara pribadi. Di tengah pergumulan, Dia selalu ada bersama kita. Dalam pandangan-Nya, kita mulia dan berharga. Bukankah hal ini lebih dari cukup untuk membuat kita senantiasa bersukacita dan berpengharapan di tengah tantangan kehidupan?



TIDAK ADA YANG DAPAT MENANDINGI KEBAHAGIAAN SEORANG YANG DIPANDANG MULIA DAN BERHARGA DI MATA ALLAH


Friday 13 May 2022

Percaya walau Tanpa Bukti

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 33:1-13
Setahun : 1 Tawarikh 6-7

Percaya walau Tanpa Bukti
TB: Datanglah firman TUHAN untuk kedua kalinya kepada Yeremia, ketika ia masih terkurung di pelataran penjagaan itu, bunyinya: | Yeremia 33:1 (TB)



Ketika seseorang berjanji, kita membutuhkan bukti bahwa janji itu akan ditepati. Tanpa bukti, kita akan menyerah dan tidak percaya lagi terhadap janji itu. Tetapi, tidak demikian dengan Yeremia. Nabi Yeremia masih ada dalam kurungan ketika Tuhan kembali berfirman kepadanya.

Perikop ini menegaskan sekali lagi akan janji pemulihan bangsa Israel. Allah akan kembali memulihkan kota-kota Israel. Allah akan memulihkan kesehatan dan keamanan bangsa itu. Bahkan, Allah akan menahirkan bangsa itu dari dosa mereka. Bangsa itu akan kembali memuji Tuhan karena perbuatan Tuhan yang menyelamatkan dan memulihkan mereka (5-11).

Bangsa Israel masih dalam keadaan aman ketika nubuat ini disampaikan oleh Yeremia. Mereka belum merasakan pembuangan ke Babel. Tetapi, Tuhan telah menyatakan janji-Nya dua kali untuk menunjukkan betapa Allah mengasihi umat-Nya (1). Dalam penghukuman Allah, terlihat akan kasih dan anugerah-Nya. Allah menginginkan kehidupan yang penuh berkat bagi umat-Nya. Allah tidak akan membiarkan umat-Nya dipermalukan. Semua ini demi nama Tuhan sendiri. Umat-Nya akan hidup dalam kelimpahan berkat (12-13).

Apakah kita pernah meragukan janji penyertaan Tuhan? Kita belajar dari Yeremia tentang bagaimana Tuhan sendirilah yang menyatakan janji-Nya. Yeremia masih dalam keadaan terkurung dan belum ada tanda-tanda dari nubuat kejatuhan bangsa Israel. Tetapi, Tuhan menyatakan janji pemulihan-Nya hingga dua kali. Yeremia tetap percaya akan janji Tuhan.

Dalam hal apa kita membutuhkan janji penyertaan Tuhan saat ini? Apa yang akan membuat kita yakin? Firman Tuhan bagi kita hari ini mengingatkan bahwa keyakinan kita pada janji penyertaan Tuhan bukan didasarkan pada bukti-bukti yang terlihat, tetapi pada Tuhan sendiri yang menyatakan janji-Nya. Mungkin kita belum melihat tanda-tanda apa pun, bahkan kita masih berada dalam keadaan yang tidak pasti, tetapi kita percaya setiap janji Tuhan akan digenapi. Sebab, Tuhan sendirilah yang menyatakannya bagi kita. [RGD]


Thursday 12 May 2022

BATU NISAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 KORINTUS 4:1-12
Setahun : 1 Tawarikh 3-5

BATU NISAN
Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4:7)

F.N. 12 Mei 1820 – 13 Agustus 1910. Hanya itu tulisan di batu nisan Florence Nightingale! Perempuan dengan peran dan jasa serta pengabdian tanpa batas bagi kemanusiaan—khususnya bidang keperawatan. Sepulang dari pelayanannya merawat korban perang dan tentara di medan tempur pada usia ke-37, ia lebih banyak berkarya di tempat tidur—karena kelemahan fisiknya. Banyak tulisan dan pemikirannya berhasil mendidik masyarakat dan membuahkan kebijakan pemerintah termasuk pendirian sekolah perawat pertama yang menginspirasi dunia. Padahal itu hasil karya di atas ranjang—hingga usianya yang ke-90!

Betapa besar sumbangsih Paulus bagi dunia melalui pewartaan Injil—baik secara langsung maupun melalui tulisan. Dalam surat 2 Korintus terungkap keyakinannya akan betapa mulia pesan dari pewartaan yang diemban dan dilaksanakannya seoptimal mungkin itu (ay. 4-6). Serentak diiringi kesadaran, itu dikerjakannya dalam keterbatasan, terpaan badai derita, dan kelemahan fisik yang menyertainya seumur hidup—bagai harta tapi dalam bejana tanah liat—supaya Tuhan yang dimuliakan, bukan dirinya (ay. 7-11 bdk. 2Kor 12:7-9).

Apakah kelemahan fisik, kecacatan, kritikan pedas, kesulitan, kegagalan, dan kekalahan adalah penghambat kemajuan kita? Memalukan dan membuat pekerjaan kita tidak efektif? Belum tentu. Bukan mustahil yang terjadi sebaliknya! Kondisi tak ramah justru menghindarkan kita dari hambatan terbesar: kecongkakan dan pemuliaan diri sendiri. Teruslah menggeliat dan berkarya dengan rendah hati. Pada gilirannya Tuhan pasti memberkati dan memakai hasil karya kita untuk kemuliaan-Nya.



KESUKARAN MENGIKIS KEANGKUHAN YANG MENGHALANGI KITA UNTUK HIDUP EFEKTIF DAN MEMULIAKAN TUHAN


Wednesday 11 May 2022

Menderita, namun Tetap Setia

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 32:1-25
Setahun : 1 Tawarikh 1-2

Menderita, namun Tetap Setia
TB: Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia dalam tahun yang kesepuluh pemerintahan Zedekia, raja Yehuda; itulah tahun yang kedelapan belas pemerintahan Nebukadnezar. | Yeremia 32:1 (TB)



Kita kerap mendengar lagu-lagu yang menunjukkan indahnya hidup mengikut Tuhan. Pada realitasnya, ada kalanya orang percaya akan ditinggalkan karena bertahan dalam kebenaran. Inilah yang dialami Yeremia ketika ia harus bernubuat tentang Raja Zedekia.

Yeremia dipenjarakan atas tuduhan ia tidak berpihak kepada raja (2-5). Ia menubuatkan Raja Zedekia akan jatuh ke tangan musuh. Musuh Israel sebetulnya sudah mendekat dan akan menyerang Israel. Ini sesuai dengan firman Tuhan kepada Yeremia. Tetapi, Raja Zedekia tidak percaya dan menuduh Yeremialah yang sedang bernubuat palsu.

Ketika tidak ada yang percaya, Yeremia justru harus menunjukkan sikap yang sesuai dengan nubuat yang disampaikannya. Yeremia harus membeli tanah Hanameel (6-15). Ia menunjukkan bahwa ketetapan Tuhan pasti akan terjadi dan bangsa Israel akan dihukum Allah. Tetapi, akan datang waktunya, Allah akan memulihkan kembali bangsa itu. Jadi, Yeremia menunjukkan bagaimana seharusnya orang Israel merespons nubuat Tuhan.

Yeremia lantas berdoa kepada Tuhan dan mengingat segala perbuatan-Nya yang menyelamatkan bangsa Israel dari tanah Mesir (16-25). Yeremia ditolak bangsanya sendiri. Ia harus hidup mengikut Tuhan seorang diri. Karena itu, mengingat perbuatan dan janji setia-Nya senantiasa menguatkan dia untuk bertahan.

Pernahkah kita ada dalam posisi seperti Yeremia? Kita seorang diri mempertahankan kebenaran, sementara semua orang mulai berkompromi dan bahkan meninggalkan kita. Apa yang membuat kita bertahan?

Di tengah situasi ini kita belajar dari Yeremia. Meski tidak ada yang percaya kepadanya, Yeremia tetap taat kepada Tuhan dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan kebenaran yang diyakininya. Kita harus tetap bertahan dan ditopang oleh doa dengan mengingat perbuatan-perbuatan Allah di masa lalu.

Bertahanlah dalam mengikut Tuhan untuk menyatakan kebenaran, bukan hanya dalam keadaan baik-baik saja, tetapi juga dalam kesendirian. Di sana Tuhan sendirilah yang sedang bersama dengan kita. [RGD]


Tuesday 10 May 2022

MENGHORMATI ORANG TUA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EFESUS 6:1-3
Setahun : 2 Raja-raja 24-25

MENGHORMATI ORANG TUA
Hormatilah ayahmu dan ibumu—ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. (Efesus 6:2-3)

Selama 10 tahun terakhir menjaga dan merawat ibu yang dalam kondisi sakit, sungguh menjadi pengalaman yang berharga. Meski terkadang dalam kondisi jiwa penat, adakalanya saya merasa terbebani dengan keadaan ini. Namun, berulang kali Allah mengingatkan agar saya bersabar dan tetap melayani ibu saya, melalui ayat-ayat Alkitab maupun pertemuan dengan orang-orang yang mengenal keluarga kami. Momen yang terasa sebagai penyegaran, di samping rasa syukur karena kasih karunia Allah masih memampukan saya untuk menjalankan tanggung jawab ini.

Menghormati orang tua juga berarti kesediaan merawat dan memperhatikan kehidupan mereka pada masa tua mereka. Suatu perintah yang penting menurut Alkitab, sehingga sebaiknya tidak boleh diabaikan, dianggap remeh, atau ditolak. Bagi mereka yang bersedia menaati perintah yang penting ini, ada janji berupa kebahagiaan dan panjang umur selama di bumi. Kata “panjang umur“ bisa pula diartikan sebagai mengalami kesehatan yang baik, sebagai faktor yang penting dalam usia seseorang di bumi. Apakah kita mau hidup lama di bumi tetapi dalam kondisi sakit-sakitan? Tentu saja tidak mau, bukan?

Jadi, di tengah kesibukan yang menyita fokus kita selama ini, mari luangkan waktu sejenak untuk bertanya pada diri sendiri, “Sudahkah saya menghormati orang tua? Sudahkah saya memperhatikan dan memedulikan mereka sebagaimana seharusnya sikap seorang anak terhadap orang tuanya?” Kiranya nasihat firman hari ini dapat memberi dorongan bagi kita untuk menghormati orang tua dengan lebih baik.



MERAWAT ORANG TUA ADALAH BUKTI KASIH NYATA KEPADA MEREKA,YANG TELAH BERJASA BESAR DALAM HIDUP KITA


Monday 9 May 2022

Menerima Pengkhianat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 31:31-34
Setahun : 2 Raja-raja 21-23

Menerima Pengkhianat
TB: Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, | Yeremia 31:31 (TB)



Pernikahan merupakan ikatan perjanjian antara dua orang insan untuk hidup bersama selamanya. Karena itu, perselingkuhan menjadi sangat menyakitkan.

Hubungan antara Tuhan dengan umat-Nya digambarkan sebagai ikatan perjanjian antara dua pihak. Dari pihak Allah, Ia menyelamatkan bangsa Israel dan mengikat perjanjian di Gunung Sinai melalui Musa (32). Dari pihak Israel, mereka berjanji akan senantiasa setia kepada Allah. Tetapi, akhirnya mereka mengkhianati ikatan itu. Bangsa Israel meninggalkan Tuhan dan mengikuti ilah-ilah asing, bagaikan istri yang sudah melakukan perzinaan.

Namun, sekali lagi, dari pihak Tuhan sendiri, Ia akan memulihkan kembali ikatan perjanjian-Nya (33). Seperti seorang suami yang rela menerima kembali istrinya yang telah berkhianat, demikianlah Allah menerima kembali umat-Nya, bahkan memperbarui ikatan perjanjian-Nya.

Allah akan mengikat perjanjian-Nya secara personal dengan setiap umat-Nya. Dengan demikian, setiap orang akan mengenal Allah secara pribadi dan memiliki Taurat di dalam hatinya (34).

Perikop ini menunjukkan ikatan Perjanjian Baru dari Tuhan dengan manusia. Setiap orang berdosa yang mau menerima Yesus akan menerima ikatan perjanjian di dalam hatinya. Ia menjadi umat Tuhan dan Yesus akan menjadi Tuhannya. Hasilnya, ia akan mengenal Allah secara pribadi.

Sebagai orang berdosa, kita semua bagaikan pengkhianat. Akan tetapi, Allah dari pihak-Nya sendiri mau menerima kita dan mengikat kembali perjanjian-Nya dengan kita. Kita patut menyatakan kasih yang baru kepada Tuhan, yakni kasih seorang yang diterima kembali, yang mau mengabdi dengan sungguh-sungguh kepada-Nya.

Salah satu pengabdian kita kepada Tuhan adalah dengan melayani-Nya. Kita melayani karena digerakkan oleh kasih yang baru kepada Tuhan, bukan aktivitas keagamaan semata. Lalu, apa bentuk pelayanan yang dapat kita ambil di gereja atau dalam berbagai kegiatan Kristen? Apa pun bentuknya, biarlah kita melakukannya oleh dorongan kasih kepada Allah. [RGD]


Sunday 8 May 2022

SIAPA YANG BUTA?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 9
Setahun : 2 Raja-raja 18-20

SIAPA YANG BUTA?
Jawabnya, “Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” (Yohanes 9:25)

Sesaat setelah Yesus mencelikkan mata orang buta, orang-orang Farisi terus-menerus menginterogasinya. Tidak sekali mereka bertanya, “Bagaimana matamu menjadi melek?” Ia pun menjelaskan bagaimana Yesus mengoleskan adukan tanah ke matanya, lalu ia membasuh dirinya dan sekarang dapat melihat. Masih tidak percaya, mereka memanggil orang tuanya untuk memastikan kebenaran itu.

Betapa menyedihkan mengetahui orang-orang Farisi, sekalipun melihat karya Allah dinyatakan di depan mata, mereka tidak juga mau percaya. Padahal, orang yang tadinya buta itu, walaupun tidak melihat Yesus, mau percaya kepada pekerjaan-pekerjaan Allah (ay. 31-33). Siapa sebenarnya yang buta? Sadar atau tidak, kita pun sering kali bertindak seperti orang-orang Farisi. Mata rohani kita seolah tertutup kepada pekerjaan-pekerjaan Allah. Kita tahu Allah Mahakuasa, tetapi begitu persoalan datang, kita tidak percaya Dia mampu memberi jalan keluar. Kita tahu Allah adalah Sang Penyembuh, tetapi kita tidak yakin Dia menyembuhkan penyakit kita. Kita tahu karya pengorbanan Yesus sudah menyelamatkan kita dari maut, tetapi kita masih hidup di dalam ketakutan dan penghakiman. Kita tahu Allah mengasihi, tetapi tidak yakin Dia merancangkan damai sejahtera bagi kehidupan kita.

Sekiranya ada di antara kita masih hidup dalam “kebutaan”, Allah rindu mencelikkan mata kita. Bukan hanya mengenal Pribadi-Nya, kita dibawa untuk melihat pekerjaan-pekerjaan-Nya yang luar biasa dinyatakan dalam kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita. Mulai saat ini, jangan mau menjadi buta! Terhadap kasih dan kuasa Allah, mari kita memercayainya!



BAGI SETIAP KITA YANG MENGAKUI ALLAH ITU MAHAKUASA, JANGAN SAMPAI MENJADI “BUTA”LALU TIDAK PERCAYA AKAN AJAIBNYA PEKERJAAN-NYA


Saturday 7 May 2022

Paham karena Pengalaman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 30
Setahun : 2 Raja-raja 16-17

Paham karena Pengalaman
TB: Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: | Yeremia 30:1 (TB)



Ada ujaran yang mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru terbaik. Persoalannya, apa saja yang perlu terjadi supaya manusia dapat menarik teladan dari sebuah pengalaman?

Di tengah kegalauan iman, bangsa Yehuda mendapati diri mereka dibuang ke Babilonia. Sekali lagi firman Tuhan diberikan kepada Nabi Yeremia untuk mengingatkan mereka akan janji pemulihan dari Tuhan.

Tuhan berbicara melalui Nabi Yeremia untuk menyatakan bagaimana Ia memahami keadaan bangsa Yehuda yang terkejut oleh hukuman pembuangan dari-Nya. Tuhan mengingatkan mereka akan hal-hal yang menjadi latar belakang dari hukuman pembuangan itu (5-7, 12-15, 23-24).

Tuhan menjanjikan bahwa Ia sendirilah yang akan memulihkan Israel dengan cara mengingat perjanjian yang sudah Ia ikat dengan bangsa Israel di mana Ia menjadikan Israel sebagai umat-Nya (8-11, 16-22). Tuhan mengajak Israel untuk merenungkan pengalaman mereka dengan-Nya, dan menguji sejauh mana kesetiaan-Nya dalam menggenapi janji.

Tuhan menegaskan akan datangnya satu hari di mana pembebasan dari-Nya akan nyata (8). Firman Tuhan menekankan adanya penyertaan Tuhan dalam semua lika-liku perjalanan umat-Nya. Tuhan hadir di tengah mereka, bahkan ketika mereka menjalani pergumulan iman di Babilonia. Tuhan menjanjikan pemulihan pada waktu-Nya.

Iman bersama Tuhan diibaratkan sebagai sebuah perjalanan yang terus bergerak, bukan statis. Iman sejati akan terus berhubungan dan berkaitan dengan Tuhan, melibatkan Tuhan dalam segala keadaan, serta menyerahkan tampuk pimpinan dan kendali masa depan ke dalam tangan Tuhan. Janji yang diikat Tuhan dengan umat-Nya-yang dikenal dengan istilah covenant-adalah sebuah ikrar kehidupan yang akan terus dipelihara dan digenapi oleh Tuhan sendiri dengan kebesaran kuasa-Nya.

Jalan hidup tidak akan selalu lurus: kadang berkelok, kadang bergelombang. Panggilan Tuhan kepada umat-Nya adalah untuk tetap setia, dan tidak berputus asa dalam mengandalkan Tuhan pada setiap keadaan. [IBS]

Yeremia 30

Sudah sewajarnya bila bangsa pilihan Tuhan hidup dalam kejayaan dan kemakmuran. Mereka sudah dipilih di antara segala bangsa untuk menjadi umat Tuhan yang spesial. Namun, apa yang saat itu terjadi adalah mereka dibuang ke Babilonia.

Mereka ditawan ke negeri asing dan kota kebanggaan mereka dihancurkan, seakan-akan Tuhan, Allah mereka, tidak berdaya atau tak peduli lagi dengan mereka. Benarkah demikian?


Friday 6 May 2022

SIMBOL PENGORBANAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 20:17-27
Setahun : 2 Raja-raja 14-15

SIMBOL PENGORBANAN
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asalkan aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk bersaksi tentang Injil anugerah Allah.” (Kis. Pr. Rasul 20:24)

Dalam seni religius, burung Pelikan digambarkan sebagai simbol tentang pengorbanan diri. Sekalipun beberapa informasi menyebut bahwa burung Pelikan termasuk burung yang malas, yang tampak dari caranya berburu ikan yang terlihat tanpa semangat. Tetapi ada hal positif yang selalu dilakukannya! Burung Pelikan menjadi simbol pengorbanan karena ujung paruh mereka yang berwarna merah. Konon, bila ibu Pelikan tidak mendapatkan makanan untuk anaknya, ia akan menusukkan paruhnya ke dalam dadanya dan memberikan darahnya sendiri untuk anaknya.

Berbicara tentang pengorbanan diri, kita diingatkan pada gereja mula-mula dalam memandang apa yang telah diperbuat Kristus kepada umat manusia. Demi kasih-Nya yang besar dan demi menyelamatkan umat-Nya dari hukuman kekal, Ia telah mengorbankan diri-Nya dengan tubuh bersimbah darah. Darah itu pula yang menyelamatkan manusia berdosa dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Pengorbanan Kristus pula yang memberi kita contoh bagaimana seharusnya umat-Nya berbuat kepada sesama. Dan Rasul Paulus pun telah menunjukkan sikap memberi diri atau pengorbanan diri semacam ini dalam ucapan perpisahannya dengan jemaat Efesus (ay. 24).

Sejujurnya, hakikat kita sebagai orang berdosa membuat kita lebih cenderung memiliki sifat tamak daripada sikap rela berkorban. Namun hari ini, kiranya pemberian diri Kristus mendorong hati kita untuk menyatakan kasih yang sama kepada sesama yaitu mempraktikkan kasih yang rela memberi dan berkorban bagi sesama.



KASIH ALLAH SELALU MENDORONG DIRI KITA UNTUK MEMBERI DIRI DAN BERKORBAN DEMI KEBAHAGIAAN ORANG LAIN


Thursday 5 May 2022

Aspal: Serupa tapi Tak Sama

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 28
Setahun : 2 Raja-raja 11-13

Aspal: Serupa tapi Tak Sama
TB: Dalam tahun itu juga, pada permulaan pemerintahan Zedekia, raja Yehuda, dalam bulan yang kelima tahun yang keempat, berkatalah nabi Hananya bin Azur yang berasal dari Gibeon itu kepadaku di rumah TUHAN, di depan mata imam-imam dan seluruh rakyat: | Yeremia 28:1 (TB)



Produk "aspal" (asli tapi palsu) mengingatkan kita kepada kuis atau teka-teki "Serupa tapi Tak Sama". Ada banyak kemiripan, tetapi selalu didapati perbedaan. Dan menariknya, justru perbedaan itulah yang menjadi titik pembeda kualitas di antara dua barang.

Ketika menyampaikan peringatan Tuhan, Nabi Yeremia ditentang oleh Nabi Hananya yang mencoba membuktikan bahwa dia diutus oleh Tuhan (1-4, 10-11). Tuhan memakai Yeremia untuk menunjukkan keaslian dan kebenaran firman dari Tuhan (12-14).

Peringatan dari Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yeremia tentang kekuatan Kerajaan Babilonia mendapat tantangan dari Nabi Hananya-dengan klaim bahwa Tuhan berbicara kepadanya, bukan Yeremia. Tentu, tidak mudah bagi rakyat untuk memilih mana nabi yang sejati karena mereka tidak dapat melihat Tuhan.

Itulah sebabnya, Tuhan memerintahkan Nabi Yeremia untuk memperingatkan Nabi Hananya dengan keras bahwa Tuhan tidak mengutus Hananya, bahwa Hananya berdosa karena membawa rakyat memercayai dusta, dan bahwa Tuhan akan mengambil nyawa Hananya (15-16). Dua bulan kemudian, Nabi Hananya mati (17).

Sekali lagi kebesaran Tuhan ditunjukkan melalui kebenaran firman-Nya. Sungguh tidak bijaksana untuk mempermainkan firman Tuhan dan meremehkan utusan-Nya. Allah memanggil umat-Nya untuk tidak terjebak pada firman Tuhan yang "aspal" (terlihat asli, tetapi sebenarnya palsu). Kebenaran sejati akan mengarahkan kita kepada jalan kehidupan yang terarah kepada Tuhan, Allah kita.

Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus mendorong mereka untuk menguji segala sesuatu dan memegang yang baik (1Tes. 5:1). Paulus juga mengingatkan kita untuk tidak mengikuti jalan dunia, melainkan untuk mengalami pembaruan budi, sehingga kita dapat menjadi cermat dan berhikmat dalam mengenali jalan kebenaran sejati (Rm. 12:1-2).

Sudahkah pikiran kita diperbarui oleh Allah untuk cermat dalam mengenali jalan kebenaran-Nya? Janganlah kita mengikuti jalur "aspal". [IBS]