Wednesday 25 May 2022

Harapan yang Buta

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 42
Setahun : 2 Tawarikh 14-17

Harapan yang Buta
TB: Kemudian datanglah semua perwira tentara, di antaranya Yohanan bin Kareah dan Azarya bin Hosaya, beserta seluruh rakyat, dari yang kecil sampai kepada yang besar, | Yeremia 42:1 (TB)



Tuhan pasti melihat dengan iba sisa-sisa dari Yehuda.

Mereka tak berdaya ketika meminta pimpinan Tuhan melalui Yeremia (1-3); apalagi ketika mereka berjanji untuk menaati perkataan Tuhan (5-6). Tetapi, Tuhan melihat bahwa sebenarnya bangsa ini tidak mau menaati perintah-Nya (20-21). Jangan-jangan permohonan mereka hanyalah cara untuk menawar keputusan Tuhan? Mereka mencari kemungkinan alternatif lain, jawaban selain tunduk pada kekuasaan Babel.

Keputusan Tuhan bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Kita bisa dengan berat menjalaninya. Mungkin inilah yang dialami orang Yehuda, yang sesudah dihancurkan kerajaan Babel, masih harus mengalami perang saudara.

Tentunya, wajar untuk memiliki harapan akan Allah yang berbelas kasihan, yang bisa mengubah keputusan-Nya sesuai kerinduan mereka. Maka, Yohanan, yang mewakili rakyat, melalui Yeremia mau meminta pimpinan Tuhan dan berjanji untuk menaati-Nya dengan segala konsekuensi yang ada.

Mungkin mereka berpikir bahwa Allah pasti bermurah hati dan tidak lagi meminta mereka untuk kembali tunduk kepada kekuasaan Babel. Barangkali mereka sudah terlanjur benci dengan bangsa Babel yang banyak membantai saudara sebangsa mereka. Tetapi, sebenarnya kasih Allah dapat dinyatakan, sekalipun mereka ada dalam kekuasaan apa pun. Kasih Allah melampaui permainan politik kekuasaan. Allah pun tahu bahwa mereka sejatinya tak mau tunduk. Mereka berusaha menawar keputusan Allah agar mereka dapat berjalan sesuai kemauan mereka sendiri. Dengan permohonan seperti ini, mereka sedang menipu diri sendiri.

Hal ini terjadi seperti yang dikatakan oleh Agustinus: "Allah selalu ingin memberikan hal-hal yang baik bagi kita, tetapi hati kita terlalu penuh untuk dapat menerimanya." Kadang ketika kita memohon, sudah ada pemikiran akan jawaban yang kita inginkan, dan kita rela melakukan apa pun supaya apa yang kita inginkan itu terjadi. Hal tersebutlah yang membuat harapan kita buta, sehingga kita justru menolak apa yang indah yang sudah disediakan Tuhan. [JHN]


No comments:

Post a Comment