Friday 30 June 2023

MELAKUKAN UNTUK YESUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 25:31–46
Setahun : Mazmur 23–30

MELAKUKAN UNTUK YESUS
"Raja itu akan menjawab mereka: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40)

Seorang pemuda merasa frustrasi. Ibunya jatuh sakit dan ia harus merawatnya. Ia tidak dapat lagi aktif melayani di gereja dan tidak dapat turut menyumbang untuk pembangunan gereja. Gajinya habis terpakai untuk biaya pengobatan. “Sekarang aku tidak melakukan apa-apa untuk Yesus,” ucapnya sedih.

Di saat hari penghakiman, orang-orang dari segala bangsa dikumpulkan. Saat itulah Yesus, Anak Manusia, memisahkan domba dari kambing. Domba ditempatkan di sebelah kanan-Nya sedangkan kambing di sebelah kiri-Nya. Domba adalah lambang dari orang-orang yang berkenan kepada Yesus. Hati orang-orang itu penuh dengan sukacita, namun juga tergelitik untuk bertanya bagaimana mereka dapat berkenan kepada Yesus. Yesus menjawab itu karena mereka sudah melakukan banyak hal untuk-Nya. Mereka memberi makanan ketika Yesus lapar, minum ketika Yesus haus, tumpangan ketika Yesus seorang asing, pakaian ketika Yesus telanjang, lawatan ketika Yesus sakit dan kunjungan ketika Yesus dalam penjara (ay. 35–36). Dan semua itu mereka lakukan untuk Yesus ketika mereka melakukannya bagi sesama (ay. 40).

Acapkali kita berpikir "melakukan sesuatu untuk Yesus" berarti mengerjakan hal-hal rohani yang besar atau spektakuler. Padahal standar Yesus tidak muluk-muluk, hanya sepiring makanan, segelas air minum, sepotong pakaian, sebuah lawatan dan sebuah kunjungan. Ternyata yang Yesus inginkan adalah tindakan kasih. Luar biasa, suatu hal sederhana yang kita lakukan bagi sesama telah Yesus tetapkan sebagai sesuatu yang kita lakukan untuk-Nya. Mulai hari ini, mari kita melakukan tindakan kasih seperti Yesus inginkan. Jadi, walaupun belum dapat melakukan hal-hal rohani yang besar ataupun spektakuler, kita sudah melakukan "sesuatu" untuk Yesus.



SETIAP KEBAIKAN YANG KITA LAKUKAN TERHADAP SESAMA ADALAH "SESUATU" YANG KITA LAKUKAN UNTUK YESUS


Thursday 29 June 2023

Karena Pelayanan-Nya Sempurna

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 7:11-28
Setahun : Mazmur 18–22

Karena Pelayanan-Nya Sempurna
TB: Karena itu, andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai kesempurnaan--sebab karena imamat itu umat Israel telah menerima Taurat--apakah sebabnya masih perlu seorang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut peraturan Melkisedek dan yang tentang dia tidak dikatakan menurut peraturan Harun? | Ibrani 7:11 (TB)



Pada bacaan sebelumnya, penulis Surat Ibrani telah memberikan argumen awal yang mendukung keunggulan keimaman Yesus atas semua imam besar Yahudi. Pada bacaan hari ini keunggulan itu dijabarkan dengan lebih lengkap.

Kesempurnaan tidak dapat dicapai melalui keimaman suku Lewi yang mengikuti aturan Harun (11). Imam-imam Lewi (termasuk imam besar) masih dapat berdosa dan dipenuhi kelemahan (28). Durasi pelayanan mereka terbatas sesuai dengan usia mereka yang terbatas (23).

Untuk dapat mencapai kesempurnaan, diperlukan model keimaman yang lain, yang bebas dari dosa dan tidak terbatas waktu. Yesus adalah Imam Besar yang memenuhi aturan Melkisedek (15-16). Ia kudus dan kekal. Karena itu, Ia sanggup menyelamatkan semua orang percaya dari segala zaman (24-25).

Firman hari ini mengajak kita merenungkan keterbatasan dari setiap pelayanan manusia. Para hamba Tuhan harus menyadari betapa fana dan terbatasnya pelayanan mereka. Sesungguhnya, tidak ada pendeta, penginjil, penatua, atau diaken yang dapat mencapai standar Allah. Jangan kita merasa hebat! Meski jangkauan pelayanan kita sampai ke level internasional, kemampuan finansial gereja kita kuat, dan pengetahuan kita teruji secara akademis, pelayanan kita tetap mengandung kelemahan dan kekurangan. Kenyataan ini seharusnya membuat semua hamba Tuhan merasa "miskin" di hadapan Allah (Mat. 5:3).

Di sisi lain, kebenaran bahwa Kristus adalah Imam Besar di surga melambungkan kepercayaan diri hamba Tuhan. Pelayanan-Nya yang sempurna menutupi pelayanan kita yang tidak sempurna. Meski kita penuh kelemahan dan kekurangan, Tuhan berkenan memakai kita. Meski belum menghasilkan buah, Ia akan terus menguatkan dan memampukan kita. Masihkah kita beralasan untuk bersyukur?

Marilah bersyukur untuk setiap pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Ini bukan soal hebatnya pelayanan siapa, tetapi hebatnya Tuhan yang berada di balik setiap pelayanan kita. [PHM]


Wednesday 28 June 2023

TIDAK MEMBERI KESEMPATAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 27:1–10
Setahun : Mazmur 10–17

TIDAK MEMBERI KESEMPATAN
Ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. (Matius 27:5)

Berbagai kasus pembunuhan yang sangat keji terjadi akibat emosi sesaat yang tak tertahankan. Para pelaku umumnya mengakui kalau mereka kehilangan kontrol diri saat melakukan perbuatan yang keji tersebut. Maksud hati hendak melampiaskan amarah, tetapi akhirnya malah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun, penyesalan yang mereka buat sudah terlambat dan mereka harus menanggung akibatnya.

Yudas yang menyerahkan Yesus juga merasa tiga puluh perak yang diterimanya tidak berarti. Penyesalan mendalam yang dirasakannya akhirnya membuat ia putus asa hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya. Jika kita tidak selalu berjaga-jaga dalam Tuhan, sedikit saja celah yang kita buat, si jahat dapat memanfaatkannya untuk menjatuhkan kita. Tidak peduli meskipun selama ini kita adalah pengikut Yesus, seperti Yudas yang malah dikuasai roh jahat sesaat, menjauh sejenak dari Tuhan berarti memberi kesempatan kepada Iblis untuk merantai kita. Ikatan dosa itu kemudian mengakibatkan kita terus-menerus dihantui oleh perasaan bersalah hingga hari-hari kita terasa hampa.

Tinggallah selalu dalam hadirat Tuhan yang akan mencukupi kita dalam segala hal sehingga kita tidak tertarik untuk sedikit pun melangkah keluar dari terang-Nya. Kepuasan sesaat yang menyenangkan hati kita harus dibayar mahal dengan kesuraman yang melanda hingga harapan kita menjadi hilang. Hanya dengan melekat pada Tuhan saja kita dapat menangkal segala tipu daya si jahat yang menjerat.



MENJAUH DARI TUHAN BERARTI MEMBERI RUANG BAGI SI JAHAT UNTUK MENGUASAI DIRI KITA


Tuesday 27 June 2023

Janji Membuahkan Kesabaran

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 6:9-20
Setahun : Mazmur 1–9

Janji Membuahkan Kesabaran
TB: Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. | Ibrani 6:9 (TB)



Penulis Surat Ibrani mengajak orang-orang Kristen untuk bersabar sampai janji hidup kekal digenapi. Semangat kita tidak boleh kendur. Sebaliknya, dengan kesungguhan kita harus mengikuti teladan dari tokoh-tokoh iman.

Abraham adalah tokoh yang disebutkan secara khusus. Ia dikenal dengan kesabarannya dalam menantikan janji Allah. Ia mau bersabar karena Allah telah berjanji dan bersumpah demi diri-Nya sendiri (13-15). Oleh karena Allah tidak akan pernah berubah dan sumpah-Nya dapat dipercaya sepenuhnya sebagai kebenaran (16-18), janji Allah memotivasi orang-orang pilihan untuk meletakkan pengharapan mereka pada Kristus (19-20).

Allah kerap memerintahkan kita untuk bersabar. Mungkin ini terkesan ironis, sebab perintah itu justru mengharuskan kita untuk tidak berbuat apa-apa. Meski terdengar mudah, perintah ini ternyata sulit dilakukan. Kita harus belajar untuk berdiam diri ketika kita ingin menyelesaikan masalah dan mengubah nasib hidup dengan secepat mungkin.

Apakah Anda sedang menantikan janji Allah yang spesifik dan relevan dengan hidup Anda saat ini? Jika Anda yakin bahwa Allah berbicara kepada Anda, dan Anda telah mendoakannya, tinggal satu hal yang bisa Anda lakukan: bersabar!

Tidak sedikit orang Kristen yang menempatkan Allah sebagai lawan ketika janji-Nya belum tergenapi. "Mengapa hidup saya belum berubah? Bukannya Allah sudah berjanji…?" Sesungguhnya musuh dari semua janji adalah kegemaran terhadap perubahan yang instan. Kenyataannya, janji Allah bagaikan bahan bakar yang menyalakan kesabaran. Makin besar janji Allah yang kita pegang, makin besar kesabaran kita dalam menantikannya. Bila janji itu pasti, mengapa kita harus terburu-buru?

Apakah kesabaran Anda hampir habis? Berdoalah! Kita bisa meminta kepada Allah agar pengharapan kita dikuatkan kembali. Sebaliknya, apakah Anda pernah memusuhi Allah karena janji-Nya belum terjadi? Mintalah ampun kepada-Nya dan bertobatlah.

Allah sudah begitu sabar kepada kita, maka kita juga harus belajar bersabar. [PHM]


Monday 26 June 2023

BUKA TELINGAMU!

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YAKOBUS 1:19–27
Setahun : Ayub 41–42

BUKA TELINGAMU!
Saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. (Yakobus 1:19–20)

Ada nasihat, "Janganlah mengambil keputusan ketika kamu sedang marah!” Ketika sedang emosional (marah) akan menghalangi seseorang untuk bisa berpikir dengan jernih, akibatnya keputusan yang dihasilkan tidak tepat sasaran, atau bahkan bisa melahirkan persoalan baru.

Yakobus terlebih dahulu mengingatkan bahwa hidup kita adalah pemberian Allah. Kesadaran ini akan melahirkan sebuah sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Yakobus menggunakan pengalaman keseharian yang bisa dengan mudah kita pahami, yaitu tentang "cepat mendengar" yang artinya membuka telinga dan pemahaman selebar-lebarnya; "lambat berkata-kata" artinya membuka cakrawala berpikir sedalam-dalamnya; "lambat untuk marah" artinya mengolah emosi. Orang yang cakap mendengar adalah orang yang mampu berpikir, mengelola dan mencerna informasi dengan bijaksana. Dari sana akan terlahir respons yang bijaksana pula. Namun fakta yang terjadi adalah sebaliknya. Kita cenderung tergesa-gesa untuk bertindak, enggan mendengarkan terlebih dahulu dan menggunakan akal budi. Akibatnya, kita menjadi emosional, marah-marah dan mencari kambing hitam atas persoalan yang sedang kita hadapi. Padahal sudah jelas, Yakobus berkata orang yang sedang dirundung amarah adalah orang yang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Lalu, apakah kita tidak boleh marah? Marah adalah bagian dari hidup manusia, Yakobus menggunakan frasa “lambat untuk marah”, artinya sisi kemanusiaan seseorang diberi tempat. Namun janganlah "marah" menjadi prioritas pilihan kita. Prioritas pilihan kita tetap pada yang utama, yaitu “hendaklah cepat untuk mendengar”. Oleh karenanya mendengar adalah sebuah sikap batin manusia yang perlu dilatih dalam terang sabda Tuhan.



MENDENGAR, BERPIKIR, MENGELOLA EMOSI ADALAH TIGA KUNCIUNTUK BERSIKAP TEPAT DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN


Sunday 25 June 2023

Imam Besar Kita yang Sempurna

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 4:14-5:10
Setahun : Ayub 38–40

Imam Besar Kita yang Sempurna
TB: Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. | Ibrani 4:14 (TB)



Di dunia ini ada banyak tokoh yang bisa kita jadikan teladan. Namun, mereka tetaplah manusia yang memiliki kelemahan, yang belum tentu mengetahui keberadaan kita, apalagi mengenal dan mampu menolong kita.

Penulis Surat Ibrani menyebut Yesus sebagai "Imam Besar Agung" (4:14). Bagi orang Yahudi, imam besar adalah kepala dari para imam yang mempersembahkan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa (5:1). Ini adalah sebuah jabatan yang istimewa karena gelar ini menuntut kualifikasi yang tinggi.

Yesus melampaui kualifikasi itu dalam tiga hal. Pertama, Dia sama sekali tidak berdosa (4:15). Kedua, Dia adalah Anak Allah yang dimuliakan oleh Bapa (5:5-6). Ketiga, Dia taat sepenuhnya kepada Bapa (7-8).

Gelar "Imam Besar Agung" bukan sekadar sebutan. Gelar ini mengindikasikan kesempurnaan. Yesus Kristus memperlihatkan ketaatan yang sempurna kepada Allah Bapa. Jika imam besar Yahudi harus mempersembahkan kurban terus-menerus untuk memelihara kekudusan dirinya dan umat, Yesus jauh lebih tinggi daripada mereka. Seluruh hidup-Nya bersih tanpa cacat cela (1Ptr. 1:19). Selama hidup di bumi, Yesus mengalami banyak cobaan dan penderitaan. Namun, Ia tetap menaati kehendak Bapa-Nya, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah mengapa Yesus Kristus menjadi sumber keselamatan kekal bagi semua orang percaya (5:9).

Bukan hanya itu, Yesus Kristus akrab dengan kita. Ia peduli atas nasib kita, Ia memelihara hidup kita, dan Ia berempati terhadap kegagalan kita. Bahkan, Ia bersedia turun ke level kita untuk membawa kita ke dalam takhta kemurahan Bapa-Nya.

Maka, bersyukurlah kepada Allah Bapa yang memberi kita Anak-Nya yang tunggal Juru Selamat. Tanpa Dia, kita tidak akan bisa mendapat keselamatan dan mencapai kesempurnaan. Ia hadir untuk menguatkan kita sehingga kita dapat bertahan dalam berbagai cobaan dan penderitaan.

Karena itu, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak taat kepada Allah. Yang dibutuhkan sekarang hanyalah kemauan untuk taat. [PHM]


Saturday 24 June 2023

JANGAN PAMER

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 6:1–4
Setahun : Ayub 34–37

JANGAN PAMER
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga." (Matius 6:1)

Ketika melihat banyak pemuka agama yang dengan sengaja melakukan kewajiban agama hanya demi dipuji orang, Tuhan Yesus memberi peringatan keras agar hal ini tidak diteladani. Tuhan menegaskan tindakan baik dan rohani yang disertai dengan sikap hati yang tidak benar tidak akan diberkati oleh-Nya.

Sayangnya, hal ini masih terjadi hingga sekarang. Ada orang menyumbang kursi lalu menuntut namanya ditempel di balik kursi. Ada orang menyumbang makanan dan titip pesan kepada pembawa acara agar disampaikan kalau dialah penyumbangnya. Ada yang sengaja berdoa dengan suara keras agar orang lain mendengar. Ada yang memberi persembahan dan berharap namanya terpampang jelas di layar.

Kita memang gampang tergoda untuk membuat tindakan baik kita diketahui oleh orang sekitar. Kita cenderung senang dengan pujian, senang memuaskan ego, senang diakui. Namun ingatlah, diketahui dan dipuji orang adalah bonus. Salah kalau hal itu menjadi motivasi utama dari tindakan kita. Memang benar, kita tidak selalu bisa menyembunyikan tindakan kebaikan kita, tetapi yang Tuhan inginkan adalah kita sadar betul siapa penonton utamanya: orang sekitar atau Tuhan.

Mari, kalau taat kepada Tuhan, jangan suka pamer-pamer. Kalau Tuhan sudah melihat kasih yang kita tunjukkan, bukankah itu lebih dari cukup sekalipun orang lain luput memperhatikannya?



KEDEWASAAN ROHANI TERLIHAT SAAT KITA TIDAK MENGHARAPKAN DECAK KAGUM MUNCUL UNTUK KEWAJIBAN ROHANI YANG KITA TUNJUKKAN


Friday 23 June 2023

Hidup Sesuai Firman Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 3:7-19
Setahun : Ayub 30–33

Hidup Sesuai Firman Allah
TB: Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, | Ibrani 3:7 (TB)



Alkitab adalah firman Allah yang melaluinya Dia menyatakan maksud dan kehendak-Nya. Kehadiran Allah dalam penulisan Alkitab dinyatakan dalam hikmat yang menyertai para penulis melalui pimpinan Roh Kudus.

Di dalam ayat 7-8, setelah menulis "seperti yang dikatakan Roh Kudus", penulis mengutip bagian dari Mazmur 95. Dengan demikian, kita memahami bahwa apa yang dituliskan di dalam Alkitab adalah apa yang dikatakan oleh Roh Kudus.

Kita juga memperoleh pemahaman bahwa apa yang dikatakan Roh Kudus adalah perintah agar kita tidak mengeraskan hati ketika kita mendengar suara Tuhan (7-9). Jika kita tetap mengeraskan hati dan mengulangi kesalahan umat Israel di padang gurun, Tuhan pasti memberikan hukuman (10-11).

Karena itu, penulis memberi peringatan untuk berjaga-jaga agar kita tidak mempunyai hati yang jahat, menolak percaya, dan berhenti taat kepada Allah (12). Setiap orang diajak untuk saling menguatkan supaya tidak ada yang tertipu oleh dosa dan menutup hatinya dari firman Allah (13). Penulis juga mengingatkan bahwa kita akan mendapatkan bagian di dalam Kristus jika kita tetap memegang teguh iman yang kita miliki sejak semula (14).

Akhirnya, bersyukurlah karena Allah berkenan untuk menyatakan maksud dan kehendak-Nya melalui Alkitab. Melalui tulisan para hamba-Nya, Allah memberitakan karya penyelamatan-Nya bagi manusia. Dengan kita membaca Alkitab, Allah mengajarkan tentang sikap yang tepat dalam merespons keselamatan serta cara hidup yang benar sebagai bukti dan kesaksian bahwa kita telah diselamatkan. Melalui penyertaan Roh Kudus, kita dapat mengenal Allah dan menjalani hidup ini sesuai dengan kehendak-Nya, hingga kita mencapai kesempurnaan keselamatan di dalam kemuliaan Allah.

Mari kita wujudkan rasa syukur kita dengan sungguh-sungguh hidup sesuai dengan firman Allah, yaitu dengan membaca Alkitab, mendengarkan pesan Allah kepada kita, merespons dalam ketaatan, dan menghidupinya dalam kesetiaan! [CHR]


Thursday 22 June 2023

SUSU UNTUK ANAKKU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 128
Setahun : Ayub 25–29

SUSU UNTUK ANAKKU
Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! (Mazmur 128:2)

Rajin berjualan apa saja lewat media daring, itulah yang dilakukan salah satu kawan. Sebutlah namanya Doni. “Apa saja yang bisa dijual, pasti aku jual,” katanya. Beras, oli, tanaman hias, kaos, sampai helm dia jual. Sejak punya bayi, biaya hidupnya bertambah. Doni rela berjualan apa saja, tujuannya agar bisa membeli susu untuk anaknya. Saya berempati kepada Doni, karena saat itu istri saya sedang hamil, saya sadar butuh biaya tambahan saat anak saya lahir. Menghargai jerih payahnya, saya kadang membeli apa yang dia jual.

Berkat atas rumah tangga, itulah janji Tuhan untuk kita yang sudah berkeluarga. Kita menjadi keluarga yang bahagia kalau takut akan Tuhan, hidup menurut jalan yang Tuhan tunjukkan (ay. 1). Kita berbahagia saat memakan hasil jerih payah tangan kita. Anggota keluarga kita akan diberkati (ay. 3–4). Kalau kita mau berjerih payah bekerja demi mencukupi kebutuhan anak dan istri, percayalah berkat rumah tangga Tuhan sediakan. Mungkin tidak berlebih, tapi cukup untuk memenuhi setiap kebutuhan yang ada. Tuhan tahu dan mengerti tanggung jawab kita sebagai suami dan ayah, sehingga dia pasti memberikan hasil untuk setiap jerih payah yang sudah kita lakukan.

Setiap kita memiliki pergumulan yang berbeda dalam rumah tangga, dan setiap kita bisa tetap berbahagia saat takut akan Tuhan, hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Tidak perlu malu atau merasa hidupku lebih berat dari orang lain, saat kita harus berjerih lelah lebih banyak dibandingkan orang lain. Berbahagialah atas rumah tangga kita.



KITA MENJADI KELUARGA YANG BAHAGIA JIKA TAKUT AKAN TUHAN DAN HIDUP MENURUT JALAN YANG TUHAN TUNJUKKAN


Wednesday 21 June 2023

Kepemimpinan yang Sempurna

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 2:5-18
Setahun : Ayub 21–24

Kepemimpinan yang Sempurna
TB: Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. | Ibrani 2:5 (TB)



Sebagai komunitas, gereja membutuhkan kepemimpinan. Karena gereja berperan dalam pekerjaan penyelamatan Allah, gereja harus dipimpin oleh Pribadi yang sempurna.

Nas bacaan hari ini menyatakan kepada kita bahwa pemimpin itu bukan malaikat, melainkan Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus, yang berkuasa atas segala sesuatu (5-9).

Di dalam ayat 10 dikatakan: "Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah -yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan." Ini bukan berarti bahwa Yesus belum sempurna secara moral dan rohani. Namun, yang disempurnakan adalah peran Yesus Kristus sebagai pemimpin.

Yesus Kristus yang berjalan terlebih dahulu untuk membuka jalan bagi mereka yang hendak mengikuti-Nya. Ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa dalam karya penebusan membuat Dia berhak untuk menjadi wakil sempurna yang menanggung hukuman dosa bagi seluruh umat manusia (9). Pelayanan Yesus Kristus yang sempurna itu menjadi pembuka jalan bagi pengudusan kita (11-13).

Yesus Kristus manunggal (menjadi satu) dengan orang-orang percaya agar Ia menjadi Imam Besar yang mewakili mereka di hadapan Allah Bapa. Di dalam pelayanan-Nya, Kristus menyediakan pendamai-an, yakni keselamatan bagi segala bangsa (17).

Oleh karena itu, gereja dipimpin oleh Yesus Kristus yang dimuliakan sebagai Tuhan dan Juru Selamat, juga yang disempurnakan sebagai Kepala Gereja. Ia juga yang telah memanggil orang-orang percaya sebagai rekan sekerja-Nya untuk melanjutkan karya penyelamatan Allah, serta menjadi pelayan bagi-Nya dan bagi gereja-Nya.

Yesus Kristus mengasihi kita dan menyediakan diri-Nya untuk menolong tatkala kita dicobai. Tanggung jawab kita adalah datang kepada-Nya dan mengikuti pimpinan-Nya. Dalam kesadaran akan panggilan Allah, marilah kita menundukkan diri dalam ketaatan dan memimpin sesama kepada Kristus. [CHR]


Tuesday 20 June 2023

SAAT MERASA HANCUR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YEREMIA 18:1–17
Setahun : Ayub 17–20

SAAT MERASA HANCUR
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (Yeremia 18:4)

Daud diurapi menjadi raja namun harus hidup dalam pengejaran Saul. Hosea dipakai Allah sebagai nabi, tetapi harus memperistri seorang wanita sundal. Ayub orang yang saleh, namun ia diuji dengan penderitaan berat. Yusuf mendapat petunjuk bahwa ia akan menjadi yang terbesar dari semua saudaranya. Namun ia dijual sebagai budak, bahkan harus merasakan hukuman penjara.

Daud, Hosea, Ayub dan Yusuf adalah orang-orang yang diberkati Tuhan. Namun tidak berarti bahwa mereka bebas dari pergumulan. Masing-masing dari mereka bahkan diperhadapkan dengan persoalan yang rumit, melelahkan dan menguras emosi. Ibarat tanah liat, mereka dibanting-banting dan dihancurkan, sebelum dibentuk menjadi bejana yang indah.

Tuhan ibarat tukang periuk, yang berhak menghancurkan bejana yang rusak. Sedangkan kita, manusia berdosa, ibarat bejana yang rusak itu. Tuhan Allah memiliki kedaulatan secara utuh atas diri kita. Dia dapat membentuk kita menjadi seperti yang diinginkan-Nya. Peristiwa yang menyakitkan, menyedihkan, menyesakkan dan menguras emosi itu mungkin membuat kita merasa hancur. Meski demikian, semua itu sesungguhnya hanyalah sarana yang dipakai Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang sesuai dengan rancangan-Nya.

Bukankah kesabaran teruji jika kita berhasil menjalani proses yang tak mudah? Dan kesetiaan teruji saat situasi tidak baik-baik saja? Pun pengenalan kita akan Tuhan, akan semakin dalam ketika kita mengalami-Nya secara pribadi. Karena itu, kita membutuhkan pergumulan sebagai sarana berproses.



SESULIT APA PUN, TUHAN TIDAK PERNAH BERMAKSUD MENGHANCURKAN KITA.IA SEDANG MEMBENTUK, MEMPERBARUI HIDUP KITA MENURUT RANCANGAN-NYA.


Monday 19 June 2023

Para Pelayan Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 1:5-14
Setahun : Ayub 13–16

Para Pelayan Allah
TB: Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?" | Ibrani 1:5 (TB)



Apa yang Anda bayangkan ketika Anda memikirkan tentang malaikat? Sering kali malaikat digambarkan sebagai sosok yang mengagumkan dan memiliki kuasa yang luar biasa. Namun, nas bacaan hari ini menunjukkan gambaran yang agak berbeda.

Perihal malaikat, Allah tidak pernah mengatakan bahwa mereka adalah anak-Nya dan Allah adalah Bapa-Nya (5). Para malaikat harus menyembah Anak Allah, yaitu Yesus Kristus (6). Mereka melakukan tugas dari Allah dengan cepat seperti angin dan memiliki kuasa seperti api (7).

Sementara itu, perihal Anak Allah, dinyatakan bahwa takhta-Nya kekal dan pemerintahan-Nya adil (8). Anak Allah suka akan keadilan dan benci akan kecurangan. Inilah mengapa Allah memilih-Nya dan memberi kepada-Nya kehormatan yang mendatangkan sukacita (9). Anak Allah adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi (10). Segala yang diciptakan-Nya akan lenyap, tetapi Ia tidak akan berubah (11-12).

Menarik untuk diperhatikan bahwa bukanlah para malaikat itu yang akan menjadi pewaris Kerajaan Allah sebab mereka tidak disebut dalam kategori anak-anak Allah. Tugas mereka adalah melayani Allah, melayani Anak Allah, dan melayani orang-orang yang akan menerima keselamatan (14). Artinya, mereka melayani tanpa memiliki pengharapan untuk menjadi pewaris Kerajaan Allah.

Tentunya kita, yaitu orang-orang yang dipilih dan dipanggil Allah untuk menjadi anak-anak-Nya, diberi kesempatan untuk menerima keselamatan serta mewarisi Kerajaan Allah. Karena itu, kini kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melayani Allah dengan taat dan setia sebagai wujud rasa syukur kita atas keselamatan yang telah kita terima dari Allah.

Bila kita masih mengalami kesulitan dalam melakukan pelayanan dengan taat dan setia, mari kita memohon kepada Allah agar Ia memberi kekuatan, kemampuan, kesehatan, dan hikmat hingga kita mampu mewujudkan rasa syukur kita dengan sepenuhnya.

Mari kita jalankan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita agar nama Allah senantiasa dipuji dan dimuliakan. [CHR]


Sunday 18 June 2023

KEKUATAN BARU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YESAYA 40:25–31
Setahun : Ayub 11–12

KEKUATAN BARU
Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31)

Tidak ada kejadian dan hak dalam hidup manusia yang tidak diperhatikan oleh Tuhan (ay. 27). Tuhan Allah itu kekal, Dia Sang Pencipta yang tidak lelah, tidak lesu, dan tidak terduga pengertian-Nya (ay. 28). Tuhan memberikan kekuatan dan semangat kepada orang-orang lemah (ay. 29). Orang-orang muda bisa menjadi lesu, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru. Mereka berjalan dan berlari, tetapi tidak menjadi lelah, bahkan semakin naik terbang dengan kuat seperti rajawali (ay. 30–31).

Saya pernah merasa begitu lelah dan tak berdaya. Saat itu teman-teman saya mengajak saya untuk berjalan-jalan ke mal, bermain games, dan bersenang-senang. Namun, saya menolak karena saya ingin sendirian, tidak ingin keluar dan tidak ingin bersama siapa pun. Saya merasa putus asa dan saya menyadari bahwa yang saya butuhkan adalah ketenangan.

Setelah itu saya memutuskan untuk pergi berdiam diri dengan Tuhan di satu rumah doa. Istilah terkenalnya: Alone with God. Di rumah doa itu saya berdoa secara jujur dan terbuka kepada Tuhan, merenungkan kejadian-kejadian dan firman Tuhan, mempelajari hikmah di balik semua masalah, mengevaluasi hidup saya, memohon bimbingan Tuhan, dan menyampaikan rencana saya di masa depan kepada Tuhan. Ada kesegaran dan kekuatan baru ketika saya berdoa dan mendengarkan Tuhan. Saya mendapatkan kekuatan baru untuk berjuang lagi menyelesaikan masalah saya bersama Tuhan.



KETIKA DALAM PERGUMULAN BERAT DAN PUTUS ASA, JANGAN LARI PADAKESENANGAN DUNIAWI, TETAPI LARILAH KEPADA SANG SUMBER KEKUATAN


Saturday 17 June 2023

Iman yang Memberi Kemenangan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 42:7-17
Setahun : Ayub 9–10

Iman yang Memberi Kemenangan
TB: Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub. | Ayub 42:7 (TB)



Penderitaan yang dialami Ayub merupakan tragedi yang sangat ironis. Iman Ayub diguncang habis-habisan. Orang yang saleh seperti Ayub pun merasa terpuruk sehingga keluhan menjadi tak tertahankan dan keluar dari mulutnya, sampai akhirnya Tuhan memberikan jawaban-Nya.

Tuhan marah terhadap ketiga sahabat Ayub yang telah menyalahkan sahabat mereka itu. Maka, agar mereka terbebas dari hukuman, Tuhan menyuruh mereka untuk mempersembahkan kurban bakaran dan meminta Ayub untuk mendoakan mereka (7-9).

Tuhan pun mengakhiri penderitaan Ayub dengan sebuah kemenangan mutlak. Di depan sahabat-sahabatnya, Tuhan menyebut Ayub sebagai "hamba-Ku", dan ini membuktikan kesetiaan Ayub kepada-Nya (7).

Bagi Ayub sendiri, sebagai akhir dari ujian yang begitu berat, Tuhan memulihkan keadaan Ayub, termasuk harta benda dan anak-anaknya (10-15). Bahkan, Ayub diberkati dengan umur panjang dan akhir hidup yang penuh damai (16-17). Di hadapan Tuhan, Ayub telah menang atas Iblis dengan membuktikan kemurnian imannya.

Iman Ayub kembali dikuatkan saat ia melihat semua kebaikan yang Tuhan berikan kepadanya. Karena itulah, Ayub kembali merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan menyembah-Nya dengan hati yang berserah.

Tuhan yang mengizinkan penderitaan terjadi atas Ayub; Tuhan juga yang memberkati Ayub dengan lebih lagi. Hal ini merupakan bukti kemahakuasaan Tuhan untuk menguji seberapa besar iman umat-Nya.

Dari kisah hidup Ayub, kiranya kita disadarkan bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala hal yang kita alami. Tuhan menunjukkan bahwa jalan-Nya itu unik dan tak terselami oleh akal manusia. Kadang Ia mengizinkan kesulitan terjadi pada kita, bahkan mengizinkan kita terjatuh, untuk menguji seberapa besar iman kita kepadanya. Namun, di balik itu semua, Ia merancangkan yang terbaik untuk kita, yaitu iman yang murni, yang lebih kuat daripada penderitaan. [SLM]

Ayub 42:7-17

"Ada pelangi sesudah hujan." Kalimat ini sering digunakan sebagai kalimat penghiburan kepada orang yang sedang mengalami pergumulan atau dukacita. Mudah untuk mengucapkannya, tetapi sesungguhnya tidak mudah bagi mereka yang sedang bergumul dan berduka. Demikian juga ketika kita melihat keadaan Ayub yang dipulihkan.

Seolah-olah hal itu terjadi semudah membalikkan telapak tangan. Padahal, Ayub harus mengampuni sahabat-sahabatnya yang sudah menuduhnya; juga, ada banyak perjuangan lain yang harus dia jalani sebelum mendapat berkat pemulihan dari Tuhan.


Friday 16 June 2023

SENJATA RAHASIA YOSAFAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 TAWARIKH 20:1–30
Setahun : Ayub 5–8

SENJATA RAHASIA YOSAFAT
Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. (2 Tawarikh 20:3)

Bani Moab dan bani Amon, bersama sepasukan orang Meunim datang menyerbu negeri Yehuda. Menurut perhitungan, Yehuda akan kalah. Tentara yang maju berperang akan mati, lalu penduduk sisanya (perempuan dan anak-anak) ditawan musuh. Menarik, yang terjadi tidaklah demikian. Justru Yehuda ialah pihak yang menang. Tampak tentara pulang dari medan pertempuran dengan bersukacita (ay. 27). Membawa banyak barang berharga, jarahan dari musuh (ay. 25).

Berita kemenangan Yehuda mengherankan bagi bangsa-bangsa lain. Mereka menduga Yosafat, sang raja, mempunyai senjata rahasia. Memang benar. Senjata rahasia itu adalah doa. Begitu kabar kesesakan didengar, pergilah Yosafat mencari Tuhan (ay. 3). Ia berdoa kepada Tuhan untuk meminta pertolongan. Sembari berdiri di tengah-tengah jemaah di rumah Tuhan, ia berseru memohon keselamatan dari musuh yang keberadaannya sudah tidak jauh lagi (ay. 6–12). Sungguh ampuh senjata rahasia Yosafat! Sungguh besar kuasa doa. Esoknya di hari pertempuran, dibuat Tuhan pengadangan atas umat-Nya (ay. 22). Musuh tidak dapat menyerang, saling membunuh di antara mereka (ay. 23). Saat ditengok, semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah (ay. 24).

Senjata rahasia Yosafat tidak menjadi rahasia lagi bagi kita, umat Tuhan. Sebab Tuhan sudah memberikan senjata itu kepada kita. Tetapi terserah kita menggunakannya atau tidak. Bila sebuah senjata terbukti ampuh, takkan ada tentara menyia-nyiakan senjata itu. Demikian hendaklah kita mengambil sikap bijaksana serupa. Bila doa terbukti besar kuasanya, mengapa tidak kita menjadikan doa sebagai jawaban? Di tengah kesesakan, mengapa masih kita enggan untuk berdoa kepada Tuhan?



SESEORANG ITU LEBIH KUAT JIKA IA SEDANG DALAM DOA DARIPADA JIKA IA MENGUASAI PERSENJATAAN MILITER YANG PALING AMPUH SEKALIPUN


Thursday 15 June 2023

Kekuatan Allah Tak Tertandingi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 40:6-41:34
Setahun : Ayub 1–4

Kekuatan Allah Tak Tertandingi
TB: (40-1) Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub: | Ayub 40:6 (TB)



Analogi digunakan agar maksud dari nasihat, didikan, dan ajaran menjadi lebih mudah diterima. Demikian juga ketika Allah berbicara kepada Ayub di dalam Ayub 40-41.

Dari dalam kebesaran-Nya Tuhan menjawab Ayub. Ia ingin agar Ayub membuka matanya dan sadar bahwa tak ada seorang pun yang dapat menyamai kuasa-Nya (40:1-9). Dalam tantangan-Nya kepada Ayub kali ini, Allah memakai dua analogi tentang binatang.

Analogi yang pertama adalah kuda nil (40:10-19). Kuda nil mungkin tidak terlihat menyeramkan, tetapi sesungguhnya kekuatannya tak dapat diabaikan. Ekornya seperti pohon aras dan tulangnya seperti pembuluh tembaga (40:11-13). Siapa yang menciptakan makhluk ini? Siapa pula yang mencukupi kebutuhannya dan yang sanggup menangkapnya? Hanya Allah Yang Mahakuat.

Analogi kedua adalah buaya (40:20-41:25). Allah bertanya kepada Ayub: "Dapatkah engkau menarik buaya dengan kail, atau mengimpit lidahnya dengan tali?" (40:20). Jawabannya pasti "tidak". Seekor buaya tidak akan memohon belas kasihan, membuat perjanjian, atau bermain-main. Sebaliknya, baru saja orang melihatnya, orang itu akan dikalahkan. Orang yang nekat pun takkan berani menantangnya (41:1-5). Besarnya kekuatan buaya menggambarkan betapa lebih kuatnya Allah dibandingkan dengan makhluk yang terkuat di muka bumi sekalipun.

Sebagaimana yang kita lihat dari kuda nil dan buaya yang begitu kuat, Allah jauh melebihi keduanya. Siapa yang mampu menyatakan diri-Nya di hadapan Allah? Bukan Ayub, bukan pula kita. Melawan binatang ciptaan-Nya saja kita tidak sanggup, terlebih lagi membela diri kita di hadapan Allah Pencipta Yang Mahakuasa?

Sungguh aman hidup kita jika berada dalam genggaman tangan Allah. Tak ada seorang pun yang dapat menghadapi-Nya dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah kepunyaan-Nya.

Marilah kita juga mengakui dengan rendah hati bahwa tak ada yang perlu ditakutkan dalam hidup ini karena kita memiliki Allah yang kekuatan-Nya tak tertandingi. [SLM]


Wednesday 14 June 2023

MENINGGIKAN DIRI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ESTER 6
Setahun : Ester 8–10

MENINGGIKAN DIRI
Kata Haman dalam hatinya: “Kepada siapa lagi raja berkenan menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?” (Ester 6:6b)

Tidak sedikit dalam olahraga, seorang atlet atau sebuah tim yang begitu diunggulkan pada suatu pertandingan ternyata kalah dari lawan yang tidak diunggulkan. Mereka terlalu percaya diri bahwa merasa pasti akan menang karena kemampuan dan rekor bertandingnya, sehingga terkadang memandang remeh lawannya. Itulah yang justru menjatuhkan mereka.

Mordekhai tercatat dalam kitab pencatatan sejarah di mana ia telah melaporkan dua orang yang berikhtiar membunuh Raja Ahasyweros. Karena ternyata Mordekhai tidak dianugerahkan suatu apapun atas perbuatannya, maka raja ingin memberikan penghormatan dan kebesaran kepadanya.

Rencana ini tidak diketahui oleh Haman yang baru saja datang di pelataran istana. Ketika raja bertanya kepadanya, apakah yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya, maka ia merasa dan berpikir bahwa orang yang dimaksud raja adalah dirinya, kepada siapa lagi? Pastilah Haman sangat terkejut ketika ternyata orang yang dimaksud raja adalah Mordekhai, seorang Yahudi yang begitu ia benci dan akan disulakannya di tiang. Haman bahkan harus mengarak Mordekhai dan menyerukan bahwa Mordekhai dihormati oleh raja. Akhirnya Haman pulang dengan sedihnya.

Sering kali dalam keseharian, kita bertemu dan berelasi dengan orang-orang yang kelihatannya biasa-biasa saja. Dari penampilan dan kemampuan, kita mungkin merasa lebih baik, lebih layak, dan lebih hebat dari mereka. Tetapi biarlah kita belajar dari Haman, untuk tidak meninggikan diri dan merendahkan orang lain, karena mungkin saja mereka adalah orang-orang hebat yang rendah hati.



ORANG HEBAT YANG BENAR-BENAR HEBAT ADALAH ORANG HEBAT YANG RENDAH HATI


Tuesday 13 June 2023

Tak Selamanya Tuhan Bungkam

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 38:1-39:30
Setahun : Ester 4–7

Tak Selamanya Tuhan Bungkam
TB: Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub: | Ayub 38:1 (TB)



Banyak peristiwa yang tak dapat kita pahami: Mengapa itu terjadi? Kita mencari jawabannya, tetapi kita tak kunjung menemukannya. Setelah semuanya berlalu, barulah kita memahami.

Dalam keheningan, Ayub bertanya kepada Allah atas segala yang ia alami. Sungguh tak mudah kehilangan segalanya dalam sekejap.

Tentu, Tuhan tak selamanya bungkam. Saat Tuhan berbicara, Ia dapat membereskan semua permasalahan. Walau demikian, Tuhan menginginkan sebuah kepercayaan yang lebih besar dari Ayub, seorang yang dinilai sebagai hamba yang saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (Ayb. 1:8). Kali ini Tuhan memberikan jawaban atas semua kegelisahan Ayub dengan menyadarkan tentang siapa Allah yang Ayub sembah.

Pertama, Tuhan ialah Allah Sang Pencipta yang berkuasa (38:4-32). Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Pribadi yang "meletakkan dasar bumi" (38:4), "membendung laut" (38:8), "menyuruh datang dini hari" (38:12), dan lain sebagainya.

Kedua, Tuhan ialah Allah Sang Pemelihara Kehidupan (38:33-39:33). Tuhan mengungkapkan, Ia sanggup melakukan hal-hal besar seperti: "mengetahui hukum-hukum bagi langit" (38:33), "memburu mangsa untuk singa betina" (39:1), "mengetahui waktunya kambing gunung beranak" (39:4), "memberi tenaga kepada kuda?" (39:22), dan banyak lainnya.

Melalui serangkaian pertanyaan retorik, Allah sedang menyadarkan Ayub untuk kembali mengingat kuasa-Nya yang tak terbatas, yang jauh lebih besar melebihi segala persoalan hidup Ayub. Pemikiran Ayub ditarik jauh untuk melihat kebesaran Allah yang sanggup melakukan apa saja yang Ia kehendaki.

Setelah perdebatan antara Ayub, ketiga temannya, dan Elihu selesai, kini Allah berfirman untuk mengajarkan bahwa di dalam segala sesuatu yang terjadi di dalam alam semesta ini ada pemeliharaan Allah yang sempurna atas setiap ciptaan-Nya.

Tuhan tak akan bungkam jika kita bertanya kepada-Nya. Sebaliknya, dengan cara-Nya, Ia akan menjawab setiap kegelisahan umat-Nya. [SLM]


Monday 12 June 2023

IMAN SEJATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 39
Setahun : Ester 1–3

IMAN SEJATI
Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. (Kejadian 39:20)

Seperti apakah iman sejati itu? Kata-kata yang tertulis pada dinding sebuah sel penjara di Eropa memuat jawabannya. “Saya percaya adanya matahari walaupun ia tidak bersinar. Saya percaya adanya cinta walaupun saya tidak merasakannya. Saya percaya kepada Allah walaupun Dia diam.” Ya, iman sejati ditunjukkan dengan kesediaan untuk tetap memercayai Tuhan walaupun tidak menerima tanggapan.

Yusuf ialah gambaran dari seorang yang memiliki iman sejati kepada Tuhan. Dalam kesesakan, Yusuf berseru kepada Tuhan. Namun kenyataannya, Tuhan diam. Tuhan diam saat Yusuf dilemparkan dalam sumur kosong (Kej. 37:24). Tuhan diam saat Yusuf dijual kepada orang asing seharga 20 syikal perak (Kej. 37:28). Tuhan diam saat Yusuf bekerja sebagai budak. Bahkan Tuhan diam saat Yusuf difitnah, lalu dimasukkan ke dalam penjara (ay. 13–20). Walaupun tidak menerima tanggapan atas semua seruannya, Yusuf percaya kepada Allah. Hal itu tersirat dari cara hidupnya. Yusuf tidak tawar hati, mau semangat bekerja, pula teguh memegang perintah Tuhan.

Diam bukan berarti Tuhan mengabaikan atau meninggalkan kita. Tengok kembali pengalaman kehidupan Yusuf. Walaupun seolah Tuhan tidak berbuat apa-apa, tetapi penyertaan tidak berhenti Dia curahkan. Di mana pun Yusuf berada, ia dapat menjadi orang kepercayaan (ay. 4, 22). Sampai akhirnya Yusuf diangkat menjadi penguasa (Kej. 41:41). Diam maksudnya ialah Tuhan bekerja dengan cara-cara di luar pengetahuan kita. Semoga kebenaran ini menolong kita untuk memiliki iman sejati. Mari tetap percaya kepada Tuhan walaupun belum menerima tanggapan atas seruan doa. Mari tetap percaya kepada Tuhan walaupun ketika kita rasakan seolah Dia diam.



IMAN SEJATI TIDAK DIGERAKKAN OLEH TANGGAPAN, NAMUN KEYAKINAN BAHWATUHAN SELALU TURUT BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN KEBAIKAN BAGI KITA


Sunday 11 June 2023

Ubahlah Cara Pandangmu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 36
Setahun : RH Elektronik

Ubahlah Cara Pandangmu
TB: Berkatalah Elihu selanjutnya: | Ayub 36:1 (TB)



Elihu belum selesai berbicara kepada Ayub. Penafsirannya terhadap penderitaan Ayub didasarkan pada apa yang ia ketahui tentang kebenaran ilahi. Namun, ia menyampaikannya dengan sikap yang sombong.

Elihu menyatakan kalau ia adalah seorang Pembela Allah yang berpengetahuan sempurna (2-4). Ia meyakini bahwa apa yang diucapkannya adalah benar tanpa cela. Menurutnya, Allah tak pernah mengalihkan pandangan-Nya dari orang benar (5-7), serta selalu mengarahkan umat-Nya untuk berbalik dari kejahatan (5-10).

Elihu menyiratkan bahwa penderitaan dapat memanggil orang benar untuk bergumul secara rohani dan mendekat lagi kepada Tuhan supaya Tuhan melepaskannya dari dosa dan akibatnya. Penderitaan akan hilang bila mereka tunduk kepada Tuhan (15-16).

Bila manusia melakukan semua perintah Allah dan hidup benar, maka ia akan hidup mujur, bernasib baik, dan tidak tertimpa kemalangan. Sedangkan bagi mereka yang tidak tunduk akan ada sengsara yang menanti mereka (11-14).

Elihu menilai bahwa Ayub telah melakukan kejahatan sehingga Ayub sengsara. Elihu mengungkapkan bahwa teriakan Ayub itu sia-sia karena tidak akan dapat meluputkannya dari kesesakan (17-19). Karena itu, ia meminta Ayub untuk menjaga dirinya dan berpaling dari kejahatan (20-21).

Tidak sekali pun Tuhan meninggalkan umat-Nya yang hidup taat dan selalu berpegang pada kebenaran firman Tuhan. Bila kita mengalami kesulitan hidup, itu bukan berarti kita lupa akan jati diri kita sebagai anak-anak Tuhan dan beranggapan bahwa ada yang salah dengan cara kerja Allah.

Introspeksi diri itu penting. Dengan merenungkan kembali bagaimana kita menjalani hidup sebagai umat yang percaya, kita dapat menjaga cara hidup kita agar tetap sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

Ubahlah cara pandang kita. Biarlah cobaan yang terjadi membuat kita makin bersandar pada Tuhan dan mengandalkan-Nya, sehingga kita makin bertumbuh di dalam Dia, dan bukan sebaliknya, mempertanyakan mengapa hal tersebut terjadi pada kita. [SLM]


Friday 9 June 2023

Membela Tuhan?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 34
Setahun : Nehemia 9–10

Membela Tuhan?
Bacaan: Ayub 34 | Santapan Harian (Jumat, 9 Juni 2023)



Dalam perdebatan bertema agama atau teologi, kerap kali kita melihat adanya upaya-upaya untuk membela Tuhan. Ini jugalah yang dilakukan Elihu di hadapan Ayub.

Elihu kini tampil sebagai pembela Allah (10-15). Ia menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang adil, yang menegakkan keadilan-Nya atas orang-orang fasik (16-30).

Atas dasar ini, Elihu dengan tegas menyatakan tuduhannya kepada Ayub. Ia menggugat pembelaan diri Ayub (5-6). Bahkan ia menyimpulkan bahwa perbuatan Ayub tidak lagi menghormati Allah (7-9).

Elihu telah dikuasai oleh kemarahannya. Kemarahan membuat Elihu menjadi makin arogan (2). Ia kelihatan sedang melakukan pembelaan terhadap Tuhan, tetapi sebetulnya ia tidak memiliki konsep yang baru. Elihu kembali mengulangi konsep Tuhan yang transaksional: jika seseorang berlaku baik, Tuhan akan baik kepadanya; sebaliknya, jika seseorang berlaku jahat, Tuhan akan jahat kepadanya.

Keadilan Allah memang tidak terbantahkan, tetapi konsep keadilan Allah telah digunakan Elihu untuk menyatakan Ayub sebagai orang yang jahat dan lebih berdosa (36-37). Tanpa disadari, kemarahan membuat Elihu menempatkan dirinya sebagai tuhan dan hakim atas Ayub. Ia dengan sombong memandang dirinya sebagai orang yang harus didengar oleh orang-orang berhikmat (34).

Saat kita berupaya membela Tuhan, kita bisa terjebak dengan anggapan sesat bahwa kita bisa menjadi tuhan dan hakim yang memutuskan apakah seseorang berdosa atau tidak. Dalam suasana hati yang marah, kita bisa salah langkah menggunakan nama Tuhan untuk menyerang orang lain.

Kita tidak dipanggil untuk menjadi pembela Tuhan. Kita dipanggil untuk menjadi orang benar yang hidup takut akan Tuhan. Bukan karena upaya kita membela Tuhan, orang-orang akan mengenal dan menghormati Tuhan. Kita harus memiliki kesadaran diri sebagai sesama manusia di hadapan Tuhan.

Mari belajar untuk menjadi sesama bagi orang-orang yang mengalami kesulitan dan berbeban berat, bukan menjadi pembela yang sombong. [RGD]


Thursday 8 June 2023

MEMPERBAIKI POSISI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 73
Setahun : Nehemia 7–8

MEMPERBAIKI POSISI
Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. (Mazmur 73:17)

Saya tersenyum saat mendengar arahan petugas pengawalan kereta api berkata, “Lewat pintu sebelah sana saja, sepertinya lewat sini tidak cukup.” Mendengar itu, konsentrasi antrean penumpang mulai terpecah, tetapi saya tetap turun dari pintu yang sama. Saya bukannya sok tahu atau menentang petugas itu, tetapi dari posisi saya berdiri masih terlihat ada celah yang bisa dilewati saat turun dari gerbong.

Dalam menjalani hidup, posisi kita dalam memandang sesuatu akan menentukan respons kita saat menghadapi masalah atau pergumulan. Pemazmur saat itu juga sedang mengeluhkan beratnya beban hidupnya, sementara ia berusaha hidup berkenan kepada Allah. Ia bahkan merasa bahwa kehidupan orang fasik jauh lebih mujur dan menyenangkan (ay. 3–12), sampai Pemazmur “memperbaiki posisi” dalam menilai kehidupannya, dengan masuk ke tempat kudus Allah (ay. 17). Dari sanalah ia dapat mengerti kesudahan hidup orang fasik yang jauh dari kata mujur. Pandangan baru yang lantas membuatnya berikrar: “Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya” (ay. 28).

Apakah kita sedang merasa tidak nyaman dengan kehidupan yang sedang kita jalani? Apakah kita sedang “mencari pintu” yang menurut kita lebih pas atau dapat menyelesaikan persoalan kehidupan dengan lebih cepat? Cobalah sedikit “memperbaiki posisi” dengan mendekat kepada Allah, mungkin kita akan mendapat pencerahan, kekuatan, atau kobaran iman untuk melanjutkan kehidupan dengan lebih baik.



POSISI KITA DALAM MEMANDANG KEHIDUPAN DAPAT MENENTUKANRESPONS TERHADAP BERBAGAI PERISTIWA KEHIDUPAN


Wednesday 7 June 2023

Menghadapi Perselisihan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 32
Setahun : Nehemia 4–6

Menghadapi Perselisihan
TB: Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar. | Ayub 32:1 (TB)



Ketika terjadi perselisihan antara dua pihak, biasanya ada pihak ketiga yang menjadi penengah agar perdamaian bisa terjadi. Namun, pihak ketiga ini tidak selalu memainkan peran yang tepat. Kadang dia bisa berat sebelah, kadang juga dia memberi masukan yang keliru dan tidak bertanggung jawab.

Dalam percakapan antara Ayub dan sahabat-sahabatnya, muncul tokoh baru bernama Elihu. Ia seorang yang masih muda dan ia mengakui hal itu demi menjaga kesopanan (6-7). Namun, ia tidak tahan dan menjadi marah karena Ayub merasa diri lebih benar di hadapan Allah (1-3).

Elihu melihat pembelaan diri Ayub yang mengambil bentuk pengadilan (Ayb. 31) sebagai tindakan yang terlalu berani. Ia juga marah kepada sahabat-sahabat Ayub yang tidak bisa menunjukkan apa-apa.

Kemarahan dan semangat muda di dalam diri Elihu justru membuatnya menjadi orang yang arogan. Ia mengaku bahwa ia mendapat pengertian dari Tuhan (8). Namun, ia malah merendahkan dan menolak hikmat orang tua (9). Ia berkata bahwa ia akan bersikap netral dan tidak memihak serta tidak akan menggunakan pemikiran sahabat Ayub.

Secara sepintas Elihu terlihat sebagai penolong yang memberi jalan keluar atas kebuntuan di antara Ayub dan sahabat-sahabatnya. Namun, sebetulnya Elihu menunjukkan bagaimana dia justru berlagak seolah-olah dia adalah pihak yang paling benar di antara mereka. Inilah yang nantinya membuat ia hanya berfokus pada pengertiannya sendiri dan tidak sampai pada hikmat Allah.

Bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi dua pihak yang berselisih? Kita belajar dari kesalahan Elihu, yaitu tidak menjadi orang yang paling benar di antara kedua pihak. Kita justru harus membawa kedua belah pihak kepada Allah. Jika kita tampil sebagai orang yang paling benar, kita tidak lagi dapat menerima kebenaran Allah dan inilah yang membuat kita menjadi orang yang tidak benar.

Apakah ada orang di sekitar kita yang sedang berselisih? Kita dipanggil untuk membawa keduanya kepada kebenaran Allah, bukan hadir sebagai orang yang paling benar. [RGD]


Tuesday 6 June 2023

KEBANGGAAN DIRI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TAWARIKH 21:1–17
Setahun : Nehemia 1–3

KEBANGGAAN DIRI
Tetapi hal itu jahat di mata Allah, sebab itu dihajar-Nya orang Israel. (1 Tawarikh 21:7)

Apa salahnya bangga diri atas sebuah keberhasilan? Bukankah jerih payah, apalagi hasil perjuangan sekian tahun harus dirayakan? Tidakkah kesuksesan mendatangkan sukacita yang wajar, bahkan sehat? Tetapi rupanya ada kebanggaan yang semu, bahkan berdosa. Itu juga yang Raja Daud alami.

Ketika Daud memberi perintah kepada Yoab untuk menghitung orang Israel, hal itu justru membangkitkan murka Allah. Rupanya ada motif tersembunyi ketika ia ingin tahu jumlah rakyatnya. Daud dapat membanggakan diri dengan mengetahui hasil penghitungan. Ia bisa beranggapan bahwa rakyatnya adalah sekian banyak orang yang tunduk dan bergantung padanya. Juga bahwa mereka adalah hasil perjuangannya memperoleh takhta raja. Kebanggaan semacam ini adalah awal kesombongan. Padahal di mata Allah, kesombongan adalah kejahatan yang sangat serius. Hal itu merupakan penolakan untuk bergantung kepada Tuhan. Untung saja Daud segera menyadari kesalahannya dan memohon belas kasihan Tuhan, meskipun telanjur sudah ada korban.

Kita pun harus ekstra peka terhadap dosa kesombongan. Godaan semakin besar jika kita memiliki prestasi yang membanggakan. Sebaliknya, sebagaimana sikap Paulus, kebanggaan kita seharusnya adalah kepada Kristus yang telah menaklukkan segala sesuatu (1Kor. 15:31). Oleh anugerah Kristus yang memilih kita, kita dapat meraih keberhasilan. Kebanggaan yang sehat berisikan ucapan syukur kepada Allah dan bukan pada sikap meninggikan diri di atas orang lain.



KETIKA KITA BERSUKACITA ATAS KEBERHASILAN, MARILAH KITA MERAYAKANNYADENGAN KERENDAHAN HATI SERTA UCAPAN SYUKUR KEPADA TUHAN