Monday 31 July 2023

Pilihlah untuk Setia Hari Ini

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tawarikh 5
Setahun : Kidung Agung 5–8

Pilihlah untuk Setia Hari Ini
TB: Anak-anak Ruben, anak sulung Israel. Dialah anak sulung, tetapi karena ia telah melanggar kesucian petiduran ayahnya, maka hak kesulungannya diberikan kepada keturunan dari Yusuf, anak Israel juga, sekalipun tidak tercatat dalam silsilah sebagai anak sulung. | 1 Tawarikh 5:1 (TB)



Hidup saleh dan melakukan penyembahan yang benar membawa berkat, sedangkan ketidaktaatan dan penyembahan yang salah membawa kutuk. Inilah tema utama bacaan kali ini.

Ketika suku Ruben, Gad, dan Manasye taat, Allah memberkati mereka dalam peperangan (18-22). Sebaliknya, ketika mereka tidak setia dan mengikuti penyembahan berhala, Allah mengganjar mereka dengan kejatuhan, sehingga mereka terbuang ke Asyur (25-26).

Pahitnya pembuangan masih segar dalam ingatan bangsa Israel. Mereka kehilangan segala sesuatu, kerajaan mereka dihancurkan musuh, dan rakyat dibuang sebagai tawanan dan budak ke Babel. Ketidaksetiaan umat dan hukuman Tuhan masih membayangi sampai waktu penulisan Kitab 1 Tawarikh.

Namun, melalui catatan sisilah yang dilanjutkan dengan Ruben, Yehuda, dan Yusuf (1-2), kitab ini juga meneguhkan bahwa janji Tuhan tidak pernah hilang dan berkat-Nya tersedia bagi mereka yang setia.

Silsilah suku-suku Israel menyimpan berbagai kisah tentang relasi umat dengan Tuhan yang tidak seluruhnya manis. Namun, lika-liku sejarah itu memberikan pegangan untuk tetap setia kepada Tuhan.

Lika-liku kehidupan kita pun termasuk di dalam kisah besar tentang karya Tuhan. Mungkin kisah hidup kita juga tidak seluruhnya manis dan mulus. Ada bagian yang berisi hukuman Tuhan ketika kita tidak setia. Namun, seperti bangsa Israel mendapat kesempatan untuk kembali setelah mengalami pembuangan, kita pun terus diundang untuk kembali hidup dalam Tuhan.

Dunia memang terus menawarkan berbagai godaan kepada kita sampai hari ini. Barangkali hidup jauh dari Tuhan terlihat lebih mudah dan lebih cepat menguntungkan. Menghadapi tawaran-tawaran seperti itu, kita bisa gagal dan meninggalkan Tuhan.

Namun, setiap hari juga membuka kemungkinan baru. Kita dapat memilih kembali setia kepada Tuhan. Sama seperti Israel yang terbuang dan kembali ke Yerusalem, kita pun dapat memilih untuk meluruskan hidup kita hari ini dan mengarahkan hati kita kembali kepada Tuhan. [IHM]


Sunday 30 July 2023

BEKERJA UNTUK-NYA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : PENGKHOTBAH 9:7–12
Setahun : Kidung Agung 1–4

BEKERJA UNTUK-NYA
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. (Pengkhotbah 9:10)

Rasa bangga menyelimuti para wanita petugas kebersihan di sebuah taman kota yang kebanyakan usianya sudah lanjut. Meskipun harus bekerja keras sepanjang hari, ditambah lagi melihat ada orang yang sengaja membuang sampah sembarangan, mereka tidak mengeluh atau marah. Mereka malah menunjukkan bahwa pekerjaan itu bukanlah pekerjaan rendahan, melainkan sebuah bentuk tindakan kepahlawanan yang memberi arti bagi banyak orang.

Bagaimana dengan kita pada hari ini? Apakah kita hanya ingin mengerjakan pekerjaan yang membuat kita merasa terpandang sehingga kita melewatkan kesempatan yang Tuhan berikan? Atau dengan sikap hati yang bersyukur dan memuji-Nya kita mengerjakan pekerjaan apa pun yang Ia berikan, meskipun nampaknya tidak berarti di mata orang lain, sehingga hidup kita menjadi penuh makna? Kitab Pengkhotbah menyatakan bahwa hendaknya kita mengerjakan dengan kesungguhan hati pekerjaan yang Tuhan arahkan untuk kita lakukan, sehingga hidup kita menjadi suatu kemuliaan untuk-Nya.

Tidak ada satu pun pekerjaan yang memalukan di mata Tuhan. Dia tidak pernah salah menempatkan kita. Inilah hari yang Tuhan jadikan untuk kita yang bersedia mempersembahkan segenap kemampuan untuk berkarya bagi-Nya. Dia yang berjanji untuk mencukupi segala keperluan kita akan membuat pekerjaan kita bermakna dan memampukan kita untuk menginspirasi orang-orang di sekitar kita.



PEKERJAAN APA PUN YANG KITA LAKUKAN DALAM KETAATAN DI HADIRAT-NYAAKAN BERMAKNA DAN MEMULIAKAN NAMA-NYA


Saturday 29 July 2023

Menghidupi Janji Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tawarikh 4:1-23
Setahun : Pengkhotbah 9–12

Menghidupi Janji Tuhan
TB: Anak-anak Yehuda ialah Peres, Hezron, Karmi, Hur dan Syobal. | 1 Tawarikh 4:1 (TB)



Silsilah Yehuda (psl.2) mendahului silsilah Daud (psl.3) dan kini kembali dituliskan di dalam pasal 4 ini. Melalui garis keturunan itu, kita mendapatkan nama-nama tempat penting.

Betlehem merupakan kota kelahiran Daud, juga yang nantinya akan menjadi kota kelahiran Mesias (4, 22). Yabes adalah nama kota yang berasal dari nama tokoh yang berseru kepada Tuhan memohon berkat melimpah dan mendapatkan berkat-Nya. Ia menjadi panutan bagi banyak orang Israel untuk tetap setia dan berdoa kepada Tuhan (9-10).

Selain itu, ada juga Tekoa (5), Zif (16), dan Estemoa (17) yang akan turut berperan dalam pemulihan wilayah Israel. Silsilah ini menunjukkan bahwa janji Allah menyentuh hal-hal konkret, seperti tanah, kota, dan tempat.

Bagi bangsa Israel, umat yang menyembah Tuhan dan mendapat perkenan-Nya, kepulangan ke negeri asal bukan hanya pembangunan kembali tempat tinggal dan kejayaan bangsa, tetapi juga berarti menghidupi janji Allah dan mewujudkan kerajaan-Nya di bumi.

Walau kita jauh dari tempat-tempat tersebut secara fisik, sebagai umat Tuhan, kita pun menghidupi warisan kerajaan Allah. Janji Tuhan juga menyertai kehidupan kita.

Memang kita perlu membuka mata rohani agar dapat melihat janji Tuhan itu menyentuh setiap hal konkret di dalam kehidupan kita, seperti tanah, kota, dan tempat; juga keluarga, studi, pekerjaan atau karir, dan cita-cita.

Banyak orang mengira bahwa menghidupi janji Tuhan berarti memisahkan aspek kehidupan rohani dan duniawi. Aspek rohani diperlakukan secara sakral, sedangkan aspek duniawi dianggap sepele.

Namun, kerajaan Allah tidak memandang kehidupan dengan terpecah belah. Hal-hal konkret seperti tanah, kota, dan tempat tidak lantas dianggap duniawi, melainkan juga masuk ke dalam lingkup kehidupan dalam janji Tuhan.

Memang spiritualitas tidak dibatasi oleh berbagai hal fisik, tetapi visi tentang janji Tuhan mencakup juga hal-hal fisik dan konkret dalam kehidupan. Marilah kita hidup setia kepada Tuhan dalam berbagai dimensi kehidupan kita. [IHM]

1 Tawarikh 4:1-23

Menurut Wycliffe, ayat 1-7 merupakan bagian pelengkap untuk daftar keturunan Hezron yang sebelumnya disebutkan dalam pasal 2. Kemudian, ayat 8-20 menunjukkan hubungan antara kesepuluh pemimpin. Selanjutnya, ayat 21-23 menyebutkan keturunan dari putra ketiga Yehuda, yaitu Sela.

Ada tokoh yang menarik dalam bacaan kali ini, yaitu Yabes. Disebutkan bahwa Yabes lebih dimuliakan daripada saudara-saudaranya (9). Akan tetapi, kita pun mendapatkan bahwa Yabes adalah seorang pendoa. Yabes berdoa meminta berkat berlimpah-limpah, penyertaan Tuhan, dan perlindungan-Nya; lalu Allah mengabulkan permintaannya (10). Kisah ini menunjukkan kasih setia Tuhan yang berkenan kepada doa umat-Nya. Terlebih lagi, Tuhan menepati perjanjian dengan umat-Nya.


Friday 28 July 2023

TERKECOH ARUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ULANGAN 8:11–20
Setahun : Pengkhotbah 5–8

TERKECOH ARUS
“Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.” (Ulangan 8:17)

Seorang teman menceritakan pengalamannya saat berenang di sebuah pantai. Kondisi air begitu tenang sehingga ia begitu mudah berenang mengarungi pantai itu. Merasa hebat, timbul keinginannya untuk berenang lebih jauh lagi. Kali ini ia berniat berenang menjauhi teluk menuju lautan lepas. Ia pun berhasil mencapainya. Tetapi waktu ia memutuskan untuk berenang kembali menuju pantai, ternyata ia susah payah bergerak maju. Ia baru sadar telah dikecoh oleh arus air. Ternyata apa yang membuatnya berenang menjauhi pantai dengan mudah bukanlah kekuatannya, melainkan arus air yang tidak dilihatnya.

Jangan terkecoh arus. Inilah peringatan Musa kepada bangsa Israel yang sebentar lagi akan memasuki negeri Kanaan. Musa mewanti-wanti agar mereka tidak lupa diri dengan menganggap semua pencapaian itu adalah hasil kekuatan mereka. Mereka harus selalu ingat bahwa semua itu pemberian Tuhan semata. Jika mereka terkecoh arus kenyamanan kemudian melupakan Tuhan, berubah tinggi hati, dan mengikuti allah lain, mereka pasti binasa (ay. 19–20).

Disadari atau tidak, ketika kehidupan berjalan seolah tanpa masalah, serba lancar, dan aman-aman saja, jika tidak diwaspadai situasi ini berpotensi mengubah hati kita. Bak "arus air" yang tidak nampak namun dapat membawa kehidupan kita jauh dari Tuhan. Bahaya "arus kenyamanan" inilah yang disadari penulis kitab Amsal sehingga dalam doanya ia memohon, “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku” (Ams. 30:8–9).



DALAM SETIAP PENCAPAIAN, INGAT BAHWA TUHANLAH YANG MEMBERI KEKUATAN UNTUK MEMPEROLEH SEMUANYA


Thursday 27 July 2023

Keberanian Menyongsong Arus

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tawarikh 2
Setahun : Pengkhotbah 1–4

Keberanian Menyongsong Arus
TB: Inilah anak-anak Israel: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, | 1 Tawarikh 2:1 (TB)



Dalam pembacaan kita tentang silsilah, kini kita tiba pada garis keturunan Israel. Inilah bagian yang utama karena di dalamnya kita mendapatkan dua nama yang amat penting.

Pertama, Daud (15). Adanya Daud melalui Isai menunjukkan bahwa silsilah ini memberikan orientasi kepada bangsa Israel yang kembali dari pembuangan di Babel untuk kembali hidup dalam visi kerajaan Daud, yaitu kerajaan Allah sendiri.

Kedua, Kaleb bin Hezron (18). Penulis Tawarikh tidak menyamakan Kaleb di sini dengan Kaleb dari kisah Yosua. Signifikansi dari nama Kaleb adalah keturunannya, yaitu Bezaleel (20), yang terkait erat dengan pembangunan Kemah Pertemuan dan Tabut Perjanjian (lih. Kel. 31:2, 35:30). Visi penyembahan umat Israel oleh Musa dilanjutkan dengan penyembahan di Bait Allah. Dengan demikian, bangsa Israel harus kembali menjadi umat yang menyembah Tuhan di Yerusalem sesuai tradisi yang diwarisi di dalam silsilah ini.

Ketika Israel berada dalam pembuangan, mereka tidak terlepas dari sejarah perjalanan bersama Tuhan. Namun, ketika mereka kembali ke Yerusalem, mereka perlu menata kembali fokus hidup mereka kepada rencana Tuhan.

Dalam hidup kita, mungkin ada kalanya kita meninggalkan komunitas orang percaya, lalu kembali lagi ke rumah ibadah dan berdoa lagi. Saat kita kembali, mungkin terasa canggung, apalagi harus berforkus pada visi Tuhan.

Namun, mengingat kembali penyertaan Tuhan dalam tahun-tahun hidup kita yang telah lalu dapat menolong kita mempunyai pandangan yang lebih tajam. Rasa syukur dan kecukupan dapat menolong kita keluar dari sekadar insting bertahan hidup. Memberi diri lagi untuk mendengarkan arus panggilan ilahi akan membangkitkan keberanian senyap untuk melangkah maju

Berjalan bersama Tuhan sering kali tak mudah. Hati bercabang dapat membuat kita gentar. Berkali-kali kita merasa tidak sanggup dan gagal, tetapi Tuhan tak menyerah terhadap kita. Dalam menjaga langkah, meniti batin, dan menegakkan jiwa, kita kembali kepada Tuhan. Dialah yang membuat kita melangkah maju. [IHM]


Wednesday 26 July 2023

YAKUB MENGHADAPI DUKACITA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 47:1–12
Setahun : Amsal 28–31

YAKUB MENGHADAPI DUKACITA
Jawab Yakub kepada Firaun: “Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing.” (Kejadian 47:9)

Ucapan Yakub dalam konteks ayat kutipan hari ini adalah ketika Yusuf memperkenalkan ayah dan saudara-saudaranya kepada Firaun. Yakub pun menyampaikan doa berkat bagi Firaun. Ia lalu ditanya usianya oleh Firaun. Sangat menarik bahwa Yakub merasa perlu menjelaskan penderitaannya. Ia merasakan pahit getirnya hidup.

Awalnya, Yakub terpaksa melarikan diri dari rumah karena Esau hendak membunuhnya. Ini karena Yakub merampas hak kesulungan dengan tipu daya. Lalu Rahel, istri yang dikasihinya, meninggal ketika melahirkan Benyamin. Saudara-saudara Yusuf juga tidak ada yang beres hidupnya. Yang paling membuat dirinya hancur adalah ketika Yusuf, anak yang dikasihinya, dianggap tewas dimangsa binatang buas. Akibatnya, ia terlalu melindungi Benyamin, adik Yusuf. Kata-kata Yakub ketika anaknya hendak membawa Benyamin menghadap Yusuf sebagai penguasa di Mesir, sebelum Yusuf membuka penyamarannya, mewakili rasa duka Yakub yang berkepanjangan. “Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena nasib celaka,” demikian ditirukan Yehuda, anaknya (Kej. 44:29).

Lalu apa yang membuat Yakub bertahan? Imannya! Meskipun ini juga karena berkali-kali Allah menyatakan diri secara langsung untuk menguatkannya. Bagi kita, jika berduka, kita pun perlu mengingat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Allah menguatkan dan niscaya memimpin kita dari waktu ke waktu melalui berbagai peristiwa.



JIKA BERDUKA, INGATLAH BAHWA ALLAH TIDAK MENINGGALKAN KITA. IA MENGUATKAN DAN MEMIMPIN HIDUP KITA, DALAM SUKA MAUPUN DUKA.


Tuesday 25 July 2023

Siapa Diri Kita Sebenarnya?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Tawarikh 1:1-33
Setahun : Amsal 24–27

Siapa Diri Kita Sebenarnya?
TB: Adam, Set, Enos, | 1 Tawarikh 1:1 (TB)



Dapatkah kita bayangkan apa yang dirasakan oleh bangsa yang pulang setelah terbuang puluhan tahun sebagai budak di negara lain? Culture shock dan pergulatan identitas menjadi pergumulan yang dihadapi oleh bangsa itu.

Silsilah pada awal pasal ini menjadi rangkuman singkat tentang garis keturunan dari Adam ke Nuh dan dari Nuh ke Abraham (1-27), mengikuti catatan yang sangat dikenal oleh orang Israel (lih. Kej 10:1-29, 11:10-26). Melalui silsilah ini, penulis memfokuskan identitas bangsa kepada Abraham sebagai bapa bangsa yang hidup dalam perjanjian Tuhan.

Bagi bangsa Israel yang kembali dari pembuangan di Babel, silsilah itu memberikan orientasi dan identitas diri: Siapa diri kita sebenarnya? Mengapa bangsa kita mengalami semua hal ini? Bagaimana saya harus hidup di hadapan Tuhan?

Banyak orang Kristen juga mengalami masa pengasingan dalam hidupnya, seolah-olah mereka dapat melarikan diri dari jangkauan kasih Tuhan.

Dalam kasus bangsa Israel, ketidaktaatan membuat mereka terbuang ke Babel. Namun, itu pun tidak melepaskan mereka dari kejaran kasih Tuhan yang tidak pernah menyerah.

Seperti bangsa Israel yang kembali ke tanah perjanjian, orang Kristen dapat merasakan kembali pelukan anugerah Tuhan setelah mengalami keterasingan dan keterbuangan. Sering kali muncul pertanyaan dalam senyap: Siapa kita ini sebenarnya? Ke mana kita harus melangkah selanjutnya?

Memasuki relasi yang lebih erat dan personal dengan Tuhan terasa seperti mengarungi ombak baru yang tidak dikenal sebelumnya. Iman masa kecil terasa kekanak-kanakan jika dibandingkan dengan luasnya horizon baru yang disediakan Tuhan untuk dijelajahi.

Di sinilah kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan dan membuka telinga kita kepada tuntunan-Nya. Perenungan akan pengalaman hidup dan kebaikan Tuhan yang sudah diberikan berulang kali dapat membuka kepekaan telinga kita bagi tuntunan Tuhan selanjutnya.

Allah Adam, Allah Nuh, dan Allah Abraham menanti kita untuk kembali kepada perjanjian kasih-Nya dan meletakkan hidup kita di jalan-Nya. [IHM]


Monday 24 July 2023

GEREJA RAMAH ANAK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 19:13–15
Setahun : Amsal 20–23

GEREJA RAMAH ANAK
Tetapi Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang punya Kerajaan Surga.” (Matius 19:14)

Sering kali gereja kurang memberikan pelayanan yang optimal kepada anak-anak. Kehadiran mereka dirasakan cukup dengan pelayanan Sekolah Minggu saja. Padahal anak-anak adalah bagian integral dari persekutuan orang percaya itu sendiri. Mereka adalah anggota jemaat yang memiliki hak untuk dilayani dan mengambil bagian dalam pelayanan sesuai dengan kapasitasnya.

Suatu kali ada orang membawa anak-anak kecil (Yunani: paidion, anak-anak yang masih kecil) dengan harapan agar Tuhan Yesus memberkati dan berdoa bagi mereka. Sepertinya, kehadiran anak-anak ini mengganggu para murid Yesus. Ya, bisa dipahami karena anak-anak dianggap tidak bisa diam, rewel, selalu bergerak ke sana ke mari dan lain sebagainya. Respons Tuhan Yesus justru sebaliknya. Ia menyuruh para murid membiarkan anak-anak itu datang kepada-Nya, bahkan Tuhan Yesus menyebut anak-anak itu, “... yang punya Kerajaan Surga.” Tuhan Yesus pun meletakkan tangan-Nya atas anak-anak itu. Sebuah tindakan memberikan berkat, tetapi juga dapat dilihat sebagai bentuk penerimaan Tuhan Yesus atas kehadiran anak-anak di sekitar-Nya.

Gerakan Gereja Ramah Anak (GRA) menjadi gerakan untuk memberikan pelayanan, perhatian dan perlindungan yang maksimal kepada anak-anak. Gereja harus mengondisikan diri sebagai tempat yang aman bagi anak-anak. Selain membuat aturan yang membuat anak-anak aman dari bahaya kecelakaan selama dalam lingkungan gereja, penting untuk membuat kode etik bagi orang dewasa ketika berhadapan dengan anak-anak. Hal ini adalah bagian dari perlindungan terhadap anak, termasuk melindungi mereka dari bahaya pelecehan yang dilakukan oleh orang dewasa.



ANAK-ANAK JUGA WARGA GEREJA.MEREKA HARUS DITERIMA DAN MERASA AMAN DALAM PELAYANAN GEREJA.


Sunday 23 July 2023

Kacang Lupa akan Kulitnya?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ester 9:20-32
Setahun : Amsal 15–19

Kacang Lupa akan Kulitnya?
TB: Maka Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat baik yang jauh, | Ester 9:20 (TB)



Kata orang, manusia mudah lupa, apalagi kalau dia mengalami kesenangan. Saat susah, dia mencari pertolongan. Saat senang, dia lupa daratan.

Tidak demikian dengan Mordekhai dan Ester. Peristiwa keselamatan orang Yahudi tidak dibiarkan berlalu begitu saja. Mordekhai mencatatnya (20), lalu menjadikannya sebagai kewajiban untuk merayakan keselamatan itu (20-28). Ester-sang ratu-pun menguatkannya dengan menulis surat yang sama (29-32).

Dengan adanya surat dari Mordekhai dan Ester, semua orang Yahudi wajib merayakan Purim. Perayaan Purim dilestarikan hingga sekarang. Setiap orang Yahudi harus selalu ingat bahwa mereka pernah mengalami ancaman kemusnahan, tetapi kemudian selamat. Dalam merayakannya, mereka tidak boleh egois, melainkan dalam sukacita dengan cara membagikan makanan dan memberi sedekah kepada orang-orang miskin (22).

Tindakan Mordekhai dan Ester dapat kita jadikan teladan. Kita perlu melatih diri untuk selalu mengingat peristiwa-peristiwa khusus dalam hidup kita supaya kita mau bersyukur. Tentu saja, setiap saat kita harus bersyukur. Namun, pastinya ada peristiwa-peristiwa istimewa saat kita merasakan pengalaman yang berbeda, yang mengubah jalan hidup kita.

Peristiwa itu bisa jadi dahsyat seperti terhindar dari kecelakaan atau pulih dari sakit keras; bisa pula sesederhana peringatan hari kelahiran atau hari pernikahan. Berbagai peristiwa layak untuk selalu kita peringati, tidak hanya untuk diingat secara pribadi, tetapi juga untuk diceritakan kepada anak cucu, teman, atau sahabat.

Kita merayakannya bukan untuk menyombongkan diri, melainkan untuk mengajak mereka turut bersyukur atas kehidupan yang telah dijalani. Demikian pula, kebahagiaan dan syukur tidak hanya untuk dinikmati sendiri, melainkan juga dirasakan bersama orang lain.

Semua peringatan itu semata-mata untuk menjaga diri supaya kita selalu ingat akan keberadaan diri kita. Jadi, janganlah seperti kacang lupa akan kulitnya! Mari kita selalu ingat akan Tuhan dan berkat-Nya melalui segenap perjalanan kehidupan kita. [KRS]


Thursday 13 July 2023

"Bakat Alamiah, Apa Iya?"

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ester 2:1-18
Setahun : Mazmur 106–107

"Bakat Alamiah, Apa Iya?"
TB: Sesudah peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut, terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang diputuskan atasnya. | Ester 2:1 (TB)



Dalam bacaan kali ini, narator memperkenalkan dua karakter utama lagi di dalam narasinya. Mereka adalah Mordekhai dan Ester.

Ester adalah seorang perempuan muda yang disukai banyak orang. Setiap orang yang menjumpainya menaruh kasih kepadanya, mulai dari Hegai, kepala rumah tangga istana, sampai sang raja yang mencari ratu pengganti (8-17a). Maka, raja memilih Ester menjadi ratu di kerajaan Persia dan mengadakan perjamuan atas penobatan itu (17-18).

Petunjuk lain yang diberikan narator perihal Ester adalah dia adalah seorang yang tunduk kepada otoritas. Ester mengikuti nasihat Mordekhai dan saran Hegai. Dalam hal itulah, Ester berbeda dari Wasti.

Lewat narasi ini, kita dapat menemukan penggemaan dari tokoh Yusuf. Ia mendapatkan kasih dan perhatian dari Potifar dan kepala penjara (bdk. Kej. 39-40). Yang membedakan narasi tentang kedua tokoh ini adalah frasa "Tuhan menyertai Yusuf". Narator Kitab Kejadian menuliskannya berulang kali (Kej. 39:2, 3, 5, 21, 23), tetapi frasa itu nihil di dalam Kitab Ester. Memang tidak ada kata "Allah" atau "Tuhan" dalam kitab ini. Sekalipun demikian, seorang penafsir menyebutkan, "Jemari Allah ada di dalamnya".

Ester berhasil bukan karena bakat alamiah atau ketundukan pada otoritas semata-mata, melainkan karena Allah yang bekerja melalui berbagai peristiwa di dalam hidup Ester. Penyertaan Allah berdampak atas Mordekhai, Hegai, Raja Ahasyweros, dan Ester.

Bagi kita, keberhasilan seseorang tidak pernah terlepas dari penyertaan Tuhan. Kita bersyukur karena diciptakan secara unik dan diperlengkapi dengan berbagai bakat/karunia. Akan tetapi, semua itu tidak secara otomatis menjamin keberhasilan kita. Seberapa besar keterlibatan Tuhan dalam hidup kita dan kebergantungan kita kepada-Nya menjadi penentu yang terbesar.

Oleh karena itu, kita tidak boleh terlalu membanggakan prestasi yang kita raih maupun relasi yang kita bangun. Sebaliknya, kita perlu makin tunduk kepada Allah dan memberi keleluasaan bagi Allah untuk bekerja dengan cara-Nya dalam hidup kita. [JMH]


Wednesday 12 July 2023

IMAN TIDAK SEMBRONO

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KELUARAN 2:1–10
Setahun : Mazmur 101–105

IMAN TIDAK SEMBRONO
... sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, ... diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil. (Keluaran 2:3)

Begitu mendapat gaji, seorang pemuda sudah langsung menghabiskan hampir separuh gajinya. “Boros sekali,” komentar temannya, “Begini caranya bagaimana kau nanti memenuhi kebutuhan menjelang akhir bulan?” “Tenang saja,” jawab pemuda itu dengan santai. “Aku beriman Tuhan pasti mencukupkan kebutuhanku.” “Bagus kita beriman, tetapi kau harus mengerti iman tidak sembrono,” nasihat temannya.

Iman tidak sembrono. Bukan berarti karena percaya kepada Tuhan, kita bisa melakukan tindakan sekehendak hati dan tanpa pikir panjang. Faktanya, iman yang benar justru penuh pertimbangan. Contoh iman yang benar dapat kita lihat dari pengalaman Yokhebed. Tidaklah dapat lagi ia menyembunyikan bayinya sesudah tiga bulan lamanya. Bayi sudah bertumbuh besar. Maka Yokhebed meletakkan bayi itu dalam sebuah peti pandan, lalu menaruh peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil (ay. 3). Tampaknya sembrono, tetapi sesungguhnya, tindakan tersebut berasal dari pemikiran yang matang. Saat bayi ditaruh ialah saat putri Firaun mandi (ay. 5). Pula Yokhebed menempatkan Miryam, kakak si bayi sebagai penjaga (ay. 4). Apabila nanti arus sungai membahayakan si bayi, si kakak segera datang menolong.

Tuhan membekali kita manusia dengan akal budi untuk menimbang setiap tindakan yang hendak kita lakukan. Maka jangan lagi kita bertindak sekehendak hati (seperti pemborosan, kebut-kebutan atau makan berlebihan), mengira tidak ada akibat buruk terjadi karena kita beriman kepada Tuhan. Selalu ingat iman tidak sembrono, sebaliknya, penuh pertimbangan. Walaupun berkata, “Aku beriman kepada Tuhan,” konsekuensi akan kita tanggung apabila tindakan kita selalu sembarangan.



KITA BERIMAN TUHAN MAMPU MELAKUKAN SEGALANYA, NAMUNBUKAN BERARTI KITA MELAKUKAN SEGALANYA SECARA SEMBARANGAN


Tuesday 11 July 2023

Mendemonstrasikan Iman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 13
Setahun : Mazmur 92–100

Mendemonstrasikan Iman
TB: Peliharalah kasih persaudaraan! | Ibrani 13:1 (TB)



Kerap kali orang menolak kekristenan bukan karena ajarannya salah, tetapi karena pesannya tidak relevan. Mereka tidak bisa menemukan kaitan antara doktrin dan kehidupan sehari-hari. Untuk menghindari kesalahpahaman itu, penulis Surat Ibrani mengajarkan kepada para pembacanya untuk mempraktikkan kekristenan dalam kehidupan sehari-hari.

Nasihatnya bersangkutan dengan kehidupan sosial maupun pribadi orang Kristen. Dalam relasi dengan sesama, kita perlu memelihara kasih persaudaraan, menunjukkan keramahtamahan, tidak malu terhadap orang yang dihukum karena iman, dan menjaga kesucian pernikahan (1-4).

Pada masa itu, tumpangan adalah pemberian istimewa bagi pengembara, dan kunjungan dari saudara sangat melegakan bagi seorang tawanan. Selain itu, kekudusan seksual dapat dikatakan sebagai hal yang langka. Namun, penulis Surat Ibrani menekankan tuntutan Allah atas kudusnya pernikahan yang dibentuk-Nya. Allah tidak segan menghukum umat-Nya yang tidak setia kepada pasangannya.

Dalam hidup pribadi, kita tidak boleh cinta uang, melainkan mencukupkan diri dengan apa yang ada. Ketika kita mengalami keadaan hidup yang berat, kita dapat bergantung pada Allah Sang Penolong dan berpegang pada kesaksian iman sesama orang percaya (5-7).

Iman bukan hanya gagasan. Iman adalah dasar kepercayaan yang membangkitkan kemauan untuk memberi pertolongan kepada orang lain dan mengarahkan hati kepada Allah. Iman yang dipraktikkan lewat tindakan menolong sesama dan perkataan yang memuliakan Allah adalah persembahan yang berkenan bagi-Nya.

Sebagai orang Kristen masa kini, kita harus hidup dengan cara yang berbeda dari dunia. Bukankah Yesus telah berkata, "Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia" (lih. Yoh. 17:18). Kita harus mendobrak cara hidup dunia dengan cara hidup Kristen yang lahir dari iman.

Apakah orang lain dapat melihat perbedaan itu dalam hidup kita? [JMH]


Monday 10 July 2023

BERSELISIH TAJAM

 Sumber : renunganharian.net





RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 15:35–41
Setahun : Mazmur 88–91

BERSELISIH TAJAM
Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah …. (Kis. Pr. Rasul 15:39)

Paulus dan Barnabas telah menjadi rekan sepelayanan untuk waktu yang lama. Mereka memberitakan Injil serta merintis gereja di berbagai daerah. Namun suatu kali, mereka berbeda pendapat tentang mengikutsertakan Markus, yang sebelumnya melayani bersama mereka, tetapi meninggalkan pelayanan tersebut. Paulus menolak tegas keikutsertaan Markus, sedangkan Barnabas bersikeras memberinya kesempatan kedua. Mereka berdebat dan berselisih tajam, tanpa titik temu. Akhirnya, mereka putuskan untuk berpisah, lalu berjalan sendiri-sendiri dalam pelayanan.

Perselisihan Paulus dan Barnabas ini bukanlah soal dosa atau moralitas. Tetapi soal prinsip dalam pelayanan. Menariknya, sekalipun mereka bertengkar hebat, mereka tidak lantas jadi bermusuhan, saling merongrong atau menjelekkan. Mereka juga tidak berhenti melayani Tuhan, melainkan masing-masing membentuk tim yang baru. Paulus melayani bersama Silas, sedangkan Barnabas melayani bersama Markus. Malahan, perselisihan itu membuat jangkauan pelayanan mereka semakin luas. Bahkan nantinya, mereka ternyata kembali bekerja sama dalam melayani Tuhan dan saling mendukung.

Munculnya konflik dalam pelayanan sering kali tak bisa dihindari. Namun saat itu terjadi, kiranya kita tetap setia dalam koridor kebenaran firman Tuhan. Bukan saling merongrong, menjelekkan atau ingin menghancurkan pihak lain. Perselisihan mungkin membuat kita berhenti bekerja sama untuk sementara waktu. Namun kita hendaknya tetap berfokus melayani Tuhan, bukan membangun kerajaan sendiri. Tentunya dengan tetap mengevaluasi diri sendiri. Inilah salah satu teladan yang diberikan oleh Paulus dan Barnabas bagi kita.



TIDAK ADA PERSELISIHAN YANG TIDAK DAPAT DISELESAIKAN,ASALKAN KITA DENGAN RENDAH HATI TAAT KEPADA PIMPINAN TUHAN


Sunday 9 July 2023

Bertekun Sampai Akhir

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 12:1-17
Setahun : Mazmur 81–87

Bertekun Sampai Akhir
TB: Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. | Ibrani 12:1 (TB)



Ada yang berkata bahwa hidup ini bagaikan perlombaan. Digambarkan bahwa semua orang berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan hidup. Ketika banyak orang bekerja keras demi tujuan itu, di manakah kita?

Penulis Surat Ibrani juga menggambarkan kehidupan orang beriman sebagai suatu lintasan lomba. Kita perlu berlari di lintasan itu karena sejak dahulu sudah banyak orang percaya yang melewatinya.

Supaya kita dapat berlomba dengan baik seperti mereka, kita perlu menanggalkan beban dosa dan mengarahkan fokus hidup kita kepada Yesus (1-2a).

Mengapa Yesus? Ialah yang memimpin dan menyempurnakan iman kita, memikul salib sekalipun dihina, tekun menanggung perbantahan orang-orang berdosa, serta yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (2b-3).

Sebagai pelari, kita harus sungguh-sungguh melawan dosa (4), menghargai didikan Tuhan sekalipun keras (5-11), menjaga iman kita tetap kuat (12-13), serta hidup dalam damai dan mengejar kekudusan (14). Janganlah kita seperti Esau yang tergoda oleh "nafsu yang rendah" sehingga pada akhirnya tidak mendapatkan berkat yang telah disediakan (16-17).

Perjalanan kerohanian kita adalah lintasan lomba yang tak jarang terasa melelahkan. Keinginan duniawi dan ejekan dari dunia dapat membuat kita berhenti berlari. Namun, ketika kita berpikir demikian, dengarkanlah kesaksian di sekeliling kita dari para tokoh Alkitab, tokoh sejarah gereja, dan yang terutama, Yesus.

Selama perlombaan panjang ini, kita perlu bertekun seperti Yesus. Ia menjalani misi-Nya sesuai dengan kehendak Bapa. Dengan cara yang berat, Ia tiba di garis akhir dan menerima kemuliaan yang telah ditetapkan bagi-Nya. Yesus telah menang, dan kini Ia menyediakan kemenangan itu bagi setiap orang percaya.

Ada kemenangan di garis akhir bagi mereka yang bertekun. Oleh karena itu, teruslah hidup benar sekalipun mendapat cemooh; teruslah hidup kudus sekalipun disebut "aneh" oleh dunia. Senikmat-nikmatnya nafsu dunia, itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Allah sediakan. Bertekunlah sampai akhir! [JMH]


Saturday 8 July 2023

TIDAK MINDER LAGI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YAKOBUS 2:1–13
Setahun : Mazmur 78–80

TIDAK MINDER LAGI
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. (Yakobus 2:1)

Seorang pria paruh baya yang datang dari kampung merasa minder saat hendak mendampingi anaknya yang akan diwisuda di salah satu hotel di kota besar. Ia membayangkan akan bertemu orang-orang hebat, bahkan kabarnya akan ada wali kota yang akan hadir juga. Namun, saat di lokasi rasa rendah dirinya mendadak sirna, justru karena perlakuan baik dari pejabat daerah yang menerimanya dengan ramah. “Sejak itu kepercayaan diri saya muncul saat bertemu dengan siapa saja, semua dimulai dari perlakuan pejabat daerah yang sangat baik dan berkesan,” ujarnya saat bercerita kepada saya.

Orang yang mengaku percaya kepada Kristus seharusnya menjadi pribadi yang mengerti cara memperlakukan sesama. Setidaknya, harus berbeda dengan “cara dunia”, yang kerap memandang muka dalam memperlakukan orang lain. Kondisi yang juga nampak pada zaman para rasul, sehingga Yakobus perlu mengingatkan agar umat Allah jangan memperlakukan orang lain berdasarkan status sosial atau ekonomi mereka (ay. 2–3). Rasa hormat maupun perlakuan yang baik, seharusnya diterapkan pada semua orang, tak hanya bagi mereka yang kaya, terpandang, atau berpengaruh!

Membiasakan diri untuk memperlakukan sesama dengan sebaik mungkin, dapat membawa kita pada pengalaman yang mengejutkan. Mungkin pengalaman pria paruh baya pada ilustrasi hari ini dapat pula kita alami. Kalau sampai hal itu terjadi, karena kita menerapkan firman Allah, bukankah hal itu akan sangat membahagiakan karena kita dipakai untuk mengubah hidup orang lain dengan cara yang sederhana?



PERLAKUAN KEPADA SESAMA MENUNJUKKAN SEJAUH MANA KASIH ALLAH BEKERJA DALAM DIRI KITA


Friday 7 July 2023

Iman yang Unik, Bukan Antik

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 11:23-31
Setahun : Mazmur 72–77

Iman yang Unik, Bukan Antik
TB: Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. | Ibrani 11:23 (TB)



Apa yang Anda lihat di museum, benda-benda antik atau unik? Kata "antik" merujuk kepada benda kuno yang berharga, sementara kata "unik" mengacu kepada barang yang memiliki nilai lebih yang membedakannya dari benda lain.

Penulis Surat Ibrani membahas tentang keunikan iman, bukan keantikan iman. Ia menguraikannya dengan melihat sejarah bangsa Israel dalam perjalanan iman mereka mengikuti panggilan Allah.

Ia mencermati peristiwa pemeliharaan Allah atas Musa yang diselamatkan dari pembunuhan terhadap anak-anak lelaki Israel karena iman ibunya (23). Ingat, tulah terakhir atas bangsa Mesir adalah kematian anak-anak sulung mereka (lih. Kel.12). Kemudian, karena iman, Musa meninggalkan Mesir dan mengikuti perintah Tuhan, sehingga bangsa Israel dapat melewati Laut Merah dengan selamat (24-29).

Iman itulah yang dijadikan teladan oleh bangsa Israel ketika Allah memimpin mereka dalam merobohkan tembok Yerikho dan mempertobatkan Rahab dalam prosesnya (30-31).

Bagaimana iman itu menjadi iman yang unik? Pertama, karena imannya, orang dapat melihat nilai kekekalan, dan nilai itu menjadi prinsip hidupnya. Kedua, iman menjadikan Kristus sebagai harta yang melampaui segalanya. Ketiga, iman membuahkan tindakan yang seturut dengan firman Allah. Iman seseorang dikatakan unik karena menghasilkan ketaatan kepada Allah yang benar dan perilaku yang memuliakan Allah, serta membawa orang kepada keselamatan dan pertobatan.

Iman inilah yang kita perlukan, iman yang unik yang memampukan kita taat dan setia kepada Tuhan di tengah dunia masa kini, bukan iman yang antik karena berasal dari sejarah masa kuno. Sungguh keliru bila kita meletakkan manusia sebagai pusat iman karena iman sejati hanya ada di dalam Allah yang kita kenal di dalam Kristus.

Karya Allah mengubahkan hidup orang, yang percaya maupun yang tidak percaya, sehingga rencana keselamatan-Nya nyata. Siapkah Anda mengalami karya Allah yang mampu membawa Anda makin dekat kepada-Nya? [IBS]


Thursday 6 July 2023

HANYA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : BILANGAN 13
Setahun : Mazmur 67–71

HANYA
“Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.” (Bilangan 13:28)

“Hanya” ialah kata yang kerap digunakan untuk mengekspresikan rasa menyayangkan. Contoh kita berkata, “Buah apel di kulkas hanya satu,” artinya kita menyayangkan sebutir saja sisa buah apel di kulkas. Atau kita berkata, “Peserta di seminar hanya sepuluh,” kita menyayangkan sedikit saja jumlah peserta yang hadir di seminar itu.

Sesudah 40 hari, pulanglah ke-12 orang yang diutus Musa mengintai tanah Kanaan. Sembari memperlihatkan hasil negeri itu, mereka berkata, “Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya” (ay. 27). Selanjutnya muncul kata “hanya”. “Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan” (ay. 28–29). Kenyataan bagian akhir inilah yang disayangkan oleh kesepuluh pengintai. Karena itu mereka tidak mau maju menyerang negeri itu. Yosua dan Kaleb, dua pengintai sisanya mempunyai pendapat berbeda. Keduanya mengingatkan mereka punya Tuhan yang mampu mengubah “kenyataan disayangkan” menjadi “kenyataan menyenangkan”. Walaupun penduduk di sana kuat-kuat, Tuhan dapat memberikan negeri itu kepada mereka (Bil. 14:6–8).

Saat ini kita mungkin menghadapi kenyataan “disayangkan”. “Hanya, aku tidak punya uang.” “Hanya, aku tidak berpendidikan.” “Hanya, aku mengidap penyakit.” Atau hanya lainnya. Tak perlu berkecil hati sebab kita punya Tuhan. Walaupun ada keterbatasan di dalam diri kita, bersama Tuhan, kita dapat lakukan perkara-perkara besar.



PEKERJAAN TUHAN DI DALAM DIRI KITA TIDAK DAPAT DIBATASIOLEH KENYATAAN DISAYANGKAN YANG KITA HADAPI SAAT INI


Wednesday 5 July 2023

Mengamini Iman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 11:1-7
Setahun : Mazmur 60–66

Mengamini Iman
TB: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. | Ibrani 11:1 (TB)



Bagaimana perasaan Anda ketika menerima suatu hadiah atau penghargaan? Hadiah diberikan kepada orang yang berhasil mencapai sesuatu -walau kadang yang bersangkutan tidak bermaksud mengejar hadiah tersebut. Di dalam bacaan kita hari ini kita membaca tentang penghargaan kepada para pahlawan iman.

Iman memainkan peran yang esensial dalam kehidupan orang percaya karena melalui iman kita memiliki dasar kepercayaan (1), yang dapat dibagikan sebagai teladan bagi generasi sesudah kita (2). Atas dasar iman kita dapat mengenali Allah sebagai Pencipta alam semesta dan sumber dari segala sesuatu (3).

Hal itulah yang diuraikan oleh penulis Ibrani melalui kesaksian hidup para tokoh iman, yaitu Habel, Henokh, dan Nuh. Ia menunjukkan bagaimana iman hadir secara nyata dalam pergumulan mereka. Habel memberi persembahan yang harum bagi Allah. Kesaksiannya tetap nyata bahkan sesudah kematiannya (4). Henokh diangkat dan diterima di hadirat Allah. Pengangkatannya menjadi bukti bahwa ia percaya kepada Allah dan hidup berkenan kepada-Nya (5-6). Nuh membangun sebuah bahtera (bukan sekadar kapal!) menjelang kedatangan air bah yang tidak dilihat oleh banyak orang. Ia meyakini bahwa Allah yang berfirman kepadanya tidak akan lalai dengan janji-Nya (7). Jelas, orang benar akan hidup oleh iman dan menjadi teladan dalam iman yang setia.

Penulis Surat Ibrani mengajarkan, iman bukanlah perasaan sensasional ataupun usaha keagamaan, melainkan pengalaman hidup yang nyata bersama Allah. Iman bukan imajinasi manusia atau upaya menjelaskan hal-hal yang kita tidak mampu menjelaskannya, melainkan pemahaman akan Allah yang hidup serta rencana-Nya bagi umat-Nya.

Sebagai generasi masa kini, maukah kita mengikuti teladan para tokoh iman? Maukah kita memperdalam pengenalan kita akan Allah dan mengokohkan iman kita dalam nama Kristus?

Ketika kita mengalami pergumulan, percayakanlah hidup kita kepada-Nya. Janji-Nya pasti; dengan iman kita akan bertahan sampai akhir dan menerima penghargaan kekal di dalam Allah. [IBS]


Tuesday 4 July 2023

BUAH PERTOBATAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 2:37–47
Setahun : Mazmur 52–59

BUAH PERTOBATAN
Orang-orang yang menerima perkataannya itu dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. (Kis. Pr. Rasul 2:41)

Terciduk Ombudsman karena sebuah pelanggaran, sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri melakukan perubahan. Salah satunya, pengadaan seragam yang semula dikelola pihak sekolah, kini dikelola paguyuban orang tua. Hasilnya, kejujuran, keterbukaan dan keterlibatan orang tua membawa kemajuan bagi sekolah. Mutu yang meningkat, meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Sebagai murid Yesus, Petrus tidak sempurna. Petrus pernah menguji Yesus dengan meminta dimampukan berjalan di atas air. Petrus berani membantah saat Yesus memberitahukan penderitaan yang akan ditanggung-Nya, sehingga malah menjadi batu sandungan. Petrus tidur saat Yesus memintanya berjaga-jaga, pada waktu Ia berdoa di taman Getsemani. Petrus bahkan pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, menjelang penyaliban-Nya.

Meski demikian, setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga, Petrus justru makin setia melayani Tuhan. Ia pun mendapat kemampuan untuk berbicara dengan sangat baik. Petrus mengajarkan Injil dengan jelas, penuh kuasa dan sepenuh hati. Dengan pertolongan Roh Kudus, khotbah Petrus mampu membuahkan hasil tiga ribu jiwa. Ya, tiga ribu orang minta dibaptis pada hari itu. Sungguh, pencapaian yang luar biasa!

Seperti Petrus, jatuh bangun dalam mengikut Tuhan mungkin kita alami. Namun kegagalan dan kesalahan di masa lalu bukan alasan untuk menyerah. Kita masih dapat mengupayakan buah bagi kemuliaan Tuhan dengan menjadikan masa lalu sebagai pembelajaran. Asal kita mau bertobat dan menerima didikan dengan kerendahan hati, tentunya.



KESALAHAN ADALAH PEMBELAJARAN UNTUK DIPERBAIKI,BUKAN UNTUK DIULANGI


Monday 3 July 2023

Garansi Seumur Hidup

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 10:1-18
Setahun : Mazmur 46–51

Garansi Seumur Hidup
TB: Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. | Ibrani 10:1 (TB)



Setiap barang dibuat untuk bertahan dalam jangka waktu tertentu. Kita jarang menjumpai barang yang dijual dengan garansi seumur hidup karena siapa dapat menjamin nilai dan kualitas suatu barang untuk waktu yang tak terhingga?

Bicara tentang pengurbanan Yesus, penulis Surat Ibrani menegaskan adanya jaminan kesempurnaan. Ia memasang label garansi "selama-lamanya" bagi keselamatan umat Tuhan.

Di dalam kurban pendamaian yang diberikan setiap tahun menurut hukum Taurat, dijumpai adanya ketidaksempurnaan dan ketidakmampuan kurban untuk menghapus dosa secara tuntas (1-4). Namun, melalui persembahan kurban Yesus Kristus, setiap orang percaya mendapatkan pengudusan, penyempurnaan, pengenalan akan hukum Allah, penghapusan dosa, dan pengampunan yang tuntas (10-17). Tidak ada kurban lain yang dapat menghapus dosa manusia kecuali karya Kristus yang dijamin dengan kesaksian Roh Kudus (15).

Lalu, mengapa Allah memberi Hukum Taurat? Mengapa Allah memerintahkan persembahan kurban kalau Ia kelak akan mengutus Yesus?

Penulis Ibrani menjawab bahwa hukum Taurat diberikan sebagai penunjuk akan kesempurnaan hukum Allah (1-2). Pengenalan terhadap hukum Taurat membuat manusia menyadari kekudusan Allah dan kondisi mereka yang berdosa. Dan bahwa persembahan yang diberikan oleh manusia tidak akan mampu menghapus dosa secara tuntas. Mereka jadi menyadari terbatasnya kemampuan mereka dalam melepaskan diri dari dosa. Kesadaran ini mendorong manusia untuk mengharapkan Juru Selamat yang mampu menghapus dosa sepenuhnya.

Persoalan keterpisahan antara Allah dan manusia tidak dapat ditutupi dengan kesalehan. Dibutuhkan karya Allah untuk menuntaskan hukuman dosa; inilah yang dikerjakan Yesus Kristus sebagai Penebus kita. Melalui Dia, ada keselamatan yang berlaku bagi segala bangsa di sepanjang zaman.

Adakah kita menerima karya penebusan Kristus dalam hidup kita? Sudahkah kita mengalami kuasa pengudusan dan penyempurnaan dari-Nya? [IBS]


Sunday 2 July 2023

MEMENANGKAN PIALA KEHIDUPAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 8:37–39
Setahun : Mazmur 40–45

MEMENANGKAN PIALA KEHIDUPAN
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, melalui Dia yang telah mengasihi kita. (Roma 8:37)

Pernahkah Anda mengunjungi perajin sekaligus penjual piala? Biasanya di sana akan dipajang juga contoh-contoh piala yang pernah dibuat oleh sang perajin itu, dengan berbagai ukuran, tulisan, dan model sesuai dengan pesanan. Namun, sekalipun ia dapat membuat piala sebanyak yang dikehendaki, arti dari piala tersebut akan berbeda ketika diletakkan di ruang tamu seorang yang baru saja memenangi kejuaraan. Pialanya boleh sama, tetapi makna dari setiap perjuangan untuk memenangkannya akan sangat berbeda.

Ketika firman-Nya menjanjikan bahwa “kita lebih daripada orang-orang yang menang”, di dalamnya ada kerinduan Allah agar umat- Nya menjadi pribadi yang berkemenangan dalam menjalani kehidupannya. Ini bukan berarti kita tidak bisa gagal atau tidak bisa kalah. Namun, semangat seorang pemenang seperti layaknya seorang atlet perlu kita kobarkan dalam diri kita. Semangat untuk bangkit dan kembali berjuang, seperti kata penulis Amsal, “Tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali” (Ams. 24:16).

Mungkin kita tak berkesempatan untuk menjadi pemenang di arena olahraga, tetapi kita masih dapat memenangkan “piala kehidupan” lewat kisah-kisah kemenangan yang kita raih selama menjalani hidup. Kita bisa menang atas dosa, tabiat atau kebiasaan buruk yang selama ini masih melekat dalam hidup kita. Bagian kita mengobarkan semangat untuk menang dan kita percaya bahwa Tuhan akan memampukan kita untuk melakukannya. Setelah menang, mari kita memuliakan Tuhan dan bersaksi atas kebaikan-Nya!



BAGI SEORANG PEMENANG, TAK ADA KATA MENYERAH SEBELUM SEGALAKEMUNGKINAN DICOBA, DENGAN BERHARAP AKAN PERTOLONGAN TUHAN!


Saturday 1 July 2023

Bersih, tetapi Belum Suci

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ibrani 9:1-10
Setahun : Mazmur 36–39

Bersih, tetapi Belum Suci
TB: Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. | Ibrani 9:1 (TB)



Kita tahu perbedaan antara membilas dan mencuci. Kedua kegiatan itu melibatkan air, tetapi mencuci melibatkan unsur lain, yaitu sabun. Piring yang hanya dibilas mungkin terlihat bersih, tetapi belum layak untuk dipakai. Analogi itu menggambarkan fungsi Bait Allah. Penulis Ibrani menunjukkan bagaimana Bait Allah berguna, tetapi tidak dapat menyucikan diri kita sebagai manusia berdosa.

Dalam pasal sebelumnya, penulis Ibrani menekankan bahwa Allah sudah bermaksud untuk menghadirkan "perjanjian baru" sebagai ganti "perjanjian yang pertama" (Ibr. 8:7-13). Kini ia menegaskan bagaimana "perjanjian yang pertama" memberi peraturan yang baik dan memungkinkan umat untuk beribadah kepada Allah. Namun, dengan merujuk kepada perabot dan pelayan Bait Allah, ia menunjukkan keterbatasannya.

Pertama, lokasi Bait Allah berada di dunia (1-5). Ada keterbatasan ruang, jangkauan, dan budaya yang terkait dengan ibadah di bait itu. Kedua, para imam harus membasuh diri setiap kali mereka akan mempersembahkan kurban (6-8). Persyaratan ini juga berlaku bagi Imam Besar yang memasuki tempat mahakudus setahun sekali saja. Ketiga, persembahan bermanfaat untuk menghapus dosa, tetapi tidak dapat mengubah hati umat (9-10). Jadi, umat baru sebatas dibasuh, belum disucikan.

Menurut firman Tuhan, setiap umat harus beribadah kepada Allah. Untuk memahami hakikat ibadah, kita perlu mengenal dasar iman menurut kebenaran Allah.

Iman tidak diletakkan pada aturan karena aturan hanya berguna untuk ibadah kita di dunia dan hidup yang sekarang. Iman juga tidak diletakkan pada figur hamba Tuhan dan objek persembahan karena manusia dan benda mati tidak dapat menyelesaikan masalah terbesar, yaitu dosa. Iman yang menyelamatkan hanya ada pada Yesus Kristus. Ialah Anak Allah, Sang Juru Selamat, yang tidak terbatas ruang dan waktu, yang mengenali kita semua. Di dalam-Nya, setiap umat dari berbagai bangsa dan zaman dapat disucikan dan dilayakkan untuk beribadah kepada Allah Bapa. Sudahkah kita beribadah di dalam iman kepada Yesus Kristus? [IBS]

Ibrani 9:1-10

Dalam perjanjian yang pertama, terdapat berbagai peraturan tentang ibadah di Kemah Suci yang dibangun oleh manusia. Di bagian luar ada tempat kudus di mana para imam melakukan ibadah. Sementara itu, di bagian dalam ada tempat mahakudus di mana imam besar mempersembahkan kurban pendamaian. Setahun sekali ritual pendamaian diadakan antara umat Israel dan Allah. Ibadah di Kemah Suci memang penting, tetapi ibadah itu merupakan kiasan bagi perjanjian yang baru, yang membawa pendamaian kekal bagi segala bangsa.