Thursday 13 July 2023

"Bakat Alamiah, Apa Iya?"

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ester 2:1-18
Setahun : Mazmur 106–107

"Bakat Alamiah, Apa Iya?"
TB: Sesudah peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut, terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang diputuskan atasnya. | Ester 2:1 (TB)



Dalam bacaan kali ini, narator memperkenalkan dua karakter utama lagi di dalam narasinya. Mereka adalah Mordekhai dan Ester.

Ester adalah seorang perempuan muda yang disukai banyak orang. Setiap orang yang menjumpainya menaruh kasih kepadanya, mulai dari Hegai, kepala rumah tangga istana, sampai sang raja yang mencari ratu pengganti (8-17a). Maka, raja memilih Ester menjadi ratu di kerajaan Persia dan mengadakan perjamuan atas penobatan itu (17-18).

Petunjuk lain yang diberikan narator perihal Ester adalah dia adalah seorang yang tunduk kepada otoritas. Ester mengikuti nasihat Mordekhai dan saran Hegai. Dalam hal itulah, Ester berbeda dari Wasti.

Lewat narasi ini, kita dapat menemukan penggemaan dari tokoh Yusuf. Ia mendapatkan kasih dan perhatian dari Potifar dan kepala penjara (bdk. Kej. 39-40). Yang membedakan narasi tentang kedua tokoh ini adalah frasa "Tuhan menyertai Yusuf". Narator Kitab Kejadian menuliskannya berulang kali (Kej. 39:2, 3, 5, 21, 23), tetapi frasa itu nihil di dalam Kitab Ester. Memang tidak ada kata "Allah" atau "Tuhan" dalam kitab ini. Sekalipun demikian, seorang penafsir menyebutkan, "Jemari Allah ada di dalamnya".

Ester berhasil bukan karena bakat alamiah atau ketundukan pada otoritas semata-mata, melainkan karena Allah yang bekerja melalui berbagai peristiwa di dalam hidup Ester. Penyertaan Allah berdampak atas Mordekhai, Hegai, Raja Ahasyweros, dan Ester.

Bagi kita, keberhasilan seseorang tidak pernah terlepas dari penyertaan Tuhan. Kita bersyukur karena diciptakan secara unik dan diperlengkapi dengan berbagai bakat/karunia. Akan tetapi, semua itu tidak secara otomatis menjamin keberhasilan kita. Seberapa besar keterlibatan Tuhan dalam hidup kita dan kebergantungan kita kepada-Nya menjadi penentu yang terbesar.

Oleh karena itu, kita tidak boleh terlalu membanggakan prestasi yang kita raih maupun relasi yang kita bangun. Sebaliknya, kita perlu makin tunduk kepada Allah dan memberi keleluasaan bagi Allah untuk bekerja dengan cara-Nya dalam hidup kita. [JMH]


No comments:

Post a Comment