Tuesday 30 April 2024

PURA-PURA SEHAT

Sumber : renunganharian.net

 


RENUNGAN HARIAN

Bacaan : MARKUS 2:13-17

Setahun : 1 Tawarikh 1-2


PURA-PURA SEHAT

Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Markus 2:17)


Melihat Yesus duduk makan di rumah Lewi bersama para pemungut cukai, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi mencemooh Dia. Dalam pemahaman mereka, orang suci tak pantas menodai kesucian mereka dengan bergaul bersama para pemungut cukai. Karena itu, jika Yesus sungguh Mesias yang datang dari Allah, bagaimana mungkin Dia menajiskan diri dengan bergaul bersama orang berdosa?


Pemungut cukai yang bekerja untuk pemerintahan Romawi mungkin dianggap kafir dan najis di mata ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Terlebih mereka bekerja dengan tamak. Mereka adalah orang berdosa yang harus dijauhi karena mengingkari hukum Taurat dan melanggar aturan Farisi. Namun, Yesus memandang mereka sebagai orang-orang yang harus dirangkul, disembuhkan, sehingga boleh masuk ke dalam Kerajaan Allah.


Sekalipun “pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan baik”, tetapi “sebatang lilin yang menyala cukup untuk mengusir kegelapan”! Inilah yang dilakukan Yesus dengan kedatangan-Nya ke dunia. Yesus masuk ke dunia yang penuh dosa, tetapi Dia tidak tercemar oleh dosa. Sebaliknya, ia memberi terang bagi dunia. Demikian pula kita sebagai murid-murid-Nya. Anugerah Tuhan semestinya mendorong kita melakukan tindakan serupa: menjadi lilin yang menyala untuk mengusir kegelapan. Tentu saja kesaksian ini hanya dapat terjadi jika kita sungguh menanggapi kasih karunia Tuhan. Membuka diri, mengaku dosa, dan menerima anugerah-Nya. Bukan seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang berpura-pura sehat sehingga tak pernah mengalami “kesembuhan”.


ORANG PERCAYA DIBERI ANUGERAH KESELAMATAN BUKAN UNTUKMENYOMBONGKANNYA, MELAINKAN MENYAKSIKANNYA


Monday 29 April 2024

Perintah Baru tetapi Lama

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 9:1-17
Setahun : 2 Raja-raja 23-25

Perintah Baru tetapi Lama
TB: Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. | Kejadian 9:1 (TB)



Nas ini menggemakan kisah penciptaan. Ada kesinambungan antara masa sebelum air bah dan masa sesudah air bah.

Manusia tetap menyandang gambar Allah (6b; Kej. 1:26-27). Itulah sebabnya Allah memastikan bahwa manusia -yang cenderung melakukan kejahatan dan kekerasan karena adanya dosa -tidak boleh membunuh sesamanya (5b-6a). Semua manusia berada di bawah perlindungan Tuhan.

Manusia tidak boleh menumpahkan darah manusia lainnya seperti yang dilakukan Kain atau Lamekh. Sebaliknya, manusia harus menjadi penjaga sesamanya (bdk. Kej. 4:9).

Manusia juga diperintahkan untuk beranakcucu dan bertambah banyak agar mereka dapat memenuhi bumi (1, 7). Ditegaskan bahwa manusia diberi kuasa atas makhluk ciptaan lain (2), serta diberi tumbuhan dan hewan (kecuali darah) sebagai makanannya (3-4). Ini adalah kesempatan kedua bagi manusia untuk menjadi wakil Allah di bumi.

Namun, kesempatan kedua ini harus dimaknai sebagai kemurahan Allah bagi manusia. Allah telah mengikat diri-Nya dalam perjanjian dengan manusia dan semua makhluk ciptaan lainnya bahwa Ia tidak akan mendatangkan air bah yang membinasakan dan memusnahkan bumi (8-11). Janji itu ditandai dengan "busur-Ku" yang "Kutaruh di awan" (13). Artinya, seburuk apa pun manusia berkuasa atas bumi, Allah tidak akan memusnahkannya, melainkan tetap memeliharanya.

Dari nas ini tampak bahwa Allah memanggil kita untuk menjalankan perintah lama dengan perspektif baru.

Sebagai gambar Allah, kita tidak hanya harus menjaga sesama manusia, melainkan juga makhluk ciptaan lainnya. Manusia dan hewan hidup dalam satu komunitas ciptaan, bahkan sama-sama menantikan kemerdekaan dari kesia-siaan dan perbudakan kebinasaan yang kelak dialami di dalam Kristus (Rm. 8:19-22).

Karena itu, mari kita menjaga alam sehingga yang ada bukan lagi kematian dan pemusnahan, melainkan kehidupan dan keberlangsungan. Di situlah kemuliaan Allah tercermin dengan segala keindahan-Nya. [JMH]


Sunday 28 April 2024

JABATAN DAN PELAYANAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 TAWARIKH 35:1-19
Setahun : 2 Raja-raja 20-22

JABATAN DAN PELAYANAN
"... Sekarang layanilah TUHAN, Allahmu, dan Israel, umat-Nya!" (2 Tawarikh 35:3)

Jabatan seorang pemimpin sering kali dipandang sebagai jabatan penguasa, yang memiliki kekuasaan yang sangat besar. Oleh karenanya, maka tugas seorang pemimpin dianggap hanya sebagai pemberi perintah saja. Orang lain hanya dilihat sebagai pekerja, yakni bawahannya yang bekerja untuknya. Tetapi dengan demikian, apakah kehidupan manusia dapat terbangun dengan baik?

Dalam kehidupan bangsa Israel, Tuhan menunjuk orang Lewi untuk menjadi imam atas bangsa Israel. Oleh karena itulah, maka mereka menjadi kaum yang sangat dipandang dan dihormati. Sekalipun demikian, Yosia memerintahkan mereka untuk melayani Tuhan dan umat-Nya. Tugas untuk melayani, tentu berbanding terbalik dengan jabatan yang mereka pegang, karena mereka harus menjadi pelayan atas orang lain. Artinya, jabatan yang tinggi tidaklah membuat mereka berhak untuk menyombongkan diri, tetapi haruslah mereka menempatkan diri di tempat yang rendah. Karena mereka mempunyai tugas untuk membangun hidup umat, yang mana tugas itu hanya bisa dilakukan dengan merendahkan diri. Dengan merendahkan diri untuk melayani, maka pengajaran yang mereka berikan akan dapat menjadi dorongan untuk umat sehingga kehidupan mereka dapat semakin terbangun.

Sebuah jabatan tidak dapat diartikan sebagai kekuasaan. Namun, kita justru diajak untuk semakin merendahkan diri. Karena hanya dengan merendahkan diri sajalah, maka kita dapat melayani dan membangun hidup orang lain, serta bertanggung jawab atas kepercayaan yang kita terima.



JABATAN MEMBUTAKAN MATA, TETAPI KERENDAHHATIAN MEMBUKAKAN MATA


Saturday 27 April 2024

Hukuman atau Keselamatan?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 7
Setahun : 2 Raja-raja 18-19

Hukuman atau Keselamatan?
TB: Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. | Kejadian 7:1 (TB)



Allah selalu serius dengan perkataan-Nya. Ia pasti menggenapinya, baik berupa hukuman maupun keselamatan.

Allah menyampaikan bahwa Ia akan mendatangkan air bah untuk memusnahkan segala makhluk yang hidup (Kej. 6:17). Hal itu telah digenapi. Air bah menutupi bumi selama 150 hari (24), sehingga semua yang hidup di darat, di muka bumi, semuanya mati (21-23a).

Allah telah menyampaikan bahwa Ia akan menyelamatkan Nuh, keluarganya, dan sepasang dari segala makhluk yang hidup supaya terpelihara hidupnya (Kej. 6:18-21). Allah juga menggenapkan hal ini. Ia mempersiapkan Nuh, keluarganya, dan segala binatang untuk masuk ke dalam bahtera (1-9, 11-16). Akhirnya, Nuh dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu tetap hidup (23b).

Peristiwanya hanya satu, air bah, tetapi implikasinya lebih dari satu. Datangnya air bah tidak diberitahukan kepada penerima hukuman, tetapi hanya diinformasikan kepada penerima keselamatan.

Pada satu sisi, air bah menegaskan betapa mengerikannya hukuman atas dosa. Allah tidak pernah main-main terhadap dosa. Upah dosa adalah kebinasaan. Oleh karena itu, tinggalkan dan jauhilah dosa sekarang juga! Kesabaran Allah adalah kesempatan bagi kita untuk kembali pulang dari kesesatan, kebebalan, dan kejahatan kita.

Pada sisi lain, air bah juga menegaskan betapa indahnya keselamatan dari Allah. Kuasa penyelamatan-Nya bukan saja kelepasan dari hukuman atas dosa. Lebih daripada itu, keselamatan berarti kehidupan bersama dengan Allah dalam kemuliaan yang baru.

Keselamatan itu telah tersedia di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dalam kematian-Nya, Ia menanggung hukuman atas dosa sehingga orang percaya tidak lagi dihukum. Dalam kebangkitan-Nya, Ia memastikan adanya kebangkitan tubuh yang tidak binasa. Dalam kenaikan-Nya Ia mempersiapkan tempat tinggal di langit yang baru dan bumi yang baru.

Di situlah kesempurnaan kehidupan bersama Allah untuk dinikmati orang-orang percaya. Indah bukan? Maukah Anda berada di dalamnya? [JMH]

Kejadian 8

Pada pasal ini penulis Kitab Kejadian menggunakan bahasa antromorfis (penggambaran atau penyerupaan Tuhan dengan wujud dan sifat-sifat manusia, KBBI) di mana Allah seolah-olah pernah melupakan, lalu mengingat kembali akan Nuh dan seisi bahtera itu yang masih terombang-ambing di samudra air bah.

Seratus lima puluh hari lamanya air bah itu menyelimuti bumi. Ini adalah waktu yang sangat panjang, mengingat Nuh dan keluarganya harus menghidupi diri mereka dan semua hewan yang mereka bawa. Bagaimana mungkin dalam waktu yang panjang itu mereka dapat tetap hidup dan terpelihara dengan baik? Jawabannya, tentu karena Allah yang memelihara mereka semua.


Friday 26 April 2024

RAJIN BERBUAT BAIK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : TITUS 2:11-15
Setahun : 2 Raja-raja 15-17

RAJIN BERBUAT BAIK
Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat milik-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. (Titus 2:14)

Ada filosofi yang diyakini banyak orang mengenai perbuatan baik, yang dianggap dapat menjadi bekal untuk menjalani “kehidupan yang kedua” setelah meninggalkan dunia yang fana ini. Namun, bagi orang percaya tujuan dari perbuatan baik yang kita tunjukkan dalam kehidupan nyata tidaklah sama dengan filosofi tadi. Sebagai orang percaya, kita didorong untuk berbuat baik bukan supaya diselamatkan, melainkan sebagai ungkapan syukur atas karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus yang telah kita terima.

Nas renungan hari ini menegaskan akan hal itu, yakni bahwa keselamatan yang Kristus lakukan dengan menyerahkan diri-Nya, tak hanya ditujukan agar kita terbebas dari segala kejahatan dan dikuduskan oleh-Nya, tetapi agar kita dapat menjadi rajin dalam berbuat baik. Dalam frasa “rajin berbuat baik” terkandung suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten, berulang-ulang, hingga perbuatan itu dapat dikenali oleh orang lain dan mereka mengakui … bahwa orang Kristiani itu baik, lalu memuliakan Allah. Bukankah hal ini akan membuat kita bersukacita?

Oleh karena itu, sambil mengingat bagian lain firman Tuhan yang menyebutkan panggilan kita sebagai garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16), mari kita kembali mengobarkan semangat untuk berbuat baik melalui sikap dan perilaku kita, juga lewat uluran tangan kita yang lahir dari hati yang mengasihi orang lain. Ingatlah bahwa orang yang hatinya dipenuhi kasih Allah, niscaya ia tidak akan tahan berdiam terlalu lama tanpa berbuat baik, karena kasih kepada sesama.



ORANG YANG HATINYA DIPENUHI KASIH ALLAHTAKKAN BISA MENAHAN DIRI UNTUK TIDAK BERBUAT BAIK


Thursday 25 April 2024

Jangan Melewati Batas

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 6:1-8
Setahun : 2 Raja-raja 12-14

Jangan Melewati Batas
TB: Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, | Kejadian 6:1 (TB)



Bacaan hari ini dengan gamblang memperlihatkan betapa dosa di seluruh dunia sungguh melewati batas.

Narasi di dalam Kejadian 3:1-6:8 menunjukkan betapa mengerikannya dosa dan dampaknya. Alkitab merangkumnya: " ... betapa besarnya kejahatan manusia di bumi, dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata" (5).

Kalimat itu diucapkan setelah pelanggaran oleh "anak-anak Allah" (2). Ada beberapa penafsiran tentang siapa yang dimaksud (keturunan Set yang hidup benar, malaikat, atau lainnya), tetapi yang jelas adalah mereka "melihat ... ambil sebagai istri, siapa saja yang mereka sukai" (2), sama seperti Hawa yang "melihat ... memetik buahnya dan memakannya" (Kej. 3:6). Dengan mengambil istri menurut keinginan mata dan hati, mereka melewati batas yang Allah tetapkan. Akibatnya, mereka menghasilkan keturunan yang "gagah perkasa" dan "ternama", tetapi hidup dalam kejahatan (4-5).

Begitulah dosa. Sejak kejatuhan manusia, dosa menarik siapa saja untuk menyeberangi batas yang sudah diketahui tidak boleh diseberangi. Allah telah menetapkan batas bagi manusia untuk menikmati keindahan relasi dengan-Nya, tetapi dosa menggoda manusia untuk menganggap ringan peringatan Tuhan dan melewati batas tersebut. Dosa telah menarik manusia untuk menyimpang dari jalan yang benar.

Dalam kebenaran inilah, kecenderungan hati manusia yang sering kali membuahkan kejahatan dapat dipahami. Ketika manusia melanggar ketetapan Allah, ia akan terpenjara oleh keinginan itu. Ia tidak mampu melakukan apa yang benar. Sekalipun ia menginginkan yang baik, ia melakukan yang sebaliknya (bdk. Rm. 7:15-23). Dosa memenjarakan manusia untuk terus-menerus melahirkan keinginan dan perbuatan dosa.

Jika kita masih terikat dan terpengaruh sedemikian rupa oleh dosa saat ini, datanglah kepada Yesus Kristus, yang telah bangkit bagi kita. Hanya Dia yang dapat memerdekakan kita sepenuhnya dari jerat dosa dan kuasa maut. [JMH]


Wednesday 24 April 2024

AMIN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : WAHYU 3:14-22
Setahun : 2 Raja-raja 9-11

AMIN
"... Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, sumber dari ciptaan Allah." (Wahyu 3:14)

“Dalam nama Yesus. Amin.” Demikianlah lazimnya kita mengakhiri doa. Saking lazimnya, bisa jadi kita tidak meresapi lagi betapa dalamnya makna kata “amin” tersebut.

Amin atau amen, kata bahasa Ibrani yang disalin ke dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru, adalah salah satu gelar Tuhan Yesus. Kata amin berarti teguh, metafora dari kesetiaan. Amin dapat digunakan di depan kalimat, dalam Alkitab biasanya diterjemahkan sesungguhnya, suatu penegasan bahwa perkataan yang hendak disampaikan itu sungguh-sungguh benar dan bersumber dari kebenaran. Ketika digunakan di akhir perkataan, amin menegaskan: terimalah, kabulkanlah, demikianlah hendaknya.

Kebiasaan mengucapkan amin ini bermula dari sinagoge dan kemudian digunakan di tengah jemaat Kristiani. Ketika pemimpin ibadah, setelah membaca firman atau berkhotbah, berdoa kepada Allah, umat meresponsnya dengan mengucapkan "amin" sebagai peneguhan atas doa tersebut. Kata amin berhubungan langsung, bahkan nyaris identik, dengan amam, kata bahasa Ibrani untuk percaya atau setia. Amin, dengan demikian, mengungkapkan kesungguhan, suatu kepercayaan dan keyakinan yang mutlak.

Yesus adalah “ya” dan “amin” bagi semua janji Allah dalam Perjanjian Baru (2Kor. 1:20). Artinya, Dialah yang menanggung dan menjamin kebenaran janji itu serta memastikan bahwa Allah yang setia pasti menggenapinya. Demikianlah, setiap mengakhiri doa, kita diingatkan akan betapa indah, dalam, dan agung nama Yesus itu. Amin.



TUHAN YESUS KRISTUS ADALAH AMIN BAGI SELURUH HIDUP KITA:SUMBER KEHIDUPAN KITA DAN SEKALIGUS TUJUAN AKHIR HIDUP KITA


Tuesday 23 April 2024

Allah yang Terus Berkarya

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 4:17-26
Setahun : 2 Raja-raja 6-8

Allah yang Terus Berkarya
TB: Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh; kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya. | Kejadian 4:17 (TB)



Manusia menjadi rusak karena dosa. Makin hari dosa makin meluas dan makin buruk.

Ini terlihat dalam kehidupan keturunan Kain yang bernama Lamekh. Dengan bangga ia berkata kepada kedua istrinya bahwa ia membunuh orang yang melukainya (23). Pembunuhan seolah-olah menjadi hal yang wajar karena ia merasa berhak membalas orang-orang yang menyakitinya (24).

Namun, di tengah buruknya dosa, Tuhan tidak tinggal diam. Sekalipun Lamekh hidup dalam dosa, Tuhan masih memberikan keturunan kepadanya dan memberikan keterampilan yang luar biasa kepada keturunannya (20-22). Tuhan juga tidak melupakan Hawa yang berduka karena kematian Habel, sehingga Hawa dapat kembali memiliki keturunan (25-26a).

Alkitab mencatat pada waktu itulah orang mulai memanggil nama Tuhan (26b). Bagian ini menegaskan bahwa benar dosa itu makin buruk, tetapi Tuhan tetap berdaulat. Ia tidak meninggalkan ciptaan-Nya.

Dosa merajalela bukan hanya pada masa lampau. Sampai hari ini buruknya dosa terus berkuasa hingga manusia makin terpuruk dan kehilangan harapan. Namun, Tuhan masih terus berkarya hingga saat ini sehingga selalu ada harapan di tengah kekacauan dan keterpurukan yang terjadi.

Ketika kita melihat keadaan dunia saat ini dan kehidupan yang kita jalani, mungkin tebersit keputusasaan. Hidup kadang terlihat suram dan terasa berat, mungkin karena dosa yang sulit kita tinggalkan atau karena perlakuan buruk yang kita terima dari orang lain. Apa pun itu, kiranya kita tidak kehilangan pengharapan di dalam Tuhan.

Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib dan bangkit dari maut untuk menaklukkan kuasa dosa, juga mampu menolong kita untuk terlepas dari cara pikir dan cara hidup yang penuh dosa. Ia juga bisa memakai situasi yang terlihat buruk sekalipun untuk tetap memberkati kita. Dalam kuasa-Nya kita dapat hidup untuk menghasilkan kebaikan dan memuliakan nama-Nya.

Jangan takut dan khawatir, Ialah Allah yang berdaulat. Jangan kehilangan asa sebab Ia adalah Allah yang terus berkarya dalam hidup kita. [STG]


Monday 22 April 2024

PERSEPSI DAN PRESUPOSISI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 6:22-23
Setahun : 2 Raja-raja 4-5

PERSEPSI DAN PRESUPOSISI
"Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu." (Matius 6:22b-23a)

“Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.” Apa arti kiasan itu? “Mata” adalah persepsi kita atas kenyataan, dan “tubuh” adalah hidup kita. Rupanya Tuhan mau menunjukkan bahwa persepsi kita atas kenyataan adalah hal yang menentukan: menentukan sikap dan tindakan kita, menentukan apakah hidup kita menjadi terang atau menjadi gelap.

Masalahnya, kita tak pernah memersepsikan sesuatu dengan pikiran kosong. Contoh: Bagi kita, lift adalah sarana yang menyenangkan untuk naik turun di gedung bertingkat. Namun, bagi pengidap klaustrofobia, lift adalah hal mengerikan yang akan dia jauhi. Anda lihat? Faktor psikologis seseorang menentukan persepsi dan tindakan orang itu.

Dalam diri kita selalu ada faktor yang memengaruhi persepsi kita. Itu bisa berupa faktor psikologis (seperti contoh tadi), keyakinan, tata nilai, wawasan, pengalaman, kepentingan, dsb. Para cendekiawan menamai faktor itu presuposisi. Persepsi kita atas apa pun selalu dipengaruhi oleh presuposisi dalam diri kita, tak mungkin tidak. Presuposisi kita menjadi faktor yang menentukan: menentukan fokus sorotan kita, menentukan kesimpulan kita, menentukan sikap dan tindakan kita.

Maka, sabda di atas adalah titah agar kita menyadari tiap presuposisi yang ada dalam diri kita, jujur mengkritisi, dan mengoreksinya jika itu keliru, agar kita punya persepsi dan pengertian yang benar tentang hal-hal yang kita hadapi, agar kita bersikap dan bertindak benar, agar teranglah seluruh hidup kita.



"JIKA MATAMU BAIK, TERANGLAH SELURUH TUBUHMU;JIKA MATAMU JAHAT, GELAPLAH SELURUH TUBUHMU."—Matius 6:22b-23a


Sunday 21 April 2024

Menilai dan Memilih dengan Benar

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 3
Setahun : 2 Raja-raja 1-3

Menilai dan Memilih dengan Benar
TB: Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" | Kejadian 3:1 (TB)



Setiap pilihan selalu mengandung konsekuensi, entah itu baik atau buruk. Tuhan telah mengingatkan Adam untuk taat kepada perkataan Tuhan supaya mereka tetap hidup (lih. Kej. 2:16-17). Namun, apa yang Adam dan Hawa pilih?

Pada pasal ini kita melihat Hawa bercakap-cakap dengan ular tentang perintah Tuhan (1). Hawa tahu perintah Tuhan dan apa akibat dari memakan buah yang dilarang Tuhan (2-3). Namun, ketika ular mengatakan bahwa mereka tidak akan mati dan justru akan menjadi seperti Allah, Hawa lebih memilih untuk mendengarkan perkataan ular. Ia mengambil keputusan berdasarkan apa yang dilihat dan disukainya, bukan apa yang Tuhan perintahkan (4-6).

Akibatnya, hubungan Adam dan Hawa dengan Tuhan menjadi rusak, demikian juga hubungan di antara mereka sendiri (7, 10, 12-13). Mereka yang semula begitu dekat dengan Tuhan kini menjadi takut untuk bertemu dengan-Nya. Adam yang dahulu begitu menghargai kehadiran Hawa kini menyalahkan istrinya.

Sayangnya, tragedi kejatuhan ini terus berlanjut sampai hari ini. Kita memilih untuk mendengarkan apa yang bukan perkataan Allah seperti yang Adam dan Hawa lakukan. Kita bahkan ragu apakah Tuhan benar-benar baik dalam segala perintah-Nya yang sekalipun terlihat tidak enak buat kita.

Acap kali kita cenderung menilai dan memutuskan berdasarkan apakah itu menarik, menguntungkan, atau menyenangkan. Akibatnya, kita lagi-lagi membuat pilihan yang salah dan jatuh ke dalam dosa.

Kita memang memiliki kehendak bebas, tetapi dalam kebebasan itu, Tuhan juga memberi batasan-batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan. Tuhan juga menyediakan orang-orang di sekitar kita untuk mengingatkan agar kita tetap ada di jalan yang benar. Namun, pertanyaannya, maukah kita memilih apa yang Tuhan kehendaki? Atau, apakah kita lebih memilih apa yang terlihat menarik dan menyenangkan?

Mari kita ambil pilihan yang benar dan tidak mengulangi kesalahan Adam dan Hawa. Percayalah pada firman-Nya dan pilihlah yang menyenangkan hati Tuhan! [STG]


Saturday 20 April 2024

JALAN MENUJU KUBURAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 14:10-12
Setahun : 1 Raja-raja 21-22

JALAN MENUJU KUBURAN
Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut. (Amsal 14:12)

Saya pernah punya pengalaman tak terlupakan ketika bersama seorang teman hendak menuju ke lokasi persekutuan dengan bersepeda motor. Ketika hampir sampai ke lokasi, kami dihadapkan pada persimpangan jalan yang sekilas tampak sama. “Pilih kanan atau kiri nih?” tanya saya pada kawan seperjalanan saya. Setelah bersepakat, kami pun memutuskan belok ke kiri, tetapi ternyata pilihan kami keliru. Tak lama kami malah masuk ke area perkuburan kampung yang tak berpagar. Untunglah kondisi jalan masih cukup terang, juga cukup lebar sehingga kami bisa memutar balik dan melanjutkan perjalanan hingga tiba ke lokasi persekutuan.

Membaca nas renungan hari ini, apakah hal pertama yang terlintas dalam benak kita? Apakah lantas terbayang ada persimpangan jalan yang tampak serupa, tetapi sebenarnya hanya ada satu sisi jalan yang dapat membawa kita ke tujuan dengan selamat? Ayat Kitab Suci hari ini tampaknya memang bertujuan untuk mengingatkan para pembacanya akan bahaya jalan kehidupan yang tampak baik, tetapi sebenarnya akan membawa keburukan, kerusakan, bahkan membawa maut bagi siapa saja yang melalui jalan itu.

Jalan orang berdosa atau segala sesuatu yang mengarah pada kejahatan adalah jenis jalan yang tampak lurus, tapi ujungnya mengarah pada maut. Secepat mungkin kita mengenali jalan itu, lalu memutuskan menempuh jalan lain dengan pertolongan Roh Kudus yang Allah berikan, maka keputusan itu dapat menghindarkan kita dari malapetaka atau hal-hal yang dapat berdampak negatif pada masa mendatang.



JALAN YANG TAMPAK BAIK DALAM KEHIDUPAN INI BISA JADIADALAH JEBAKAN YANG MENGARAH PADA MAUT


Friday 19 April 2024

Kacamata Iman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN

Bacaan : Kejadian 1:1-2:7

Setahun : 1 Raja-raja 18-20


Kacamata Iman

TB: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. | Kejadian 1:1 (TB)



Kitab Kejadian dengan jelas memberi tahu kita bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Tidak ada satu pun yang ada dan berbentuk kalau bukan Allah yang menciptakannya.


Apa yang Allah kerjakan melampaui apa yang dapat manusia pikirkan. Contohnya, bagaimana kita menjelaskan keberadaan samudera semesta dan Roh Allah yang melayang-layang di atas permukaan air jika cakrawala dan lautan diciptakan pada hari kedua dan ketiga? (1:2, 6-10). Contoh lainnya, bagaimana kita menjelaskan terang pada hari pertama jika benda penerang diciptakan pada hari keempat (1:3, 14-16).


Manusia terus mencari tahu serta membuat berbagai teori untuk memecahkan misteri asal-usul alam semesta, meskipun tidak ada satu pun dari teori itu yang dapat mengungkapkan jawabannya hingga tuntas.


Kitab Kejadian bukanlah buku ilmu pengetahuan, tetapi apa yang tertulis dalam kitab ini dapat dikatakan mendukung bertumbuhnya sains. Allah menciptakan manusia bukannya tanpa akal, tetapi justru Allah memberikan kepada manusia kuasa atas segala ciptaan lainnya dan tugas untuk mengelola bumi (1:26, 28; 2:5). Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan pun ada karena Allah. Karena itu, untuk belajar tentang asal mula dunia ini dan segala sesuatu di dalamnya kita tidak bisa bergantung pada akal manusia saja, tetapi harus menggunakan kacamata iman.


Misteri yang tidak terpecahkan dari kejadian alam mengingatkan kita akan pentingnya iman untuk menjalani hidup kita sebab iman melampaui pengetahuan empiris. Apa yang terlihat belum tentu lengkap dan benar karena penglihatan kita terbatas.


Demikian juga dalam banyak peristiwa dalam kehidupan kita yang kadang penuh misteri. Jika kita menjalaninya dengan mengandalkan kepandaian dan akal manusia, kita tidak akan pernah merasa puas. Sebaliknya, kacamata iman akan menolong kita untuk melihat bahwa Tuhan ada, bahkan terus berkarya dan memelihara kita.


Mari kita terus memandang hidup ini dengan kacamata iman dan memercayakan hidup kita kepada Tuhan, Allah Pencipta yang berdaulat. [STG]



Thursday 18 April 2024

DENGAN AKAL SEHAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 17:22
Setahun : 

DENGAN AKAL SEHAT
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17:22)

Ada dua pertanyaan: Apakah hati yang gembira sungguh melenyapkan semua penyakit? Apakah semangat yang patah sungguh membuat kita terkena osteoporosis alias keropos tulang? Saudaraku, Amsal 17:22 adalah kiasan. Itu tidak bisa dimaknai secara harfiah. Memaknai kiasan secara harfiah akan membawa kita pada makna yang salah.

Amsal 17:22 memang mengingatkan bahwa suasana hati (gembira, optimis, sedih, putus asa, dll.) bisa memengaruhi kesehatan maupun kinerja seseorang. Namun, kita percaya, bacaan Kitab Suci ini tak hendak mengajak kita bersikap naif dan irasional. Firman Tuhan justru menasihati agar kita menggunakan akal sehat: tidak menganggap bahwa patah semangat menyebabkan keropos tulang, tidak menganggap bahwa hati yang gembira adalah pengganti obat maupun prosedur dan terapi medis lainnya.

Apakah nasihat itu masih relevan? Ternyata, keadaan masih memerlukan itu. Ingat apa yang terjadi ketika Covid-19 merundung negeri kita? Banyak orang menolak menjalani protokol kesehatan, menolak menerima vaksin Covid-19, dan berkeras bahwa hati yang gembira akan dengan sendirinya meningkatkan imunitas serta menangkal virus Covid-19. Itu sekadar contoh. Dan, Amsal 17:22 menasihati kita untuk meninggalkan sikap keliru itu.

Iman melampaui pikiran dan akal budi. Itu benar. Namun, pikiran dan akal budi adalah anugerah Tuhan juga. Itulah sebabnya, Tuhan memerintahkan agar kita mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Karena itu pula, kita diundang untuk beriman dengan akal sehat.



TUHAN TAK HENDAK MENGAJAK KITA BERSIKAP NAIF.KITA PERCAYA ITU.


Wednesday 17 April 2024

Mencintai Firman-Mu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Mazmur 19
Setahun : 1 Raja-raja 12-14

Mencintai Firman-Mu
TB: Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (19-2) Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; | Mazmur 19:1 (TB)



Mazmur ini ditulis oleh Daud ketika ia merenungkan karya Tuhan yang ajaib baik melalui alam ciptaan Tuhan (wahyu umum) maupun melalui firman Tuhan (wahyu khusus).

Daud mengungkapkan bahwa sekalipun langit tidak dapat bersuara, tetapi keindahannya mampu menceritakan kemuliaan Tuhan (2-5a). Demikian juga matahari yang selalu terbit dan tenggelam tepat pada waktunya dan pada tempatnya (5b-7).

Kemuliaan Tuhan juga dinyatakan oleh firman yang tertulis, yaitu Alkitab sebab firman Tuhan itu sempurna, teguh, benar, murni, suci, kekal, dan adil (8-10). Daud menyebut firman Tuhan dengan berbagai frasa seperti Taurat, peraturan, titah, perintah, dan hukum untuk menunjukkan betapa penting dan berharganya firman itu.

Daud menyadari bahwa tanpa firman Tuhan, ia akan tersesat. Sebab, hanya firman Tuhan yang mampu memberikan kepada Daud hikmat dan peringatan ketika hidupnya mulai serong (8, 12). Bahkan, ketika orang-orang jahat hendak memengaruhinya untuk berbuat dosa, firman Tuhan dapat meneguhkan dan menguatkannya supaya ia tetap hidup dalam kekudusan (14). Oleh sebab itu, Daud berkata bahwa mereka yang mau berpegang pada firman-Nya artinya hidup menaati kehendak Tuhan akan mendapat upah besar.

Upah yang dimaksud di sini bukan berarti umat-Nya akan selalu hidup sehat, bergelimang harta, dan bebas dari masalah. Namun, upah besar yang dijanjikan adalah menjadi orang yang diperkenan dan dikasihi oleh Allah. Orang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan dan firman-Nya, taat kepada firman-Nya, dan mengutamakan Tuhan sekalipun hidup penuh tantangan, akan menjadi sahabat Allah.

Bagaimana dengan kita sekarang ini? Seberapa besar cinta kita kepada Tuhan dan firman-Nya? Seberapa gigih kita berusaha untuk menaati firman-Nya di tengah segala keterbatasan diri dan situasi sulit yang kita hadapi? Sudahkah kita menjadi sahabat Allah?

Kiranya kita semua didapati oleh Allah sebagai anak-anak Tuhan yang mencintai firman-Nya. [STG]


Tuesday 16 April 2024

MENGENAKAN TUHAN YESUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 13
Setahun : 1 Raja-raja 10-11

MENGENAKAN TUHAN YESUS
Tetapi, kenakanlah Tuhan Yesus Kristus dan jangan pedulikan lagi keinginan-keinginan daging. (Roma 13:14)

Di Zaman Romawi Kuno, para gladiator mengenakan baju zirah yang terbuat dari besi saat berada di medan pertarungan. Fungsi dari baju zirah itu tentu saja untuk melindungi tubuhnya dari serangan senjata musuh. Sebab itu bagi seorang gladiator, baju zirah menjadi salah satu perlengkapan senjata yang sangat penting untuk bertahan dan membantunya saat melakukan penyerangan.

Terinspirasi dari fungsi penting baju zirah, tampaknya Paulus menggambarkan hal ini untuk menasihati jemaat. Seperti baju zirah di tubuh seorang tentara, ia menasihati jemaat untuk "mengenakan" Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan supaya tidak lagi memedulikan atau memuaskan keinginan daging (ay. 14). Mengenakan Tuhan Yesus berarti bahwa mereka harus demikian bersatu dan memihak kepada Kristus sehingga mereka meniru hidup-Nya sebagai pola kehidupannya di tengah-tengah kehidupan yang penuh tantangan iman itu.

Memutuskan diri untuk mengenakan Tuhan Yesus berarti kita bersedia hidup memakai prinsip-prinsip-Nya, menaati perintah-Nya, dan bertumbuh menjadi serupa dengan Dia. Dengan demikian, mengenakan Tuhan Yesus tidak hanya melindungi hati dan pikiran kita dari segala tabiat dosa, namun Ia juga menjadi perlengkapan senjata terang di tengah-tengah dunia yang gelap ini. Kenakanlah Kristus dan kiranya hidup kita terus memancarkan sinar-Nya.



SAAT KITA MENGENAKAN KRISTUS, KITA SEDANG MENYATAKANTERANG KEBENARAN DI TENGAH DUNIA INI


Monday 15 April 2024

Sebuah Cermin di Langit

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Mazmur 18:21-30
Setahun : 1 Raja-raja 8-9

Sebuah Cermin di Langit
TB: (18-22) sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak berlaku fasik terhadap Allahku. | Mazmur 18:21 (TB)



Bagian mazmur ini menyingkapkan hukum yang disebut pencerminan.

Daud memperlihatkan bahwa sering kali Allah menanggapi perbuatan manusia dengan mencerminkan sikap mereka sendiri. Ia setia terhadap orang yang setia, dan cerdik terhadap orang yang licik (26-27). Ia bagaikan cermin di langit bagi setiap manusia.

Oleh karena itu, Daud percaya bahwa Allah akan mengganjarnya dengan kebaikan, sebab ia senantiasa menjaga dirinya benar dan suci (21-25). Kepercayaan diri ini membuatnya berani menghadapi semua tantangan hidup. Allah pasti akan menyelamatkannya (28-30).

Keberadaan sebuah hukum dapat membuat kita tenang. Contohnya, karena adanya hukum gravitasi, kita tidak perlu khawatir tubuh kita tiba-tiba melayang dan menghilang di langit. Contoh lainnya, karena adanya undang-undang, kita dapat membela diri ketika diperhadapkan pada pengadilan.

Kebenaran ini makin nyata dalam kaitannya dengan Allah. Sebagai pemegang otoritas dan hukum tertinggi di seluruh alam semesta, Allah Yang Maha Adil dapat diandalkan setiap waktu. Bila hidup kita benar, Allah akan menolong kita dalam menghadapi ketidakadilan. Karena kita telah dibenarkan di dalam Yesus Kristus, kita dapat mengharapkan Allah menolong kita pada saat kita tertindas. Kita mungkin menderita untuk sementara waktu, tetapi tidak untuk selamanya.

Tantangannya adalah bagaimana kita dapat mempertahankan hidup kita tetap bersih? Memang Kristus telah menguduskan kita ketika kita mengalami pertobatan sejati, tetapi selama kita hidup di dunia, kita harus memelihara kekudusan itu.

Perubahan cara hidup adalah bagian penting dari upaya hidup kudus. Kita tidak menjadi suci karena melakukan perbuatan-perbuatan yang "suci", melainkan karena kita mengakui dosa dan mengubah perilaku kita seturut standar Allah. Sudahkah Anda menyesuaikan hidup Anda dengan kehendak Allah?

Terhadap orang yang mengaku dosa, Allah mengatakan bahwa dosanya dihapuskan. [PHM]


Sunday 14 April 2024

MENJADI BERKAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 19:1-10
Setahun : 1 Raja-raja 6-7

MENJADI BERKAT
Namun, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, lihatlah, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8)

Seorang pria setiap tiga bulan bederma ke sebuah panti asuhan. Sore itu ia sibuk menyiapkan sembako dan alat-alat tulis untuk diberikan kepada para anak yatim piatu. Sahabatnya kebetulan bertamu dan melihat semuanya itu. “Kapan kau kaya kalau begini caranya?” sindir sahabatnya. “Kapan saja boleh,” pria itu tertawa. “Tujuan hidupku bukan menjadi kaya, namun menjadi berkat.”

Semula Zakheus, si kepala pemungut cukai, menetapkan "menjadi kaya" sebagai tujuan hidupnya. Ia ingin menimbun harta sebanyak mungkin. Tidak heran teramat kikir sifatnya, pula ia suka memeras orang lain. Hari itu didapati tujuan hidupnya berubah. Serupa pria tadi, Zakheus bukan ingin "menjadi kaya", tetapi "menjadi berkat". Didapati sifat kikir dan keinginan untuk memeras telah lenyap. Ia berdiri dan mendeklarasikan dua pernyataan mengagumkan. Pertama, ia akan memberikan setengah miliknya kepada orang miskin. Kedua, sekiranya ia memeras sesuatu dari seseorang, ia bersedia mengembalikannya empat kali lipat (ay. 8).

Titik tolak perubahan tujuan hidup ialah perjumpaan dengan Yesus. Dari atas pohon ara, namanya dipanggil oleh-Nya. Yesus berkata hendak menumpang di rumahnya (ay. 5). Padahal selama ini orang-orang menjauhinya, melabelinya "orang berdosa" (ay. 7). Hati Zakheus tersentuh, lalu matanya terbuka. Ia melihat tiada sesuatu lebih berharga selain Pribadi di hadapannya. Demikian sepatutnya terjadi pada kita, orang-orang yang telah berjumpa Yesus. Sepatutnya hidup ditujukan untuk "menjadi berkat", bukan "menjadi kaya". Sepatutnya kita tidak keberatan berbagi pada mereka yang membutuhkan. Lagi pula kita mengerti berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya (Ams. 10:22).



PERJUMPAAN DENGAN YESUS MENGGANTIKAN HASRAT MENIMBUNKEKAYAAN MENJADI KEINGINAN BERBAGI KEPADA SESAMA


Saturday 13 April 2024

Menikmati-Nya Lebih Lama Lagi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Mazmur 17
Setahun : 1 Raja-raja 3-5

Menikmati-Nya Lebih Lama Lagi
TB: Doa Daud. Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. | Mazmur 17:1 (TB)



Secara garis besar, mazmur ini terdiri dari tiga bagian.

Pertama, Daud berdoa memohon pembelaan Tuhan (1-5). Ia berani meminta keadilan karena ia yakin bahwa dirinya benar dan saleh.

Kedua, Daud menegaskan kebutuhannya yang mendesak akan pertolongan Tuhan (6-12). Dengan menggambarkan kekejaman musuh-musuhnya, ia berharap supaya Allah segera menolongnya.

Ketiga, Daud kembali menyerukan kebutuhannya akan pertolongan Tuhan. Namun, kali ini ia mendasarkan permohonan itu dengan membandingkan antara kenikmatan orang fasik dengan kenikmatan orang benar seperti dirinya (13-15). Orang fasik dipuaskan dengan hal-hal jasmani, tetapi orang benar dipuaskan dengan hadirat Allah.

Kegigihan Daud memohon kepada Allah sampai tiga kali menginspirasi kita untuk tekun berdoa. Kita harus terus berdoa meski situasi hidup kita tak kunjung berubah. Mengapa?

Karena manfaat yang terutama dari doa adalah menikmati hadirat Allah. Di dalam doa kita dipuaskan dengan Allah sendiri yang mendengarkan kita (15).

Kita berdoa bukan untuk memperoleh berkat-berkat jasmani semata sebab bukan itu tujuan utama kita. Maka, kita kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa makin gencar kita berdoa, makin cepat Allah mengabulkan permohonan kita. Doa bukan alat untuk memaksa Tuhan!

Mulai sekarang marilah kita memandang doa sebagai kesempatan untuk mengalami hadirat Allah. Orang makin rajin berdoa biasanya ketika ia dirundung masalah yang berat. Kalau demikian, krisis dan kesesakan bisa jadi merupakan undangan dari surga agar kita kembali berjumpa dengan Allah. Sudahkah kita memenuhi undangan itu?

Memperbarui tekad untuk tekun berdoa adalah langkah awal dalam mencintai Allah dan mengejar hadirat-Nya. Bangunlah kembali mazbah doa pribadi yang sempat terlantar selama hari-hari kita dirundung kecemasan dan krisis hidup. Hadirilah persekutuan doa sebab di sana pun kita dapat mengalami perjumpaan dan penguatan dengan-Nya. Mari nikmati hadirat Allah dengan lebih lama lagi. [PHM]

Mazmur 17

Pemazmur menaikkan doanya kepada Allah agar Dia mau mendengarkan, memperhatikan, dan memberi telinga terhadap perkara yang dikemukakan dan dinyatakan olehnya dengan mulut yang bebas dari dusta.

Pemazmur berseru untuk mendapatkan keputusan yang adil dari Allah dan menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Allah sendiri telah menguji, memeriksa, dan menyelidikinya, dan mendapati bahwa benarlah ia tidak bersalah.


Friday 12 April 2024

HADIAH ALKITAB

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 TIMOTIUS 3:10-17
Setahun : 1 Raja-raja 1-2

HADIAH ALKITAB
Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

Saya terkejut, tapi sekaligus merasa senang ketika mendengar salah seorang teman hendak membelikan Alkitab sebagai kado ulang tahun anaknya yang berusia 10 tahun. “Wow, luar biasa. Jarang sekali pada masa kini seorang ayah memberi hadiah Alkitab kepada anaknya,” gumam saya saat mendengar niat mulia itu. Saya yang dimintai tolong membelikan Alkitab pun tak keberatan untuk membantunya karena saya senang dilibatkan melakukan hal yang mulia.

Saya lantas teringat akan surat Paulus kepada Timotius, yang berisi ungkapan syukur rasul Kristus itu atas kehidupan Timotius, yang sangat dipengaruhi oleh firman Allah. Paulus mencoba mengingatkan Timotius bahwa sejak kecil dia mengenal Kitab Suci yang memberinya hikmat dan menuntun pada keselamatan dalam Kristus Yesus (ay 15). Kebenaran firman Allah pula, lewat tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah, membawa berkat dan perubahan hidup setiap orang yang percaya: ia dapat diajar, disadarkan dari kesalahan, diperbaiki kelakuannya, juga menjadi pribadi yang terdidik dalam kebenaran, yang melengkapkan kualitas diri untuk menjadi pribadi yang penuh kasih dan kebaikan (ay. 16-17).

Jika demikian dahsyatnya kuasa dari kebenaran firman-Nya, rasanya memberikan hadiah berupa Alkitab kepada orang terkasih dapat menjadi “investasi rohani” yang luar biasa. Allah dengan kuasa-Nya dan tuntunan Roh-Nya, sanggup bekerja dalam kehidupan si penerima pemberian itu, bahkan menjadikannya pribadi yang luar biasa, yang semuanya itu dimulai dari pengenalan akan kebenaran firman-Nya.



ALKITAB ADALAH PEMBERIAN YANG DAPAT BERDAMPAK PADA KEKEKALAN BAGI PENERIMANYA


Thursday 11 April 2024

Siapa yang Tak Bercela?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Mazmur 15
Setahun : 2 Samuel 22-24

Siapa yang Tak Bercela?
TB: Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? | Mazmur 15:1 (TB)



Sebuah pertanyaan mengenai syarat kadang mewakili keinginan yang tersirat.

Daud mengajukan sejumlah pertanyaan menyangkut syarat dalam sebuah dialog imajiner antara dia dengan Tuhan. Kerinduan terdalamnya adalah tinggal di dalam hadirat Tuhan. Ia ingin tahu siapa yang boleh tinggal dalam hadirat-Nya (1).

Ada sepuluh ciri yang dideskripsikan Daud, termasuk melakukan apa yang adil, mengatakan kebenaran, dan berpegang pada sumpah (2-5). Semua itu terangkum dalam satu klausa yang penting. Dikatakan bahwa orang yang boleh tinggal dalam hadirat Tuhan adalah "dia yang berlaku tidak bercela" (2). Siapa yang memenuhi syarat tersebut "tidak akan goyah selama-lamanya" (5b).

Pertanyaan yang harus diajukan di sini adalah siapakah manusia yang tak pernah bercela selama hidupnya? Siapakah yang selalu berlaku adil, berkata benar, dan menepati janji? Semua manusia pernah melakukan kebalikannya. Sebagaimana dikatakan dalam pasal sebelumnya, "semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik" (Mzm. 14:3).

Hanya orang yang telah dibenarkan Tuhan yang benar-benar tidak bercela. Ketika Tuhan menghapus dosa seseorang, maka sucilah seluruh hidupnya. Kemah-kemah di surga menanti orang-orang yang telah disucikan di dalam Kristus Yesus. Inilah penghiburan kita.

Kenyataan ini patut disyukuri melalui perbuatan yang nyata. Kita mensyukuri anugerah keselamatan Tuhan dengan perlakuan yang adil, perkataan yang benar, dan cara hidup sesuai janji kita kepada Tuhan. Inilah yang membedakan iman Kristen dengan agama-agama dunia. Kita melakukan kebajikan bukan supaya kita disucikan, melainkan karena kita sudah disucikan. Kita berbuat baik karena kita bersyukur.

Mari pastikan hidup kita yang telah disucikan tidak lagi bercela. Dengan kuasa dari Roh Kudus, kita membulatkan tekad untuk mempertahankan sepuluh ciri yang diamanatkan di dalam mazmur ini. Berusahalah untuk mengerjakannya setiap hari. Jangan berkecil hati! Calon penghuni kemah surgawi tidak akan goyah untuk selamanya. [PHM]


Wednesday 10 April 2024

MENGAMPUNI SEPERTI TUHAN MAU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 18:21-35
Setahun : 2 Samuel 19-21

MENGAMPUNI SEPERTI TUHAN MAU
"Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Matius 18:35)

Nelson Mandela, pejuang antiapartheid (gerakan antidiskriminasi warna kulit) di Afrika Selatan, pernah menulis, “Orang itu belajar untuk membenci dan berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik dan mengasihi orang lain seharusnya sudah sejak semula dapat dilakukannya.” Seturut dengan itu, ia dapat mengampuni orang-orang yang telah melakukan kejahatan terhadapnya dan melakukan berbagai tindakan pelanggaran hak asasi manusia kepada warga kulit hitam di Afrika Selatan. Ia pun mendorong terjadinya rekonsiliasi tanpa syarat antara warga kulit putih dan kulit hitam.

Bukan hal yang mudah untuk mengampuni orang lain yang telah melakukan kesalahan kepada kita, apalagi sampai menyakiti hati sedemikian rupa. Sakit! Susah melupakannya! Timbul pula pemikiran, “Kenapa harus saya yang lebih dulu mengampuninya? Bukankah harusnya orang itu dulu yang minta maaf kepada saya? Kenapa juga saya harus mengampuni dia? Apa untungnya buat saya?" Tentu saja, pemikiran seperti ini bukanlah pemikiran seorang Kristiani yang telah lahir baru dan menghayati betul hidupnya ada di dalam pengampunan Allah di dalam karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Butuh kerendahhatian untuk dapat berbesar hati memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada kita, lalu hidup dalam perdamaian dengan semua orang termasuk mereka yang bersalah kepada kita.

Pilihan hidup seperti inilah yang Tuhan kehendaki, yaitu dapat memberikan pengampunan “tujuh puluh kali tujuh kali”. Pengampunan tanpa batas sebagai perwujudan dari hidup yang menghayati dan mensyukuri pengampunan yang telah diterima dari Allah. Pengampunan dan maaf tanpa syarat yang muncul dari hati dan hidup yang telah diperdamaikan oleh Allah dalam diri.



MENGAMPUNI ORANG LAIN MEMANG TIDAK MUDAH,TETAPI ITULAH KEHENDAK TUHAN DARI KITA ANAK-ANAK-NYA


Tuesday 9 April 2024

Mata Bercahaya karena Ada Harapan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Mazmur 13
Setahun : 2 Samuel 16-18

Mata Bercahaya karena Ada Harapan
TB: Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (13-2) Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? | Mazmur 13:1 (TB)



Mungkinkah Tuhan melupakan orang pilihan-Nya? Mungkinkah Ia menyembunyikan wajah-Nya dari orang benar seperti Daud?

Daud sempat merasa dilupakan Allah ketika ia menghadapi masalah yang tak kunjung selesai. Sumber masalah itu adalah musuhnya. Mengikuti naluri manusiawinya, Daud mempertanyakan kapan pertolongan Allah akan tiba. Empat kali ia bertanya: "Berapa lama lagi ...?" (2-3).

Karena itu, Daud memohon kepada Allah. Dalam doanya, ia tidak meminta harta, takhta, atau status, melainkan harapan. Katanya: "Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati ..." (4). Harapannya dilandasi pada kasih setia Allah (6).

Masalah yang menyesakkan hati Daud belum pergi. Namun, ia telah "bersorak-sorak" dan ia mau "menyanyi untuk TUHAN" (6). Mengapa? Karena imannya telah disegarkan dan harapannya dibangkitkan. Inilah sesungguhnya yang paling kita butuhkan untuk bertahan hidup: harapan.

Dalam sebagian besar situasi kehidupan yang pelik, kita lebih membutuhkan harapan daripada uang. Secercah harapan lebih bernilai daripada seribu keping emas. Asalkan ada harapan, seseorang memiliki alasan untuk berjuang dan bertahan hidup sampai besok.

Namun, harapan yang kita butuhkan bukan harapan yang sembarangan. Manusia membutuhkan harapan pada kehidupan setelah kematian, jaminan bahwa kita akan hidup bahagia setelah mati. Harapan ini adalah "sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita" (Ibr. 6:19). Jaminan ini hanya terdapat pada Tuhan Yesus Kristus.

Apakah Anda sedang menghadapi masalah yang tak kunjung selesai? Apakah krisis dalam keluarga Anda seperti rintangan yang tiada berkesudahan? Mari kita menyikapinya dengan terus berharap pada kasih setia Allah. Kalaupun kita merasa sulit untuk terus berharap pada hari-hari ini, kita bisa berdoa mengikuti kata-kata Daud, "Buatlah mataku bercahaya".

Biarlah mata kita terus bercahaya karena harapan yang selalu kita tujukan kepada Tuhan, kepada Dia yang tak pernah mengecewakan. [PHM]


Monday 8 April 2024

HESED

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 107
Setahun : 2 Samuel 13-15

HESED
Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya itu, dan memperhatikan segala kasih setia TUHAN. (Mazmur 107:43)

Kasih setia, atau bahasa Ibraninya hesed, dapat pula diterjemahkan kebaikan. Mazmur ini antara lain melukiskan berbagai cara Tuhan dalam menebus orang-orang pilihan-Nya. Sang pemazmur menyimpulkan bahwa kita perlu berpegang pada semuanya itu dan memperhatikan segala kasih setia Tuhan. Memperhatikan bisa berarti merenungkan, mengingat-ingat, atau menyentuh, merasakannya secara langsung.

Memperhatikan segala kasih setia Tuhan membuat kita mempunyai hikmat. Kalau mendengar kata “hikmat” kita cenderung mengaitkannya dengan “pengetahuan”. Namun, sebenarnya lebih dari itu. Hikmat tidak lain adalah kepekaan terhadap cara-cara Allah dan jalan-jalan-Nya. Pengertian ini selanjutnya menuntun kita ketika melangkah dan menentukan pilihan dalam keseharian hidup.

Kehidupan kita seperti permadani yang tengah ditenun oleh kebaikan Allah. Ketika keadaan sedang buruk, pandangan kita jadi kabur, kepekaan kita jadi kurang tajam. Kita lalu sulit melihat, memperhatikan, atau menyentuh kebaikan Tuhan. Kita cenderung melihat sisi bawah permadani itu: semrawut penuh aneka benang centang-perenang.

Dengan hikmat, kita menyadari bahwa Allah turut bekerja di dalam segala keadaan untuk mengerjakan kebaikan bagi kita, anak-anak kesayangan-Nya. Hikmat mencelikkan mata kita bahwa sebenarnya di sisi atas permadani kehidupan kita tengah terbentuk sebuah lukisan yang elok: Dia tengah mengubah kita menjadi semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya.



DALAM MENGARUNGI GELOMBANG DAN PASANG-SURUT KEHIDUPAN,KITA DAPAT BERPEGANG PADA KASIH SETIA DAN HIKMAT TUHAN


Sunday 7 April 2024

Tuhan Sang Pelindung

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Mazmur 11
Setahun : 2 Samuel 8-12

Tuhan Sang Pelindung
TB: Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!" | Mazmur 11:1 (TB)



Siapa pun pasti pernah mengalami jalan buntu. Dalam pergumulan yang berat, rasanya kekuatan kita terkuras habis. Pada saat itulah seharusnya kita makin menyadari kebergantungan kita pada Allah. Demikianlah pemazmur mengungkapkan keyakinannya akan Tuhan yang menjadi sumber kekuatan dan perlindungannya.

Mazmur 11 merefleksikan pergumulan Raja Daud yang dalam hidupnya menghadapi berbagai tantangan dan ancaman. Berulang kali Daud diperhadapkan pada bahaya yang bahkan hampir merenggut nyawanya. Namun, pergumulan tersebut tidak melemahkan imannya, tetapi justru makin meneguhkan langkahnya.

Tuhan adalah satu-satunya pelindung; dalam perlindungan-Nya umat beroleh kekuatan Musuh tak lagi menakutkan karena ada Tuhan yang jauh lebih berkuasa (2-3). Keyakinan inilah yang menuntun Daud.

Tuhan adalah pelindung umat-Nya. Ia berkuasa atas bumi dan alam semesta (4). Tugas manusia adalah tetap berada di dalam jalan-Nya serta menjadi pribadi yang tulus dan menghadirkan damai di mana pun kita ditempatkan (5-7).

Saat ini mungkin kita juga tengah diterpa pergumulan. Kita seolah-olah diserang dari berbagai sisi. Mungkin serangan itu berupa gangguan kesehatan, kesulitan keuangan, keretakan hubungan dengan pasangan, atau pergumulan iman. Masalah tersebut mungkin tampak begitu besar dan sepertinya tidak ada jalan keluar.

Namun, marilah kita belajar untuk meletakkan pengharapan kita di hadapan-Nya dan meyakini kekuasaan-Nya. Tidak ada masalah yang terlalu besar jika dihadapi bersama-Nya. Walaupun sering kali dalam keterbatasan pada kemanusiaan kita, rasanya terlalu berat untuk melalui segala pergumulan tersebut. Tuhan seolah-olah diam di tengah penderitaan yang kita alami.

Saat ini Tuhan meneguhkan kita melalui firman-Nya dalam Mazmur 11 bahwa sesungguhnya Dia tidak pernah sekalipun dan sesaat pun meninggalkan kita. Ia adalah Sang Pelindung sejati. Marilah kita berseru dengan penuh keyakinan iman: "Pada Tuhan aku berlindung!" [WDN]