Friday 31 December 2021

MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 103
Setahun : Wahyu 21-22

MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN
Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mazmur 103:2)

Saat berada di penghujung tahun atau sebelum memasuki hari ulang tahun, saya selalu merefleksi diri dan bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, apa saja yang sudah saya lakukan selama ini? Apakah menyenangkan hati Tuhan atau membuat Tuhan murka?” Di dalam perenungan pribadi, Tuhan membuat pikiran saya mengingat tentang kebaikan Tuhan yang tidak pernah habis-habisnya, baik saat saya sudah melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh bahkan saat saya gagal dan merasa jauh dari Tuhan.

Pemazmur mengalami liku-liku kehidupan yang seperti kebanyakan manusia alami, ia mengalami masa-masa sulit dan masa-masa bersukacita. Meskipun demikian, pemazmur selalu menutup mazmurnya dengan rasa syukur kepada Tuhan. Tidak ada alasan untuk tidak memuji kebaikan-Nya. Tak jarang manusia sering kali melupakan kebaikan Tuhan dan menganggap semua keberhasilan adalah hasil dari jerih lelahnya. Namun saat kita gagal, kita protes dengan Tuhan. Bersyukur Tuhan tidak mendendam (ay. 8-10) malahan Ia selalu mengasihi dan sabar terhadap kita, bukan? Sejak dulu kala Tuhan terbukti sangat setia dan baik kepada orang-orang yang mengasihi-Nya (ay. 6-7).

Terlebih lagi kebaikan-Nya sungguh nyata saat Ia sendiri rela memberikan diri-Nya melalui Yesus Kristus dan mati bagi kita. Apakah kita selalu ingat akan kasih dan kebaikan-Nya itu? Mengucap syukurlah, sebab segala kejadian hidup kita tidak lepas dari kebaikan Tuhan. Percayalah, jika Tuhan tidak baik tidaklah mungkin Ia menciptakan kita di dunia ini. Bahkan saat kita jatuh dalam dosa, Tuhan memikirkan solusi agar kita tetap punya keselamatan dan jaminan hidup kekal.



TUHAN ITU BAIK TERMASUK DALAM KEADAAN HIDUP YANG BURUK BAGI KITA


Thursday 30 December 2021

Ketika Tuhan Sudah Memilih

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Hagai 2:20-23
Setahun : Wahyu 19-20

Ketika Tuhan Sudah Memilih
TB: (2-21) Maka datanglah firman TUHAN untuk kedua kalinya kepada Hagai pada tanggal dua puluh empat bulan itu, bunyinya: | Hagai 2:20 (TB)



Mungkin kita terus bertanya tentang seperti apa kriteria orang yang dipilih Tuhan. Bisa jadi kita terkejut hingga takjub karena akal budi tak mampu menyelami pilihan-Nya. Taruhlah contoh keterpilihan Saulus menjadi rasul dan pemberita Injil, atau Daud menjadi raja. Tuhan semesta alam tentu selalu memiliki alasan mengapa Ia memilih seseorang dalam rangka karya penyelamatan.

Siapa sangka pada zaman Nabi Hagai, Zerubabel bupati Yehuda dipilih Tuhan untuk memimpin pembangunan Bait Suci. Saat bangsa Yahudi berada di bawah kekuasaan Persia dengan rajanya Darius, firman Tuhan datang kepada Zerubabel (22).

Salah satu alasan terpilihnya Zerubabel adalah karena dia termasuk keturunan Daud. Kepada Daud, Tuhan semesta alam telah berjanji bahwa keluarganya akan memerintah Israel (lih. 2Sam. 7:10-16). Keterpilihan ini selaras dengan pemberitaan para nabi bahwa seorang pemimpin yang istimewa berasal dari garis keturunan Daud (bdk. Mi. 5:1-4a).

Kepada Zerubabel, Tuhan menjanjikan kekuasaan (cincin meterai) (24). Kekuasaan bangsa-bangsa lain akan dijungkirbalikkan demi eksistensi Bait Suci di tengah bangsa Yahudi.

Begitulah ketika Tuhan semesta alam sudah memilih. Tidak ada hal apa pun yang dapat merintangi-Nya. Satu-satunya aral hanyalah sikap tidak percaya yang meragukan penyelenggaraan-Nya. Syukurlah lewat pemberitaan Nabi Hagai, gubernur Yehuda itu mau mendengarkan dan menaati firman Tuhan. Ia bersedia memimpin pembangunan Bait Suci bersama Imam Besar Yosua dan Nabi Hagai sepulang dari pembuangan di Babel. Rintangan yang sempat menggoyahkan tekad diatasi lewat penyerahan diri kepada pimpinan Tuhan semesta alam.

Kita adalah orang-orang yang dipilih Tuhan melalui iman kepada Yesus Kristus. Kita dipilih menjadi pewaris Kerajaan Surga. Mungkin dahulu kita terhitung sebagai pendosa, orang yang dikucilkan, atau orang yang tidak dianggap penting oleh orang lain. Namun, begitulah kalau Tuhan semesta alam sudah memilih. Siapa pun diri kita, sekarang kita mendapat janji dan hak waris yang sama dari Tuhan, dan tidak ada kuasa lain yang dapat merebutnya. [SZR]


Wednesday 29 December 2021

AMBISI HERODES

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 2:13-23
Setahun : Wahyu 17-18

AMBISI HERODES
Ketika Herodes tahu bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah .... (Matius 2:16)

Sikap ambisius dan penuh curiga melekat pada diri Herodes Agung, raja Yahudi yang memerintah pada waktu kelahiran Yesus. Ia sadar bahwa orang-orang Yahudi tidak menyukainya karena ia memiliki garis keturunan Edom (Idumea) dari ayahnya. Maka ia berusaha mengambil hati rakyat dengan membangun Bait Allah di Yerusalem. Tetapi upaya itu tidak berhasil meluluhkan hati mereka. Ia pun membangun kuil-kuil berhala.

Dalam catatan sejarah, ia melakukan berbagai kekejaman karena merasa takhtanya terancam. Tahun 29 SM, ia menyingkirkan Mariamne, istrinya sendiri, karena dianggap menginginkan takhtanya. Pada tahun 7 SM, ia juga menjatuhi kedua anaknya dari Mariamne dengan hukuman mati karena dianggap bersekongkol menentang ayahnya.

Tidak heran ketika orang-orang majus memberitahukan Herodes tentang kelahiran seorang raja Yahudi, ia sangat gusar. Ketika siasatnya untuk memanfaatkan para majus tidak berhasil, ia pun memerintahkan pembunuhan semua anak laki-laki berusia dua tahun ke bawah di Betlehem dan sekitarnya. Ia ingin memastikan tidak ada ancaman bagi takhtanya. Ironisnya, hanya beberapa hari sebelum kematiannya, ia menghukum mati anaknya yang lain karena dicurigai ingin menjadi raja menggantikannya.

Memiliki ambisi tentulah hal yang wajar. Itu mendorong kita untuk mendapatkan atau meraih sesuatu. Namun jika tidak dikendalikan, ia bisa saja memperbudak kita. Bahkan menjerumuskan kita ke dalam kehancuran. Kiranya kita terus belajar menyelaraskan setiap ambisi kita di bawah terang firman Tuhan.



HATI YANG DIKUASAI DOSA HANYA MENGHASILKAN BALA DAN BENCANA.HATI YANG DISERAHKAN PADA TUHAN AKAN MEMBAWA DAMAI DAN SENTOSA.


Tuesday 28 December 2021

Membangun Hidup Suci

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Hagai 2:10-14
Setahun : Wahyu 14-16

Membangun Hidup Suci
TB: (2-11) Pada tanggal dua puluh empat bulan yang kesembilan, pada tahun yang kedua zaman Darius, datanglah firman TUHAN kepada nabi Hagai, bunyinya: | Hagai 2:10 (TB)



Membangun sebuah gedung bukan pekerjaan yang mudah. Setiap bagian harus dikerjakan dengan serius dan dibangun dengan bahan-bahan yang berkualitas. Apalagi, pekerjaan membangun Bait Suci.

Kepada Hagai dan para imam, Tuhan mengingatkan pentingnya hukum Tuhan saat mereka mempersembahkan kurban dan melayani di Bait Suci. Ada aturan yang mesti ditaati umat untuk menjaga kekudusan. Dengan melakukan ketentuan yang diwariskan turun-temurun itulah umat akan terhindar dari segala kenajisan.

Sayangnya, apa yang diberikan para imam tidak selalu diterima Tuhan. Dengan tegas, Tuhan menyatakan bahwa hasil pekerjaan dan persembahan mereka adalah najis (15). Para imam tahu apa isi hukum Taurat, tetapi belum tentu semua orang dapat melakukannya dengan tepat setiap hari seperti yang Tuhan mau. Kelalaian mereka menjadi peringatan bahwa jauh lebih mudah bagi kita untuk mewariskan kenajisan daripada kekudusan.

Kisah pembangunan Bait Suci pada zaman Hagai bisa menjadi ilustrasi bagaimana membangun hidup kudus di hadapan Tuhan. Dunia mungkin mengajarkan bahwa kesuksesan tidak dapat dibangun tanpa sedikit kecurangan. Sebaliknya, Tuhan semesta alam lebih menghendaki kehidupan umat-Nya dibangun di atas fondasi kekudusan.

Masalahnya, bagaimana mungkin membangun hidup suci di tengah situasi yang penuh dosa dan kenajisan? Kita tahu apa itu kebaikan, tetapi tidak mungkin kita bisa melakukannya sesuai standar Tuhan yang sempurna.

Jawabannya diberikan melalui kisah kelahiran Yesus ke dunia yang dirayakan pada hari Natal. Sebagai wujud kasih ilahi terhadap dunia yang penuh dosa, Tuhan menebus dan mentahirkan manusia dari kenajisan. Itulah kisah yang dipentaskan di atas salib oleh Sang Imam Agung, yakni Yesus Kristus. Segala dosa kita hanya bisa dihapuskan oleh anugerah ilahi. Hanya Tuhan yang sanggup menguduskan kita secara sempurna. Dialah yang memampukan kita untuk membangun hidup suci.

Roh Tuhan dianugerahkan kepada kita supaya umat-Nya membangun dan menjalani hidup suci, yakni hidup untuk mewariskan kekudusan dan bukan kenajisan. [SZR]


Monday 27 December 2021

PENYEMBAHAN YANG BENAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 2:1-12
Setahun : Wahyu 12-13

PENYEMBAHAN YANG BENAR
Mereka masuk ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, dupa dan mur. (Matius 2:11)

Suatu kali ada jemaat yang datang mengeluh kepada para pemusik dan pemimpin pujian setelah ibadah umum selesai, “Lagu-lagu penyembahan hari ini tidak membuat saya bergetar! Saya tidak bergairah menyembah Tuhan,” keluhnya dengan nada ketus. Sungguh, pengertian yang amat dangkal jika penyembahan hanya dinilai berdasarkan lagu-lagu pujian. Ibadah hari Minggu kesannya menjadi suatu pelampiasan emosi. Jika lagu pujiannya tidak menyentuh hati, maka banyak jemaat yang tidak dapat menyembah Tuhan dengan benar.

Kelahiran Yesus saat itu memang menjadi kegelisahan yang teramat dalam bagi Herodes. Ia takut jika Yesus menggantikan posisinya sebagai raja yang akan disembah oleh rakyat Yahudi. Herodes pun mulai meminta keterangan imam kepala dan ahli Taurat (ay. 4) bahkan menyuruh orang-orang majus menyelidiki keberadaan bayi Yesus (ay. 8). Perjumpaan orang-orang majus dengan Yesus inilah yang membawa mereka mendapat sukacita, sujud menyembah dan mempersembahkan harta (ay. 10-11). Perjumpaan dengan Yesus inilah yang membuat mereka berpengharapan tentang hadirnya pemimpin dan gembala Israel (ay. 6).

Penyembahan yang benar memang tidaklah dapat diukur dengan lagu pujian, tata suara musik yang canggih, bahkan suasana ibadah yang ditata apik. Penyembahan yang benar diukur saat kita berjumpa secara pribadi dengan Yesus sendiri dan menikmati hadirat-Nya. Selama ini, sudahkah kita mempunyai pengalaman indah seperti itu? Pengalaman berjumpa dengan Yesus tidak akan dibatasi oleh apa pun karena itu lahir saat kita haus dan rindu bertemu dengan-Nya.



BERJUMPA DENGAN YESUS AKAN MENGANTARKAN PADA SIKAP PENYEMBAHAN YANG BENAR


Sunday 26 December 2021

Melakukan Pekerjaan Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Hagai 1:1-15
Setahun : Wahyu 9-11

Melakukan Pekerjaan Tuhan
TB: Pada tahun yang kedua zaman raja Darius, dalam bulan yang keenam, pada hari pertama bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya: | Hagai 1:1 (TB)



Untuk apa kita berada di dunia ini? Mungkin ada yang menjawab untuk menjadi orang yang sukses, menjadi kaya dan terkenal. Puaskah kita ketika segala kesuksesan diraih? Tidak ada yang bisa menjamin. Apalagi, kepuasan sejati itu ada setelah manusia mati, yakni dalam hidup yang kekal. Karena itu, lebih bijak bila tenaga diarahkan untuk meraih makna hidup.

Kisah pembangunan Bait Suci pada masa Nabi Hagai memberi pembelajaran tentang makna hidup. Ketika bangsa Yahudi enggan melanjutkan pembangunan Bait Suci, mereka mengalami gagal panen, kekurangan makanan, dan kelelahan (6-7). Langit menahan embunnya dan bumi pun menahan hasilnya. Apa yang mereka harapkan tidak didapatkan karena mereka mengabaikan pekerjaan pembangunan Bait Suci (9-10). Hal ini merupakan gambaran tentang kekeringan hidup, ketika manusia mengabaikan relasi dengan Penciptanya.

Sebaliknya, ketika mereka bergegas melakukan pekerjaan Tuhan, dengan segera mengambil kayu untuk membangun rumah bagi Allah, kemuliaan Tuhan pun dinyatakan (8). Bahkan, tidak berhenti di situ; ketika mereka berbalik kepada-Nya, Tuhan pun menyertai dan membangkitkan semangat mereka (13-14).

Sedemikian pentingnya hidup yang selalu terkoneksi dengan Sang Ilahi. Hanya dalam keterhubungan yang tidak terpisahkan, manusia dapat menemukan makna hidupnya yang sejati. Saat itulah manusia akan merasakan dorongan kuat dan semangat tinggi untuk turut berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan. Itulah yang dikehendaki Tuhan, supaya umat-Nya mau ambil bagian dalam pekerjaan-Nya, dengan cara membangun Bait Suci. Mereka berada di dunia ini bukan hanya untuk hidup mewah dengan rumah besar, tetapi untuk beribadah kepada Tuhan semesta alam di dalam rumah-Nya yang suci.

Makna hidup kita ada di dalam relasi kita-sebagai ciptaan-dengan Tuhan semesta alam sebagai Pencipta. Dalam rangka hadirnya kemuliaan Tuhan, firman diwartakan, dan akhirnya diketahui untuk dilaksanakan. Dengan melakukan pekerjaan-Nya, kita sadar bahwa kita hidup di dunia ini untuk selalu berada dalam keterhubungan dengan Sang Ilahi dan tinggal di dalam rahmat-Nya yang kekal. [SZR]


Saturday 25 December 2021

PERJUMPAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 2:8-20
Setahun : 

PERJUMPAAN
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:11)

Sudah menjadi kelaziman untuk menampilkan kisah kelahiran Yesus dalam setiap perayaan Natal. Kita diajak untuk kembali mengenang peristiwa besar yang menjadi tonggak sejarah keselamatan manusia yang sekaligus menandai eksistensi kekristenan. Namun, kenangan akan peristiwa tersebut kerap kali membuat kita tergelincir dalam pemikiran yang dangkal, bahwa kelahiran Yesus hanya merupakan satu momen yang pernah terjadi di masa lampau.

Yesus memang seorang tokoh sejarah. Kelahiran-Nya pun menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Akan tetapi, Dia bukan hanya menjadi sejarah dalam hidup orang yang mau membuka hati bagi-Nya. Kelahiran-Nya justru akan membentuk sejarah hidup seseorang, tepat setelah orang itu mengalami perjumpaan secara pribadi dengan diri-Nya .

Natal tidak seharusnya dipandang sebagai sekadar peristiwa sejarah masa lalu. Hari ini (ay. 11) merupakan dua kata yang berdimensi kekinian. Dimensi inilah yang membuka ruang perenungan bagi kita, bahwa Yesus harus menjadi bagian dalam keseharian hidup kita. Hidup dan karya-Nya akan selalu memberi warna dan membentuk sejarah hidup kita.

Tanpa kelahiran Yesus, kekristenan tidak memiliki dasar yang kuat untuk berbicara tentang keselamatan. Kelahiran Sang Juru Selamat harus dimaknai sebagai peristiwa perjumpaan yang berperan dalam pembentukan sejarah hidup seorang pengikut Kristus.



NATAL ADALAH PERISTIWA PERJUMPAAN DENGAN PRIBADI YESUSYANG MENJADI BAGIAN DARI SEJARAH HIDUP KEKRISTENAN KITA


Friday 24 December 2021

Di Hadapan Allah Yang Mahatahu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 14:1-11
Setahun : Wahyu 3-5

Di Hadapan Allah Yang Mahatahu
TB: Sesudah itu datanglah kepadaku beberapa orang dari tua-tua Israel dan duduk di hadapanku. | Yehezkiel 14:1 (TB)



Hati seorang manusia hanya dapat dipahami oleh dirinya sendiri. Isinya sangat rahasia dan tidak ada yang tahu. Ketika seseorang tampak berbuat baik, apakah ia sungguh-sungguh orang yang baik?

Yehezkiel duduk bersama tua-tua Israel yang datang untuk meminta petunjuk Allah, tetapi kepada Yehezkiel dinyatakan bahwa mereka adalah penyembah berhala. Ternyata, di dalam hati mereka beribadah kepada berhala Babel dan menjatuhkan diri ke dalam kesalahan. Sikap hati inilah yang membuat Allah menolak permintaan mereka (3-4).

Siapa pun yang hatinya menyimpang dari Allah dan mengikuti berhala akan dihukum dengan keras. Nabi yang menuruti godaan berhala akan terus bernubuat, tetapi ia akan ditolak dari tengah umat (7-10). Setiap orang yang hatinya serong kepada berhala akan berakhir pada penghukuman-Nya.

Allah melakukan ini agar umat-Nya menjadi penyembah yang benar, dengan batin yang terarah hanya kepada-Nya. Allah ingin agar umat-Nya yang tunduk kepada berhala bertobat dan kembali mengikuti kehendak-Nya (5-6). Allah membimbing umat-Nya agar mereka tidak lagi disesatkan oleh berbagai kenajisan, tetapi hidup setia kepada-Nya dan menyembah-Nya sebagai Allah mereka (11).

Di hadapan Allah tidak ada apa pun yang dapat ditutupi. Allah mengetahui isi hati manusia sepenuhnya dan mengerti sampai jauh ke dalam lubuk hati manusia. Oleh karena itu, manusia perlu menjaga hatinya agar selalu terarah kepada-Nya. Hati yang tunduk kepada Allah menggambarkan iman yang teguh kepada-Nya. Inilah benih kesetiaan dalam diri manusia. Makin tidak setia, makin jauh hati kita dari-Nya. Sebaliknya, makin setia, makin dekat hati kita kepada kehendak-Nya.

Mulailah menata hati untuk setia kepada-Nya. Jangan biarkan ketakutan, kegelisahan, keinginan pribadi, dan keraguan menimbulkan pemberontakan di dalam hati. Percuma jika kita beribadah kepada Tuhan, tetapi hati kita tidak tunduk kepada kehendak-Nya.

Di hadapan Allah Yang Mahatahu, bulatkan tekad untuk selalu mengarahkan hati kepada-Nya. Biarlah Allah bertakhta di dalam hati kita dan memampukan kita tetap setia sampai akhir hidup dalam kehendak-Nya. [JMS]


Thursday 23 December 2021

MAGNUM OPUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YESAYA 49:8-26
Setahun : Wahyu 1-2

MAGNUM OPUS
Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku …. (Yesaya 49:16)

Lukisan Mona Lisa merupakan salah satu magnum opus atau karya terbesar pelukis kenamaan dunia, Leonardo da Vinci. Konon, demi menyempurnakan lukisan tersebut Leonardo mengerahkan seluruh kemampuan dirinya sebagai seorang pelukis. Tidak heran apabila karya yang satu ini begitu lekat di hatinya. Keterikatan itulah yang membuat lukisan Mona Lisa tidak pernah sampai ke tangan pemesannya. Hingga akhir hayatnya, lukisan perempuan dengan senyum misteriusnya itu selalu menemani dirinya.

Sebagai buah karya Tuhan yang mulia (ay. 8), kita pun mendapat tempat istimewa di hati-Nya. Dia begitu mengasihi dan menyayangi kita, sehingga setiap detail yang menyangkut keberadaan kita terlukis indah di telapak tangan-Nya (ay. 16). Sulit bagi Tuhan untuk mengabaikan kehadiran kita (ay. 15), karena Dia memandang hidup kita begitu berharga (Yes. 43:4).

Keberadaan kita menyiratkan keindahan yang tiada tara. Kita hadir sebagai buah dari karya tangan Tuhan yang menakjubkan. Dia membentuk (ay. 8) dan menjadikan (Mzm. 119:73), bahkan menenun sejak dalam kandungan ibu kita (Mzm. 139:13). Tangan yang sama juga selalu siap untuk merengkuh kita dalam pelukan-Nya, yang menjanjikan penghiburan (ay. 13), ketika hidup terasa berat untuk kita jalani.

Keindahan hidup sebagai magnum opus Allah sudah seharusnya melahirkan sikap penghargaan terhadap diri sendiri dan sesama, serta Sang Maha Pencipta.



OLEH KARENA ENGKAU BERHARGA DI MATA-KU DAN MULIA,DAN AKU INI MENGASIHI ENGKAU.—Yesaya 43:4


Wednesday 22 December 2021

Sisi Positif Hukuman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 12
Setahun : 2 Yohanes

Sisi Positif Hukuman
TB: Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: | Yehezkiel 12:1 (TB)



Tidak ada orang yang suka menerima kabar buruk, apalagi kabar penghukuman. Tidak ada hal positif yang didapatkan, yang ada hanyalah kehancuran dan penderitaan.

Allah mengatakan bahwa umat Israel dihukum karena mereka hidup sebagai kaum pemberontak. Melalui tindakan simbolis Yehezkiel, ditunjukkan bahwa mereka akan menjadi tawanan bangsa lain dan hidup susah (3-7). Ditegaskan juga bahwa apa yang dilakukan Yehezkiel adalah lambang penghukuman yang akan menimpa setiap orang Israel. Mereka berusaha melarikan diri, tetapi akan ditangkap oleh pasukan Babel. Mereka tidak akan makan dan minum dengan tenang, dan kota kebanggaan umat Allah akan hancur dan menjadi sepi (8-20).

Setelah mendengar itu semua, umat Israel masih menyindir dan meremehkan kuasa Allah. Padahal, selama ini penglihatan diberikan supaya mereka sadar akan pemberontakan mereka dan kembali menyembah Allah. Kini, hukuman bagi umat Israel akan segera terjadi (21-28). Segala sesuatu yang telah dinyatakan Allah pasti akan terjadi sesuai dengan ketetapan waktu-Nya.

Biasanya orang melihat sebuah hukuman dari satu sisi saja, yaitu dampaknya yang merugikan dan menimbulkan efek jera. Hal ini membuat hukuman menjadi menakutkan. Padahal, ada sisi yang sebaliknya dari hukuman, yaitu sebagai sebuah peringatan. Hukuman diberikan supaya orang menghindari kesalahan secara sadar, lalu memilih untuk melakukan hal yang benar.

Kasih Allah kepada umat-Nya bersifat kekal dan tidak terbatas. Di saat Ia menghukum, kasih-Nya kepada umat-Nya tetap nyata. Penghukuman memiliki tujuan ganda: bukan semata-mata untuk menjatuhkan umat-Nya, tetapi juga untuk menyadarkan dan memberikan peringatan kepada mereka. Jika saat ini kita merasa sedang dihukum Allah, kita perlu sadar bahwa Allah tidak ingin membuat kita hancur. Sebaliknya, Allah sedang membentuk kita. Ia ingin agar umat-Nya menjadi manusia baru yang mengingat kasih-Nya yang sempurna.

Kita akan terus berjalan dalam kasih-Nya sekalipun kita sedang menghadapi dampak dari kesalahan yang kita lakukan, karena kita melihat ada sisi positif dalam hidup kita. Kehendak Allah selalu baik. [JMS]


Tuesday 21 December 2021

DENGAN HATI TERBUKA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 SAMUEL 12:7-13
Setahun : 1 Yohanes 4-5

DENGAN HATI TERBUKA
Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” (2 Samuel 12:13a)

Lewat konspirasi jahat, dengan meminjam tangan orang Amon, Daud membunuh Uria, lalu mengambil Batsyeba menjadi istrinya (2Sam. 11). Tuhan pun mengutus Natan untuk menegur Daud. Teguran terus terang dan sangat keras disampaikan kepada Daud.

Bagi sebagian orang, kedudukan tinggi membuat orang tak mau disentuh, apa pun yang ia lakukan. Tetapi, meski Daud adalah raja besar yang disegani kawan dan lawan, walau teguran keras itu membuatnya sangat malu, Daud tak tersinggung atau marah. Tak sepatah kata pun dia ucapkan untuk berdalih atau membela diri. Dengan rendah hati, Daud berkata, “Aku sudah berdosa kepada Tuhan” (ay. 13a).

Pada Daud, kita melihat teladan keterbukaan, yakni kesediaan membuka diri untuk dengan rendah hati menerima perkataan orang lain apa pun isinya, bagaimanapun cara penyampaiannya, tanpa menjadi emosional, tanpa berdalih atau membela diri.

Keterbukaan membuat kita bersedia menerima perkataan orang lain tentang apa pun, entah benar atau salah, menyenangkan atau menjengkelkan, disampaikan dengan maupun tanpa respek, dan seterusnya. Jika kita bersikap terbuka, kita bersedia mempertimbangkan masukan dari mana pun datangnya, mempertimbangkan kritik betapa pun tajamnya, rela mengaku dan minta maaf jika bersalah, dan memperbaiki sikap jika kita ternyata keliru.

Seandainya penghuni bumi berhati terbuka, damai akan lebih mudah hadir di sana, dan dunia pun akan jauh lebih baik. Agaknya, kita patut berjuang untuk memiliki keterbukaan seperti itu.



SEANDAINYA PENGHUNI BUMI BERHATI TERBUKA,DAMAI SEJAHTERA LEBIH MUDAH HADIR DI SANA


Monday 20 December 2021

Akibat Kejahatan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 11:1-13
Setahun : 1 Yohanes 1-3

Akibat Kejahatan
TB: Lalu Roh itu mengangkat aku dan membawa aku ke pintu gerbang Timur dari rumah TUHAN, pintu yang menghadap ke sebelah timur. Lihat, di dalam pintu gerbang itu ada dua puluh lima orang dan di antara mereka kulihat Yaazanya bin Azur dan Pelaca bin Benaya, yaitu pemimpin-pemimpin bangsa. | Yehezkiel 11:1 (TB)



Ada peribahasa yang mengatakan: "Tak ada asap jika tak ada api". Artinya, tidak ada akibat tanpa sebab. Penghukuman yang terjadi atas umat Israel bukan tanpa sebab.

Roh Allah mengangkat Yehezkiel ke gerbang timur Bait Allah (1). Yehezkiel melihat di dalamnya ada 25 orang, di antaranya ada pemimpin Israel, yaitu Yaazanya bin Azur dan Pelaca bin Benaya. Allah mengatakan bahwa mereka semuanya adalah orang-orang yang merencanakan kejahatan di Yerusalem (2-3). Mereka memengaruhi warga Yerusalem untuk mengabaikan bahaya musuh dan membangun rumah-rumah baru karena yakin bahwa mereka akan tetap aman di balik tembok kota.

Hati mereka tidak lagi setia kepada Allah, sehingga mereka mendapat kebalikan dari yang mereka harapkan. Tembok kota tidak berguna sama sekali. Mereka tidak akan terlindung, tetapi akan dibawa keluar dan mati terbunuh oleh pasukan Babel (7-10). Mereka telah memulai kejahatan dengan membunuh penduduk Yerusalem. Kini mereka menjadi korban kejahatan yang dilakukan oleh bangsa Babel.

Allah melakukan penghukuman sebagai peringatan bahwa akibat dari hidup tidak setia kepada-Nya adalah datangnya kematian sebagai hukuman dari Tuhan (10-12). Inilah yang membuat Yehezkiel memohon pengampunan bagi umat Israel.

Berhati-hatilah dalam menjalani hidup. Ingat bahwa ada akibat dari setiap hal yang kita lakukan. Kita harus menghindari penyebab dosa dengan menjaga hidup sesuai dengan kehendak Allah. Umat Israel pernah mengalaminya. Pada awalnya mereka hidup aman dalam perlindungan Allah. Karena menyembah berhala, mereka menjalani hidup dengan cara-cara yang jauh dari kehendak Allah. Akibatnya, umat Israel hidup terbuang dari negerinya, menjadi tawanan bangsa Babel. Hidup mereka serba tidak bebas dan terancam.

Kehidupan kita perlu kita perhatikan dengan saksama. Janganlah kita menggunakan kelemahan manusia sebagai alasan untuk lepas tangan. Sekalipun ada pelanggaran yang mendatangkan kesusahan, kita tetap dapat memohon anugerah pengampunan-Nya. Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya yang mau bertobat. [JMS]


Sunday 19 December 2021

TIDAK HITAM PUTIH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 1:18-25
Setahun : 2 Petrus 1-3

TIDAK HITAM PUTIH
Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (Matius 1:19)

Mengambil keputusan yang benar sangat penting. Keputusan yang salah bisa berakibat fatal. Namun, senyatanya, hidup ini tidak hanya berwajah “hitam putih” dengan garis batas salah benarnya pengambilan keputusan. Adakala kendati keputusan yang kita ambil sudah benar, laju kehidupan kita tidak bergantung padanya atau otomatis seiring sejalan dengannya.

Sebenarnya kata Yunani yang diterjemahkan dengan “tulus hati” adalah dikaios, berarti: adil, benar. Yusuf diakui sebagai adil atau benar, sebab di tengah pergumulan berat akhirnya ia mengambil keputusan yang tak mementingkan diri sendiri—yakni bercerai diam-diam. Meskipun demikian, yang terjadi dalam hidupnya jauh berbeda dengan keputusan tersebut. Kendatipun benar, jalan hidup Yusuf ternyata tidak ditentukan oleh keputusan itu, melainkan oleh anugerah dan rencana Allah yang jauh melampaui pikirannya.

Aku sudah berdoa dan memutuskan yang benar, mengapa akibatnya begini? Tak kuduga, begitu banyak kesukaran dalam pekerjaan ini, salahkah keputusanku untuk memilihnya? Pertanyaan yang sering mengusik kita, bukan? Tentu, kita harus belajar untuk sedapat mungkin membuat keputusan yang benar. Namun jangan beranggapan bahwa jalan hidup kita semata-mata bergantung pada benar tidaknya keputusan kita. Warna-warni kehidupan ini memberitahu kita bahwa keputusan benar tak menjamin akan lancar. Keputusan salah bukan berarti segalanya buyar. Tuhan berkuasa mengatur hidup kita supaya selaras dengan hikmat dan rancangan-Nya yang sempurna.



SESUDAH KITA MENGAMBIL KEPUTUSAN TETAPLAH PERCAYA SERTA TUNDUK PADA HIKMAT DAN KEPUTUSAN TUHAN


Saturday 18 December 2021

Kesetiaan Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 9
Setahun : 1 Petrus 3-5

Kesetiaan Tuhan
TB: Lalu aku mendengar Dia berseru dengan suara yang nyaring: "Maju ke mari, hai, yang harus menjalankan hukuman atas kota ini! Masing-masing dengan alat pemusnah di tangannya!" | Yehezkiel 9:1 (TB)



Ancaman Tuhan tidak pernah merupakan ancaman kosong. Dalam pasal sebelumnya (Yeh.8:18) dinyatakan bahwa Tuhan akan membalas dalam murka-Nya, sekarang Ia menyuruh para eksekutor untuk melaksanakan penghakiman-Nya.

Tuhan mengirim para malaikat-Nya untuk menghancurkan Yerusalem. Namun, sebelum penghakiman dilakukan, Tuhan menyuruh seorang dari mereka untuk memberikan tanda T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala kekejian yang terjadi (4). Mereka adalah umat yang setia, yang menangis karena dosa penyembahan berhala yang dilakukan di sana. Tuhan memerintahkan supaya mereka tidak disentuh (6). Tuhan tidak akan membiarkan umat yang setia dihukum seperti mereka yang tidak setia. Dalam murka-Nya sekalipun, Tuhan tetap meluputkan dan melindungi umat-Nya yang setia.

Penghakiman Tuhan dimulai dari tua-tua di hadapan Bait Suci, dan terus dijalankan kepada semua orang yang tidak bertanda T. Bait Suci yang seharusnya dijadikan tempat penyembahan yang kudus, kini dinajiskan dan dipenuhi dengan orang-orang yang mati (6-7).

Penghakiman Tuhan begitu mengerikan sampai-sampai Yehezkiel tidak tahan melihatnya dan memohon kepada Tuhan. Namun, kesalahan umat sudah keterlaluan. Mereka hidup dalam kemurtadan dan berharap kepada dewa-dewi Babel. Mereka tidak lagi menghormati Tuhan sebagai Tuhan atas mereka (9). Karena itu, Tuhan menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan ketidaksetiaan mereka.

Dengan demikian, sangat penting bagi kita sebagai umat Tuhan untuk mengerti betapa pentingnya menjalankan kehidupan dengan takut akan Dia. Kita akan dituntut dengan standar yang lebih tinggi dan dihakimi terlebih dahulu. Akan tetapi, jangan lupa bahwa Ia adalah Allah Yang Setia, yang akan menunjukkan penyertaan dan kesetiaan-Nya kepada orang-orang yang setia dan taat kepada-Nya.

Percayalah bahwa Tuhan selalu setia. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak setia kepada-Nya. Ia selalu menunjukkan penyertaan dan perlindungan-Nya. Itulah berkat bagi mereka yang tetap setia kepada-Nya di tengah dunia yang keji. [INT]

Yehezkiel 8

Seorang yang tampil baik belum tentu memiliki hati yang baik pula. Dari luar, seseorang bisa berkata-kata sopan dan berpenampilan menarik. Namun, siapa yang tau kalau di dalam hatinya ia memendam kebencian dan mengutuk banyak orang, bahkan meremehkan Allah.

Bagaimana dengan tua-tua di Kerajaan Yehuda? Bukankah mereka ini orang-orang kudus yang selalu melayani di Bait Suci dan memimpin ibadah umat Allah? Sayangnya, apa yang Allah nyatakan sama sekali berbeda.


Friday 17 December 2021

KALA HATI RAPAT TERTUTUP

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YUNUS 4:1-5
Setahun : 1 Petrus 1-2

KALA HATI RAPAT TERTUTUP
Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?" Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. (Yunus 4:4-5)

Seperti yang dikhawatirkan Yunus, Tuhan berbelaskasihan dan mengampuni penduduk Niniwe. Yunus, yang menginginkan kebinasaan Niniwe, begitu marah hingga ia memilih mati (ay. 3). Melihat reaksi Yunus, Tuhan bertanya, “Layakkah engkau marah?” (ay. 4). Dan, apa yang kemudian terjadi?

“Yunus telah keluar meninggalkan kota itu …” (ay. 5a). Terjemahan ini kurang tepat. Teks Ibrani “Wayatsa Yonah min-ha’ir …” seharusnya diterjemahkan menjadi “Maka keluarlah Yunus dari kota itu …”. Apa artinya? Begitu Yunus mendengar pertanyaan Tuhan “Layakkah engkau marah?”, dia langsung meninggalkan Niniwe. Tanpa menjawab, tanpa berpamitan, tanpa berbicara sepatah kata pun, Yunus langsung pergi.

Respons yang keterlaluan itu menunjukkan betapa Yunus sama sekali tak mau menerima koreksi atas sikapnya yang salah. Respons Yunus yang tak pantas itu menunjukkan sikap Yunus yang amat tertutup, yang menolak mengakui pandangannya yang salah, dan menolak mengoreksi prinsipnya yang keliru. Sampai ujung kitab Yunus, Alkitab tidak menceritakan bagaimana akhirnya sikap Yunus.

Ada pelajaran berharga yang patut kita ambil dari sana: Ketertutupan ternyata bisa sedemikian parah hingga sedikit pun tak ada kesediaan untuk mendengar pendapat yang berbeda, setitik pun tak ada celah untuk menerima kritik, apalagi melakukan koreksi diri atas pandangan dan sikap yang keliru. Kisah Yunus adalah kritik yang keras terhadap ketertutupan, sekaligus ajakan untuk serius menjauhi ketertutupan, dan menggantinya dengan keterbukaan.



KETERTUTUPAN ADALAH TEMBOK TEBAL YANG TAK MEMBERI JALAN BAGI PERBAIKAN DAN PERUBAHAN.—O.S. Raille


Thursday 16 December 2021

Pengadilan Pasti Datang

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 7
Setahun : Yakobus 1-5

Pengadilan Pasti Datang
TB: Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: | Yehezkiel 7:1 (TB)



Tuhan kita adalah Tuhan yang adil, yang menyatakan penghukuman-Nya atas orang yang bersalah. Akan tetapi, apakah itu semua benar-benar terjadi?

Tuhan bernubuat bahwa kesudahan Israel telah tiba dan mereka akan berakhir. Tuhan akan mencurahkan murka-Nya atas umat-Nya, menghakimi mereka selaras dengan tingkah laku mereka, dan akan membalaskan segala perbuatan keji mereka. Pernyataan itu diulang dua kali (3-4, 8-9), menekankan betapa pentingnya umat mengerti prinsip ini.

Dahulu mereka meminta bantuan kepada berhala dan menyombongkan diri dengan segala kemewahan. Sekarang penghukuman Tuhan tiba dan mereka tidak berdaya. Semua kebanggaan mereka dirampas dan dihancurkan. Pasukan perang, emas, dan patung berhala sama sekali tidak mengubah situasi. Bahkan, Bait Suci akan dibiarkan Tuhan untuk dijarah dan dinajiskan oleh musuh (10-23). Apa pun usaha yang mereka lakukan, Tuhan akan menyatakan penghakiman-Nya dan Ia tidak akan membatalkannya. Pada akhirnya, mereka tunduk di bawah pengadilan-Nya dan Tuhan menyatakan diri-Nya: "Akulah TUHAN" (27).

Ketika kita melihat kejatuhan kaum Israel, kita harus mengingat bahwa Tuhan itu adil dan kuasa pengadilan-Nya sungguh nyata. Di dalam Perjanjian Lama, hukum keadilan Tuhan adalah "mata ganti mata, gigi ganti gigi" (lih. Ul.19:21). Ini adalah perintah yang diberikan supaya umat yang bersalah diadili dan dihukum secara setimpal.

Apakah hukum ini juga berlaku bagi kita sekarang? Tentu saja. Kita memang tidak lagi tinggal di masa Perjanjian Lama, tetapi bukan berarti kita terlepas dari keadilan-Nya.

Tuhan kita adalah Tuhan Yang Adil dan Mahakuasa. Ialah Sang Hakim yang berkuasa mengadili segala ciptaan. Kita semua nanti akan menghadap takhta pengadilan Kristus dan memperoleh apa yang patut kita terima, sesuai dengan yang kita lakukan dalam hidup ini (lih. 2Kor. 5:10). Kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, karena pengadilan Tuhan pasti datang, dan kita akan diminta pertanggungjawaban atas semua perkataan dan perbuatan kita. [INT]


Wednesday 15 December 2021

AKU MENGGENDONGMU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YESAYA 46:1-4
Setahun : Ibrani 11-13

AKU MENGGENDONGMU
“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya 46:4)

Putri saya yang kala itu berusia tiga tahun, berlarian ketika kami mengajaknya ke sebuah mal. Anak itu terus berlari tanpa peduli lagi pada dunia. Peringatan saya kepadanya pun sepertinya tidak berguna. Kami pun membiarkannya sampai akhirnya dia terduduk lemas di lantai, dengan napas terengah-engah. Ia memanggil-manggil saya sambil mengulurkan kedua tangannya. Saya tahu apa artinya! Saya mengangkat tubuhnya, meletakkan kepalanya tepat di bahu saya, menggendongnya, dan... dalam hitungan menit, ia tertidur begitu pulasnya.

Melihat tingkahnya, saya berpikir tidak ingin menjadi anak seusianya. Tapi terkadang saya berpikir betapa menyenangkan menjalani hidup tanpa tekanan, ketika ada orang tua yang bisa mengurus semuanya. Namun pada satu titik saat saya merasa betapa lelahnya menjalani hidup dengan segala deritanya, saya mendapati bahwa Allah melakukan sama persis ketika saya mengangkat dan menggendong putri saya. Ketika rambut di kepala saya mulai memudar warnanya, ketika tubuh semakin lemah, Allah masih tetap setia mengurus dan menggendong saya sebagai anak-Nya.

Firman dan janji-Nya sungguh menyejukkan hati di kala kelelahan dan keletihan melanda hidup kita. Allah mendukung kita tidak saja saat kita masih berada dalam kandungan, tetapi di saat usia kita semakin menua, saat rambut kita memutih, bahkan saat kita tak lagi berdaya. Bahkan ketika orang-orang yang kita cintai tak lagi mampu memberikan pelukan, Allah tetap setia memeluk kita di bahu-Nya. Dia benar-benar Bapa yang ajaib!



DI SEPANJANG HIDUP KITA, SEJAK KITA DILAHIRKAN SAMPAI TIADA,ALLAH TETAP SETIA MENDUKUNG DAN MENGGENDONG KITA


Tuesday 14 December 2021

Sedikit yang Setia

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 5
Setahun : Ibrani 8-10

Sedikit yang Setia
TB: Dan engkau, anak manusia, ambillah sebilah pedang yang tajam dan pakailah itu sebagai pisau cukur tukang pangkas; cukurlah rambutmu dan janggutmu dengan itu; lalu ambillah sebuah timbangan dan bagi-bagilah rambutmu. | Yehezkiel 5:1 (TB)



Pengepungan Yerusalem merupakan kabar buruk bagi kaum Israel. Namun, nubuat dari Tuhan belum berakhir.

Dalam nas hari ini, Yehezkiel disuruh mencukur rambut dan janggutnya (1). Ini menandakan penghinaan terhadap Yerusalem dan hilangnya jati diri mereka. Kemudian, sepertiga dari rambut tersebut harus dibakar, sepertiga dipotong dengan pedang, dan sepertiga dihamburkan ke dalam angin (2). Ini artinya sepertiga umat akan mati kena sampar dan kelaparan, sepertiga akan mati oleh serangan musuh, dan sepertiga akan disebarkan ke pembuangan (12). Dengan demikian, Yerusalem yang dibanggakan oleh kaum Israel sebagai pusat bangsa-bangsa akan dibuat menjadi reruntuhan dan celaan (14-15).

Apakah artinya tidak ada umat yang akan diselamatkan? Ternyata masih ada sedikit umat yang diambil. Dalam ayat 3, Tuhan berkata kepada Yehezkiel: "Engkau harus mengambil sedikit dari rambut itu dan bungkus di dalam punca kainmu." Ini menandakan sedikit umat yang akan hidup di pembuangan di Babel. Meski mereka juga hidup dalam penderitaan, mereka diluputkan dari kematian. Itulah umat yang setia, yang biasanya disebut "yang sisa" yang akan Tuhan pelihara. Mereka tetap menyembah Tuhan di tengah mayoritas umat yang menolak hukum Tuhan dan menyembah berhala. Dari sekian banyak kaum Israel yang binasa, ada sedikit yang setia.

Dengan demikian, Alkitab jelas mengajarkan bahwa tidak semua umat Tuhan adalah umat yang sungguh-sungguh setia. Bahkan, mayoritas umat dalam masa hidup Yehezkiel adalah umat yang hidup dalam kejahatan dan kekejian. Bagaimana dengan orang Kristen pada masa sekarang? Apakah masih ada orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh setia? Tentu saja. Banyak orang Kristen mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi sedikit yang tetap menaati Tuhan dan mempertahankan jati diri sebagai umat Tuhan.

Pada akhirnya, Tuhan akan memisahkan umat yang setia (orang Kristen lahir baru) dari umat yang tidak setia (orang Kristen KTP). Setiap kita perlu merefleksikan diri: umat seperti apakah kita? Perbuatan dan perilaku dalam hidup kita akan membuktikan kesetiaan seperti apa yang kita miliki. [INT]


Monday 13 December 2021

MENINGGALKAN KENYAMANAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 12
Setahun : Ibrani 5-7

MENINGGALKAN KENYAMANAN
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.” (Kejadian 12:1)

Siapa yang tidak menyukai kenyamanan? Pekerjaan mapan. Keluarga harmonis. Tinggal di lingkungan yang aman. Memiliki teman yang akrab. Pasti berat ketika harus meninggalkan semua itu secara tiba-tiba. Terlebih jika kita belum mengetahui situasi dan kondisi tempat tujuan yang akan kita datangi.

Allah memerintahkan Abram untuk meninggalkan tanah kelahirannya. Meninggalkan keluarga besar yang begitu mengayominya, menuju suatu tempat yang belum diketahuinya. Perintah ini menguji Abram, apakah ia memercayai Allah lebih dari yang dapat ia lihat, atau lebih mencintai tanah kelahirannya, teman-teman terkasihnya dan segala kenyamanannya. Ternyata Abram menuruti saja kehendak Allah, tanpa menyisakan ruang untuk menempatkan keraguan dalam hatinya terhadap wewenang Ilahi. Padahal, tidak ada jaminan yang tampak jelas selain mengandalkan kepercayaan kepada Allah.

Sering kali hidup sebagai orang percaya menuntut kita berlaku seolah konyol. Meninggalkan apa yang kelihatan demi apa yang tidak kelihatan. Rela mengalami penderitaan dengan berharap menerima kemuliaan yang masih menjadi harapan. Syukur karena Allah yang kita sembah senantiasa menggenapi janji-Nya. Seperti rancangan dan penyertaan yang diberikan-Nya kepada Abram, Allah juga menyediakan rancangan yang baik bagi kehidupan kita. Tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan selain memainkan peran kita seturut kehendak-Nya. Dengan cara demikian kita diajar untuk terus bergantung pada penyertaan Allah dan membawa hati supaya senantiasa berfokus kepada-Nya.



JANGAN SAMPAI KEAMANAN DAN KENYAMANAN MEMBUAT KITA ENGGAN TERLIBAT DALAM PENGGENAPAN RENCANA BAIK TUHAN


Sunday 12 December 2021

Mencari Tahu Kehendak Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 3:16-27
Setahun : Ibrani 1-4

Mencari Tahu Kehendak Allah
Bacaan: Yehezkiel 3:16-27 | Santapan Harian (Minggu, 12 Desember 2021)



Tugas seorang penjaga benteng adalah mengawasi dan memperingatkan adanya bahaya. Ia dituntut untuk selalu waspada dan berjaga-jaga karena ia tidak tahu kapan musuh menyerbu.

Yehezkiel dipanggil untuk menjadi penjaga Israel setelah ia berdiam diri di tepi sungai Kebar selama tujuh hari. Sebagai penjaga, ia harus siap sedia untuk menerima firman Allah dan menyampaikannya kepada kaum Israel (16-17). Yehezkiel harus memperingatkan mereka akan kejahatan mereka sekalipun bangsa itu memberontak karena Allah akan menuntut pertanggungjawabannya bila ia diam saja (18, 20). Sebaliknya, Allah akan memberikan keselamatan bila ia angkat bicara dan menyuarakan peringatan Allah (19, 21).

Seorang nabi harus bersiap untuk menyerukan firman Allah, tetapi bukan berarti ia dapat melakukannya dengan gegabah. Yehezkiel bersiap diri untuk mendengarkan Allah, namun sungguh heran, ia malah diminta untuk pulang dan mengurung diri (24). Ibarat seorang prajurit di medan perang yang disuruh mundur dan bukannya maju berperang. Misi Yehezkiel seakan-akan terhenti di sini. Namun, kenyataannya tidak demikian. Semua ini karena Allah tidak ingin Yehezkiel bertindak sebelum waktunya. Ia belum boleh menemui kaum Israel dan berbicara sebelum Allah berfirman kepadanya (25-27). Allah tahu waktu yang tepat, dan Ia ingin agar Yehezkiel mempersiapkan diri lagi.

Sebagai hamba Tuhan yang dipanggil untuk membawa firman Tuhan pun kita harus terus mencari kehendak Allah. Hal ini karena kapan kita bertindak dan bagaimana kita memperingatkan sesama sepenuhnya bergantung pada kehendak Allah. Tentu, kita bisa melakukannya dengan menyediakan waktu untuk belajar kebenaran itu sendiri. Pemahaman yang kuat sangat diperlukan agar apa yang kita lakukan atau tidak kita lakukan bukan hanya untuk memuaskan perasaan kita, melainkan untuk melaksanakan kehendak Allah bagi umat-Nya.

Ada saatnya kita keluar dan menyerukan peringatan Allah, ada juga saatnya kita berdiam diri dan mendengarkan Allah. Hal yang lebih penting adalah mencari tahu kehendak-Nya sehingga kita dapat melangkah dengan benar dan kebenaran itu disampaikan dengan tepat. [SLM]


Saturday 11 December 2021

ANUGERAH MELAHIRKAN SYUKUR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TIMOTIUS 1:12-17
Setahun : Titus 1 - Filemon 1

ANUGERAH MELAHIRKAN SYUKUR
Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian, aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. (1 Timotius 1:16)

Demi menjaga popularitas dan pencapaian yang telah diraih, beberapa tokoh terkenal memilih untuk berbohong, mengingkari kisah kelam mereka. Menutupi kekurangan dan keburukan mereka pada masa lalu.

Hal berbeda terjadi pada Paulus. Paulus tidak menutupi latar belakangnya sebagai seorang penganiaya jemaat Allah yang ganas. Perubahan dari masa lalunya yang kelam juga tidak diikuti dengan kesombongan. Paulus mengaku, Yesuslah yang berkarya baginya. Yesus memberikan kekuatan dan kepercayaan kepadanya untuk melakukan pelayanan. Paulus menyadari bahwa Allah, melalui Yesus mengasihani dirinya sebagai orang yang paling berdosa. Semua yang terjadi padanya adalah semata-mata berkat kesabaran dan kasih karunia Allah. Rasa "tahu diri" Paulus mendorongnya melayani dengan sepenuh hati dengan harapan semakin banyak orang beroleh pemulihan hidup seperti yang ia alami.

Seperti Paulus, kita pun harus mengakui masa lalu yang penuh dengan dosa. Sebagai gereja, kita adalah kumpulan orang berdosa yang dipanggil untuk menerima kasih karunia Allah. Karena itu jangan sampai kita menjadi lupa diri bahwa pengudusan kita bersumber dari kasih karunia Allah, bukan kekuatan kita! Kiranya anugerah Allah melahirkan ungkapan syukur yang memampukan kita bersikap rendah hati. Alih-alih merasa paling suci, menjauhi orang berdosa, sulit mengampuni, sulit mengasihi dan mencari kesenangan diri, mari kita persembahkan hidup untuk melayani Tuhan dan sesama. Menjadi saksi Injil supaya banyak orang merasakan kasih karunia Allah.



ORANG PALING BERDOSA YANG MENDAPAT KASIH ALLAH, MENJADI CONTOHAGAR BANYAK ORANG PERCAYA KEPADA-NYA DAN BEROLEH HIDUP YANG KEKAL


Friday 10 December 2021

Melepaskan Topeng

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Titus 2:11-15
Setahun : 2 Timotius 1-4

Melepaskan Topeng
TB: Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. | Titus 2:11 (TB)



Penari topeng selalu mengenakan topeng ketika mempertunjukkan tariannya. Penonton tidak dapat melihat ekspresi wajah mereka selain yang terukir pada topeng. Mereka memang sengaja tidak memperlihatkan wajah karena topeng sudah menjadi ciri khusus dalam tarian mereka. Tanpa disadari, kita sebagai orang percaya pun sering mengenakan topeng untuk menyembunyikan hidup kita yang sebenarnya.

Rasul Paulus mengingatkan akan kasih karunia Allah yang telah nyata. Allah telah berkarya menyelamatkan manusia, dan kini Ia mendidik kita agar meninggalkan kefasikan (11-12a). Segala keinginan duniawi yang jahat, seperti seperti hawa nafsu, ketamakan, dan apa pun itu, menguasai diri manusia sehingga membuat kita jauh dari Allah. Sekarang, selagi kita masih ada di dunia ini, kita mau hidup bijaksana, adil, dan beribadah sambil terus menantikan hari kedatangan Yesus Kristus kembali (12b-13).

Paulus menyampaikan kepada Titus dan tentunya kepada kita semua, agar mengingat bahwa kita telah dibebaskan dari segala dosa. Kita diselamatkan bukan untuk hidup semena-mena, tetapi untuk menjadi umat milik Tuhan yang kudus dan yang selalu berbuat baik (14). Maka, kita bukan cuma memakai topeng dan berpura-pura baik, tetapi menjalani hidup dengan penuh kewibawaan di depan semua orang.

Nyatanya, topeng kerohanian belum sepenuhnya ditinggalkan oleh orang percaya zaman sekarang. Ada yang tampak baik di luar, rajin beribadah, bersekutu, bahkan tekun mengerjakan pelayanan. Namun, ketika ia berada di tengah pergaulan orang-orang yang tidak beriman, ia berubah 180 derajat. Ia tidak lagi mencerminkan identitasnya sebagai orang percaya. Seakan-akan di dalam gereja ia mengenakan topeng pengikut Kristus, lalu di luar gereja ia melepaskannya dan bersikap sesuka hati.

Kasih karunia Allah telah dinyatakan dan Yesus Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk membebaskan umat-Nya. Karena itu, hendaklah kita hidup sesuai dengan ajaran-Nya, juga saling menasihati sesama agar kemuliaan Allah nyata dalam hidup kita. Bila kita masih mengenakan topeng, lepaskanlah dan berbaliklah kepada Allah. [SLM]


Thursday 9 December 2021

NGEYEL

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YUNUS 1:1-3
Setahun : 1 Timotius 1-6

NGEYEL
Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. (Yunus 1:3a)

Ngeyel (bahasa Jawa) berarti sulit diberi tahu, suka menentang (nasihat, arahan, dll.), cenderung menuruti kemauan sendiri, mengambil jalan tidak pada arah yang seharusnya ditempuh, bahkan memilih langkah yang menjauhi atau bertentangan dengan tujuan yang harus dicapai, tanpa alasan memadai, atau tanpa alasan sama sekali.

Tuhan mengutus Yunus ke Niniwe untuk mengingatkan penduduk kota itu agar mereka bertobat (ay. 2), tetapi Yunus justru ke Yafo, lalu berlayar ke Tarsis untuk menjauhi tugas itu, bahkan untuk menjauh dari Tuhan (ay. 3). Alasan Yunus? Yunus tidak mau orang Niniwe bertobat, diampuni, dan selamat. Yunus ingin orang Niniwe dibinasakan. Alasan yang egois dan kejam. Ternyata, Yunus adalah orang yang ngeyel, bahkan—tak tanggung-tanggung—Yunus ngeyel kepada Tuhan.

Tetapi, tahukah Anda bahwa kita pun—sesekali atau sering— bersikap seperti Yunus: ngeyel kepada Tuhan? Mungkin ada yang bilang, “Ngeyel kepada Tuhan? Mana kami berani? Kalaupun ngeyel, kami ngeyel yang biasa-biasa saja.” Benarkah? Coba lihat ini: Mestinya beribadah di gereja, tetapi menghabiskan hari Minggu di tempat wisata. Mestinya bertindak jujur, tetapi melakukan korupsi. Mestinya menggunakan waktu secara bertanggung jawab, tetapi menghabiskannya untuk hal-hal tak bermakna. Dan banyak lagi. Bukan ngeyel kepada Tuhankah semua itu?

Agaknya, tak habis-habisnya kita harus bertelut memohon ampun kepada Tuhan, karena makin dalam kita memandang hidup kita, makin banyaklah kita temukan ke-ngeyel-an kita kepada Tuhan.



MAKIN DALAM KITA MEMANDANG HIDUP KITA, MAKIN BANYAKLAHKITA TEMUKAN KE-NGEYEL-AN KITA KEPADA TUHAN


Wednesday 8 December 2021

DIRIMU BERARTI BAGI TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 KORINTUS 12:12-31
Setahun : 2 Tesalonika 1-3

DIRIMU BERARTI BAGI TUHAN
Malahan justru anggota-anggota tubuh yang tampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. (1 Korintus 12:22)

Suatu kali ada jemaat yang datang kepada saya sambil menangis, “Kak, saya kok rasanya tidak memiliki talenta apa-apa untuk melayani Tuhan. Saya tidak bisa menyanyi, bicara di depan orang, dll.” Saya pun menghiburnya dan membuatnya melihat bahwa selama ini kehadirannya juga banyak memberkati orang lain. Sambil memegang pundaknya saya berkata, “Ibu, ibu sudah melakukan pelayanan. Ibu sudah banyak mengajak jemaat lain untuk beribadah. Tiap kali ada yang tidak datang, ibu rela untuk mendatangi mereka.” Banyak orang memandang pelayanan adalah sesuatu yang kelihatan hebat, kita lupa bahwa Tuhan juga dapat membuat orang terberkati meski itu adalah pelayanan yang sederhana.

Paulus menasihatkan kepada jemaatnya di Korintus bahwa orang percaya adalah satu tubuh Kristus dimana semuanya dapat saling melengkapi untuk melayani Tuhan. Anggota tubuh memiliki peran masing-masing dan tidak ada yang merasa penting karena semuanya saling membutuhkan (ay. 14-21), apalagi anggota yang nampaknya tidak mendapat perhatian lebih. Paulus mengajarkan agar jemaat dapat saling menghargai keunikan masing-masing (ay. 23-25) dan menyadari bahwa itu adalah karunia dari Tuhan.

Setiap orang diberikan karunia masing-masing oleh Tuhan, maka kita tidak boleh minder atau sebaliknya merasa sombong. Kita dapat saling melengkapi sebagai tubuh Kristus, karena ada banyak pelayanan yang bisa dikerjakan bersama-sama. Setiap orang berarti bagi Tuhan dan kehadiran diri kita tetap dibutuhkan.



KITA TETAP DIBUTUHKAN, JANGAN MINDER DAN TERUS LAYANI TUHANDENGAN KARUNIA YANG KITA MILIKI


Tuesday 7 December 2021

JANGANLAH ENGKAU TAKUT!

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 1:18-25
Setahun : 1 Tesalonika 1-5

JANGANLAH ENGKAU TAKUT!
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Matius 1:20)

Untuk suatu peristiwa penting, perkataan pertama yang terucap dari “si pemberi pesan” terkadang menjadi kunci dari keseluruhan pesan yang hendak disampaikan. Mengabaikan akan hal ini dapat membuat “si penerima pesan” melewatkan hal yang penting tersebut. Inilah yang terjadi ketika malaikat Tuhan menampakkan diri melalui mimpi, lalu mengawali pesannya kepada Yusuf dengan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu.”

Pesan agar Yusuf “jangan takut” dalam menerima berita sukacita “Natal pertama” juga disampaikan oleh malaikat seusai memberi salam kepada Maria, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah” (Luk. 1:30). Yusuf dan Maria perlu mendengar pesan yang menenteramkan itu, karena berita bahwa mereka akan menjadi “orang tua jasmani” dari bayi Yesus tak hanya mendatangkan sukacita, tetapi dapat menimbulkan ketakutan karena apa yang kelak akan terjadi. Misalnya saja, Maria akan mengandung dalam kondisi masih bertunangan atau saat bayi Yesus dikejar hendak dibunuh atas titah Herodes, sehingga Yusuf harus membawa mereka mengungsi ke Mesir (bdk. Mat. 2:13-15), supaya terhindar dari murka Herodes.

Jadi, apakah saat ini hidup kita sedang dilanda oleh ketakutan? Kiranya pesan yang malaikat Allah sampaikan pada Yusuf dan Maria kembali bergema dalam roh, hati, dan pikiran kita. Ya, jangan takut menghadapi tantangan dan pergumulan hidup, karena sesungguhnya Dia menyertai kita senantiasa, seperti namanya disebut … Imanuel!



DALAM DAMAI SEJAHTERA ILAHI,SEGALA KETAKUTAN DAPAT SEKETIKA MENJADI SIRNA


Monday 6 December 2021

KARENA TIDAK MELAKUKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 25:31-46
Setahun : Kolose 1-4

KARENA TIDAK MELAKUKAN
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” (Matius 25:45)

Orang bilang, “Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab.” Kita setuju, bukan dalam arti “silakan berbuat asal mau memikul akibat”, melainkan bahwa semua yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Pertanyaannya, hanya yang dilakukan sajakah yang harus dipertanggungjawabkan?

Ternyata tidak begitu. Sabda Tuhan menyatakan bahwa kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan (ay. 35-40), dan juga apa yang tidak kita lakukan (ay. 42-45). Mengapa demikian? Tindakan adalah realisasi keputusan: keputusan untuk melakukan sesuatu, dan keputusan untuk tidak melakukan sesuatu. Artinya, tindakan kita meliputi apa yang kita lakukan, dan apa yang tidak kita lakukan. Sebab itu, kita bersalah tak hanya karena hal keliru yang kita lakukan, namun juga karena hal benar yang tidak kita lakukan.

Ketika para penyandang cacat harus bersusah payah menaiki tangga ke ruang ibadah, gereja bersalah karena tak menyediakan jalur khusus untuk mereka. Ketika penularan Covid-19 masih tinggi dan kita mengabaikan protokol kesehatan, kita bersalah karena tidak menjaga diri dan sesama.

Untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, kita tentu punya alasan, dan bisa saja alasan itu sahih. Namun, jika tak ada alasan yang cukup, kita sungguh bersalah jika tidak melakukan hal yang kita harus dan bisa lakukan. Jangan lupa, dunia ini terpuruk tak hanya karena orang-orang jahat melakukan hal-hal jahat, tetapi juga karena orang-orang baik tidak melakukan hal-hal baik yang seharusnya mereka lakukan.



TIDAK MELAKUKAN HAL BENAR YANG SEHARUSNYA KITA LAKUKAN ADALAH SEBUAH KESALAHAN


Sunday 5 December 2021

PERCAYA, BERSERAH, DAN TAAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 1:26-38
Setahun : Filipi 1-4

PERCAYA, BERSERAH, DAN TAAT
Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana caranya, padahal aku belum bersuami?” (Lukas 1:34)

Pada momen Natal pertama, kita mengerti bagaimana Maria harus bergumul ketika menerima berita sukacita, bahwa ia terpilih menjadi ibu jasmani dari bayi Yesus, saat menjadi tunangan Yusuf. Meskipun saat itu dalam konteks budaya Maria sudah resmi menjadi pasangan Yusuf, tetapi berita kehamilan dalam kondisi masih bertunangan menjadi hal yang sangat berisiko. Maria tak hanya dapat dianggap melakukan perzinaan, tetapi dapat diceraikan Yusuf karena mengandung tanpa ada kontak fisik dengan Yusuf!

Terhadap peristiwa di atas, sebenarnya Allah dapat mengintervensi lebih dini, misalkan dengan berfirman kepada Yusuf agar meresmikan status suami istri dengan Maria, barulah kabar mengandungnya Maria oleh Roh Kudus disampaikan. Namun, dalam hal ini kedaulatan Allah memegang otoritas penuh atas Maria, yang lantas merespons dengan penyerahan diri sebagai hamba Allah (ay. 38). Fakta bahwa Yusuf dan Maria lantas menjalani semua hal itu dengan menaati tuntunan Allah, menjadi kunci dalam momen “Natal pertama” sehingga kita dapat meneladani kehidupan mereka.

Sebagai pasangan, sering kali kita dihadapkan pada peristiwa yang tak sepenuhnya dapat kita pahami. Tak jarang ada kekhawatiran, ketakutan, hingga keinginan untuk mengambil jalan pintas yang terlihat mudah. Namun, sama seperti Maria dan Yusuf yang memilih percaya, berserah, dan menaati tuntunan Allah, kita pun dapat dipakai-Nya menjadi alat kemuliaan-Nya dengan memilih percaya, berserah, dan taat ... dalam kasih karunia-Nya dan oleh pimpinan Roh Kudus.



DALAM BERSERAH, PERCAYA, DAN TAAT … KEHENDAK TUHAN DAPAT DINYATAKAN DENGAN KUAT


Saturday 4 December 2021

PANCARAN CAHAYA PENGHARAPAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 5
Setahun : Efesus 4-6

PANCARAN CAHAYA PENGHARAPAN
dan memberi nama Nuh kepadanya, katanya: “Anak ini akan memberi kepada kita penghiburan dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah yang telah terkutuk oleh TUHAN.” (Kejadian 5:29)

Api unggun di tengah malam yang dingin sungguh berguna. Ventilasi udara di dalam ruangan yang pengap memberi kesegaran. Cahaya lilin di tengah kegelapan menghadirkan kelegaan dan ketenangan. Anggukan kepala penuh pengertian menghiburkan hati yang sedang dipenuhi ketakutan akan ancaman dan tuntutan. Ya, di tengah situasi masing-masing, semuanya menghadirkan perbedaan dan memberi penghiburan, bukan?

Ucapan Lamekh tentang putranya bukan sekadar harapan seorang ayah terhadap anaknya, melainkan gambaran akan masa depan anak itu. Kelak Nuh memang akan hidup berbeda dengan masyarakat sezamannya—ia disebut “mendapat kasih karunia di mata TUHAN” dan “seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah” (Kej. 6:8-9). Di tengah-tengah bumi yang rusak dan terhukum, Nuh terpilih untuk hidup bersinar. Bahkan ia menakhodai bahtera yang menjadi sarana kelepasan dari bencana semesta. Tak heran, namanya terkait dengan perannya yang memberi penghiburan bagi kaum sezamannya.

Tuhan menciptakan kita bukan untuk sekadar meniru apa yang dilakukan oleh semua orang. Dia ingin kita menciptakan perbedaan. Bersinar. Memberikan inspirasi. Membangkitkan motivasi. Menawarkan kontribusi dan solusi. Menyejukkan hati, menyalakan asa. Jangan malah menambah keruh dan pekat dunia yang sudah kenyang kebobrokan dan kesusahan ini. Siapakah orang yang hari ini akan terhibur karena perjumpaannya dengan Anda dan saya?



SETIAP KITA DICIPTAKAN UNIK AGAR KEUNIKAN ITU MEMANCAR SEBAGAI CAHAYA PENGHARAPAN BAGI SEKITAR