Sunday 31 December 2023

Kehancuran Bukan Akhir Cerita

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 36
Setahun : Wahyu 21–22

Kehancuran Bukan Akhir Cerita
TB: Rakyat negeri menjemput Yoahas anak Yosia, dan mengangkat dia menjadi raja di Yerusalem menggantikan ayahnya. | 2 Tawarikh 36:1 (TB)



Kitab 2 Tawarikh tidak ditutup dengan happy ending, tetapi kehancuran Yehuda dan raja-raja terakhirnya.

Yehuda digilir oleh raja-raja boneka bentukan kerajaan asing: Yoyakim yang diangkat oleh Nekho, raja Mesir (4), dan Zedekia yang diangkat oleh Nebukadnezar, raja Babel (10). Tak ada lagi raja yang peka mencari dan mendengar suara Tuhan. Bahkan, Zedekia yang seolah-olah didorong oleh jiwa nasionalisme menentang Nebukadnezar, sebenarnya sedang menentang Nabi Yeremia yang menyampaikan firman Tuhan agar Yehuda menyerah kepada Babel (12-13).

Namun, titik kehancuran Yehuda yang terendah bukanlah akhir cerita. Tawarikh mencatat tentang Koresh, raja Persia, yang menaklukkan Kerajaan Babel. Ia digerakkan oleh Tuhan untuk melepaskan Israel dari pembuangan, bahkan mengizinkan mereka kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah (22-23), tepat seperti firman yang sudah disampaikan Nabi Yeremia (21). Inilah pertanda bahwa Tuhan tidak meninggalkan Israel, walaupun dalam pembuangan.

Bagian ini juga menarik konteks kembali ke masa pascapembuangan. Di tengah ketidakpastian, bangsa Israel dihadapkan pada pilihan: hidup seperti raja-raja mereka yang terakhir, atau kembali hidup sebagai umat Tuhan yang setia kepada-Nya.

Perjalanan hidup yang baru memang membuka berbagai kemungkinan, dan memang ada konsekuensi yang harus dijalani sebagai akibat pilihan yang salah. Tak dipungkiri bahwa kehidupan kita tidak lepas dari kegagalan. Walau demikian, Allah selalu membuka peluang untuk kembali kepada-Nya. Bahkan, dalam sejarah Israel, hukuman pembuangan yang mencapai 70 tahun bukanlah akhir cerita.

Kita selalu bisa kembali kepada Tuhan. Kita bisa membangun hidup kita sebagai bait-Nya di mana Ia hadir dan mewujudkan kedaulatan-Nya. Memang kehidupan tidak lantas menjadi mudah dan kalkulasi yang terbaik pun tidak mampu mengatasi kerumitan hidup. Namun, bersama Tuhan, selalu ada harapan. Kiranya Allah menyertai kita di sepanjang perjalanan kita. [IHM]


Saturday 30 December 2023

BERAPA LAMA LAGI?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 13
Setahun : Wahyu 19–20

BERAPA LAMA LAGI?
Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku. (Mazmur 13:6)

Daud adalah raja yang terkenal dalam sejarah umat Israel. Kemenangannya atas Goliat, raksasa Filistin, dicatat dan selalu dikenang. Bahkan Mesias yang dinantikan kedatangan-Nya disebut Anak Daud. Tetapi jangan kita anggap hidup Daud mulus-mulus saja. Tidak! Jalan hidupnya berliku, naik turun, berduri, dan berbatu. Hal itu salah satunya tecermin dalam bacaan kita kali ini, Mazmur 13.

Daud sedang berada dalam pergumulan berat. Entah masalah apa yang sedang ia hadapi. Dia berharap Tuhan segera menolong dia. Namun, pertolongan Tuhan tak kunjung datang. Sampai empat kali dia berseru, "Berapa lama lagi?" Apakah Tuhan melupakan dia? Syukurlah, Daud tidak berhenti berdoa. Dia tetap berharap kepada Tuhan. "Kepada kasih setia-Mu aku percaya," demikian ucapan doanya.

Seperti Daud, kita mungkin sempat menghadapi persoalan berat yang tak kunjung berhenti. Kita berdoa nemohon pertolongan Tuhan, namun pertolongan-Nya tak kunjung tiba. Jangan putus asa. Teruslah berharap. Ingatlah akan dua hal berikut ini, waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Kita sering tidak sabar dan ingin Tuhan segera bertindak. Tapi Tuhan berkata, “Nanti dulu. Belum tiba saat yang tepat." Butuh kesabaran ekstra ketika kita menanti pertolongan Tuhan. Kedua, metode dan bentuk pertolongan Tuhan bisa saja tidak sama dengan yang kita bayangkan. Butuh kepekaan rohani untuk dapat memahami metode dan bentuk pertolongan Tuhan.



KETIKA KITA TERGODA UNTUK BERSERU, "BERAPA LAMA LAGI?" KEPADA TUHAN,INGATLAH KASIH SETIA-NYA YANG TELAH KITA ALAMI SEPANJANG HIDUP


Friday 29 December 2023

Carilah dan Temukan Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 34
Setahun : Wahyu 17–18

Carilah dan Temukan Allah
TB: Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga puluh satu tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. | 2 Tawarikh 34:1 (TB)



Raja Yosia adalah figur reformator dalam sejarah Yehuda karena dialah yang membersihkan Yehuda dari bukit pengurbanan, mazbah Baal, dan patung Asyera.

Sedikit berbeda dari Kitab 2 Raja-raja yang hanya mencatat bahwa Raja Yosia melakukan reformasi karena menemukan Taurat di Bait Allah (bdk. 2Raj. 22-23), penulis Tawarikh menunjukkan bahwa Yosia setia mengikut Tuhan sejak muda, dan dengan kesetiaannya itu akhirnya menemukan Taurat di Bait Allah (2-3, 14-18). Dari sini kita mendapat salah satu pesan dari Tawarikh: setialah mencari dan menyembah Tuhan, maka kita akan bertemu dengan Tuhan lewat firman-Nya.

Mengejar kehadiran Allah dalam hidup ini tidaklah mudah. Setelah menemukan Taurat, Yosia mengoyakkan pakaiannya (19), tanda penyesalan yang mengungkapkan betapa besarnya perbedaan antara kehidupan bangsanya dan apa yang seharusnya dilakukan menurut Taurat. Yosia kemudian meminta nasihat Nabiah Hulda yang mengonfirmasi hukuman Tuhan yang akan datang akibat ketidaktaatan Yehuda (22-28).

Setelah mengetahui hal itu, Yosia bertindak dengan mengumpulkan seluruh umat dan membagikan apa yang ia temukan (29-30) agar umat dapat kembali kepada Tuhan sebagai Allah mereka yang satu-satunya dan Taurat sebagai pedoman hidup yang tertinggi (31-33).

Kisah Raja Yosia yang menetapkan hati dan memimpin rakyatnya untuk setia kepada Allah dibacakan bagi Israel pascapembuangan. Penulis Tawarikh menggambarkan kesungguhan dan kesetiaan Yosia yang dapat ditiru oleh bangsa Israel yang kembali dari pembuangan Babel.

Kehidupan pascapandemi juga tidak terlepas dari berbagai kesulitan. Dalam membangun dan menata kembali kehidupan, kita bisa terbentur pada banyak halangan. Namun, justru di tengah situasi seperti itulah kita dapat memfokuskan dan memantapkan kesetiaan kita kepada Tuhan.

Carilah dan temukanlah Allah, tak hanya dalam keadaan baik, tetapi terlebih lagi dalam keadaan sulit karena Allahlah sumber kehidupan dan pengharapan kita. [IHM]


Thursday 28 December 2023

PERMINTAAN YANG SULIT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : FILEMON 1:8–22
Setahun : 

PERMINTAAN YANG SULIT
Kalau engkau menganggap aku saudaramu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. (Filemon 1:17)

Filemon adalah orang Kristiani kaya dan berpengaruh di kota Kolose. Ia mengenal Kristus melalui pelayanan Rasul Paulus. Di rumahnyalah persekutuan jemaat berkumpul. Kemudian seorang budaknya yang bernama Onesimus melarikan diri dengan mencuri harta tuannya. Tapi Onesimus tertangkap dan dipenjara. Di sanalah ia bertemu dengan Paulus yang juga dipenjarakan karena memberitakan Injil. Berkat pelayanan Paulus, Onesimus percaya kepada Kristus dan hidupnya berubah, sehingga Paulus sendiri menganggapnya sebagai anak. Onesimus pun membantu serta melayani Paulus selama di penjara.

Lalu Paulus mengirim surat kepada Filemon, agar ia berkenan menerima Onesimus kembali. Menerimanya sebagai saudara, bukan sebagai budak. Paulus menjadikan dirinya penjamin atas perubahan hidup Onesimus. Bahkan soal perhitungan kerugian finansial, Paulus bersedia menggantinya, jika Filemon menginginkannya. Jika kita berada di posisi Filemon, apa yang akan kita lakukan?

Alkitab tidak menyebutkan secara gamblang soal bagaimana tanggapan Filemon. Namun dari Kolose 4:9, kita tahu bahwa nantinya Onesimus menjadi rekan pelayanan Paulus dan menyebutnya “saudara seiman kita yang setia dan terkasih”. Berarti, Filemon menerima permintaan sulit yang disampaikan oleh Rasul Paulus. Ia mengampuni serta menerima Onesimus. Statusnya sebagai budak dilepaskan dan ia dimerdekakan. Kebesaran hati Filemon ini turut mengubah hidup Onesimus. Memang, dibutuhkan pengorbanan, kerelaan mengampuni, keluasan hati untuk memberi kesempatan kepada orang-orang yang gagal. Itulah juga makna Injil. Kiranya kita menghidupinya.



KESEMPATAN YANG KITA BERIKAN KEPADA MEREKA YANG PERNAH GAGAL, DAPATMENGANTARKAN MEREKA PADA HIDUP BARU YANG BERDAMPAK SECARA KEKAL


Wednesday 27 December 2023

Bertahan ketika Diadu Domba

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 32
Setahun : Wahyu 12–13

Bertahan ketika Diadu Domba
TB: Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya. | 2 Tawarikh 32:1 (TB)



Ketika Sanherib menyerang Yehuda dengan taktik adu domba, hal itu betul-betul menguji kesatuan umat. Ia ingin membuat rakyat Yehuda marah dan menyalahkan Hizkia atas hancurnya tempat penyembahan berhala mereka.

Tidak sia-sia upaya Hizkia dalam membangun kesatuan umat. Sebab, ketika pegawai Sanherib berteriak: "Bukankah Hizkia memperdayakan kamu

...?" (11), rakyat tahu bahwa mereka tak perlu ketakutan karena yang menyertai mereka adalah Tuhan, Allah Yang Mahatinggi (7-8).

Ketika Sanherib menulis: "Allah Hizkia takkan dapat melepaskan bangsa-Nya dari tanganku" (17), rakyat tahu dengan jelas bahwa Allah yang dihina oleh raja Asyur adalah Allah sejati yang hidup dan berkuasa atas segala allah (19). Dan memang, ketika Hizkia dan Yesaya berdoa kepada Tuhan, Tuhan pun melepaskan mereka dari tangan Sanherib (20-22).

Selain ancaman eksternal dari bangsa lain, kesatuan umat juga berperan dalam mengatasi tantangan internal. Ketika Hizkia sembuh dari penyakit dan menjadi angkuh, lalu bertobat dan merendahkan diri kepada Tuhan, ia tidak melakukannya sendirian, tetapi bersama-sama penduduk Yerusalem (24-26). Akhirnya, pada waktu kematian Hizkia, seluruh Yehuda memberi penghormatan kepadanya (33).

Melalui Kitab 2 Tawarikh, Hizkia dikenal sebagai raja yang menggalang persatuan umat untuk bertahan di tengah berbagai macam tekanan. Ia tidak berperan seorang diri, melainkan memimpin dan mengajak seluruh umat ke penyembahan yang benar kepada Tuhan, Allah yang sejati. Penulis Tawarikh ingin berpesan kepada umat yang kembali dari pembuangan bahwa mereka harus menyembah Tuhan dalam kesatuan! Gambaran ini jauh dari gambaran heroik seorang pemimpin yang individualis.

Tuhan Yesus pernah berdoa untuk semua orang percaya "supaya mereka semua menjadi satu" (Yoh. 17:21). Doa inilah yang seharusnya kita perjuangkan, karena kesatuan hati dalam menyembah Tuhan itulah yang vital dalam menghadapi berbagai krisis. Mari kita menyatukan hati kita semua untuk menyembah Tuhan sebagai satu Tubuh! [IHM]


Tuesday 26 December 2023

KEARIFAN DALAM DIAM

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 2:8–20
Setahun : Wahyu 9–11

KEARIFAN DALAM DIAM
Tetapi Maria menyimpan segala perkataan itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Lukas 2:19)

Tertangkap kamera melakukan perbuatan yang dapat memperburuk citra dirinya, seorang artis segera mengadakan klarifikasi. Ia memberikan penjelasan sedemikian rupa di depan pers supaya nama baiknya tetap terjaga. Demi nama baik pula, ia mengunggah setiap kegiatan amal yang dilakukannya.

Maria mengalami peristiwa yang luar biasa hina, sekaligus luar biasa istimewa. Ia hamil di luar nikah. Kejadian ini sudah pasti menuntut pengertian dan kesabaran luar biasa. Sekalipun kehamilannya berasal dari Roh, bukankah ia tidak bisa mengendalikan pandangan masyarakat tentangnya? Namun, Maria memilih untuk diam dan menyerahkan hal kemurnian moralnya kepada Allah. Begitu pula ketika kelahiran Anaknya diperhatikan malaikat. Maria tidak serta-merta memberitakan kabar itu supaya orang banyak datang memujanya. Lagi-lagi Maria memilih diam, menyimpan perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya.

Di zaman seperti sekarang ini, banyak orang tidak tahan untuk tidak memberitakan tentang dirinya melalui media sosial. Apalagi hal yang menyinggung nama baik dan harga diri. Media sosial menjadi cara ampuh untuk menaikkan pamor. Namun, orang bijak tidak mengumbar dan menjual semua hal tentang dirinya. Mereka juga mengambil waktu untuk diam, merenungkan pergumulannya hanya bersama Tuhan. Bukan hal mudah bersikap tenang dan memilih diam. Karena diam tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang. Tetap diam ketika dipandang hina maupun saat berjaya hanya dapat dilakukan orang yang telah beres dengan dirinya sendiri.



BERPIKIR DENGAN TENANG, BERSABAR DAN TETAP MENGALAH YANG TAMPAK DALAM DIAM, SEJATINYA MILIK ORANG DIGDAYA YANG TELAH BERES DENGAN DIRINYA


Monday 25 December 2023

Bintang Raja dan Misteri Iman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 2:1-11
Setahun : Wahyu 6–8

Bintang Raja dan Misteri Iman
TB: Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem | Matius 2:1 (TB)



Dalam kepercayaan dunia kuno, pergerakan benda langit menjadi tanda bagi peristiwa penting di dunia, termasuk momen kelahiran penting dalam suatu kerajaan. Bintang di Timur menandakan lahirnya Raja Agung yang sudah sepatutnya disambut dengan penyembahan.

Orang-orang Majus datang mencari Yesus (1-2). Tidak ketinggalan juga Herodes yang menanyakan tentang Yesus dengan berdalih bahwa ia ingin ikut menyembah raja yang baru lahir itu (7-8). Raja dari Kerajaan Surga memang bukan sosok biasa, tetapi bukan dalam arti yang mereka kira. Tempat kelahiran-Nya bukan Yerusalem, ibu kota yang megah, melainkan Betlehem, kota yang terkecil di Yehuda (lih. Mi. 5:1). Namun, Matius menegaskan bahwa Betlehem "sekali-kali bukanlah yang terkecil" karena di sanalah lahir Sang Penguasa Kerajaan Surga (6).

Orang-orang Majus yang dituntun bintang itu pun menemui bayi Yesus dan sujud menyembah Dia (9-11). Sedangkan, Herodes justru tidak diperbolehkan mendekat kepada-Nya. Bayi Yesus memang menyimpan misteri iman. Bintang di langit, walaupun sangat terang, tidak otomatis dipandang sebagai karya Allah. Bagi Herodes, bintang yang bersinar terlalu terang adalah tanda bahaya; baginya bayi Yesus bukan Raja untuk disembah, melainkan saingan untuk dimusnahkan sebelum terlambat.

Namun, Maria dan orang Majus tampaknya terlatih untuk memandang dengan mata iman. Sinar bintang di langit tampak sebagai karya Allah. Bagi orang Majus, bintang adalah petunjuk ilahi yang harus diikuti; dan bayi kudus yang sebentar lagi akan menjadi kejaran Herodes adalah Raja yang mereka cari, yang memegang kuasa ilahi atas seluruh dunia.

Pada malam itu para majus, ahli perbintangan yang tersohor, tersungkur di hadapan bayi Yesus. Sedangkan, para imam kepala dan ahli Taurat yang mengkhususkan hidupnya untuk mempelajari firman Tuhan dan tahu nubuat tentang kelahiran Mesias justru tidak datang.

Mohonlah kepada Tuhan mata iman dan kesiapan menyembah-Nya saat kita datang kepada Yesus hari ini. [IHM]


Sunday 24 December 2023

PANGGILAN MELALUI BUKU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 1:26–38
Setahun : Wahyu 3–5

PANGGILAN MELALUI BUKU
Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." (Lukas 1:28)

Seorang hamba Tuhan bercerita tentang panggilan yang diperoleh istrinya, sebelum memutuskan untuk masuk ke Sekolah Alkitab. “Ketika membaca sebuah buku, ternyata Tuhan memakai kalimat demi kalimat dalam buku tersebut untuk meneguhkan panggilan-Nya kepada istri saya,” ujar sang suami saat bersaksi. Pada kesempatan lain, saya pernah mendengar kesaksian dari seorang pendeta mengenai panggilan Allah yang diperolehnya semasa SMA dalam suatu Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR).

Sepanjang sejarah manusia, ada beragam cara yang Allah pakai untuk meneguhkan panggilan kepada orang-orang yang Ia kehendaki. Tak selamanya panggilan itu mengundang decak kagum, karena terkadang terjadi dalam situasi yang terbilang senyap. Maria, wanita yang dipilih Allah sebagai orang tua Yesus, dipanggil Allah ketika berada di rumahnya. Alkitab tidak menyebutkan kegiatan Maria ketika Gabriel menampakkan diri dan menyampaikan pesan Allah. Pada momen lain, panggilan Allah kepada dua belas murid Kristus juga terbilang beragam, ada yang dipanggil ketika sedang menjala ikan (Mat. 4:18‒20) atau sedang duduk di rumah cukai (Mat. 9:9).

Kita mungkin merasa tidak terpanggil secara khusus seperti Maria. Namun, sebenarnya Allah juga memiliki panggilan yang berlaku bagi semua orang, yakni untuk menjadi saksi Kristus dan memuliakan Dia dalam segenap sikap, tutur kata, dan perilaku keseharian kita. Ia menghendaki agar kita hidup di dalamnya, mengerjakan dengan segenap hati, supaya kehidupan kita dapat memuliakan nama-Nya.



ALLAH TAK PERNAH KEHABISAN CARA UNTUK MEMANGGIL ORANG YANG HENDAK DIPAKAI-NYA UNTUK TUJUAN YANG KHUSUS


Saturday 23 December 2023

Anak yang Baik

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 29
Setahun : Wahyu 1–2

Anak yang Baik
TB: Hizkia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Abia, anak Zakharia. | 2 Tawarikh 29:1 (TB)



Pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" tidak selamanya benar. Sifat Hizkia sangat bertolak belakang dengan Ahas, ayahnya.

Ahas menjadi raja yang sangat keji dan menyembah ilah-ilah lain. Sedangkan, Hizkia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, seperti Daud, leluhurnya (2). Mengapa sifat ayah dan anak bisa bertolak belakang?

Salah satu kuncinya adalah melakukan refleksi terhadap apa yang dahulu dilakukan oleh orang tuanya. Hizkia tidak menangkap mentah-mentah dan meniru perbuatan ayahnya. Ia justru mengakui bahwa itu semua adalah kesalahan yang mendatangkan murka Tuhan dan harus segera dihentikan (6-9). Ia sadar bahwa untuk menghindari kesalahan yang sama, mereka harus menguduskan diri dan kembali menyembah Tuhan di Bait Suci (3, 5, 10).

Tidak hanya itu, ia juga membagikan refleksinya kepada seluruh rakyatnya serta mengajak mereka untuk bertobat dan mengadakan perubahan radikal (11). Ia memicu reformasi peribadatan yang selama ini telah dirusak oleh ayahnya. Hizkia menjadi agen perubahan karena cara pikir dan tindakannya didasarkan pada refleksi yang mendalam atas pelajaran iman yang ia perhatikan dan terapkan dalam hidupnya.

Dari kisah tersebut, saat ini kita diingatkan kembali agar kita berefleksi terhadap setiap pengalaman hidup, yang kita alami sendiri maupun yang kita lihat dari orang lain. Refleksi patut dilakukan secara konsisten agar kita bisa memetik hikmat darinya, menemukan karya Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita, serta membagikannya kepada banyak orang, terutama kepada anggota keluarga dan teman dekat kita sendiri.

Jikalau saat ini ada di antara kita yang masih mempunyai kekecewaan dan kemarahan akan masa lalu kepada ayah, ibu, atau siapa saja yang telah menimbulkan pengalaman pahit dalam hidup kita, atau bahkan kepada diri kita sendiri yang lalai dan gagal mencapai target yang diinginkan, mari kita mencontoh Hizkia. Berefleksilah. Temukanlah hikmat-Nya dan jadilah umat-Nya yang mau berubah. [MTH]

2 Tawarikh 30:1-31:1

Hizkia berupaya menyatukan kembali Israel dan Yehuda, khususnya dalam peribadatan mereka kepada Allah Israel. Karena itu, dalam perayaan Paskah, ia mengirim pesan kepada seluruh Israel dan Yehuda, juga kepada Efraim dan Manasye.

Hizkia ingin memulihkan kembali penyembahan yang benar di Israel dan Yehuda yang telah rusak di tangan raja-raja sebelum dia. Ia membersihkan Bait Allah, merayakan Paskah, dan menyingkirkan bukit-bukit pengurbanan berhala, serta menegakkan agama yang benar.


Friday 22 December 2023

HASIL DIDIKAN YANG BENAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 22:1–6
Setahun : 2 Yohanes 1–Yudas 1

HASIL DIDIKAN YANG BENAR
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)

Saya kagum mendengar pengakuan seorang pemuda saat membicarakan soal godaan uang yang sering kali menjebak, menjerat, bahkan dapat menyeret seseorang berurusan dengan hukum. “Sejak kecil saya terbiasa dididik untuk jujur dalam hal keuangan. Apa yang bukan milik saya tidak akan saya ambil, bagaimanapun kondisi yang saya alami,” akunya tanpa ada keraguan dari nada bicaranya. Keteguhan hati yang berawal dari didikan yang konsisten dari orang tuanya membuahkan hasil yang baik, bahkan terbawa hingga ia beranjak dewasa.

Pengakuan pemuda tadi mengingatkan kita akan perkataan penulis Amsal mengenai buah didikan bagi orang muda, yang dapat berdampak positif sampai pada masa tuanya. Dalam terjemahan bahasa Inggris (KJV), digunakan frasa “mendidik anak dalam jalan dimana seharusnya ia berada”, yang dapat kita artikan sebagai “jalan kebenaran” menurut petunjuk firman Allah. Anak-anak hasil didikan seperti ini niscaya akan menjadi orang-orang yang berkomitmen dan berteguh hati untuk hidup seturut dengan kebenaran firman Tuhan.

Rindukah kita memiliki keturunan atau generasi penerus yang berteguh hati untuk hidup dalam kebenaran? Didiklah mereka dengan landasan Alkitab dan lakukanlah dengan konsisten, sekalipun pada prosesnya mungkin terjadi kegagalan demi kegagalan—asalkan kita tidak menyerah, kelak kita akan menuai hasil yang baik seperti janji firman-Nya. Jika anak kita sudah beranjak dewasa, masih belum terlambat untuk mengajarkan kebenaran, meski kita harus melakukan dengan cara yang berbeda.



HASIL DIDIKAN PADA JALAN KEBENARAN AKAN MENDATANGKAN SYUKURKETIKA BUAHNYA TERLIHAT


Thursday 21 December 2023

Hati-hati ketika Merasa Diri Hebat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 26
Setahun : 1 Yohanes 4–5

Hati-hati ketika Merasa Diri Hebat
TB: Segenap bangsa Yehuda mengambil Uzia, yang masih berumur enam belas tahun dan menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia. | 2 Tawarikh 26:1 (TB)



Uzia mengawali tampuk pemerintahannya pada usia yang masih sangat muda dan meraih kesuksesan yang luar biasa selama puluhan tahun.

Allahlah yang membuat segala usaha Uzia berhasil. Itu karena Uzia melakukan apa yang benar seperti ayahnya dan mencari Allah semasa hidup Zakharia yang mengajarnya untuk menghormati Allah (4-5).

Diceritakan bahwa Uzia tidak hanya menang perang, tetapi juga disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa di sekitarnya. Mereka datang kepada Uzia untuk memberikan upeti (8). Ada banyak pembangunan yang sukses pada zaman Uzia, baik untuk kesejahteraan rakyat maupun untuk keamanan Yehuda pada saat itu (9-10). Uzia pun punya tentara dalam jumlah yang sangat besar, yang diperlengkapi dengan berbagai jenis senjata perang. Ia juga membangun pabrik alat-alat perang di Yerusalem. Itu semua menjadikan nama Uzia termasyur, ia dikenal sebagai raja yang ditolong secara ajaib (11-15).

Namun, sayang seribu sayang, setelah ia menjadi kuat, Uzia berubah menjadi tinggi hati. Suatu hari ia masuk ke Bait Allah untuk membakar ukupan di atas mazbah pembakaran ukupan, padahal itu hanya boleh dilakukan oleh imam keturunan Harun (16-18). Ketika ditegur oleh para imam, alih-alih berhenti dan meminta maaf, ia justru menjadi marah. Ia menjadi sangat arogan dan tidak mau mengakui kesalahannya. Akhirnya, Tuhan sendiri yang menghukumnya dengan penyakit kusta. Ia diusir dari istana sampai akhir hidupnya (19-21).

Saat ini kita diingatkan agar lebih berhati-hati ketika kita merasa diri hebat. Lebih dari sebatas bangga, perasaan seperti itu akan menyeret kita kepada kesombongan, yang akhirnya dapat membuat kita terjatuh. Jika muncul perasaan demikian, mari kita menengok ke belakang ketika kita belum sukses. Kita akan menyadari bahwa kesuksesan yang kita raih sungguh-sungguh merupakan anugerah dan pertolongan Tuhan.

Mari kita terus waspada tatkala muncul perasaan diri hebat dalam hati kita. Akuilah bahwa Tuhan yang terhebat dalam hidup kita! [MTH]


Wednesday 20 December 2023

JANGAN BERHENTI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 12
Setahun : 1 Yohanes 1–3

JANGAN BERHENTI
Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu: "Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu." (1 Samuel 12:20)

Melakukan kesalahan atau sesuatu yang kurang baik, kurang benar dan berbeda dengan kebiasaan tak jarang menimbulkan perasaan malu dan takut. Tidak enak hati, merasa hina dan rendah. Tak heran jika pelaku dosa kemudian berusaha menghindar. Menyingkir dari orang lain/komunitas setelah melakukan kesalahan.

Israel mengaku telah melakukan kejahatan di mata Tuhan. Selain dosa masa lalu, mereka mengaku telah menambah daftar dosa dengan meminta raja. Meski demikian, mereka meminta Samuel mendoakan mereka. Samuel pun menguatkan mereka agar tetap mengabdi kepada Tuhan. Samuel mengajak mereka tetap hidup mengikut Tuhan. Mereka tidak boleh berhenti, apalagi berpaling dan meninggalkan Tuhan untuk mengikuti dewa-dewa yang sesungguhnya tidak ada dan tidak dapat menolong. Samuel juga menegaskan kepada mereka, bahwa Tuhan telah bersumpah untuk menjadikan mereka umat-Nya dan tidak akan meninggalkan mereka.

Rasa malu dan takut karena telah berbuat dosa tidak selamanya buruk. Hal ini dapat membawa manfaat jika disikapi dengan bijak dan ditindaklanjuti dengan pertobatan. Malu dan takut karena dosa dapat kita jadikan pelajaran supaya tidak lagi melakukannya di masa mendatang. Hal yang tak kalah penting adalah mengingat bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang mampu memerdekakan kita dari dosa. Karena itu, alih-alih menjauh dari Tuhan, kita harus berusaha semakin dekat kepada-Nya. Lagi pula, kasih-Nya teramat besar kepada umat-Nya. Jika pun teguran diberikan-Nya, itu adalah bentuk didikan-Nya kepada kita.



JANGAN PERNAH BERHENTI MENGIKUT TUHAN KARENA DIA TAK PERNAH BERHENTI MENGASIHI KITA


Tuesday 19 December 2023

Pembimbing Rohani

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 24
Setahun : 2 Petrus 1–3

Pembimbing Rohani
TB: Yoas berumur tujuh tahun pada waktu ia menjadi raja, dan empat puluh tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Zibya, dari Bersyeba. | 2 Tawarikh 24:1 (TB)



Kisah para raja ini berubah dengan hadirnya seorang imam dan istrinya yang punya strategi serta keberanian yang luar biasa. Mereka memulihkan Kerajaan Yehuda yang hancur akibat raja-raja yang telah dikuasai pengaruh buruk dari keturunan Ahab.

Kedua orang tersebut adalah Yoyada dan Yoas. Yoyada berani karena ia beriman kepada Tuhan dan hidup benar. Ia bertekad kuat untuk melenyapkan perilaku jahat dan penyembahan Baal. Ia memimpin orang-orang yang masih setia kepada Allah untuk mencapai tujuan mulia tersebut.

Dalam nas ini kita dapat melihat buah yang dihasilkan oleh Imam Yoyada. Buah itu adalah Yoas bin Ahazia yang akhirnya dilantik menjadi raja pada usia tujuh tahun (1). Pengasuhan Yoyada sangatlah berarti bagi Yoas karena di bawah bimbingannya, Yoas menjadi raja yang melakukan kebenaran di mata Tuhan.

Hal ini terbukti dalam tindakan Raja Yoas yang memerintahkan pembaruan rumah Tuhan dan mengatur pengumpulan biayanya (4-9). Semua itu dikerjakan dengan sangat baik. Para pemimpin dan rakyat memberi banyak uang dengan sukacita (10-12). Para tukang membangun rumah Allah dan membuat perkakas ibadah dengan jujur (13-14). Mereka berhasil mengokohkan kembali rumah Allah.

Sayangnya, hal itu terjadi selama Imam Yoyada masih hidup saja. Setelah kematian Yoyada, Raja Yoas dipengaruhi oleh pemimpin-pemimpin Yehuda yang menyembahnya (17). Ia akhirnya masuk ke jalan yang sesat.

Melalui kisah tersebut, kita diingatkan akan pentingnya pembimbing rohani. Sebab, ada banyak sekali godaan, masalah, dan tantangan yang sangat mungkin terjadi. Tidak selamanya kita berada dalam lingkungan yang ideal. Ada kalanya kita dikelilingi oleh pengaruh yang buruk dan kita harus mempertahankan cara hidup yang benar.

Dalam realitas seperti itu, mentor rohani sangat dibutuh-kan sebagai sahabat untuk berbagi pikiran, pergumulan, dan segala keluh kesah kita. Mentor yang baik akan meng-ingatkan kita untuk tetap takut akan Tuhan dan mengarahkan kita ke jalan yang benar. [MTH]


Monday 18 December 2023

YANG DIKENAN TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMOS 5:21–27
Setahun : 1 Petrus 3–5

YANG DIKENAN TUHAN
"Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir." (Amos 5:24)

Ketika motivasi hati seseorang telah menyimpang, maka seindah apa pun ibadah yang dilakukan tidak lagi dikenan Tuhan. Sebagian orang merasa bahwa dengan membawa banyak kurban persembahan, ingar bingarnya musik pujian, atau megahnya perayaan, itu semua akan membuat hati Tuhan berkenan memberkati mereka. Kegiatan ibadah dikemas sedemikian indah namun tujuannya bukan lagi untuk menghormati Tuhan, sebaliknya demi mencari keuntungan pribadi. Dibalik bentuk-bentuk kegiatan agamawi, beberapa orang sedang memungkiri hatinya di hadapan Tuhan.

Betapa hati Tuhan meratap menyaksikan ibadah yang dilakukan umat Israel. Melalui Nabi Amos, Tuhan menyatakan betapa benci hati-Nya terhadap semua perayaan mereka. Tuhan pun tidak menyukai sebaik apa pun kurban persembahan mereka. Mengapa? Karena hati mereka telah menyimpang dari Tuhan, hati mereka sesungguhnya jauh dari Tuhan. Ibadah yang mereka lakukan hanyalah kegiatan agamawi tanpa kasih. Secara fisik mereka beribadah, tetapi di sisi lain mereka berlaku tidak adil, menindas sesama, dan melakukan penyembahan berhala. Itu sebabnya Tuhan mengingatkan, “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (ay. 24).

Ibadah yang menyukakan Tuhan tidaklah ditentukan semegah atau sebanyak apa persembahan yang kita berikan. Tanpa didasari hati yang mengasihi-Nya, semua sia-sia. Ibadah yang dikenan-Nya adalah ketika kita mempersembahkan hidup kita untuk mengasihi Tuhan, melakukan keadilan dan kebenaran, dan tidak menindas sesama. Ketika kita menyelaraskan hidup sesuai dengan perintah Tuhan, itulah ibadah yang dikenan-Nya.



SEBAB AKU MENYUKAI KASIH SETIA, DAN BUKAN KORBAN SEMBELIHAN, DAN MENYUKAI PENGENALAN AKAN ALLAH, LEBIH DARI PADA KORBAN-KORBAN BAKARAN.—Hosea 6:6


Sunday 17 December 2023

Hati-hati Racun!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 21:2-22:9
Setahun : 1 Petrus 1–2

Hati-hati Racun!
TB: Saudara-saudaranya, anak-anak Yosafat, ialah: Azarya, Yehiel, Zakharia, Azariahu, Mikhael dan Sefaca. Mereka semua anak-anak Yosafat, raja Israel. | 2 Tawarikh 21:2 (TB)



Tanpa kita sadari, toxic relationship bisa terjadi atas kita sehingga mengancam kualitas hidup kita sebagai pengikut Kristus. Istilah ini mengacu kepada suatu relasi yang meracuni perasaan dan pikiran kita. Akibatnya, secara perlahan tetapi pasti hidup kita dipengaruhi oleh keyakinan, cara pandang, dan perilaku yang tidak baik dari orang-orang yang dekat dengan kita.

Toxic relationship itulah yang dialami oleh Raja Yoram. Meski ayahnya sangat saleh dan takut akan Tuhan, ia melakukan kejahatan di mata Tuhan. Ia membunuh saudaranya dan beberapa pembesar Israel setelah merasa dirinya kuat, mungkin karena ia takut kalau-kalau mereka merebut takhtanya (21:4). Ini semua terjadi karena istrinya-yang adalah anak Ahab yang jahat dan tidak takut akan Tuhan (21:6). Akibatnya, ia terpengaruh oleh cara pandang, keyakinan, dan perilaku istrinya.

Raja Yoram tidak lagi beribadah kepada Tuhan. Ia bahkan membuat bukit-bukit pengurbanan, juga membujuk penduduk Yerusalem untuk berzina dan menyesatkan orang Yehuda (21:11).

Racun itu juga menjalar ke dalam kehidupan anaknya, yaitu Ahazia, yang menjadi raja setelah Yoram mati dalam penghukuman Tuhan (22:1). Anaknya pun hidup jahat karena ibunya menasihatinya untuk melakukan apa yang jahat (22:3). Itu terjadi bukan hanya karena ibunya yang meracuni hidupnya, tetapi juga keluarga ibunya yang menjadi penasihat Raja Ahazia (22:4).

Lengkap sudah toxic relationship dalam hidup Ahazia. Tak heran, semua itu menjadikannya sebagai raja yang sangat keji, seperti ayahnya.

Belajar dari kisah ini, kita diajak untuk berhati-hati terhadap racun atau pengaruh buruk yang bisa muncul dalam relasi kita dengan orang lain, termasuk keluarga dan sahabat yang paling dekat dengan kita sekalipun. Mari kita peka dan waspada atas semua itu dengan memohon pertolongan Tuhan.

Mintalah Roh Kudus menjaga kita agar kita tidak mudah terpengaruh oleh yang jahat, tetapi justru sebaliknya, agar kita memberi pengaruh yang baik dan melakukan apa yang benar. [MTH]


Saturday 16 December 2023

SUKACITA DALAM PENDERITAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 PETRUS 4:12–19
Setahun : Yakobus 1–5

SUKACITA DALAM PENDERITAAN
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan 

Adakah di antara kita yang senang bahkan berharap mengalami penderitaan? Jangankan bersukacita, saran untuk tetap bersabar di tengah penderitaan saja sudah cukup untuk menambah emosi, bukan? Mana ada orang yang senang menderita? Tetap bersukacita kala menderita bisa-bisa membuat kita disangka gila.

Meski demikian, Rasul Petrus menasihatkan umat untuk tetap bersukacita, tidak peduli seberat apa pun beban yang harus dihadapi demi Kristus. Bagi orang Kristiani, bersabar saja masih belum cukup. Ya, pengajaran Kristiani memang sering kali tampak gila jika dilihat dengan kacamata dunia. Karena itu penting bagi kita memiliki pemahaman yang benar akan maksud dan kehendak Tuhan atas hidup kita.

Sekalipun menderita secara jasmani, orang Kristiani boleh tetap bersukacita dan merasa beruntung karena setidaknya ada dua alasan. Pertama, melalui penderitaan mengambil bagian dalam penderitaan yang dialami Kristus (ay. 13). Kedua, ketika menderita karena Kristus, maka Tuhan dimuliakan (ay. 14, 16). Penderitaan karena iman kepada Kristus dengan demikian merupakan tanda perkenanan Ilahi yang berguna untuk memajukan Injil. Penderitaan karena Kristus juga menjadi persiapan bagi kemuliaan. Bukankah penderitaan semakin mendorong orang benar untuk menyerahkan jiwa kepada Allah sebagai pemilik hidup yang senantiasa setia akan janji kasih-Nya? Karena itu, beruntunglah kita yang bersukacita dalam penderitaan bagi Kristus! Sebab kita akan bergembira dan bersukacita selamanya bersama Tuhan dalam kemuliaan-Nya.



PENDERITAAN KARENA KRISTUS ADALAH UPAYA PEMURNIAN DARI ALLAHUNTUK MEMBENTUK KARAKTER DAN MENGOKOHKAN IMAN


Friday 15 December 2023

Berbalik kepada Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 19
Setahun : Ibrani 11–13

Berbalik kepada Tuhan
TB: Yosafat, raja Yehuda, pulang dengan selamat ke istananya di Yerusalem. | 2 Tawarikh 19:1 (TB)



Persahabatan Yosafat dengan Ahab telah menimbulkan murka Allah karena persahabatan itu menyebabkan Yosafat membantu Ahab dalam melakukan perbuatan jahat.

Melalui hamba-Nya yang bernama Yehu bin Hanani, Tuhan menegur Yosafat (2). Sekalipun Tuhan murka terhadap Yosafat, Ia masih mau mengampuni dan memberikan kesempatan untuk berubah. Tuhan ingat bagaimana Yosafat telah berusaha dengan sungguh-sungguh menyingkirkan berhala-berhala di Yehuda dan mencari Tuhan dengan tekun. Tuhan masih melihat adanya hal-hal yang baik dari Yosafat (3).

Tanggapan Yosafat terhadap teguran Tuhan tidak diceritakan secara terperinci. Namun, kita dapat melihat bagaimana Yosafat mengadakan kunjungan ke daerah-daerah agar rakyatnya meninggalkan berhala dan mencari Tuhan (4).

Ia mengangkat orang-orang tertentu untuk menjadi hakim sambil berpesan agar mereka mengadili perkara yang ada dengan takut akan Tuhan, tanpa berlaku curang, memihak, dan menerima suap, sebab mereka harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan (5-7). Ia juga mengangkat orang-orang lain sebagai imam dan memberi pesan yang serupa, agar mereka takut akan Tuhan dengan setia dan tulus (8-11).

Sebaik-baiknya seseorang pasti pernah melakukan kesalahan karena tidak ada seorang pun yang sempurna. Ketika kita berbuat salah, teguran memang bukanlah hal yang mudah diterima. Kita butuh kerendahan hati dan kerelaan untuk bisa menerima nasihat dan berubah. Namun, jika kita bersedia, Tuhan akan berkenan kepada kita.

Apakah kita termasuk orang yang mau menerima teguran dan berubah sesuai firman-Nya? Yosafat menerima teguran itu serta menggunakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan dengan terus berusaha mencari Tuhan dan mengajak rakyatnya berbalik kepada-Nya.

Mari kita pun belajar untuk tidak mengeraskan hati. Sebaliknya, dengan rendah hati mari kita menerima teguran, mengakui kesalahan kita, dan menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk berbalik kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. [STG]


Thursday 14 December 2023

MENERIMA TAMU ATEIS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 6:27–36
Setahun : Ibrani 8–10

MENERIMA TAMU ATEIS
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu murah hati." (Lukas 6:36)

Alkisah, seorang pria pemilik penginapan menolak menerima tamu setelah mengetahui bahwa sang tamu adalah seorang ateis. Namun, ketika sang tamu itu pergi, Allah berbicara dalam hati pria itu, “Bukankah seharusnya engkau bermurah hati kepadanya, sama seperti Aku bermurah hati kepadamu?” Pria itu tersentak, lalu bergegas mencari sang tamu, dan memintanya untuk tinggal dengan jamuan yang terbaik. Kelak mereka menjadi teman baik, dan tamu yang ateis itu akhirnya percaya kepada Kristus karena tindakan kasih yang diterimanya.

Hari itu, Yesus memberi pengajaran spesial yang sungguh tak mudah untuk dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Kita ambil contoh saja, mengenai mengasihi musuh atau berbuat baik kepada orang-orang yang tak tahu berterima kasih (ay. 35), semudah apakah kita melakukannya dalam kehidupan sehari-hari? Namun, Allah meminta kita melakukannya, sebagai respons atas kemurahhatian yang telah Allah berikan kepada kita sampai hari ini. Nasihat agar kita menjadi murah hati, sama seperti Bapa adalah Pribadi yang murah hati, bahkan dapat menjadi sarana kesaksian yang luar biasa seandainya dapat dituruti oleh setiap orang percaya di muka bumi ini.

Faktanya, memang tidak mudah menjalani hidup bermurah hati dengan konsisten. Tak jarang diperlukan pengorbanan begitu rupa, bahkan awalnya bisa terkesan “tidak ada untungnya”. Namun, tetaplah belajar bermurah hati, seperti Allah sudah bermurah hati kepada kita, dan biarlah terang kasih Allah terbit atas orang yang menerima kemurahhatian kita.



DALAM KEMURAHHATIAN KITA, ADA KASIH ALLAH YANG TERSALUR HINGGA KE RELUNG HATI ORANG LAIN


Wednesday 13 December 2023

Berkat bagi yang Mencari-Nya

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 17
Setahun : Ibrani 5–7

Berkat bagi yang Mencari-Nya
TB: Maka Yosafat, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. Sebagai pemimpin Israel ia memperkuat dirinya | 2 Tawarikh 17:1 (TB)



Setelah Raja Asa meninggal, anaknya yang bernama Yosafat menjadi raja menggantikannya.

Yosafat hidup takut akan Tuhan karena ia mencari Tuhan dan mengikuti perintah-Nya (3-4, 6). Ia bahkan menyuruh beberapa pembesar dan orang Lewi untuk mengajarkan firman Tuhan kepada rakyat supaya mereka hidup takut akan Tuhan (7-9). Karena kesungguhan hatinya, Tuhan memberkati Yosafat dan rakyatnya dengan keamanan.

Kemasyhuran Yosafat tidak hanya dikenal di tengah-tengah Yehuda-bangsanya sendiri-tetapi juga di negeri-negeri yang lain. Hal ini terbukti dengan takutnya negeri-negeri sekeliling Yehuda untuk berperang melawan Yosafat. Karena mereka tahu ada Tuhan yang melindungi Yehuda, mereka tidak berani menyerang. Sebaliknya, mereka dengan sukarela memberi upeti sehingga Yosafat menjadi sangat kaya dan terhormat (5, 10-11).

Yosafat makin lama makin kuat karena Tuhan melindunginya dan menggerakkan orang-orang yang perkasa untuk menjaga Yehuda dari musuh (12). Kehormatan dan kekuatan Yosafat bukan semata-mata karena dia hebat, melainkan karena Tuhan menyertainya. Tuhan memberikan berkat-Nya kepada orang-orang yang mau meninggalkan dosa, mencari Dia dengan segenap hati, dan menaati firman-Nya.

Berkat selalu tersedia bagi orang-orang yang mengasihi-Nya dengan kesungguhan hati. Berkat yang dimaksud di sini tidak selalu berupa kelepasan dari musuh seperti Yosafat. Berkat Tuhan juga bukan berarti kita akan selalu sehat, kaya, dan terhormat di dunia ini.

Berkat yang sejati bagi orang yang mencari Dia adalah kekuatan dan hikmat dalam menghadapi setiap peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang memberatkan. Berkat itu adalah damai sejahtera dan sukacita yang memampukan kita untuk menjalani hari demi hari dengan penuh pengharapan, bahwa tidak ada seorang pun dan kuasa apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.

Berkat itulah yang akan selalu tersedia bagi kita yang mencari-Nya. [STG]


Tuesday 12 December 2023

BATU YANG HIDUP

Sumber : renunganharian.net

 




RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 PETRUS 2:1–10
Setahun : Ibrani 1–4

BATU YANG HIDUP
Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (1 Petrus 2:5)

Rumah yang nyaman memiliki kriteria tersendiri. Kokoh, indah, dan bersih, misalnya. Karena itu, setiap pemilik rumah akan selalu mengupayakan agar rumahnya terawat. Secara berkala, mereka akan memperbaikinya. Genteng yang bocor, cat yang telah pudar, atau kayu yang mulai keropos adalah beberapa alasannya. Adakalanya diperlukan pula bangunan tambahan.

Jemaat kristiani adalah batu hidup yang dipakai Allah sebagai bahan pembangunan rumah rohani. Mereka disebut batu hidup karena Kristus yang menjadi dasar bangunan itu adalah batu yang hidup. Orang Kristiani tidak mati dalam pelanggaran dan dosa, melainkan hidup bagi Allah melalui karya Roh Allah dan kelahiran baru. Selanjutnya menjadi rumah rohani karena kekuatan, keindahan, keragaman bagian dan kegunaannya secara menyeluruh. Sebagai rumah rohani, jemaat bekerja sama dengan kasih karunia Roh sebagai perabot-perabotnya, yang diikat oleh Roh Allah dalam satu iman.

Di samping itu orang percaya adalah imamat yang kudus. Istilah ini menunjuk kepada fungsi imam yang menjadi "jembatan" antara manusia dengan Allah. Sebagai pribadi yang dikuduskan bagi Allah, menjadi imam bagi sesamanya dan alat bagi orang yang belum percaya untuk mengenal Yesus. Hal ini sejalan dengan tugasnya yang harus mempersembahkan kurban rohani yang berkenan (tubuh, jiwa, perasaan, doa, pujian, dan derma) di dalam Yesus Kristus—satu-satunya Imam Besar Agung yang memungkinkan persembahan kita diterima Allah. Karena itu kualitas jemaat harus terus dibangun setiap hari.



DIPILIH, DIPELIHARA, DAN DIPERKENAN ALLAH UNTUK MENJADI BATU HIDUPADALAH KEHORMATAN ISTIMEWA BAGI ORANG KRISTIANI 


Monday 11 December 2023

Taat dengan Segenap Hati

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 15
Setahun : Titus 1–Filemon 1

Taat dengan Segenap Hati
TB: Azarya bin Oded dihinggapi Roh Allah. | 2 Tawarikh 15:1 (TB)



Azarya bin Oded dipakai Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada Raja Asa.

Ia mengatakan bahwa Tuhan menyertai Asa karena Asa mau mencari Tuhan. Ia juga memperingatkan Asa agar ia terus mencari Tuhan dan hidup seturut perintah-Nya, maka Tuhan tidak akan meninggalkan dia. Namun, jika Asa tidak setia dan meninggalkan Tuhan, maka Tuhan juga akan meninggalkan dia (2). Untuk itulah, Azarya menyemangati Asa untuk terus setia kepada Tuhan (7).

Firman Tuhan yang begitu menguatkan dan perintah-Nya yang menggetarkan menjadi dorongan yang kuat bagi Asa untuk makin setia kepada Tuhan. Ia menyingkirkan dewa-dewa yang masih ada di daerah Yehuda dan Benyamin (8). Ia melakukan reformasi, mempersembahkan begitu banyak lembu sapi dan kambing domba, serta mengajak seluruh rakyat untuk bersumpah setia kepada Tuhan (9-15). Bahkan, neneknya sendiri dipecat dari kedudukannya karena menyembah berhala (16).

Asa berkomitmen untuk taat kepada Tuhan dengan segenap hatinya. Hasilnya, Tuhan memberikan keamanan pada masa pemerintahan Asa sesuai dengan yang dijanjikan-Nya.

Mendengar, memahami, dan melaksanakan firman Tuhan merupakan satu paket yang tidak dapat dipisahkan. Jika kita hanya mendengar dan memahami, maka sia-sialah pengetahuan kita. Justru kita mau berusaha dan giat dalam mempelajari firman-Nya supaya kita dapat melaksanakannya dengan tepat.

Raja Asa dengan segenap hati melakukan pembaruan sesudah ia mendengar firman Tuhan. Ia bukan hanya menerima firman itu, tetapi juga menerapkannya dengan segenap hati tanpa menunda. Bahkan, ia pun mengajak semua rakyat untuk bersama-sama setia kepada Tuhan.

Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah setiap firman yang kita pahami telah kita lakukan dengan kesungguhan hati? Mari kita belajar taat kepada firman Tuhan, tanpa menunda dan tidak melakukannya dengan setengah hati atau taat dalam sebagian hal saja. Sebaliknya, belajarlah taat dengan sepenuh hati dalam segala hal, sebab itu yang Tuhan kehendaki! [STG]


Sunday 10 December 2023

BERTAHAN DALAM TEKANAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KELUARAN 1
Setahun : 2 Timotius 1–4

BERTAHAN DALAM TEKANAN
Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. (Keluaran 1:12)

Pernahkah Anda mengalami sebuah situasi di mana persoalan demi persoalan bergantian datang menimpa Anda? Anda sedang bergumul dengan sebuah masalah, belum selesai, tiba-tiba datang masalah baru yang lebih menyulitkan. Saking beratnya sampai-sampai rentetan masalah itu hampir-hampir membuat Anda menyerah. Sudah jatuh tertimpa tangga! Mungkin itu peribahasa yang pas untuk menggambarkannya.

Situasi yang sama pernah melanda umat Israel. Tinggal sebagai orang asing di Mesir mereka harus mengalami derita sebagai budak dan dipaksa bekerja. Tak berhenti di situ, mereka pun bersiap menghadapi ancaman bahwa setiap bayi-bayi lelakinya akan dibunuh. Masalah datang bertubi-tubi dan mereka pun diliputi ketakutan luar biasa, tak ada lagi iman untuk berharap. Namun, dalam derita dan tekanan itulah mereka menyaksikan Allah melimpahkan anugerah-Nya. Upaya sekeji apa pun yang dilakukan Firaun untuk menekan mereka tidak ada satu pun yang berhasil. Firaun dan Mesir justru menyaksikan bahwa tekanan itu malah membuat Israel semakin tumbuh berlipat ganda. Upaya Firaun untuk membunuh laki-laki Israel pun dipakai Allah untuk membangkitkan seorang pembebas bagi umat yang sedang teraniaya ini.

Keputusan mengikut Tuhan bisa jadi membawa kita banyak ditimpa masalah. Karena mempertahankan hidup bersih, kita mungkin dibenci, disingkirkan, dan teraniaya. Tekanan datang bertubi-tubi karena kesetiaan kita mempertahankan iman. Hari ini kita diingatkan janji Tuhan: berkali-kali tekanan datang namun Kerajaan Allah tetap bertahan. Aniaya boleh datang, namun Allah tetap bertindak dalam kasih karunia untuk menolong kita.



SEKALIPUN TEKANAN-TEKANAN DARI LUAR BERUPAYA MENJATUHKAN,PERCAYALAH ANUGERAH ALLAH TERSEDIA UNTUK MENGUATKAN DAN MELEPASKAN


Saturday 9 December 2023

Tuhan Itu Setia

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Tawarikh 13:1-14:1
Setahun : 1 Timotius 1–6

Tuhan Itu Setia
TB: Dalam tahun kedelapan belas zaman raja Yerobeam menjadi rajalah Abia atas Yehuda. | 2 Tawarikh 13:1 (TB)



Abia menjadi raja Yehuda menggantikan Rehabeam, tetapi dia pun hanya memerintah selama tiga tahun.

Jika kita membaca Kitab Raja-raja, kita akan menemukan bahwa Raja Abia hidup dalam dosa (lih. 1Raj. 15:3). Uniknya, perikop di dalam Kitab Tawarikh tidak mencatat satu pun dosa Raja Abia. Sebaliknya, kitab ini hanya mencatat peperangan yang dilakukannya melawan Raja Yerobeam.

Abia mengkritik Yerobeam yang berpaling dari Tuhan (4-9), tidak seperti dia dan Kerajaan Yehuda yang tetap menyembah Tuhan (10-12). Ketika dikepung oleh pasukan Yerobeam, Raja Abia beserta rakyatnya berteriak kepada Tuhan (14). Maka, Tuhan memberi kemenangan besar kepada pasukan Abia karena mereka memohon pertolongan Tuhan (15-20).

Mengapa Tuhan mau menolong Raja Abia di tengah segala dosanya? Pertama, karena tindakan Tuhan tidak bergantung pada perbuatan manusia saja. Tuhan dapat memberkati siapa saja yang dikehendaki-Nya agar kehendak-Nya yang kekal tercapai. Kedua, karena Tuhan masih mengingat Daud yang dikasihi dan diperkenan oleh-Nya. Kesetiaan Daud diperhitungkan sampai kepada keturunannya. Sekalipun Daud tidak sempurna, Tuhan setia memegang janji-Nya, yaitu janji bahwa Ia akan memakai keturunan Daud untuk menggenapi rencana-Nya (lih. 1Raj. 15:4-5). Ketiga, karena pada saat itu Raja Abia melakukan apa yang benar, yaitu menegur Yerobeam yang menyimpang dari Tuhan, dan juga berseru kepada Tuhan dalam kesulitannya.

Allah itu setia apa pun yang terjadi. Kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya tidak terukur dan tidak bisa dibandingkan dengan ketaatan dan kebaikan kita. Kesetiaan Tuhan juga tidak dipengaruhi oleh ketidaksetiaan manusia. Namun, ketika kita setia, Ia akan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran dan Ia menghargainya.

Oleh karena itu, kita patut bersyukur karena kita memiliki Allah yang setia. Biarlah kesetiaan Tuhan menguatkan tekad kita, juga mendorong kita untuk berlaku setia kepada-Nya, dalam segala peristiwa dan setiap waktu sampai akhir hidup kita. [ABL]

2 Tawarikh 14:2-15

Raja Asa adalah anak dari Abia, raja Yehuda. Pada masa pemerintahannya, Asa membersihkan Yerusalem dari tempat-tempat penyembahan berhala sehingga Allah mengaruniakan keamanan atas kerajaannya. Ia juga mendorong segenap rakyat Yehuda untuk mencari Allah dan menaati perintah-perintah-Nya.

Asa melakukan apa yang baik dan benar di hadapan Tuhan.

Karena itu, ketika ia berperang melawan Zerah, orang Etiopia, Allah memberikan kemenangan kepadanya.


Friday 8 December 2023

SATU KEINGINAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 27
Setahun : 2 Tesalonika 1–3

SATU KEINGINAN
Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (Mazmur 27:4)

Seorang teman menceritakan keinginannya, “Aku akan mengambil jatah cutiku di akhir tahun. Aku akan menghabiskannya untuk berlibur ke beberapa negara tetangga. Aku sudah mencatat barang yang ingin aku beli sebagai oleh-oleh. Aku ingin memajangnya untuk mempercantik rumah.” Menjelang akhir tahun, ia jatuh sakit. Rencana liburannya gagal karena sakitnya tak kunjung sembuh. Maka katanya, “Aku tidak menginginkan hal lain selain kesembuhan.”

Orang sehat bisa memiliki seribu keinginan, tetapi orang sakit hanya memiliki satu keinginan, sembuh. Layaknya orang sakit yang merindukan kesembuhan inilah yang dilakukan oleh Daud. Daud merupakan salah satu raja terhebat dan terbaik. Namun, ia menginginkan dan meminta satu hal saja kepada Tuhan, yakni supaya ia dapat diam di rumah Tuhan seumur hidupnya. Daud memiliki kerinduan senantiasa menjalin persekutuan dengan Tuhan. Bagi Daud, persekutuan dengan Allah adalah hal terpenting yang diperlukannya. Pun kerinduan di hatinya yang melebihi segalanya. Hidup di dalam Tuhan membuat Daud boleh merasa yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya, apa pun pencobaan yang dialaminya. Bersama Tuhan membuatnya tidak ada alasan untuk berputus asa, sebab kemurahan Allah tersedia baginya.

Ketika kita membangun relasi dengan Tuhan melalui doa yang sehat dan senantiasa bergantung kepada-Nya, kita boleh selalu merasa optimis dalam segala keadaan. Tuhan akan menjadi terang, keselamatan, dan benteng hidup kita. Jika sudah demikian, apa lagi yang kita inginkan?



MASIHKAH KITA MENGINGINKAN HAL LAIN JIKA DENGAN HIDUP DI DALAM TUHAN KITA TELAH MENDAPATKAN SEGALANYA?