Tuesday 31 October 2023

Pemulihan Puncak

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 47:21-48:35
Setahun : Lukas 23–24

Pemulihan Puncak
TB: "Tanah inilah kamu harus bagi-bagi di antara kamu menurut suku-suku Israel. | Yehezkiel 47:21 (TB)



Cognitive science pada dasarnya menunjukkan bahwa manusia lebih merasa dekat dengan orang-orang yang sama dengan dirinya, seperti ras, warna kulit, dan bahasa. Manusia sulit nyaman dengan sesuatu yang asing, berbeda, atau tidak dekat dengan dirinya. Hal semacam itu juga kita lihat di dalam Alkitab. Bangsa Mesir sulit menerima keberadaan orang Israel. Orang Yahudi sulit menerima orang bukan Yahudi.

Ketika kita mempelajari Alkitab, mentalitas yang Allah kehendaki untuk dihidupi oleh umat pilihan-Nya bukan seperti itu. Allah terbukti meminta umat-Nya memerhatikan orang asing. Bahkan pada bagian ini dinyatakan bahwa orang asing juga mendapat warisan tanah seperti orang-orang Israel asli (23). Orang asing di sini adalah orang-orang yang tergabung di dalam komunitas Yahudi selama pembuangan. Mereka adalah orang-orang yang juga hidup di dalam hukum yang sama dengan hukum Israel (lih. Im. 19:34; Bil 15:29). Allah menganggap mereka umat-Nya.

Allah juga menetapkan batas setiap suku Israel. Kita melihat bahwa sesama anak bangsa, bahkan dari suku yang berbeda pun ada kemungkinan mengalami gesekan. Karena itu, Allah memberikan tanah dengan adil dan batas yang jelas (1-7).

Dan tentunya, Allah juga tidak melupakan hamba-hamba-Nya yang setia dari keturunan Zadokh. Bahkan, untuk hamba-Nya yang pernah tidak setia, Allah tetap memerhatikan mereka dan memberi mereka bagian. Di sini kita kembali menyaksikan kemurahan hati Allah atas umat-Nya, dan ketika kemurahan hati itu nyata, dikatakan bahwa Tuhan hadir bersama umat-Nya. Hal itu menjadi tanda kembalinya hadirat Allah atas umat-Nya, tanda pemuilihan puncak atas umat-Nya.

Sebagai umat Allah, kemurahan hati apakah yang sudah kita praktikkan? Apakah kita memberi bawahan kita lebih daripada yang menjadi haknya? Atau, pernahkah kita memberi kepada saudara maupun rekan kita sesuatu yang lebih daripada hak mereka? Mari kita meneladan kemurahan hati

Allah yang memberi kita sesuatu yang melampaui hak-hak kita.

Bersyukurlah atas kemurahan hati Allah. [JHN]


Monday 30 October 2023

PERSAHABATAN SEMU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 23:1–12
Setahun : Lukas 21–22

PERSAHABATAN SEMU
Pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan. (Lukas 23:12)

Tidak ada kawan atau lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang abadi. Pernyataan ini sering dikaitkan dengan dunia politik. Mereka yang tadinya bertikai, tiba-tiba menjadi sekutu ketika memiliki kepentingan yang sama. Relasi antara Pilatus dan Herodes menguatkan kenyataan ini. Pilatus adalah gubernur Yudea, merupakan perpanjangan tangan kekaisaran Romawi atas Israel sebagai jajahannya. Sedangkan Herodes Antipas adalah raja wilayah Galilea, pemimpin orang Yahudi (Luk. 3:1). Keduanya bermusuhan. Barangkali salah satu sebabnya ialah karena Pilatus menyembelih orang-orang Galilea untuk dipersembahkan kepada dewa-dewanya (Luk. 13:1).

Saat Yesus ditangkap dan dihadapkan kepada Pilatus, sang gubernur tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Ketika ia tahu bahwa Yesus berasal dari Galilea, Pilatus pun mengirim-Nya kepada Herodes yang saat itu berada di Yerusalem. Tindakan Pilatus itu dianggap Herodes sebagai kebaikan, sebab ia sudah sangat lama ingin bertemu Yesus dan ingin menyaksikan mukjizat-Nya. Herodes juga menyimpulkan Yesus tidak bersalah, lalu mengirim-Nya kembali pada Pilatus. Mereka sepakat bahwa Yesus tidak bersalah, namun tidak membebaskan-Nya, agar mereka tetap mendapat dukungan rakyat. Sikap itu bahkan mengakhiri permusuhan kedua penguasa itu.

Apa yang membuat kita bersahabat dengan seseorang? Apakah hanya karena satu kubu dalam sebuah perkara, namun tanpa mempedulikan kebenaran? Itu adalah persahabatan semu. Kiranya persahabatan yang kita jalin dilandasi kasih yang tulus, bukan kepentingan sesaat. Agar melaluinya kita dituntun menaati Allah serta memuliakan Dia. Itulah persahabatan sejati.



PERSAHABATAN SEJATI DIIKAT OLEH KASIH ALLAH, SERTA BERJALAN DALAM KEBENARAN SEBAGAI TANDA KETAATAN KITA KEPADA-NYA


Saturday 28 October 2023

TUHAN YANG BERDAULAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 RAJA-RAJA 24:1–7
Setahun : Lukas 17–18

TUHAN YANG BERDAULAT
… Ia menyuruh mereka melawan Yehuda untuk membinasakannya sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan para hamba-Nya, yaitu para nabi. (2 Raja-raja 24:2)

Untuk melaksanakan hukuman yang telah ditetapkan-Nya terhadap Yehuda, Tuhan menggerakkan gerombolan-gerombolan Kasdim, Aram, Moab dan bani Amon untuk melawan Yoyakim, raja Yehuda. Dengan jelas tertulis bahwa "Tuhan menyuruh gerombolan-gerombolan Kasdim" itu menjadi jalan penggenapan firman-Nya atas Yehuda. Ini memiliki arti bahwa Tuhan berdaulat untuk menggerakkan hati siapa pun yang dikehendaki-Nya untuk melaksanakan rencana-Nya.

Atas dasar itulah kita pun belajar untuk percaya bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa seizin Tuhan. Tuhan yang mengatur semua peristiwa yang terjadi di bumi ini. Tuhan juga yang mengizinkan segala sesuatu terjadi, termasuk memakai hal-hal yang kita anggap "tidak mungkin" atau tak terpikirkan oleh kita untuk menggenapi janji-Nya. Tuhan berdaulat penuh atas segalanya. Dan dengan keyakinan akan kedaulatan Tuhan atas alam semesta ini selayaknya membuat kita tidak merasa cemas atas apa yang terjadi di dunia ini. Tuhan sanggup mengubah semua situasi dengan cara-Nya untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya.

Rangkaian situasi buruk yang terjadi di sekitar kita acapkali memang membuat kita begitu takut. Meskipun kita belum mengerti maksud Tuhan di balik setiap peristiwa buruk yang terjadi, namun kita tetap meyakini bahwa kasih karunia-Nya tetap tersedia bagi setiap orang yang mau berbalik kepada-Nya. Tuhan menyatakan kedaulatan-Nya melalui setiap peristiwa untuk menyadarkan setiap orang agar berbalik dari jalannya yang jahat dan menerima kasih-Nya.



BAHKAN BANGSA YANG TIDAK MENGENAL-NYA PUN DIPAKAI-NYAUNTUK MEMBAWA PESAN PERTOBATAN BAGI UMAT PILIHAN-NYA


Friday 27 October 2023

Kekudusan yang Menyeluruh

 Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 45:1-17
Setahun : Lukas 14–16

Kekudusan yang Menyeluruh
TB: "Pada waktu kamu membagi-bagi negeri itu menjadi milik pusakamu dengan jalan mengundi, kamu harus mengkhususkan sebidang dari tanah itu menjadi persembahan khusus yang kudus bagi TUHAN, panjangnya dua puluh lima ribu hasta dan lebarnya dua puluh ribu hasta. Seluruh tanah yang di dalam batas ini adalah kudus. | Yehezkiel 45:1 (TB)



Manusia adalah makhluk yang mana tubuhnya adalah satu-satunya akses untuk mendapatkan pengetahuan. Tanpa tubuh, mustahil manusia memahami sesuatu. Meskipun demikian, tubuh manusia terbatas oleh ruang dan waktu. Melihat begitu pentingnya tubuh, demi meneguhkan pemulihan, Allah meminta ketaatan nyata manusia di dalam seluruh tindakannya yang kasat mata.

Allah meminta umat-Nya untuk menyatakan kekudusan-Nya dengan mengkhususkan sebuah tempat sakral bagi Bait Suci-Nya di tengah-tengah tanah warisan yang sudah dibagi-bagi (1-7). Hal fisik itu menjadi penanda sentralitas kekudusan Allah, sebagai fondasi kehidupan Israel, dan simbol pengingat pusat peribadatan umat Israel.

Bukanlah berarti bahwa bagian tanah yang lain tidaklah kudus, tetapi tanah tersebut dikhususkan sebagai pusat peribadatan yang terus mengingatkan Israel akan sentralitas kekudusan yang hendak dinyatakan Allah ke berbagai tempat. Allah juga menyediakan tempat tinggal bagi orang-orang Lewi piihan-Nya yang melayani di bait-Nya.

Ia juga menyediakan kota dan tempat tinggal raja, sembari mengingatkan raja untuk berbuat adil dan benar, menjauhkan diri dari kekerasan dan aniaya sehingga bangsa Israel menyatakan kekudusan Allah. Hal keadilan dan kebenaran ditekankan Allah terlebih dahulu, setelah itu baru pengaturan mengenai pemberian rakyat atas raja.

Raja tidak hanya menerima pemberian dari umat Israel, tetapi juga berkewajiban memberikan persembahan untuk mendukung Bait Suci. Jadi, peribadatan umat Israel dipraktikkan secara menyeluruh, dan tampak nyata di dalam kehidupan umat-Nya, mulai dari rakyat, raja, imam, dan semua berpuncak pada Allah yang kudus sebagai pusat penyembahan.

Ibadah kita berarti sebuah ketaatan menyeluruh yang mengintegrasikan seluruh aspek kehidupan yang tertuju kepada Allah yang kudus sebagai pusat devosi. Tindakan nyata seperti mempersembahkan kekayan, kepemilikan, waktu, serta bakat, merupakan prasyarat nyata akan peribadatan kita. Gunakan seluruh hidup bagi Allah! [JHN]


Thursday 26 October 2023

MENGASIHI SELAGI MASIH ADA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : PENGKHOTBAH 3:1–15
Setahun : Lukas 12–13

MENGASIHI SELAGI MASIH ADA
Ada waktu untuk mengasihi …. (Pengkhotbah 3:8)

Agus sempat menyesali keputusannya ketika ia harus membawa keluarganya untuk kembali ke luar Jawa, karena masa liburan telah selesai. Pasalnya, ia pergi meninggalkan sang ayah yang dalam kondisi sakit. "Mengapa aku tidak tinggal barang sehari lagi, sehingga paling tidak aku dapat melihat saat terakhir ayah yang aku kasihi?" sesalnya. Ya, tak lama setelah Agus dan keluarganya tiba di tujuan, mereka mendengar sang ayah meninggal dunia. Alhasil, mereka pun harus kembali pulang untuk mengantarkan sang ayah menuju peristirahatan terakhirnya.

Fakta kehidupan menunjukkan bahwa waktu kematian manusia memang tak bisa diketahui. Sebagian orang mendapat kesempatan melepas kepergian orang yang mereka kasihi, bahkan sempat menutupkan kelopak mata sambil mendekap untuk terakhir kalinya. Namun, ada pula orang-orang yang tak memiliki kesempatan itu karena satu dan lain hal. Itulah bagian dari misteri kehidupan, dimana ada kehendak Allah yang turut bekerja di sana. Nas renungan hari ini mengingatkan kita mengenai waktu atas segala sesuatu di bawah langit. Selain waktu untuk meninggal, ada pula waktu untuk menikmati waktu bersama orang-orang yang dekat dengan hati kita, dengan cara mengasihi mereka … sewaktu mereka masih hidup.

Pada saatnya, setiap manusia akan berpulang kepada-Nya. Namun, kenangan yang kelak akan melekat atas setiap orang yang kita kasihi, itulah yang perlu kita upayakan semasa hidup yang Allah karuniakan, dalam segala situasi yang Allah izinkan terjadi. Kira-kira apa yang telah dan akan kita lakukan?



MENIKMATI KEHIDUPAN BERSAMA ORANG TERKASIH ADALAH KEBAHAGIAAN YANG TAK TERNILAI HARGANYA


Wednesday 25 October 2023

Gagal Tidak Setia

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 43:13-27
Setahun : Lukas 10–11

Gagal Tidak Setia
TB: Inilah ukuran-ukuran mezbah itu dalam hasta, yaitu hasta yang setapak tangan lebih panjang dari hasta biasa: paritnya adalah satu hasta dalamnya dan satu hasta lebarnya dan sekeliling parit itu ada tepi yang tingginya satu jengkal. Dan inilah tinggi mezbah itu: | Yehezkiel 43:13 (TB)



Altar adalah titik awal dari kehidupan Israel di hadapan Allah. Di sinilah Allah dan umat-Nya berjumpa. Altar adalah tempat yang paling sakral.

Tetapi, justru di tempat paling sakral ini Israel berbuat dosa yang terendah (lih. 8:16). Dosa penyembahan berhala yang merusak relasi di tempat di mana justru relasi itu dibangun.

Tidak heran penyembahan berhala sering digambarkan seperti perzinahan, yaitu ketidaksetiaan dari hubungan pernikahan yang sakral.

Perzinahan terjadi ketika salah seorang pasangan memilih tidak setia dan mengkhianati pasangan yang padanya ia sudah berjanji setia.

Seharusnya tindakan Israel ini dapat membuat Allah memutuskan ikatan perjanjian-Nya. Akan tetapi, Allah memilih tetap setia di tengah ketidaksetiaan umat-Nya. Altar yang telah dinodai dengan ketidaksetiaan dipulihkan oleh

Allah (18-27). Altar dikembalikan menjadi fokus utama persekutuan Allah dan Israel.

Ada tujuh hari penyucian altar. Tujuh menandakan kesempurnaan baru. Setelah itu, altar dianggap siap untuk pengurbanan. Tujuh hari penyucian ini mengingatkan hari raya Sukkot, festival utama bangsa Yahudi yang mengingatkan pengembaraan mereka di padang pasir ketika keluar dari perbudakan Mesir. Ini kisah nostalgia akan kasih

Allah yang menyelamatkan dan menjaga umat-Nya.

Percikan darah pada altar mengingatkan akan hari raya Yom Kippur ketika imam memanjatkan penebusan untuk umat Israel (lih. Im. 16:18-19). Garam yang ditaburkan pada korban juga menggambarkan perjanjian garam (lih. Im. 2:13). Sifat mengawetkan garam menjadi simbol ketetapan dari perjanjian Allah. Hal itu merupakan afirmasi kasih setia Allah yang tidak dapat digagalkan oleh ketidaksetiaan umat-Nya.

Kasih setia Allah yang besar seharusnya membuat kita memiliki pengharapan. Ketidaksetiaan kita tidak akan pernah bisa menggagalkan kesetiaan Allah. Hal itu tidak membenarkan setiap kegagalan kita, tetapi justru memberi kita semangat kembali belajar setia dengan tetap melihat kasih dan kesetiaan Allah. [JHN]


Tuesday 24 October 2023

MENGELUH DENGAN JUJUR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AYUB 7
Setahun : Lukas 8–9

MENGELUH DENGAN JUJUR
"Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku." (Ayub 7:11)

Ketika kecil, saya dididik untuk selalu mengucap syukur atas semua hal yang terjadi dalam hidup. Ketika berdoa, saya diajari untuk fokus berterima kasih pada kebaikan-kebaikan Allah, dan cenderung untuk tidak menyebutkan hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup saya. Adalah sesuatu yang "pantang" jika saya mengeluh dalam doa. Ketika semakin dewasa, saya menyadari bahwa hal-hal buruk sama pentingnya dengan hal-hal baik yang terjadi dalam hidup saya.

Ketika Ayub mengalami hal terberat dalam hidupnya, setelah kehilangan seluruh harta benda dan keluarganya, ia juga berkeluh kesah kepada Allah. Ayub berkata bahwa ia tidak akan menahan mulutnya, dan akan berbicara dalam kesesakan jiwanya, dan mengeluh dalam kepedihan hatinya (ay. 11). Tapi Ayub hanyalah mengeluh atas kondisinya, ia menyesalkan keadaannya saat itu, namun tidak mengutuki Allah seperti yang diprediksikan oleh iblis.

Mengeluh dan mengutuk adalah dua hal yang berbeda. Jika kita mengeluh, secara tidak langsung kita mengakui kelemahan kita. Jika kita mengutuk, itu sama dengan menyalahkan pihak lain atas segala hal buruk yang terjadi pada kita. Ayub memilih untuk mengeluh pada Allah dalam kesendirian dan keterasingannya. Kita juga sebaiknya mengeluh hanya kepada Allah, bukan kepada manusia lain. Keluhan yang kita sampaikan pada Allah haruslah jujur. Allah mengenal kita dengan sangat baik. Ketika kita memutuskan untuk jujur kepada-Nya, itu akan menjadi kesenangan bagi-Nya. Tidak ada salahnya mengeluh dengan jujur pada Allah. Karena Allah tahu hidup juga bisa menjadi berat. Dan Ia sangat ingin kita datang kepada-Nya dalam situasi-situasi terberat hidup kita.



KEJUJURAN MEMBAWA KELEGAAN


Monday 23 October 2023

Tongkat Pengukur Bait Suci Baru

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 42
Setahun : Lukas 6–7

Tongkat Pengukur Bait Suci Baru
TB: Lalu diiringnya aku ke pelataran luar bagian utara dan dibawanya aku ke bilik-bilik sebelah utara yang berhadapan dengan lapangan tertutup dan berhadapan dengan bangunan yang di ujung barat. | Yehezkiel 42:1 (TB)



Tongkat pengukur adalah alat untuk mengukur. Dalam nas hari ini, tongkat pengukur digunakan untuk megukur semua bagian dari Bait Suci baru, mulai dari pintu gerbang pelataran luar dan dalam bangunan Bait Suci, tempat Tuhan berjumpa dengan umat-Nya.

Bait Suci lama yang dibangun Raja Salomo dengan megah telah dihancurkan bangsa Babel pada sekitar tahun 586 SM. Kini, Nabi Yehezkiel melihat tersedianya suatu

Bait Suci baru di atas gunung yang sangat tinggi. Menarik karena dalam penglihatan nabi, Bait Suci baru diukur dengan tongkat pengukur (16-20). Jika Bait Suci baru itu sebuah Bait Suci simbolis yang melukiskan berkat-berkat seribu tahun atau sebuah Bait Suci yang akan didirikan pada masa kerajaan seribu tahun, suatu hari nanti kehadiran dan kemuliaan Allah akan dikembalikan kepada umat-Nya untuk selama-lamanya. Ini suatu Bait Suci yang nyata, yang mana orang-orang tebusan Allah hidup menyembah Allah.

Wajar bila Bait Suci baru ini diukur dengan tongkat pengukur. Tuhan sendirilah yang akan menentukan standar untuk Bait Suci baru. Bangsa Israel yang pulang dari pembuangan akan memperoleh status baru, dahulu mereka dibuang dan hidup sengsara dalam penindasan, kemudian akan dipulihkan dan diselamatkan. Mereka akan hidup dengan standar yang ditentukan oleh Allah sendiri.

Demikian juga gereja, sebagai Israel baru pun harus hidup sesuai dengan standar yang ditentukan Allah.

Sebagai Israel baru, kita dinasihati untuk hidup sesuai standar atau ukuran yang Allah tetapkan di dalam Tuhan Yesus Kristus, yakni hidup mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia (lih. Mat 22:37-40).

Jika hari ini kita belum hidup sesuai standar Allah, yaitu mengasihi, berdoalah agar Roh Kudus memampukan kita melakukannya dan mengingatkan kita akan apa yang belum kita lakukan. Juga, menginsafkan kita bila kita telah keluar dari firman-Nya, yang menjadi standar itu. Sebaliknya, jika kita telah sungguh-sungguh hidup sesuai firman Tuhan, mintalah agar Roh Kudus memeliharanya di dalam hati dan hidup kita. [EMR]


Sunday 22 October 2023

KUTUKAN SIMEI, REAKSI DAUD

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 SAMUEL 16:5–14
Setahun : Lukas 4–5

KUTUKAN SIMEI, REAKSI DAUD
Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. (2 Samuel 16:6)

Salah seorang kerabat kami selalu menolak untuk masuk ke rumah setiap kali berkunjung. Ia hanya berdiri sambil mengobrol di halaman, sambil terlihat menenteng botol air mineral yang dibawanya dari rumah. Suatu ketika ia mengajak saya berkeliling ke suatu tempat, hanya untuk diperlihatkan rumah miliknya yang berada di luar kota, dengan isi percakapan yang terkesan menganggap rendah keluarga kami yang mungkin dianggapnya "berbeda kelas" jika dibandingkan dengan keluarganya.

Memang tidak enak dianggap rendah oleh orang lain, bahkan ketika hal itu dilakukan secara halus sekalipun. Itu sebabnya, sukar membayangkan perasaan Daud ketika sedang berjalan didampingi para pahlawan, lalu mendadak seorang bernama Simei melontarkan kata-kata hinaan sambil melempari Daud dengan batu. Simei yang masih tercatat sebagai keluarga Saul itu bahkan juga mengutuk, seraya melempari Daud dan para pengawalnya dengan batu. Namun, reaksi Daud sungguh di luar dugaan. Ia bukannya marah atau menyuruh menangkap Simei, melainkan justru menganggap bahwa Allah mungkin sedang memakai Simei untuk berbuat sesuatu kepadanya (ay. 11–12).

Dalam hidup ini, tidak mudah untuk menguasai diri ketika cercaan, makian, atau hinaan menghampiri kita. Dunia mengajarkan untuk bereaksi, bahkan bila perlu membalas perlakuan itu dengan lebih kejam. Namun, sebagai orang percaya kita diajarkan untuk menyikapi hinaan dengan berbeda. Tak hanya menahan diri, tetapi juga belajar melihat bahwa mungkin ada kehendak Allah di balik hal yang tidak menyenangkan itu.



ALLAH BISA BEKERJA LEWAT SEGALA SITUASI UNTUK MEMBENTUK KARAKTER KITA AGAR SEMAKIN SERUPA DENGAN KRISTUS


Saturday 21 October 2023

Beritahukanlah Apa yang Kaulihat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 40:1-47
Setahun : Lukas 2–3

Beritahukanlah Apa yang Kaulihat
TB: Dalam tahun kedua puluh lima sesudah pembuangan kami, yaitu pada permulaan tahun, pada tanggal sepuluh bulan itu, dalam tahun keempat belas sesudah kota itu ditaklukkan, pada hari itu juga kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawa-Nya aku | Yehezkiel 40:1 (TB)



Saat Yehezkiel mendapat penglihatan dari Tuhan, dia dan bangsa Israel sedang berada di tahun kedua puluh lima sesudah pembuangan di Babel. Mereka sangat menderita dan sedih, terutama ketika mengingat

Bait Allah yang telah hancur. Tidak mudah mengembalikan kepercayaan bahwa kelak Bait Allah akan dipulihkan lagi.

Yehezkiel diperintah Allah untuk mengabarkan penglihatan ilahi kepada orang Israel yang menderita dalam pembuangan agar mengetahui dan memahami kebenaran, yaitu bahwa Allah akan membangun kembali Bait Suci yang baru.

Yehezkiel dibawa mengunjungi bagian terluar Bait Suci, yakni gerbang timur (5-19), utara (20-23), selatan (24-31), lalu pelataran dalam yang memuat dua meja persembahan serta dua bilik yang masing-masing diperuntukkan bagi penyanyi dan kaum Lewi (32-47). Gerbang adalah pintu masuk dan pelataran adalah tempat berkumpul pertama bagi umat yang datang beribadah kepada Allah di Bait Suci (lih. Kel. 27:9-19). Melalui penglihatan ilahi ini, Yehezkiel harus memberitahukan bahwa

Israel yang ditolak telah diterima kembali.

Penglihatan Nabi Yehezkiel akan Bait Suci baru dapat dipahami sebagai penyataan kehendak Allah kepada dua pihak. Pertama, orang Israel sebagai pihak yang akan diberi tahu agar percaya. Kedua, Yehezkiel sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk memberi tahu. Kedua pihak saling terhubung. Namun demikian, Yehezkiel yang akan menyampaikan berita harus melihat dengan teliti, mendengar dengan sungguh-sungguh, dan memerhatikan baik-baik segala sesuatu yang Tuhan perlihatkan. Yehezkiel harus bisa melakukan perintah Tuhan dengan sebaik-baiknya.

Sebagai hamba-hamba Tuhan, kita diperintah untuk memberitahukan kebenaran sesuai kehendak Tuhan tentang penerimaan dan pemulihan kembali umat Allah. Kita diingatkan untuk percaya akan pemulihan yang Allah karuniakan. Karenanya, hiduplah sesuai pemulihan itu dengan bersyukur. Berdoalah juga bagi semua orang percaya yang diutus untuk memberitakan kebenaran Allah. [EMR]

Yehezkiel 42:1-20

Penglihatan yang dialami oleh Yehezkiel dalam nas ini kemungkinan terjadi pada tahun 573 SM, yaitu sekitar 25 tahun setelah pembuangan dirinya dimulai. Melalui penglihatan ini, Tuhan ingin memberikan semangat baru kepada Israel. Dengan penuh kemuliaan, Israel dipulihkan dan kemuliaan Allah pun akan tinggal tetap. Pemulihan dari Allah itu ditandai melalui penglihatan akan Bait Suci.


Friday 20 October 2023

JANGAN TERGANTUNG AKU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : HAKIM-HAKIM 14:1–4
Setahun : Lukas 1

JANGAN TERGANTUNG AKU
Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai." (Hakim-hakim 14:3b)

Simson tahu bahwa dirinya adalah seorang nazir Allah. Ia telah dipilih untuk menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan musuh mereka. Namun, ia tidak hidup menurut hukum-hukum Allah. Suatu kali ia melihat seorang gadis Filistin, lalu meminta ayahnya meminang gadis itu untuk menjadi istrinya. Ketika sang ayah memperingatkannya untuk tidak mengawini perempuan yang tidak mengenal Allah, Simson bersikeras. Alasannya, karena ia menyukainya. Ia tahu keinginan itu bertentangan dengan kehendak Allah. Ia juga mendapatkan peringatan dari orang tuanya. Namun ia mantap dan bulat hati dengan keputusannya. Semata-mata karena ia menyukainya.

Apa yang menjadi pertimbangan bagi kita saat mengambil keputusan? Apakah kita memikirkan keselarasannya dengan kehendak Allah? Ataukah kita hanya peduli dengan selera atau kemauan sendiri? Atau tergantung pendapat orang lain? Apa pun yang menjadi pertimbangan kita, setiap keputusan memiliki konsekuensi. Pilihan-pilihan yang keliru pastinya membuat kita menjauh dari Tuhan.

Kabar baiknya ialah, sekalipun kita mengambil keputusan yang salah, yang lahir dari sikap egois alias hanya memikirkan diri sendiri, Allah tidak membiarkan kita tenggelam dalam lumpur dosa dan derita. Dia tetap mengasihi kita. Dia ingin kita bertobat dan kembali kepada rancangan dan ketetapan-Nya. Pilihan Simson yang egois itu bahkan Tuhan gunakan untuk menjadi alat penyelamatan bangsa Israel. Jika ketidaktaatan kita saja dapat dipakai-Nya untuk menggenapi rencana-Nya, bayangkanlah hebatnya karya-karya-Nya melalui hidup kita saat menaati serta mengandalkan Dia.



DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERBAIK BUKANLAH PENDAPAT KITA SENDIRI,MELAINKAN KESELARASAN DENGAN KEHENDAK ALLAH


Thursday 19 October 2023

Hukuman Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 38
Setahun : 2021–2023

Hukuman Allah
TB: Datanglah firman TUHAN kepadaku: | Yehezkiel 38:1 (TB)



Hukuman adalah salah satu cara untuk mengarahkan tingkah laku orang agar sesuai dengan yang seharusnya atau yang benar. Hukuman diberikan jika seseorang melakukan kesalahan, pelanggaran atau kejahatan, baik yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja. Hukuman juga diberikan Tuhan pada umat-Nya bila bersalah. Dalam nas ini, Yehezkiel memberi tahu tentang hukuman dari Allah kepada Gog.

Apa kesalahan yang dilakukan oleh Gog? Yehezkiel memberi tahu bahwa Allah sendiri menjadi lawannya dan akan menghukumnya bersama semua sekutunya. Allah memakai Gog sebagai alat penghukuman-Nya untuk menghukum Israel, umat-Nya yang tidak setia (1-9, 14-16). Namun, Allah juga tahu bahwa Gog telah berikhtiar jahat dalam hatinya untuk menyerang

Israel yang hidup aman tetapi tanpa pertahanan (10-11), dan melakukan penjarahan segala kekayaan Israel secara besar-besaran (10-13).

Sekalipun Gog adalah raja agung yang berkuasa, namun ia tidak lebih besar dan berkuasa daripada Allah Israel.

Tentang dirinya, Allah telah memberi tahu melalui para nabi, bagaimana dia akan dihukum dalam kemurkaan-Nya. Tujuan hukuman Allah adalah agar semua bangsa percaya bahwa Dialah Tuhan.

Hukuman kepada Gog, raja negeri-negeri Mesekh dan Tubal, menjadi peringatan keras bagi semua orang agar tidak memanfaatkan hak dari Allah dalam hidup bersama orang lain untuk merancangkan perbuatan-perbuatan yang jahat dan yang mencelakakan. Hendaklah kita tidak merampas hak atau harta orang lain. Kita diingatkan bahwa hukuman Allah pasti dinyatakan, sebab Ia berkuasa menghukum setiap setiap orang yang berbuat jahat.

Marilah kita berkomitmen untuk hidup benar serta melakukan kebaikan bagi sesama sesuai kehendak Allah. Janganlah kita keluar dari tujuan Allah. Dengan menyadari akan kerapuhan kita, yang mana kita mudah sekali tergoda untuk berbuat dosa dan melakukan kejahatan kepada sesama, mari kita bertekun dalam doa agar Allah menuntun kita hidup dengan benar serta berjalan dalam kehendak-Nya. [EMR]


Wednesday 18 October 2023

MENTALITAS PEMENANG

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 24:15–18
Setahun : Markus 12–13

MENTALITAS PEMENANG
Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. (Amsal 24:16)

Michael Jordan, sosok legenda basket dunia, pernah berkata bahwa dalam sepanjang kariernya, cukup banyak tembakan ke ring basket lawan yang gagal. "Saya juga pernah gagal dalam beberapa kesempatan untuk mencetak poin penentu kemenangan, tetapi saya tidak pernah berhenti mencoba," aku Jordan dalam suatu kesempatan. Semangat dan keyakinan inilah yang lantas membawa Jordan beberapa kali mencetak poin penentu kemenangan, bahkan membuat timnya memenangkan kejuaraan bola basket NBA.

Entah bagaimana mulanya, orang yang sukses sering kali dianggap tidak pernah gagal. Padahal, sejatinya tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa pernah melewati ujian kegagalan. Kemenangan besar yang pernah tercatat dalam dunia olah raga, juga tak lepas dari kegagalan atau kekalahan. Ya, menang dan gagal sebenarnya adalah perkara yang biasa dalam siklus kehidupan manusia. Hal yang membedakan adalah mentalitas yang membuat seseorang atau suatu tim bangkit setelah kalah, lalu berjuang lagi sampai memenangkan pertandingan.

Nas renungan hari ini juga berbicara mengenai mentalitas pemenang. Tujuh kegagalan atau kejatuhan boleh saja terjadi, tetapi setiap kejatuhan akan direspons dengan semangat untuk bangkit dan kembali berjuang. Mentalitas seperti inilah yang kini dibutuhkan dalam menjalani kehidupan yang dipenuhi oleh banyak tantangan ini. Kekuatan yang Allah berikan pun akan semakin terasa manis ketika berjumpa dengan orang percaya dengan mentalitas pemenang dalam dirinya. Adakah mentalitas pemenang dalam diri kita?



PEMENANG BUKANLAH MEREKA YANG TAK PERNAH GAGAL, MELAINKAN MEREKAYANG MENOLAK UNTUK MENYERAH DAN BERJUANG UNTUK MENANG


Tuesday 17 October 2023

Dengarlah Firman Tuhan!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 37:1-14
Setahun : Markus 10–11

Dengarlah Firman Tuhan!
TB: Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang. | Yehezkiel 37:1 (TB)



Tuhan yang kita kenal dan sembah adalah Tuhan yang berinisiatif memperkenalkan diri-Nya. Tak seorang pun dapat mengenal-Nya jika Dia sendiri tidak menyingkapkan diri-Nya. Dia menyatakan diri melalui firman-Nya kepada manusia agar kita hidup di dalam-Nya.

Siapa yang mendengar firman Tuhan? Pertama, hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan tidak berbicara tentang Tuhan dari pengetahuannya sendiri.

Dia harus mendengar Tuhan menyampaikan kehendak-Nya melalui perenungan firman-Nya. Dia juga harus meyakini kebenarannya (1-3). Yehezkiel diutus Tuhan untuk berbicara kepada bangsa Israel di pembuangan untuk mendengar firman. Kedua, umat Tuhan.

Mereka berada dalam tawanan, terjebak di dalamnya dan amat menderita. Bangsa Israel dalam pembuangan digambarkan sebagai tulang-tulang kering, tidak memiliki pengharapan, dan sudah lenyap (11). Bagaimana mungkin, orang-orang Israel yang diibaratkan sebagai tulang-tulang kering hidup? Dengan mendengar firman Tuhan, mereka akan mendapatkan kekuatan dalam penderitaan.

Firman itu memberitakan tentang kekuasaan Tuhan yang menghidupkan, membangkitkan, dan bahwa Tuhan akan memulangkan mereka.

Jadi, mendengarkan firman Tuhan mendatangkan manfaat, supaya kita beriman bahwa Dialah Tuhan yang berkuasa. Rasul Paulus menegaskan kepada Timotius bahwa firman Tuhan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (lih. 2Tim 3:16).

Hendaknya kita tidak bosan mendengarkan firman Tuhan karena melaluinya kita tahu bahwa Allah turut bekerja di dalam setiap keadaan kita dan menolong kita bangkit kembali.

Sebagai hamba Tuhan, kita juga diingatkan bahwa dalam melayani umat-Nya kita harus menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan suara-Nya yang berbicara kepada kita.

Dengan demikian, apa yang kita sampaikan benar-benar berasal dari kehendak Tuhan. Sebagai umat-Nya, mari kita juga bersukacita menerima firman yang diberitakan, sekalipun itu bersifat teguran. [EMR]


Monday 16 October 2023

APAKAH TUHAN ADA?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KELUARAN 17:1–7
Setahun : Markus 8–9

APAKAH TUHAN ADA?
Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?" (Keluaran 17:7)

Tak kunjung menemukan jalan keluar sering kali membuat saya menggerutu di tengah pergumulan. Namun akhirnya, Tuhan selalu menolong dengan solusi yang tak pernah terpikirkan. Tidak hanya sekali, melainkan beberapa kali. Malu rasanya setiap kali teringat akan sikap saya yang meragukan Tuhan di tengah pergumulan itu. Betapa bebal hati saya, betapa tipis iman saya.

Bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa dan Tuhan karena di Rafidim mereka tidak menemukan air. Peristiwa ini bukan yang pertama kali terjadi sejak Israel keluar dari Mesir. Israel pernah mengeluh ketika dikejar tentara Mesir, air pahit di Mara, serta meminta daging dan roti di padang gurun Sin. Sesungguhnya, Israel telah berkali-kali melihat pertolongan Tuhan yang luar biasa. Laut Teberau yang terbelah sehingga dapat mereka seberangi, air pahit yang berubah menjadi manis, pemeliharaan melalui manna dan burung puyuh, serta tiang awan dan tiang api. Mungkinkah dalam kurun waktu tiga bulan Israel telah melupakan pertolongan Tuhan itu? Entah. Faktanya, Israel menyalahkan Musa yang membawa mereka keluar dari Mesir. Parahnya lagi, mereka mempertanyakan keberadaan Tuhan (ay. 7).

Pergumulan berat mungkin membuat pikiran kita buntu. Tidak hanya kehilangan sukacita dan pengharapan, kita bahkan dibuat kehilangan iman kepada Tuhan. Baiklah kita mengingat kembali penyertaan dan pertolongan Tuhan yang pernah kita terima di masa lalu. Kuasa-Nya yang tak terselami senantiasa sanggup menolong menurut cara-Nya, tepat pada waktu-Nya.



KETIDAKMAMPUAN MELIHAT DAN MERASAKAN KEHADIRAN TUHANSESUNGGUHNYA MERUPAKAN GEJALA KEKERINGAN ROHANI


Sunday 15 October 2023

Pulih, Lebih dari Sembuh

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 36:1-21
Setahun : Markus 6–7

Pulih, Lebih dari Sembuh
TB: "Hai engkau, anak manusia, bernubuatlah mengenai gunung-gunung Israel dan katakanlah: Hai gunung-gunung Israel, dengarlah firman TUHAN! | Yehezkiel 36:1 (TB)



Pada masa pandemi yang lalu, ada banyak orang yang terinfeksi virus. Mereka yang dinyatakan sembuh, tidak benar-benar pulih, butuh waktu beberapa lama agar pulih seperti sedia kala. Kembalinya bangsa Israel dari pembuangan merupakan bentuk pembaruan atau pemulihan Israel secara menyeluruh.

Dibawanya bangsa Israel ke tempat pembuangan membuat wilayah mereka kosong.

Bangsa-bangsa di sekitar mereka memakai kesempatan itu untuk mengambil alih wilayah Israel untuk mereka kuasai (1-2). Allah menguatkan umat-Nya dengan mengingatkan mereka bahwa Allah adalah pemilik atas wilayah Israel, dan bahwa Ia tidak akan menoleransi tindakan bangsa-bangsa tersebut (3-5).

Keadilan Allah akan ditimpakan atas musuh-musuh Israel. Sesudah itu, Allah akan membawa bani Israel kembali ke tanah air mereka semula. Tanah-tanah tandus akan kembali didiami, dan kota-kota akan kembali dibangun, ladang dan lahan subur akan kembali memberikan hasilnya, dan ternak akan bertambah banyak. Jika di masa lalu, tanah sudah tidak menjadi ramah kepada mereka, sekarang segala sesuatu akan berpihak kepada mereka. Pemulihan Allah akan membuat mereka menjauh dari berhala yang jahat.

Satu kekuatan utama untuk tetap beriman dalam Kristus adalah janji pemulihan yang akan dialami kelak, di dalam kemuliaan. Nabi Yesaya juga sudah menubuatkan hal yang sama (lih. Yes. 65-66), begitu juga Rasul Yohanes, menyampaikan penglihatan tentang kemuliaan yang akan datang (lih. Why. 21-22).

Pemulihan kelak adalah karya Allah semata, bukan hasil perbuatan manusia.

Pemulihan secara holistik yang akan kita terima bukanlah buah dari perbuatan kesalehan kita, melainkan inisiatif dan karya Allah. Tuhan Yesus, Gembala dan Penebus kita, telah menyelesaikan pemulihan itu, sedang menyelesaikannya, dan akan menyelesaikannya secara sempurna pada waktu kedatangan-Nya kelak. Lebih dari sembuh, pemulihan dari Allah adalah kehidupan kekal di mana kita akan hidup bersama dengan Allah dalam kemuliaan-Nya. [IBS]


Saturday 14 October 2023

KEKUATAN HATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 14
Setahun : Markus 4–5

KEKUATAN HATI
Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya. (Amsal 14:10)

"Baik-baik saja" atau "tidak baik-baik saja" tergantung dari bagaimana cara manusia memandangnya. Pernyataan tersebut disetujui oleh filsuf-filsuf dunia dari berbagai generasi. Contoh sederhana adalah hujan. Ketika dilihat sebagai "baik-baik saja" maka seseorang tidak merasa terganggu atas tertundanya beberapa aktivitas yang telah direncanakan, sehingga hujan bisa menjadi berkat. Jika dilihat sebagai "tidak baik-baik saja" maka kerugian waktu karena tidak dapat menyelesaikan berbagai urusan akan membuat hujan menjadi malapetaka.

Raja Salomo berkata, "Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya" (ay. 10). Suatu kejadian bisa melukai hati seseorang, sebaliknya kejadian yang sama membuat hati seseorang menjadi senang. Kepedihan luka hati seseorang hanya bisa dirasakan olehnya, sekuat apa pun kita mencoba berempati pada mereka, kita tidak akan pernah bisa merasakan sama persis dalamnya luka hati mereka. Demikian juga ketika seseorang merasa bahagia.

Ketika dihadapkan pada peristiwa apa pun, Allah sebenarnya telah memberi kekuatan ketika kita bersedih atau bersukacita. Kita diberi kebebasan untuk memilih. Pusat kekuatan tersebut ada di hati kita. Hati kita adalah Bait Allah, tempat Allah bersemayam. Jika hati kita bisa jatuh pada kepedihan yang sangat dalam, kita juga punya kekuatan untuk melompat lebih tinggi lagi untuk mendapatkan sukacita, dan tidak ada satu orang manusia pun yang bisa melakukan itu untuk kita. Hanya kita yang bisa memutuskan apa yang akan dirasakan oleh hati kita. Demikian dahsyat kekuatan Allah di dalam diri kita, terutama di dalam hati kita.



TUHAN SELALU BEKERJA DALAM HATI KITA


Friday 13 October 2023

Pemelihara Kehidupan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 34
Setahun : Markus 1–3

Pemelihara Kehidupan
TB: Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: | Yehezkiel 34:1 (TB)



Ketika penjaga kota mengawal Keamanan, kita membutuhkan para pemelihara kehidupan. Tuhan memerintahkan Yehezkiel bernubuat melawan pemimpin Israel yang menggembalakan/ memerhatikan dirinya sendiri (1-2).

Allah menggunakan analogi gembala bagi para pemimpin Israel. Namun, Allah mencela mereka karena lebih mementingkan diri sendii daripada para domba (1-4, 8). Karena kelalaian mereka, domba-domba terserak dan tak terawat. Dosa dalam kepimpinan mereka menyebabkan umat Allah ditaklukkan bangsa lain (5-6). Maka, Allah akan menghukum mereka, tetapi akan menyelamatkan domba-domba-Nya (7-10). Tuhan adalah Gembala yang baik, yang memelihara mereka (11-15). Ia juga akan menyatakan keadilan-Nya atas musuh-musuh Israel (16). Allah yang menyaring domba-domba yang tidak berkualitas dan menganiaya sesama domba (17-19).

Pemilahan domba-domba bertujuan untuk memberikan ruang bagi Sang Mesias sebagai Penguasa atas para domba. Di sinilah Yehezkiel berbicara tentang relasi antara Allah dengan umat-Nya dalam perjanjian baru yang dimeteraikan di dalam hati mereka. Domba-domba yang sejati akan merespons panggilan Allah dengan komitmen yang nyata. Allah akan tinggal di antara mereka, menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat-Nya.

Nubuatan Yehezkiel digenapi oleh Tuhan Yesus yang datang kepada umat-Nya dan mencari serta menyelamatkan mereka yang terserak. Ia Gembala yang Baik, Pemelihara domba-Nya (lih. Yoh. 10). Domba-domba sejati akan mendengar suara-Nya, dan mengikut-Nya. Sebaliknya, kambing-kambing akan bersikeras pada jalan kebebalan mereka yang berujung pada penghakiman.

Suara panggilan firman

Allah yang sejati akan terus bergema dalam hati umat pilihan Allah. Suara panggilan firman Allah memisahkan umat-Nya dari jalan dunia dan membawa mereka kembali kepada jalan kebenaran yang diberikan Allah melalui anugerah Kristus Yesus, yang memberikan hidup-Nya bagi umat-Nya. [IBS]


Thursday 12 October 2023

KETIKA PASANGANKU MENGELUH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 15:1–13
Setahun : Matius 27–28

KETIKA PASANGANKU MENGELUH
Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. (Roma 15:1)

Kurang tidur dan selalu kelelahan, itulah yang dialami istri saya selama beberapa bulan saat anak pertama kami lahir. Harus bangun dan menyusui di malam hari saat bayi menangis minta susu, menidurkan bayi, dan berbagai kesibukan mengurusi bayi, ditambah mengerjakan pekerjaan rumah, membuat istri mengeluh dan mudah emosi kepada saya. Awalnya reaksi saya marah dan menyalahkan istri, mengatakan bahwa itulah risiko punya anak bayi. Tapi, saya akhirnya sadar. Sikap dan perkataan saya menyakitinya, dan saya egois.

Mengeluh kepada pasangan karena beratnya tekanan hidup boleh, tapi jangan menjadi tukang mengeluh. Saat pasangan kita mengeluh karena sudah tidak kuat menghadapi tekanan hidup, bagian kita adalah menguatkannya, kita wajib menanggung kelemahannya, dan jangan mencari kesenangan diri sendiri. Kita harus mencari kesenangan sesama (khususnya pasangan) demi kebaikannya dalam membangunnya (ay. 2). Kenapa kita wajib menanggung kelemahan pasangan dan berempati dengan beban hidupnya? Karena Kristus tidak egois (ay. 3). Pasangan kita mengeluh bukan untuk dimarahi atau disalahkan, tapi untuk didengarkan, dimengerti, dan dikuatkan.

Kalau pasangan kita mengeluh karena sakit atau tekanan hidup, jangan mengulang kesalahan saya. Mari kita meneladani Kristus dengan tidak mencari kesenangan sendiri, melainkan mencari kesenangan sesama demi kebaikannya dan untuk membangunnya. Kuatkan pasangan kita dengan mendengarkannya, menolongnya, memberikan dia "me time", dan memberinya kesempatan untuk beristirahat.



PASANGAN KITA MENGELUH BUKAN UNTUK DIMARAHI ATAU DISALAHKAN,TAPI UNTUK DIDENGARKAN, DIMENGERTI, DAN DIKUATKAN


Wednesday 11 October 2023

Menara Penjaga

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 33:1-20
Setahun : Matius 25–26

Menara Penjaga
TB: Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: | Yehezkiel 33:1 (TB)



Di perairan yang menjadi tempat melintasnya kapal, selalu dijumpai mercusuar yang berfungsi memberikan petunjuk arah serta peringatan kepada kapal. Yehezkiel ditugaskan menjadi penjaga bagi bangsanya untuk mengarahkan mereka kepada Allah dan mengingatkan bahaya saat mereka menjauh dari-Nya.

Sejauh ini, berita nubuatan Yehezkiel berisi penghakiman atas bangsa-bangsa. Sesudah kejatuhan Yerusalem, Tuhan menggerakan Yehezkiel untuk membangunkan mereka yang dalam pembuangan untuk dapat menjadi umat baru yang kelak akan siap menempati kembali tanah perjanjian. Maka, umat Allah perlu mendapat didikan dan disiplin dari Allah yang diberikan secara tegas, namun tetap dalam kasih.

Yehezkiel ditugaskan untuk mengingatkan warga kota saat bahaya mengancam (1-6).

Tantangannya adalah warga dapat bersikap acuh kepada peringatannya, tetapi mereka juga dapat bersikap tidak peduli (7-9; bdk. 3:16-21).

Yehezkiel mengingatkan masa lalu mereka dan bagaimana mereka pernah mengalami keputusasaan. Dalam anugerah Tuhan, Yehezkiel mengingatkan bagaimana Allah peduli, dan menginginkan pertobatan mereka. Inilah awal baru dari kehidupan mereka kelak.

Yehezkiel mengingatkan bagaimana mereka harus bertanggung jawab atas iman percaya mereka, dan hidup dalam kebenaran Allah (bdk. 18:5-24). Penderitaan adalah bagian dari kehidupan, bukan berasal dari ketidakadilan Allah (bdk. 18:25-32).

Yehezkiel menegaskan kebutuhan umat manusia akan Allah. Manusia ada karena anugerah Allah dan keberdosaan telah mengganggu konsentrasi manusia dalam melayani Allah. Satu-satunya jalan untuk kembali kepada Allah adalah dengan kembali kepada firman-Nya. Kegagalan dan kejatuhan Adam di taman di Eden adalah ketika ia mengabaikan firman Allah.

Kita tidak boleh lagi mengulang kesalahan yang sama. Nabi membawakan berita dan pesan dari Allah untuk umat-Nya agar kita taat seperti kapal mengikuti tuntunan menara penjaga. [IBS]


Tuesday 10 October 2023

TERLALU ENAK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : HAKIM-HAKIM 3:7–11
Setahun : Matius 23–24

TERLALU ENAK
Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb. (Hakim-hakim 3:9)

Wanita itu merasa berat menerima suaminya kembali. "Bukankah seharusnya kau gembira?" tanya sahabatnya. "Masalahnya telah lima tahun ia meninggalkanku dan anak-anak, pergi bersama wanita lain. Terlalu enak baginya kalau diterima begitu saja," jawab wanita itu.

Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Mereka beribadah kepada para Baal dan Asyera. Tuhan menjadi murka. Tuhan menyerahkan mereka ke tangan Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia. Selama delapan tahun orang Israel takluk pada Kusyan-Risyataim. Tidak enak menjadi bangsa yang ditaklukkan. Tentu orang Israel menderita di bawah jajahan bangsa penakluk. Maka berserulah mereka kepada Tuhan. Bangsa yang telah lama tersesat, sekarang kembali. Betapa luar biasa kebaikan Tuhan! Segera Tuhan membangkitkan seorang penyelamat, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb (ay. 9). Padahal delapan tahun sudah orang Israel menyakiti hati Tuhan. Delapan tahun sudah mereka melupakan Tuhan. Namun tidak terpikir di benak Tuhan, "Terlalu enak bagi bangsa Israel kalau mereka segera Kutolong."

Mungkin sudah lama kita meninggalkan Tuhan. Bahkan kita kerap melakukan perbuatan yang mendukakan hati Tuhan. Kita ingin kembali, tetapi tidak yakin akan diterima-Nya. Kita hendak bertobat, tetapi tidak yakin akan mendapat pengampunan-Nya. Semoga nas renungan hari ini dapat menepis keraguan dalam hati kita. Betapa luar biasa kebaikan Tuhan! Tidak terpikir di benak Tuhan, "Terlalu enak." Untuk setiap kita yang kembali, Tuhan senang hati mengulurkan tangan. Untuk setiap kita yang bertobat, Tuhan murah hati memberi pengampunan.



TUHAN SENANG HATI MENGAMPUNI DAN MENERIMA KITA KEMBALIWALAUPUN MUNGKIN SUDAH LAMA KITA MENINGGALKAN-NYA


Monday 9 October 2023

Ketinggian

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 31
Setahun : Matius 21–22

Ketinggian
TB: Pada tahun kesebelas, dalam bulan yang ketiga, pada tanggal satu bulan itu, datanglah firman TUHAN kepadaku: | Yehezkiel 31:1 (TB)



Dari tanaman padi kita dapat belajar untuk semakin merendahkan hati bukan meninggikan diri atau merendahkan orang lain.

Tuhan memakai Nabi Yehezkiel untuk mengingatkan Mesir akan kebesaran Allah yang melampaui kebesaran mereka.

Dalam nubuatan Yehezkiel, Tuhan mengumpamakan Mesir sebagai pohon aras Libanon yang rumpun daunnya, dengan puncaknya, sampai ke langit. Pohon aras yang semacam ini menjadi tempat perlindungan kehidupan di sekitarnya.

Demikianlah kebanggaan Mesir yang menjadi tempat perlindungan bangsa-bangsa di sekitarnya (1-6). Kemegahan Mesir membuat bangsa-bangsa lain mengaguminya, dan merindukan untuk memiliki kegagahan dan kekuatan serupa (7-9). Namun seberapa pun megahnya pohon aras itu, orang asing akan menebangnya. Mesir akan ditaklukkan! (10-13).

Reruntuhan Mesir akan menjadi peringatan bagi banyak bangsa untuk tidak meneladani Mesir yang berdiri di dalam kecongkakannya (14). Sebagaimana hutan akan meratapi tumbangnya pohon aras Libanon nan megah, demikian pula bangsa-bangsa akan gentar ketika mereka mendengar kejatuhan Mesir. Bangsa-bangsa lain yang sudah jatuh sebelum Mesir akan merasa lega karena Mesir mengalami nasib yang sama (15-17). Mesir yang semula dipuja dan dipuji oleh pelbagai bangsa, kini terbaring dalam kehancuran yang hina dina (18).

Selain Yehezkiel, Nabi Yeremia pun memberikan peringatan kepada umat Tuhan untuk tidak membanggakan diri atas kebijaksanaan, kekayaan ataupun semarak kekuatan manusia karena semua itu hanya sementara. Kebanggaan sejati hanya ada ketika kita mengenal Allah yang mengasihi kita, menebus kita dan terus-menerus membentuk kita menjadi semakin serupa dengan Anak-Nya (bdk. Yer. 9:23-24, lih. Rm. 8:29-30).

Kebanggaan orang percaya tidak dilandaskan atas hasil pekerjaan ataupun perbuatan manusia, melainkan hanya di dalam Allah yang mengerjakan di dalam kita karya anugerah yang memampukan kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik, bagi kemuliaan Allah. [IBS]


Sunday 8 October 2023

TATA KERJA ORANG BENAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 RAJA-RAJA 10:1–13
Setahun : Matius 18–20

TATA KERJA ORANG BENAR
Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu. (1 Raja-raja 10:4–5)

Kabar kemasyhuran Salomo tersiar ke negeri Syeba. Hal itu menumbuhkan rasa penasaran ratu Syeba. Karena itu sang ratu ingin membuktikan kehebatan Salomo dengan berkunjung dan mengajukan pertanyaan yang sukar. Hasilnya, sang ratu tercengang karena kabar tersebut terbukti benar.

Salomo membuktikan kebijaksanaannya tidak sebatas piawai berkata-kata. Melainkan juga melalui makanan di mejanya, pengaturan tempat duduk pegawainya, pelayanan para hambanya, cara mereka berpakaian, para juru minumannya serta kurban bakaran mereka. Hikmat Salomo terbukti dengan sangat detail. Kesemuanya diperhatikan Salomo, sehingga tertata sangat baik. Bahkan ratu Syeba pun memujinya dengan mengatakan bahwa sesungguhnya segala yang didengarnya belum setengah dari yang dilihatnya. Nyatanya, kebijaksanaan dan kekayaan Salomo jauh lebih besar dari yang diberitakan kepadanya. Melihat kenyataan yang demikian, ratu Syeba pun memuji Allah.

Tata kerja seperti apa yang kita terapkan dalam hidup? Sudahkah kita perhatikan dengan detail sehingga segala sisi hidup kita menjadi kesaksian yang berkenan bagi kemuliaan Allah? Apakah kesalehan, ketekunan, kejujuran, keramahan, kesopanan, kedisiplinan, kepedulian, tanggung jawab, kerendahhatian, kasih, kesabaran, kebaikan dan penguasaan diri kita nyata dalam setiap perkara, termasuk dalam hal yang tampak remeh dan sepele? Karena setiap detail sisi hidup kita merupakan bukti iman kepada Tuhan yang berpotensi menggerakkan hati setiap orang yang melihatnya untuk memuji Tuhan.



TATA KERJA DARI SEGALA DETAIL SISI KEHIDUPAN KITA ADALAH BUKTI IMAN YANG MENJADI KESAKSIAN BAGI KEMULIAAN TUHAN


Saturday 7 October 2023

Alam Kesunyian

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yehezkiel 29:1-16
Setahun : Matius 15–17

Alam Kesunyian
TB: Pada tahun kesepuluh, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal dua belas bulan itu, datanglah firman TUHAN kepadaku: | Yehezkiel 29:1 (TB)



Kesunyian sering dirasakan mencekam. Kesunyian pun merepresentasikan suatu hukuman. Banyak orang tidak tahan menghadapi kesunyian karena keterpisahan. Yehezkiel 29:1-16 berkisah tentang nubuat hukuman yang harus ditanggung oleh Mesir bersama rajanya.

Mereka harus masuk ke alam kesunyian.

Nubuat kepada Mesir disampaikan agar semua pihak tahu siapa Tuhan Allah sebenarnya (6). Dialah yang mahakuasa, Sang Pencipta semesta. Inilah yang hendak ditegaskan kepada Firaun. Sungai Nil tidak diciptakan olehnya, tetapi oleh Tuhan. Karena kesombongan dan ketidaktahuan inilah yang mendatangkan hukuman bagi

Mesir. Tuhan Allah sendiri yang akan melawan kesombongan itu (3). Keangkuhan Mesir itu akan dilempar ke padang gurun (4-5), tempat yang sunyi. Apa artinya ini?

Hal yang pantas direnungkan adalah bahwa kesombongan dan keangkuhan tidak hanya dimiliki Mesir. Dalam diri kita secara sadar atau tidak, ada benih kesombongan. Oleh karena itu baik juga bila kita mau menyadari sejenak, bahwa dalam diri ini bereksistensi kesombongan dan keangkuhan seperti Mesir. Karena itu, kita harus berani melawan kesombongan itu, bukan menyembunyikannya. Karena biasanya orang tidak mau bila dikatakan sombong. Padahal, dengan mengakui eksistensi kesombongan diri, satu hal yang pasti adalah Tuhan sendiri yang akan melemparkan segala jenis kesombongan itu ke alam kesunyian. Setelah segala keangkuhan dan semua bentuknya itu dilemparkan Tuhan, langkah berikutnya adalah membiarkan kesombongan itu tinggal di padang gurun kesunyian.

Biarkan mereka nyaman di sana karena bertemu dengan Guru Sejati untuk mendapatkan bimbingan rohani.

Puncak bimbingan itu adalah kesadaran bahwa kesombongan dan keangkuhan tidak lain hanyalah ibarat tongkat bambu. Ketika tongkat itu dipegang oleh belas kasih Tuhan akan patah dan terkulai. Akhirnya janganlah mengandalkan kesombongan dan keangkuhan, lebih bijak mengandalkan belas kasih Tuhan. [SET]

Yehezkiel 29:1-16

Melalui Yehezkiel, Tuhan menubuatkan untuk menghukum Mesir karena menjadikan dirinya sebagai pusat kekuatan dunia yang memuja banyak dewa dan karena kesombogannya. Nubuat ini juga bertujuan supaya orang Israel tidak lagi bergantung pada kekuatan Mesir, sebab bangsa itu ternyata jahat di mata Tuhan. Mereka telah melakukan tipu muslihat terhadap Israel. Nubuat ini disampaikan kira-kira tujuh bulan sebelum kejatuhan Yerusalem.