Wednesday 31 January 2024

Mungkinkah Kita Mengenal Yesus?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 6:1-6
Setahun : Keluaran 39-40

Mungkinkah Kita Mengenal Yesus?
TB: Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. | Markus 6:1 (TB)



Ketika kita memiliki prasangka tentang seseorang, kita akan sulit mengenalnya secara utuh. Terlebih lagi bila prasangka itu berasal dari sumber lain dan bukan pribadi itu secara langsung. Begitu juga pengenalan kita akan Yesus. Apakah kita sudah benar-benar mengenal-Nya?

Yesus tiba di kampung halaman-Nya Nazaret. Pada hari Sabat Ia mengajar di sinagoge dan mereka yang mendengar-Nya menjadi takjub (1-2). Namun, mereka mempertanyakan Yesus karena mereka merasa mengenal keluarga-Nya dan bahkan Yesus sendiri sebagai seorang tukang kayu (3).

Perikop ini menjadi kontras dengan perikop sebelumnya. Di daerah asing orang-orang dari beragam kalangan memiliki iman sehingga berbagai mukjizat terjadi. Namun, di kampung halaman-Nya sendiri Yesus tidak dihormati dan tidak dapat melakukan satu pun mukjizat kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit (4-5).

Orang-orang di tempat asal Yesus sudah memiliki prasangka tentang Yesus. Meskipun mereka takjub dengan pengajaran-Nya, mereka tetap pada pikiran mereka sendiri. Mereka tidak terbuka terhadap apa yang Yesus singkapkan tentang diri-Nya kepada mereka. Akhirnya, mereka tidak dapat mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Mesias bagi Israel.

Bagaimana dengan pengenalan kita akan Yesus? Ia telah menyingkapkan diri-Nya melalui firman-Nya. Ketika kita membaca dan merenungkan firman Tuhan, Ia ingin supaya kita mengenal-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita.

Sayangnya, pemikiran kita tentang Yesus sering kali dipengaruhi oleh kebutuhan, kondisi, pengalaman subjektif, dan informasi yang kita terima dari orang lain yang mungkin juga tidak begitu mengenal-Nya. Akibatnya, ketika kita membuka Alkitab, kita tidak lagi membacanya dengan hati yang murni dan terbuka bagi penyingkapan diri Allah.

Sebelum membaca Alkitab, kita perlu menenangkan diri dan menyelidiki hati dan pikiran kita. Datanglah kepada Tuhan dengan kerelaan untuk mengubah prasangka dan dengan keterbukaan untuk menerima pesan-Nya. [RGD]


Tuesday 30 January 2024

LANGKA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 9:36-43
Setahun : Keluaran 36-38

LANGKA
Berkemaslah Petrus dan berangkat bersama mereka. Setibanya di sana, ia dibawa ke ruang atas. Semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya baju-baju dan pakaian yang dibuat Dorkas waktu ia masih bersama mereka. (Kis. Pr. Rasul 9:39)

Apakah yang langka di dunia ini? Mungkin terpikir oleh kita hewan-hewan yang hampir punah, seperti orangutan, vaquita (sejenis lumba-lumba) dan saola (sejenis sapi). Atau tumbuhan seperti raflesia, acung jangkung, dan rotan inun. Atau sumber daya alam seperti batu bara dan minyak bumi. Benar, memang semuanya itu langka. Namun, ada satu lagi yang kerap tidak kita sadari. Apakah itu? Kasih!

Sewajarnya jika manusia yang hidup di dunia ini mati. Namun, saat kematian terjadi pada Dorkas, orang-orang di Yope bertindak tidak wajar. Dua orang diutus kepada Petrus dengan permintaan, "Segeralah datang ke tempat kami" (ay. 38). Kebetulan Petrus berada di Lida, tidak jauh dari Yope. Begitu Petrus tiba di situ, datang semua janda berdiri dekatnya dan menangis (ay. 39). Terlihat hati tidak rela ditinggal mati oleh perempuan itu. Seakan mereka semua berkata kepada Petrus, "Tolong lakukan sesuatu untuk kami!" Dapat dimengerti mereka bertindak demikian karena selama hidupnya Dorkas telah melakukan hal yang langka. Ia menabur kasih dengan banyak sekali berbuat kebaikan dan memberi sedekah (ay. 36). Bagi para janda yang mayoritas ialah kaum papa, Dorkas membuatkan baju dan pakaian.

Banyak orang mengaku sebagai anak Tuhan, tetapi kehilangan kasih. Sungguh menyedihkan mengetahui kasih ternyata langka mengingat anak Tuhan dikenal sebagai pembawa kasih. Rindukah kita membalik kenyataan ini? Rindukah kita mengubah "langka" menjadi "limpah"? Sekiranya ya, maka mulai hari ini mari menabur kasih dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatlah kebaikan dan tunjukkan kemurahan hati. Hiburkan mereka yang susah, topanglah mereka yang lemah, bantulah mereka yang menderita.



KELANGKAAN KASIH DI DUNIA AKAN DIHAPUSKANKETIKA ANAK-ANAK TUHAN BANGKIT UNTUK MELAKUKAN PERANAN MEREKA


Monday 29 January 2024

Kebebasan dan Kesaksian

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 5:1-20
Setahun : Keluaran 33-35

Kebebasan dan Kesaksian
TB: Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. | Markus 5:1 (TB)



Setelah mereka melewati badai dan menyeberangi danau dengan selamat, Yesus dan murid-murid-Nya tiba di daerah orang Gerasa (1; Luk. 8:26; atau Gadara, bdk. Mat. 8:28).

Seorang yang kerasukan roh jahat datang kepada Yesus. Bahkan, bukan hanya satu roh yang merasuk, tetapi banyaknya seperti satu pasukan perang (legion) (2, 9).

Orang itu dikucilkan dan hidup terasing. Dia berlaku tidak normal karena roh-roh jahat menawannya. Ia dapat memutuskan rantai-rantai yang mengikatnya, tetapi dalam dirinya sendiri ia tetap diikat oleh roh-roh jahat itu (3-5).

Kehadiran Yesus membuat roh-roh jahat itu tidak tenang. Yesus pun mengusir roh-roh jahat itu ke dalam kawanan babi (11-13), serta membebaskan orang itu dari ikatan roh-roh jahat (15). Orang itu akhirnya ingin mengikut Yesus, tetapi Yesus justru memintanya untuk pulang dan bersaksi atas apa yang dilakukan Tuhan kepadanya. Ia pun pulang dan bersaksi kepada orang-orang di Gerasa dan seluruh daerah itu (Dekapolis), yakni daerah yang belum mengenal Allah (18-20).

Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas seluruh hidup manusia di segala daerah. Ketika kita percaya dan menerima Yesus secara pribadi, Ia melepaskan kita dari semua ikatan dosa dan kuasa Iblis untuk menjadikan kita sebagai milik Allah.

Di tempat kerja atau di tengah masyarakat sosial, adakah kita merasa sendirian sebagai pengikut Tuhan? Saat kita bergumul di tengah lingkungan yang penuh tekanan, kita harus mengimani bahwa Yesus juga berkuasa di sana. Justru kita harus menunjukkan diri sebagai pribadi yang beriman kepada Yesus dan memiliki kehidupan yang sudah dibebaskan di mana pun kita berada.

Kita juga dipanggil untuk bersaksi. Memberi kesaksian berarti berani menceritakan pengalaman kita bersama Yesus dan mengakui kuasa-Nya yang sudah membebaskan kita dari ikatan dosa. Kebebasan dan kesaksian kita akan menjadikan kuasa Yesus makin nyata dan membawa banyak orang turut mengalami kuasa pembebasan Tuhan dari ikatan dosa dan kuasa Iblis. [RGD]


Sunday 28 January 2024

KESAKSIAN DARI PENJARA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 39
Setahun : Keluaran 30-32

KESAKSIAN DARI PENJARA
Kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakan kepada Yusuf, karena Tuhan menyertai dia dan apa pun yang dikerjakannya Tuhan membuatnya berhasil. (Kejadian 39:23)

Yusuf dipenjara karena tuduhan kejahatan yang tidak dilakukannya. Namun, Yusuf tidak membela diri dengan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Mungkin ia takut hal itu merendahkan istri tuannya, atau bisa pula tuannya tetap tidak memercayai kejujurannya. Yusuf pun menerima risiko dipenjarakan di antara tahanan raja, tahanan yang terburuk.

Namun demikian, di hadapan Allah Yusuf diakui dan dibenarkan. Allah menjadi pelindung yang adil dan penuh kuasa baginya. Allah tidak memandang hina Yusuf sekalipun ia berada di tahanan. Kehadiran-Nya tak dapat dihalangi oleh gerbang atau palang penjara. Hati nurani Yusuf yang murni, yakni kejujuran, kesetiaan, dan kelurusan hatinya melayakkannya menerima pertolongan Allah di mana pun ia berada. Karena itu pula kepala penjara memercayakan kepadanya pengaturan urusan penjara. Oleh pertolongan Allah, Yusuf berhasil mengemban tugasnya.

Berada di dalam hukuman dan pembuangan tentu terasa menyesakkan. Bukan hal mudah untuk menjaga keteguhan iman, mengobarkan api semangat dan jiwa melayani di tengah kondisi itu. Namun, Roh Tuhan yang tidak dapat dibatasi oleh kuasa mana pun selalu menyertai orang benar. Karena itu, orang benar selalu berpeluang memperoleh keberhasilan dan menjadi berkat di mana pun mereka berada. Inilah alasan bagi kita untuk tidak lekas menyerah pada keadaan. Termasuk ketika dunia tidak memandang kita, bahkan mungkin membuang kita. Di mana pun kita berada, di sanalah kesempatan kita untuk memberikan kesaksian yang benar tentang iman kita kepada Tuhan.



HIDUP BENAR MENGUNDANG KONSEKUENSI YANG BESARSEKALIGUS KESEMPATAN BERSAKSI YANG JAUH LEBIH BESAR LAGI


Saturday 27 January 2024

Tindakan Kecil untuk Kerajaan Allah

Sumber : alkitab.mobi

 


RENUNGAN HARIAN

Bacaan : Markus 4:30-34

Setahun : Keluaran 28-29


Tindakan Kecil untuk Kerajaan Allah

TB: Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? | Markus 4:30 (TB)




Apa ukuran dunia akan keberhasilan? Kita hidup pada era di mana keberhasilan erat kaitannya dengan jumlah materi yang diperoleh dengan cepat. Bahkan, ukuran kesuksesan pelayanan pun dipengaruhi oleh budaya saat ini sehingga kerap kali dihubungkan dengan kuantitas pengunjung gereja, pertambahan aset gereja, dan pencapaian program.


"Dengan apa kita hendak mengumpamakan Kerajaan Allah itu ...? Kerajaan itu seumpama biji sesawi ketika ditaburkan di tanah" (30-31).


Penekanannya terletak pada pertumbuhan biji sesawi, yang terkecil tetapi yang dapat menjadi pohon terbesar, yang begitu besar hingga burung dapat bersarang padanya (32). Demikianlah perumpamaan yang digunakan Yesus saat mengajar orang banyak, tetapi yang diuraikan secara langsung kepada murid-Nya (33-34).


Yesus menyingkapkan diri-Nya agar murid-murid dapat mengenal-Nya. Yesus menunjukkan bahwa penyataan Kerajaan Surga merupakan proses pertumbuhan dari yang terkecil menjadi yang terbesar hingga banyak orang akan menerima manfaatnya. Para murid seharusnya mengerti bahwa Kerajaan Surga itu dimulai dari Yesus sendiri yang akan mati dan bangkit untuk menghadirkan Kerajaan Allah di bumi. Perumpamaan ini menunjukkan keberadaan gereja Tuhan yang terus bertumbuh menjadi makin besar di tengah dunia.


Setiap pelayanan yang dilakukan orang percaya adalah bagian dari pertumbuhan Kerajaan Allah. Pelayanan tidak harus sesuatu yang besar dengan jumlah pencapaian yang banyak menurut ukuran dunia. Pelayanan kita bisa saja terlihat sederhana dan kecil menurut orang-orang dunia ini. Namun, kita dapat melakukan hal-hal sederhana yang mungkin tidak dilihat oleh banyak orang seperti menjadi pendoa syafaat, menolong tetangga yang mengalami kesulitan, dan mendengarkan keluh kesah teman dengan sabar. Hal-hal kecil inilah yang menghadirkan Allah dalam hidup mereka.


Segala yang kita lakukan bagi Kerajaan Allah, biar kecil, akan bertumbuh besar sampai banyak orang merasakan kehadiran-Nya. [RGD]


Markus 4:35-41


Yesus dan murid-murid-Nya pergi menyeberangi Danau Galilea untuk menghindar dari banyak orang yang terus mengikuti-Nya. Yesus mungkin bermaksud untuk beristirahat dari padatnya pelayanan. Dan ada perahu-perahu lain yang mengikuti.


Pada saat itulah, mereka dilanda badai besar. Badai yang datang mengamuk itu merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di Danau Galiela karena letaknya yang dikelilingi oleh perbukitan dan berada di bawah permukaan laut. Badai itu kemungkinan besar bergejolak dengan amat hebat karena para murid yang dahulu berprofesi sebagai nelayan pun mengalami kesulitan.



Friday 26 January 2024

BERPUSAT PADA SIAPA?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : DANIEL 4
Setahun : Keluaran 25-27

BERPUSAT PADA SIAPA?
Berkatalah raja, “Bukankah ini Babel yang besar, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?” (Daniel 4:30)

Merasa puas terhadap diri sendiri atau mengagumi karya dan pekerjaan sendiri adalah hal yang wajar. Artinya, kita mengapresiasi potensi, kemampuan, karya, serta kualitas diri kita. Namun, jika tidak waspada, sikap ini bisa berbahaya. Kita bisa tergelincir pada kecenderungan mengidolakan diri sendiri, menilainya melampaui yang seharusnya. Akhirnya, kita mempertuhankan diri sendiri.

Sikap ini tergambar dalam diri Nebukadnezar. Sebagai raja dari negeri Babel yang saat itu paling berkuasa di bumi, ia tentunya bangga terhadap dirinya. Ia telah menaklukkan raja-raja beserta negeri mereka. Semua tunduk di bawah kuasanya. Ia pun membangun istana yang megah bagi dirinya. Lalu suatu kali, saat ia berada di atas istananya, ia memandangi kebesaran negerinya dengan takjub. Ia pun memuja dirinya. Mengira ia begitu hebat, mulia, dan agung. Ia beranggapan bahwa semua pencapaian itu adalah karena jasanya sendiri. Dan semua itu bertujuan untuk kemuliaan dirinya. Ia merasa dirinyalah pusat segala sesuatu.

Lalu saat itu juga Allah Yang Maha Tinggi menunjukkan bahwa Nebukadnezar hanyalah manusia biasa. Tidak berdaya. Rapuh. Rentan. Bahkan, untuk sementara waktu, ia hidup tak ubahnya seperti hewan. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya hanya Allah sajalah yang layak menjadi pusat penyembahan kita. Dialah yang sungguh hebat, kekal, dan berkuasa. Dialah sumber dari segala yang kita miliki. Karenanya, Dialah yang seharusnya menjadi pusat pemujaan kita. Sehebat apa pun keberadaan serta pencapaian kita, sepantasnyalah kita merendahkan diri di hadapan-Nya dengan penuh syukur dan hormat.



SAAT KITA MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN TUHAN, DIA SENDIRILAHYANG AKAN MENINGGIKAN KITA; BEGITU PULA SEBALIKNYA


Thursday 25 January 2024

Pelita yang Tak Pernah Padam

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 4:21-25
Setahun : Keluaran 22-24

Pelita yang Tak Pernah Padam
TB: Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. | Markus 4:21 (TB)



Coba kita berjalan dalam kegelapan tanpa cahaya sedikit pun. Kita pasti berjalan sangat pelan karena takut melangkah. Kita tidak tahu apakah jalan di depan aman atau berbahaya. Segala sesuatu bisa terjadi lantaran tidak ada cahaya yang menerangi langkah kita.

Melalui perumpamaan, Yesus mengingatkan bahwa identitas sebagai pengikut Kristus itu seperti pelita yang dinyalakan dan ditaruh di atas kaki pelita agar cahayanya terlihat (21).

Yesus sendiri sudah menjadi terang untuk hidup kita sehingga kita yang sudah mendengar berita keselamatan seharusnya tidak menyembunyikannya. Berita baik harus dinyatakan. Kita yang memegang pelita harus menunjukkannya (22-23).

Pelita yang dinyalakan pasti akan memberikan cahaya, tetapi tidak semua pelita akan bertahan lama. Ada yang padam begitu ia tertiup angin, ada juga yang tetap menyala, tetapi cahayanya redup. Terang kebenaran yang dianugerahkan kepada kita adalah terang yang terus menyala dengan benderang. Dalam kesulitan dan kegelapan sekalipun terang itu tetap ada untuk menerangi jalan hidup kita, yakni setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Setiap orang percaya kiranya dapat menjalani hidup dengan mengikuti teladan Kristus, bukan menjadi sama seperti dunia ini. Kita terus mencari kebenaran, bukan mengabaikan atau menjauhinya.

Renungkan sejenak apa yang dapat kita lakukan semasa kita hidup. Bagaimana kita akan menggunakan pelita yang ada pada kita? Akankah kita menerangi sesama atau menutupi pelita kita hingga menjadi redup dan padam?

Ada berbacai macam hal yang dapat kita bagikan kepada orang lain. Kita yang memiliki harta kekayaan dapat memberi sumbangan dan bantuan bencana alam. Kita yang memiliki ilmu pengetahuan dapat mengajar dan membagikan tips. Apa pun yang kita miliki, pergunakan itu untuk menolong sesama.

Tidak ada ukuran pasti berapa lama atau berapa banyak yang harus kita lakukan. Namun, sampai saatnya kita dipanggil pulang, mari kita belajar pada pelita yang tak pernah padam, yakni Kristus Yesus. [SLM]


Wednesday 24 January 2024

MENJALAR SEPERTI KANKER

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 TIMOTIUS 2:14-26
Setahun : Keluaran 19-21

MENJALAR SEPERTI KANKER
Namun, hindarilah omongan yang kosong dan tidak suci yang hanya menambah kefasikan. (2 Timotius 2:16)

Beberapa kali terjatuh dengan luka di tempat yang sama, lutut sebelah kanan, dokter mencurigai adanya faktor penyebab lain. Ketika dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, hasilnya menunjukkan bahwa si pasien mengalami kanker tulang. Bermaksud mencegah terjadinya penyebaran, dokter menyarankan untuk segera dilakukan amputasi. Namun, setelah operasi kondisi si pasien tidak juga membaik. Rupanya sel kanker sudah menyebar di beberapa bagian organ dalam. Berbagai upaya medis yang dilakukan hasilnya pun nihil.

Seperti sel kanker yang cepat menyebar dan berpotensi membunuh, begitu pula perkataan yang menyesatkan. Terpengaruhnya satu orang ke dalam ajaran sesat berpotensi untuk segera memengaruhi banyak orang. Inilah alasan Paulus menyebut nama Himeneus dan Filetus, guru-guru sesat. Paulus memperingatkan semua orang supaya mereka tidak mendengarkan ajaran menyimpang dari dua orang tersebut, supaya iman mereka jangan dirusakkan.

Supaya tidak menebar penyesatan, pengikut Kristus harus memiliki pemahaman yang benar akan firman Allah, sekaligus menerapkan kebenaran itu dalam hidup mereka sehari-hari. Dalam hal berbicara, tidak layak orang Kristen mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat, apalagi melakukan perdebatan yang spekulatif dan provokatif. Tindakan ini hanya akan memantik pertikaian yang sangat tidak membangun iman. Begitu pula saat menjumpai seseorang yang melenceng dari kebenaran. Sebelum menegur yang tersesat, pastikan bahwa diri kita sungguh-sungguh menghidupi kebenaran sejati.



BIJAKLAH DALAM PERKATAAN DENGAN BERANI MEMBERITAKANKEBENARAN DAN TIDAK MEMPERTENGKARKAN HAL YANG TIDAK LAYAK


Tuesday 23 January 2024

Keluarga yang Paling Berharga

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 3:31-35
Setahun : Keluaran 16-18

Keluarga yang Paling Berharga
TB: Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. | Markus 3:31 (TB)



Sepenggal lirik lagu "Harta Berharga" berbunyi: "Harta yang paling berharga adalah keluarga". Keluarga terbentuk karena adanya ikatan darah; ikatan ini yang sering kali dinilai lebih kuat daripada apa pun.

Ketika Yesus berbicara di depan orang banyak, keluarganya datang untuk menemui-Nya. Namun, mereka tidak dapat masuk ke dalam. Ketika mereka meminta orang lain untuk memanggilkan Yesus dan orang-orang memberi tahu Dia bahwa keluarga-Nya ada di luar (31-32), Ia malah bertanya, "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" (33)

Tentu, banyak orang bertanya-tanya atau bahkan berpikir bahwa Yesus tidak mengakui keluarga-Nya. Namun, kenyataannya bukan seperti itu. Yesus bukannya tidak peduli. Ia tahu bahwa keluarga-Nya datang bukan karena situasi genting. Mereka semestinya tahu tujuan dari pelayanan Yesus di dunia, tetapi keluarga-Nya secara tidak sadar menjadi penghalang untuk-Nya.

Pada saat itu Yesus bukan sedang mengusir mereka. Ia menggunakan peristiwa ini untuk menunjukkan betapa pentingnya persaudaraan rohani dengan-Nya. Yesus mau mengajarkan bahwa keluarga tidak dibatasi ikatan darah saja.

Orang-orang yang duduk mendengarkan Dia berbicara, yang memercayai-Nya, dan mengikuti-Nya adalah juga keluarga-Nya. Jadi, selayaknya kita lebih peka dan peduli kepada orang-orang di sekeliling kita karena mereka pun adalah bagian dari keluarga Kristus.

Keluarga inilah yang paling berharga. Lebih dari asal kelahiran kita secara fisik, kita dipersatukan dalam nama Kristus dan bertumbuh ber sama-sama dalam pengajaran-Nya.

Itu bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab keluarga dan langsung bersikap antisosial. Kita tetap diajar untuk peduli kepada orang-orang di sekitar kita. Namun, kita juga diajar untuk memandang sesama Kristen sebagai saudara dalam keluarga rohani yang terbentuk karena ikatan iman dalam Yesus Kristus.

Sudahkah kita menghargai keluarga rohani kita? Bila belum, segeralah! Pergunakan waktu yang ada untuk memerhatikan dan mengasihi saudara-saudara kita. [SLM]


Monday 22 January 2024

BERHENTI SEJENAK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 6:30-32
Setahun : Keluaran 13-15

BERHENTI SEJENAK
Lalu Ia berkata kepada mereka, “Marilah menyendiri ke tempat yang terpencil, dan beristirahatlah sejenak!” Sebab, memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. (Markus 6:31)

"Burnout" dapat diterjemahkan sebagai kelelahan fisik dan mental. Hal ini dapat terjadi pada semua orang yang terus-menerus sibuk dalam pekerjaan, bahkan pelayanan dalam waktu lama dan mengabaikan istirahat yang cukup. Pada akhirnya, orang-orang tersebut akan menjadi tidak efektif lagi dalam bekerja dan melayani.

Murid-murid telah kembali setelah diutus oleh Yesus berdua-dua untuk melakukan pelayanan. Mereka memberitahukan kepada Yesus, apa yang telah mereka lakukan dan ajarkan (ay. 30). Kemudian karena banyaknya orang yang terus datang dan pergi untuk mendapatkan pelayanan sepanjang hari itu, mereka bahkan tidak sempat makan, maka Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk beristirahat. Yesus mengajak mereka ke tempat yang terpencil supaya mereka bisa sendirian. Bagi Yesus, pelayanan itu penting, tetapi istirahat pun juga hal penting yang dapat memberikan efektivitas dalam melayani orang-orang. Dalam kesunyian, mereka mendapatkan ketenangan dan kesegaran secara fisik dan mental untuk pelayanan selanjutnya.

Kita hidup di zaman yang begitu sibuk. Sejak pagi sekali kita memulai aktivitas dan selesai ketika sore, bahkan tak jarang lembur tugas maupun pekerjaan sampai larut malam. Pernahkan kita merasa lelah, jenuh, dan merasa tidak bisa keluar dari lingkaran kesibukan itu? Marilah kita berhenti sejenak, dalam kesunyian dan kesendirian, ada waktu bagi kita untuk memperhatikan dan mengasihi diri kita yang rapuh dan terbatas dan memohon kekuatan kepada Tuhan sehingga menjadi lebih efektif dalam bekerja, mengasihi, dan melayani sesama.



BERHENTI SEJENAK MENOLONG KITA MELAKUKAN PANGGILAN-NYA DENGAN LEBIH EFEKTIF


Sunday 21 January 2024

Siapkah Kita Diutus?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 3:13-19
Setahun : Keluaran 10-12

Siapkah Kita Diutus?
TB: Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. | Markus 3:13 (TB)



Yesus telah turun ke dunia dan Ia melayani banyak orang dengan kuasa. Namun, Ia tidak akan berada di dunia ini secara fisik selamanya dan akan kembali kepada Bapa. Maka, Yesus memanggil 12 orang yang akan menjadi murid-Nya. Pekerjaan-Nya akan diteruskan oleh orang-orang yang telah dipilih-Nya. Namun, Ia tidak melakukan hal ini dengan cara yang lazim.

Terlebih dahulu Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa kepada Bapa-Nya (13; bdk. Luk. 6:12). Setelah berdoa sepanjang malam, barulah Ia memilih 12 murid dari sekian banyak orang yang berkumpul di sana (14a).

Kedua belas murid yang terpilih bukanlah orang-orang hebat dan terpelajar yang berasal dari keluarga kaya atau terpandang pada masa itu. Latar belakang hidup mereka pun berbeda satu dengan yang lain. Beberapa berprofesi sebagai nelayan, ada yang berprofesi sebagai pemungut cukai (16-18), bahkan ada Yudas Iskariot yang sedari awal telah diberitahukan bahwa ia akan mengkhianati Yesus (19).

Yesus tidak memandang kelemahan dan keterbatasan para murid sebagai penghalang. Ia ingin agar mereka belajar setiap hari dengan melihat semua yang diajarkan dan diperbuat oleh-Nya. Melalui pengalaman hidup bersama, mereka dipersiapkan untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah dan mengusir setan (14b-15). Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah dapat dimuliakan oleh siapa saja, bahkan orang-orang biasa seperti mereka.

Respons kedua belas orang itu adalah mengikut Yesus meskipun belum tahu rintangan apa yang akan dihadapi. Mereka bersedia meninggalkan pekerjaan utama demi mengikut Yesus. Dengan rendah hati, mereka mau mengikuti Yesus karena mereka percaya bahwa Yesus adalah Guru yang agung.

Panggilan kita sebagai murid Yesus juga sama. Namun, siapkah kita untuk diutus oleh-Nya? Seperti Yesus yang memberi teladan sebelum memilih kedua belas murid dengan berdoa terlebih dahulu, kiranya kita pun melakukan hal yang sama. Mari datang kepada Allah, dengarkan Dia berbicara, lalu tanyakan ke mana Ia ingin mengutus kita. Setelah itu, bergeraklah! [SLM]


Saturday 20 January 2024

HOAKS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 SAMUEL 13:23-39
Setahun : Keluaran 7-9

HOAKS
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. (1 Tesalonika 5:21)

Dengan berkembang pesatnya media sosial, banyak hoaks (informasi bohong) yang beredar di tengah masyarakat. Kebanyakan, hoaks relatif tidak berdampak terlalu luas. Tapi masalahnya, ada hoaks yang bisa berdampak buruk dan luas. Biasanya hoaks yang demikian adalah yang menyulut emosi. Termasuk di antaranya adalah kabar yang memicu kerusuhan rasial atau agama. Atau yang berbentuk fitnah sehingga menghancurkan seseorang atau kelompok yang difitnah.

Di masanya, Raja Daud pun pernah termakan hoaks. Kabar bohong yang dimaksud adalah informasi bahwa seluruh anaknya telah mati terbunuh oleh Absalom. Mungkin karena berita ini begitu mengagetkan, Daud menjadi emosional dan langsung percaya. Padahal, yang akurat adalah hanya Amnon yang mati, sementara yang lain selamat dan sedang dalam perjalanan pulang. Adalah Jonadab yang menenangkan Daud dan menjelaskan kebenarannya, sebelum Daud bertindak gegabah berdasarkan informasi yang salah.

Kisah Daud dan Jonadab ini menunjukkan kepada kita pentingnya untuk tidak mudah percaya, apalagi bertindak gegabah, terhadap berita-berita yang menyulut emosi. Jangan pula langsung menyebar-luaskannya lebih lanjut. Melainkan, periksa kebenarannya di salah satu situs pencarian di internet atau di situs resmi pemerintah. Carilah sumber-sumber pembanding dan nilailah sendiri kebenaran berita yang kita dengar sebelum menanggapi. Selamat menjadi penyimak berita yang bijaksana!



WASPADALAH TERHADAP BERITA-BERITA BOHONG


Friday 19 January 2024

Berbuat Baik

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 3:1-6
Setahun : Keluaran 4-6

Berbuat Baik
TB: Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. | Markus 3:1 (TB)



Setiap orang harus berbuat baik dan bukan berbuat jahat; semua orang tahu hal ini. Nyatanya, ada yang benar-benar berbuat baik dan ada yang hanya mengaku dirinya baik.

Injil Markus memperlihatkan kontras tersebut melalui Yesus dan orang Farisi.

Pertama, Yesus selalu berbuat baik. Saat Ia masuk ke dalam sinagoge, Ia melihat seorang yang lumpuh sebelah tangannya, lalu Ia memanggilnya untuk menyembuhkannya (1, 3). Yesus memiliki kuasa atas apa saja, dan tak seorang pun dapat menghalangi-Nya dari berbuat baik. Di mata-Nya, semua manusia berharga. Bila domba yang terjatuh ke dalam lubang pada hari Sabat saja akan dikeluarkan, terlebih lagi manusia yang jauh lebih berharga daripada binatang (bdk. Mat. 12:11-12).

Yesus sedih atas kekerasan hati orang Farisi dan marah atas kepura-puraan mereka (5a). Ia membuktikan bahwa apa yang mereka perjuangkan bukan perbuatan baik, melainkan kepentingan dan reputasi mereka sendiri.

Kedua, orang-orang Farisi sering berbuat sebaliknya. Mereka lebih berfokus pada kesalahan yang dapat Yesus perbuat daripada penderitaan orang lumpuh itu (2). Sikap mereka bertolak belakang dengan kebenaran dan kebaikan. Setelah melihat Yesus menyembuhkan orang itu, mereka malah bersekongkol dengan pendukung Herodes untuk membunuh-Nya (5b-6).

Tidak ada satu pun hukum yang melarang seseorang berbuat baik, tetapi pada realitanya berbagai kepentingan bisa menghalangi kita dari berbuat baik. Karena itu, firman Tuhan menegaskan, "Siapa yang berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi siapa yang berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah" (3Yoh. 1:11b).

Bagaimana dengan kehidupan Kristen yang kita jalani sekarang? Masihkah kita berbuat baik kepada semua orang, termasuk para penyandang disabilitas? Ingatlah, sikap seperti orang Farisi hanya menimbulkan dukacita di hati Tuhan yang suka sekali berbuat baik. Marilah kita berbuat baik kepada semua orang kapan pun juga karena manusia berharga bagi Tuhan. [EMR]


Thursday 18 January 2024

FASILITAS DAN PELAYANAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 12:35-48
Setahun : Keluaran 1-3

FASILITAS DAN PELAYANAN
“Namun, hamba yang tidak tahu, dan melakukan apa yang pantas mendatangkan pukulan, akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya.” (Lukas 12:48)

Seorang pesuruh mendapat tugas dari pimpinan kantor. Alih-alih segera melakukan tugasnya, pesuruh itu menjawab sang pimpinan dengan berkata, "Maaf, Pak, kebetulan bensin motor saya baru habis." "Pakai motor kantor!" "Tapi, Pak, cuaca sedang hujan." "Ya sudah, pakai mobil kantor! Segera berangkat ya!" "Tapi, Pak … saya belum sarapan .…"

Bagaimana rasanya punya bawahan seperti dalam cerita di atas? Tentu gemas. Tetapi, bukankah kadang kala kita bersikap yang sama kepada Tuhan? Dengan bangga kita menyebut diri sebagai hamba Tuhan. Namun, dengan posisi ini, sering kali kita tidak tahu malu, meminta berbagai fasilitas dan keistimewaan melebihi hamba yang lain. Doa-doa kita dipenuhi permintaan supaya Tuhan mengabulkan ini dan itu, memberkati kita dengan kemampuan ini dan itu. Kita mendikte Tuhan supaya jalan hidup dan segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan keinginan kita. Sekalipun hamba, kita bersikap lebih berkuasa daripada Tuhan.

Mengingat diri kita adalah seorang hamba, maka fungsi utama kita adalah melayani sang tuan. Baik ketika sang tuan melihatnya, maupun ketika sang tuan pergi (bdk. ay. 45). Ingat bahwa keutamaan seorang hamba mestinya melakukan pelayanan, bukan menuntut supaya selalu dilayani. Dan sekalipun pelayanan memerlukan sarana dan prasarana, semua itu harus diupayakan untuk memperlancar pekerjaan. Jangan pelit untuk menjadikan segala pemberian Tuhan sebagai sarana dalam menunaikan tugas pelayananan kita. Karena setiap orang yang banyak diberi akan banyak dituntut.



TUHAN PASTI MEMELIHARA HIDUP KITA. KARENA ITU, JADILAH HAMBA YANG MELAYANI-NYA DENGAN SEPENUH HATI DAN TENAGA


Wednesday 17 January 2024

Puasa Tepat Waktu dan Tepat Manfaat

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 2:18-22
Setahun : Kejadian 48-50

Puasa Tepat Waktu dan Tepat Manfaat
TB: Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" | Markus 2:18 (TB)



Pasien yang akan menjalani operasi akan diminta untuk berpuasa minimal enam jam sebelumnya. Ini penting untuk mencegah infeksi serius ketika isi lambung bisa masuk ke paru-paru. Dalam iman Kristen, puasa juga berperan penting sebagai bentuk disiplin rohani.

Puasa bermanfaat bagi hidup umat Allah. Musa berpuasa selama 40 hari dan 40 malam sebelum menerima Sepuluh Hukum Allah, dan berpuasa lagi untuk dosa bangsanya (Ul. 9:9-11, 18). Yesus sendiri juga berpuasa di padang gurun selama 40 hari setelah Ia dibaptis dan sebelum Ia memulai pelayanan-Nya (Mat. 4:2).

Karena itu, ketika murid-murid Yesus tidak berpuasa, orang-orang mempertanyakan dan membandingkannya dengan murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi (18). Hanya saja, Yesus tahu akal bulus di balik pertanyaan itu, lalu mengajar mereka tentang hal berpuasa dari tiga gambaran dalam hidup: sahabat mempelai dan mempelai laki-laki; tambalan dari baju yang baru pada baju yang tua; serta anggur baru yang disimpan di dalam kantung kulit lama (19-22).

Dari sini kita belajar dua pemahaman penting. Pertama, puasa terkait dengan penghayatan akan karya Allah, bukan ritual agama ataupun rutinitas saja. Kedua, puasa terkait dengan hidup baru sesudah keselamatan, bukan beban tuntutan yang dipaksakan. Atas dasar pemahaman yang demikian barulah kita dapat berpuasa pada waktu yang tepat dan menghasilkan manfaat yang tepat pula.

Pada masa lalu maupun masa sekarang, puasa sama pentingnya dengan pembacaan Alkitab dan doa syafaat. Seperti disiplin rohani lainnya, puasa mesti dijalankan dengan makna yang benar. Puasa bermanfaat bagi kehidupan rohani kita sebagai ungkapan kepercayaan kita dalam Tuhan, bukan syarat keselamatan atau acara gereja. Dengan berpuasa, kita menyerahkan diri kita ke dalam tangan-Nya, bukan menambah pencapaian atau memamerkan kemampuan diri.

Sekarang, dengan waktu yang Tuhan karuniakan dan hidup yang diperbarui oleh-Nya, mari kita berkomitmen dalam disiplin rohani kita. [EMR]


Tuesday 16 January 2024

LAYAKKAH KITA MARAH?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YUNUS 4
Setahun : Kejadian 46-47

LAYAKKAH KITA MARAH?
Tetapi, firman Tuhan, “Patutkah engkau marah?” (Yunus 4:4)

Niniwe memang bangsa yang jahat, namun Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan diselamatkan. Yunus marah. Kemarahan Yunus dijelaskan di bagian akhir dari kitab ini, sebagai akibat pemahamannya akan sifat Allah yang pengasih, penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia (ay. 2). Di mata Yunus, penduduk Niniwe tidak pantas mendapatkan belas kasihan karena keberdosaan dan kekejaman mereka.

Yunus lupa satu hal jika sesungguhnya keadaan bangsanya juga tidak lebih baik dari penduduk Niniwe. Sesungguhnya, ia juga tidak pantas mendapatkan kemurahan Tuhan karena kebebalan hati dan keberdosaannya, tetapi Tuhan tetap menaruh belas kasihan kepadanya. Bahkan, ketika Yunus marah karena akhirnya penduduk Niniwe itu mau bertobat, Tuhan dengan penuh kesabaran membimbingnya, agar ia memahami betapa hebatnya kasih Tuhan.

Kita acapkali marah melihat kejahatan seseorang. Kita merasa bahwa orang jahat tidak pantas diampuni. Kita merasa diri jauh lebih benar, sehingga kita merasa berhak menentukan orang itu pantas diampuni atau tidak, pantas dikasihi atau tidak, dsb. Namun, apakah kita mengingat jika kita diampuni Tuhan bukan karena kita lebih baik dari orang lain? Belas kasihan Tuhan kepada orang-orang berdosa ditunjukkan-Nya dengan diberikannya kesempatan agar mereka bertobat dan diampuni. Kita adalah salah satu dari orang-orang yang menerima belas kasihan-Nya itu. Jadi, layakkah kita marah jika Tuhan berbelaskasihan kepada orang yang jahat kepada kita?



APAKAH KITA MARAH KETIKA TUHAN MENUNJUKKAN KESABARANDAN BELAS KASIHAN-NYA KEPADA ORANG-ORANGYANG BERBUAT JAHAT KEPADA KITA?


Monday 15 January 2024

Yesus Melihat Hati

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 2:1-12
Setahun : Kejadian 43-45

Yesus Melihat Hati
TB: Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. | Markus 2:1 (TB)



Peribahasa "Dalamnya laut bisa diduga, dalamnya hati siapa yang tahu?" bermakna bahwa kita tak pernah tahu apa isi hati seseorang. Dengan teknologi ultrasonografi, laut sedalam apa pun bisa diperkirakan kedalamannya, tetapi tidak ada alat yang dapat menerka isi hati manusia. Namun, tidaklah demikian bagi Tuhan.

Yesus hadir lagi di Kapernaum, dan banyak orang datang kepada-Nya (1-2). Salah satunya adalah seorang lumpuh yang dibawa oleh sekelompok orang dan digotong oleh empat orang supaya ia dapat disembuhkan oleh Yesus.

Yesus menyembuhkannya dengan berkata, "Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!"(5). Ahli Taurat yang hadir di situ tidak senang, bagi mereka Yesus telah menghujat Allah (6-7). Pengampunan hanya dapat dilakukan oleh Allah, hal ini benar. Namun, mereka gagal memahami bahwa itu adalah penegasan dari Yesus bahwa diri-Nya adalah Allah dan Ia berkuasa mengampuni dosa.

Yesus yang mengetahui isi hati para ahli Taurat itu langsung menegur dan mengajarkan kepada mereka kebenaran: Yesus berkuasa. Ketika Ia berkata: "dosa-dosamu sudah diampuni" (5), dan memerintahkan: "bangunlah, angkatlah tikarmu dan pulanglah ke rumahmu" (11), itu membuktikan bahwa Yesus berkuasa dan Ia adalah Allah.

Dunia ini berada di bawah kuasa-Nya. Dunia merupakan tempat di mana Yesus menyatakan kuasa-Nya. Inkarnasi-Nya ke dalam dunia sama sekali tidak membatasi ataupun membatalkan kuasa ilahi-Nya. Ia menjadi manusia seutuhnya, tetapi berbeda dengan manusia umumnya, Dia tetaplah Anak Allah yang berkuasa mengampuni dosa manusia.

Di dunia ini tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Yesus. Dia telah dikurbankan bagi kita, supaya jangan ada yang binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal. Dia telah menyediakan pengampunan supaya jangan ada yang dihukum, tetapi diselamatkan.

Marilah dengan yakin kita percaya kepada Yesus dan memohon pengampunan dosa dari-Nya. Jangan kita sangsi akan kuasa-Nya di dunia pada hari ini dan selamanya! [EMR]


Sunday 14 January 2024

DOSA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 RAJA-RAJA 11:1-13
Setahun : Kejadian 41-42

DOSA
TUHAN pun murka kepada Salomo, sebab hatinya telah berpaling dari Tuhan, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya. (1 Raja-raja 11:9)

Bagaimana pendapat kita mengenai dosa? Apakah hanya seputar perbuatan kejam, seperti perampokan, penganiayaan, dan pembunuhan? Maka jika kita tidak merampok, kita tidak berdosa. Jika kita tidak menganiaya, kita tidak berdosa. Jika kita tidak membunuh, kita tidak berdosa. Susanna Wesley, ibu dari John dan Charles Wesley, menuturkan sebuah pernyataan yang mengungkap makna dosa dengan lebih mendalam. Kata beliau, "Apa pun yang melemahkan akal sehatmu, merusak kelembutan hati nuranimu, menjauhkanmu dari Tuhan, atau menghapus kecintaanmu terhadap hal-hal rohani—semua itu adalah dosa bagimu."

Tuhan murka terhadap Salomo. Artinya, ia telah berdosa. Terlihat Salomo tidak melakukan perbuatan kejam. Ia tidak berbuat semena-mena pada para pegawainya atau rakyatnya. Murka Tuhan ditujukan karena didapati hatinya telah menyimpang (ay. 9). Atas dorongan istri-istrinya—yang berasal dari bangsa-bangsa asing—Salomo beribadah pada allah lain. Akal sehat melemah, ia memuja patung berhala yang tidak mampu berbuat apa-apa. Kelembutan hati nurani rusak, ia lebih menuruti nafsu duniawi, menyukakan hati para istri. Lalu diikuti hubungan dengan Tuhan yang semakin menjauh. Kecintaan terhadap hal-hal rohani terhapuskan, ia tidak segenap hati beribadah pada Tuhan. Semua itu adalah dosa bagi Salomo.

Belum pantas kita bermegah saat tidak melakukan perbuatan kejam. Perlu kita selidiki akal sehat dan hati nurani. Adakah allah lain (Mamon, pasangan, dll.) kita puja atau kita turuti nafsu duniawi? Lihat juga bagaimana hubungan kita dengan Tuhan. Masihkah dekat atau mulai menjauh? Masihkah kita antusias terhadap hal-hal rohani seperti pelayanan? Hati-hati semua itu menjadi dosa bagi kita.



CAKUPAN DOSA LEBIH MENDALAM DARI SEKADAR PERBUATAN KEJAM


Saturday 13 January 2024

Menyisih

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 1:35-39
Setahun : Kejadian 38-40

Menyisih
TB: Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. | Markus 1:35 (TB)



Pada hari sebelumnya, Yesus baru saja melakukan pelayanan panjang dengan menyembuhkan orang-orang yang sakit dan kerasukan setan. Kemudian, Injil Markus mengarahkan pembaca kepada perbuatan Yesus yang sekilas terkesan biasa, tetapi berdampak besar.

Di kala sebagian besar orang masih beristirahat-barangkali sedang tidur-Yesus memilih untuk bangun dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa kepada Bapa-Nya.

Pertanyaannya, mengapa catatan ini perlu dimasukkan ke dalam rentetan pelayanan awal Yesus? Karena Markus ingin menunjukkan satu aspek penting dari kehidupan Yesus, yaitu Ia menyisih untuk berdoa, menyingkir sejenak dari ramainya kerumunan dan padatnya pelayanan. Catatan ini menunjukkan pilihan Yesus yang tidak didikte oleh keadaan (bdk. Mrk. 6:31-32; 46; 14:32-36).

Buahnya terlihat dalam kesadaran Yesus akan siapa diri-Nya dan untuk apa Ia hadir (38), serta bagaimana Ia harus menuntaskan misi-Nya di tengah dunia (39). Ia bahkan meninggalkan penduduk Kapernaum yang mencari-cari Dia (37).

Menyisih adalah salah satu praktik rohani yang patut dilakukan para murid Yesus. Di tengah kepadatan aktivitas, kebisingan dunia, dan kecepatan ritme hidup, menyisih merupakan tekad yang perlu dimiliki. Sama seperti Yesus, kita perlu memprioritaskan waktu untuk menyisih. Kita harus berani untuk berhenti dan menarik diri dari kesibukan kita yang terus ada tanpa henti.

Kita perlu menyisih untuk berdoa agar kita mendapat kekuatan dari Allah dan dikuatkan bagi Allah. Ini adalah ruang yang kita berikan kepada Allah untuk menemui kita dan sebaliknya. Hanya dengan menyisih, kita makin menyadari akan siapa kita, untuk apa kita hadir di tengah lingkungan kita, dan bagaimana kita sepatutnya menjalani kehidupan ini.

Karena itu, pilihlah satu waktu terbaik untuk menghentikan ritme pekerjaan, upaya pencapaian hidup, dan kegiatan pelayanan untuk menikmati relasi dengan Tuhan dalam doa dan pembacaan firman-Nya yang tenang. Lakukanlah mulai hari ini! [JMH]

Markus 1:40-45

Bolehkah kita mengunjungi orang yang menderita penyakit menular seperti penyakit kulit? Bagaimana seandainya kita tertular, lalu kita menularkannya kepada orang lain juga? Ketakutan demikian juga dialami oleh orang-orang Yahudi pada masa Perjanjian Baru.

Pada masa itu penderita penyakit kulit akan diasingkan dan disingkirkan dari lingkungannya. Mereka biasanya tinggal di luar perkotaan atau perkampungan. Hal itu karena mereka dipandang najis secara jasmani maupun rohani, dan juga karena penyakitnya memang menular. Namun, Yesus dalam pelayanan-Nya beberapa kali bersentuhan dengan para penderita penyakit kulit. Ia justru menerima orang-orang itu tanpa perasaan takut atau jijik.


Friday 12 January 2024

TUHAN DI TENGAH KETIDAKADILAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 11
Setahun : Kejadian 35-37

TUHAN DI TENGAH KETIDAKADILAN
Sebab Tuhan itu adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya. (Mazmur 11:7)

Beberapa hari belakangan ketika saya menyiapkan tulisan ini, ada berita yang mengusik rasa keadilan. Ada terdakwa yang dibebaskan hakim, padahal dia melakukan penipuan dan penggelapan atas uang sedikitnya 23.000 nasabah koperasi simpan pinjam dengan nilai kerugian hingga 106 triliun. Ada mahasiswa naik motor dan ditabrak mati oleh pensiunan polisi, namun justru ditetapkan sebagai terdakwa dan dinyatakan meninggal oleh karena kesalahannya sendiri.

Kepahitan akibat menjadi korban ketidakadilan membuat beberapa orang meragukan kepedulian Tuhan. Apakah Allah itu adil hanya menurut Alkitab, tapi tidak berlaku dalam kenyataan hidup? Pengalaman Daud menjadi bukti bahwa TUHAN mencintai keadilan. Salah satu pengalaman Daud adalah ketika ia dikejar-kejar Saul untuk dibunuh. Daud dalam keadaan tidak berdaya, tempatnya berdiri seolah sudah dihancurkan (ay. 3). Teman-teman menasihatkan agar Daud melarikan diri ke gunung, namun Daud memilih berlindung pada Tuhan (ay. 1). Tuhan itu adil dan Ia membenci kekerasan. Kita dapat mengandalkan-Nya.

Kita bisa menjadi korban ketidakadilan. Namun, itu tidak berarti Tuhan tidak memedulikan kita. Tuhan pasti membalas kejahatan, meskipun terkadang memakan waktu bertahun-tahun. Daud pun dikejar Saul hingga belasan tahun hingga Saul akhirnya mati bunuh diri di tengah peperangan. Di tengah ketidakadilan yang besar yang dialami Daud, ia tetap percaya kepada Allah. Demikian pula, kita perlu sabar menantikan Tuhan bertindak dengan adil.



NANTIKANLAH TUHAN DAN JANGAN MENUNTUT BALAS.TUHAN MENYATAKAN KEADILAN DAN AKAN BERTINDAKSESUAI KEHENDAK DAN WAKTU-NYA.


Thursday 11 January 2024

Yang Kudus dari Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 1:21-28
Setahun : Kejadian 32-34

Yang Kudus dari Allah
TB: Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. | Markus 1:21 (TB)



Teks bacaan hari ini memiliki struktur penulisan yang menarik. Ada dua peristiwa yang saling terhubung dalam narasi ini.

Pertama, Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa. Berbeda dari pengajaran ahli Taurat, pengajaran-Nya menimbulkan kekaguman pada para pendengar-Nya (21-22).

Kedua, Yesus menghardik roh jahat supaya dia diam dan mengusirnya keluar, dan roh jahat itu mematuhi-Nya (23-26). Orang-orang yang berada di tempat itu takjub menyaksikan hal tersebut dan bertanya-tanya satu sama lain (27).

Di bagian tengah narasi ini, roh jahat meneriakkan kata-kata yang menarik: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah" (24).

Perkataan roh jahat itu menunjukkan identitas Yesus yang sesungguhnya. Pertama, Ia berasal dari Nazaret. Ini bukan sekadar informasi tambahan, karena ini menunjukkan bahwa kedatangan Yesus menggenapkan nubuat para nabi akan sebutan-Nya sebagai orang Nazaret (bdk. Mat. 2:23).

Kedua, Ia adalah Yang Kudus dari Allah (24). Istilah ini menekankan bahwa Yesus berasal dari Allah. Walaupun Yesus dilahirkan di Betlehem dan dibesarkan di Nazaret, Ia adalah Pribadi ilahi yang diutus oleh Allah Bapa untuk menjalankan maksud Bapa, sebagaimana yang dinyatakan pada pembaptisan-Nya: "Engkaulah Anak-Ku yang terkasih" (Mrk. 1:11).

Apa yang dikatakan oleh roh jahat mengungkapkan bahwa Pribadi yang berkata-kata dalam hikmat dan mengusir roh jahat bukan sekadar manusia biasa. Ia adalah Anak Allah. Kuasanya berasal dari Allah, Bapa-Nya.

Salah satu tanda kehadiran Kerajaan Allah adalah ditaklukkannya kuasa Iblis di bawah kuasa Allah. Karena itulah, roh jahat yang menakutkan dan mengerikan patuh kepada perkataan Yesus.

Hal ini menjadi jaminan bagi kita, umat Tuhan. Segala kuasa yang mengancam kita telah ditaklukkan di bawah kuasa Yesus, Yang Kudus dari Allah Percayakah Anda akan hal ini? Maukah Anda mendengarkan Dia dan membesarkan nama-Nya? [JMH]


Wednesday 10 January 2024

MENAKLUKKAN KETAKUTAN TERBESAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 11:1-44
Setahun : Kejadian 30-31

MENAKLUKKAN KETAKUTAN TERBESAR
Orang yang telah mati itu keluar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka, “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” (Yohanes 11:44)

Banyak ketakutan dialami manusia. Contohnya, takut gelap, takut ketinggian, takut membuat kesalahan, dan takut menderita kekurangan. Dari semua ketakutan itu, ada satu ketakutan terbesar, yakni takut akan kematian. "Itu karena tidak ada orang yang punya pengalaman kematian," seseorang menuturkan pendapatnya kepada saya. Bila kita mencari di seluruh dunia ini, tidak akan kita temukan seorang yang mampu memberi tahu bagaimana rasanya mati. Karena itu, kematian dirasa amat mencekam.

Saat menerima kabar dari Maria dan Marta bahwa Lazarus, saudara mereka, sakit, Yesus tidak buru-buru pergi ke Betania mengunjungi mereka. Sengaja Yesus tinggal dua hari lagi di tempat di mana Dia berada. Tidak heran saat Yesus tiba, Lazarus sudah mati. Tubuh tak bernyawa, bahkan sudah empat hari terbaring di kuburan. Selanjutnya, Yesus meminta ditunjukkan letak kubur Lazarus. Di situ Dia memberi perintah untuk mengangkat batu penutup kubur. Lalu dengan keras Dia memanggil Lazarus keluar. Menakjubkan, orang yang telah mati itu keluar dengan kaki dan tangan masih terikat kain kafan dan muka tertutup kain peluh (ay. 44). Lazarus bangkit dari kematian.

Melalui peristiwa kebangkitan Lazarus, Yesus menaklukkan ketakutan terbesar manusia, yakni takut akan kematian. Kuasa Yesus nyata jauh terlebih besar dari kuasa maut. Maka mulai hari ini, jangan lagi bayang-bayang kematian mencekam kehidupan kita. Jangan lagi kita digentarkan oleh kenyataan bahwa suatu hari nanti kita akan mati. Benar kita tidak mampu mendeskripsikan suasana setelah kematian, namun kita beriman ada kebangkitan di dalam Yesus. Dalam Yesus, kematian bukan akhir, sebaliknya, awal kehidupan baru yang kekal dalam Kerajaan Surga.



TIDAK LAGI KEMATIAN DIRASA MENGGENTARKAN APABILA KITA MEMILIKI IMAN DI DALAM YESUS


Tuesday 9 January 2024

Inti Kehadiran Yesus

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Markus 1:14-15
Setahun : Kejadian 27-29

Inti Kehadiran Yesus
TB: Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, | Markus 1:14 (TB)



Orang Yahudi meyakini bahwa "TUHAN memerintah kekal selama-lamanya." (Kel. 15:18). Pemerintahan Allah akan melepaskan umat-Nya dari tangan musuh supaya mereka dapat beribadah kepada-Nya tanpa rasa takut. Pemerintahan itu akan hadir melalui keturunan Daud (Yes. 9:1-6). Ke tengah harapan demikian Yesus hadir.

Narasi: "Sesudah Yohanes ditahan datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah" (14) memberi dua pesan. Pertama, Yohanes Pembaptis adalah utusan Allah, pembuka jalan bagi Tuhan. Kedua, Yesuslah Tuhan yang jalan-Nya telah dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis dan yang disebut "Ia yang lebih berkuasa daripada aku" (Mrk. 1:7).

Pelayanan publik Yesus dimulai dengan memberitakan Injil Allah. Berita utamanya adalah "Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (15; TB2). Dalam kata lain, "Allah segera akan mulai memerintah" (15; BIMK).

Injil menyatakan datangnya pemerintahan Allah. Pemerintahan itu hadir dalam diri Yesus Kristus sendiri dan dalam berbagai perbuatan-Nya. Ini sejalan dengan penggunaan kata "Injil" dalam Kitab Markus. Ia pertama kali muncul dalam kalimat: "Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah" (1:1). Hal itu berarti pemerintahan Allah tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus. Inilah inti kehadiran Yesus.

Yesus hadir untuk membawa pemerintahan Allah supaya kerajaan-Nya dialami dan dinikmati manusia. Kematian-Nya memerdekakan manusia dari perbudakan dosa, tujuannya adalah supaya manusia dapat beribadah kepada Allah di dalam kekudusan dan kebenaran.

Tanda kehadiran Yesus dalam diri seseorang bukan sekadar perasaan gembira dalam perenungan, melainkan pengalaman nyata dalam pertobatan yang ditunjukkan dari hari ke hari. Pertobatan yang dimaksud berarti meninggalkan dosa-dosa pribadi dan komunal yang menghancurkan hidup orang banyak. Seperti kata Pdt. Timothy Keller, "Pertobatan adalah tanda terbaik bahwa kita sedang bertumbuh makin dalam dan makin cepat menjadi karakter Yesus." [JMH]


Monday 8 January 2024

ANTARA ADA DAN TIADA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 7:15-23
Setahun : Kejadian 25-26

ANTARA ADA DAN TIADA
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.” (Matius 7:21)

Amat sering sesuatu banyak disebut ketika sesuatu itu muncul atau terjadi. Ketika ide tentang multiple intelligence muncul, misalnya, konsep itu dibahas di banyak forum. Namun, adakalanya sesuatu banyak dibicarakan justru ketika sesuatu itu seharusnya ada tetapi ternyata tidak ada, semula kuat namun kini melemah. Toleransi dan respek terhadap perbedaan, misalnya, banyak dibicarakan justru ketika dalam kenyataan keduanya kian menipis.

Tuhan bersabda, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga." Tuhan tidak menilai bahwa banyak menyebut nama Tuhan bertentangan dengan setia melakukan kehendak-Nya. Namun, Tuhan mau menegaskan bahwa sering menyebut nama Tuhan tak ada artinya kecuali disertai kesetiaan melakukan kehendak-Nya. Meski demikian, tak bisa disangkal, Tuhan berkata seperti itu karena Dia tahu bahwa adakalanya, orang menyebut nama Tuhan justru sebagai kamuflase untuk menutupi fakta bahwa orang itu banyak menafikan kehendak Tuhan.

Bagi kita, sabda itu adalah undangan untuk memeriksa diri. Ketika kita menyebut pelbagai keutamaan (kejujuran, kesetiaan, kasih, toleransi, kepedulian, dll.), adakah itu tanda kesungguhan kita dalam berjuang menghidupi keutamaan-keutamaan itu, atau adakah itu indikasi bahwa kita sedang memakainya sebagai kamuflase karena semua itu jauh dari hidup kita?

Tentu saja bukan orang lain, melainkan kita sendirilah yang diundang untuk menjawabnya.



“BERBAHAGIALAH HAMBA-HAMBA YANG DIDAPATI TUANNYA BERJAGA-JAGA KETIKA IA DATANG.”—Lukas 12:37a