Friday, 10 December 2021

Melepaskan Topeng

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Titus 2:11-15
Setahun : 2 Timotius 1-4

Melepaskan Topeng
TB: Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. | Titus 2:11 (TB)



Penari topeng selalu mengenakan topeng ketika mempertunjukkan tariannya. Penonton tidak dapat melihat ekspresi wajah mereka selain yang terukir pada topeng. Mereka memang sengaja tidak memperlihatkan wajah karena topeng sudah menjadi ciri khusus dalam tarian mereka. Tanpa disadari, kita sebagai orang percaya pun sering mengenakan topeng untuk menyembunyikan hidup kita yang sebenarnya.

Rasul Paulus mengingatkan akan kasih karunia Allah yang telah nyata. Allah telah berkarya menyelamatkan manusia, dan kini Ia mendidik kita agar meninggalkan kefasikan (11-12a). Segala keinginan duniawi yang jahat, seperti seperti hawa nafsu, ketamakan, dan apa pun itu, menguasai diri manusia sehingga membuat kita jauh dari Allah. Sekarang, selagi kita masih ada di dunia ini, kita mau hidup bijaksana, adil, dan beribadah sambil terus menantikan hari kedatangan Yesus Kristus kembali (12b-13).

Paulus menyampaikan kepada Titus dan tentunya kepada kita semua, agar mengingat bahwa kita telah dibebaskan dari segala dosa. Kita diselamatkan bukan untuk hidup semena-mena, tetapi untuk menjadi umat milik Tuhan yang kudus dan yang selalu berbuat baik (14). Maka, kita bukan cuma memakai topeng dan berpura-pura baik, tetapi menjalani hidup dengan penuh kewibawaan di depan semua orang.

Nyatanya, topeng kerohanian belum sepenuhnya ditinggalkan oleh orang percaya zaman sekarang. Ada yang tampak baik di luar, rajin beribadah, bersekutu, bahkan tekun mengerjakan pelayanan. Namun, ketika ia berada di tengah pergaulan orang-orang yang tidak beriman, ia berubah 180 derajat. Ia tidak lagi mencerminkan identitasnya sebagai orang percaya. Seakan-akan di dalam gereja ia mengenakan topeng pengikut Kristus, lalu di luar gereja ia melepaskannya dan bersikap sesuka hati.

Kasih karunia Allah telah dinyatakan dan Yesus Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk membebaskan umat-Nya. Karena itu, hendaklah kita hidup sesuai dengan ajaran-Nya, juga saling menasihati sesama agar kemuliaan Allah nyata dalam hidup kita. Bila kita masih mengenakan topeng, lepaskanlah dan berbaliklah kepada Allah. [SLM]


Thursday, 9 December 2021

NGEYEL

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YUNUS 1:1-3
Setahun : 1 Timotius 1-6

NGEYEL
Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. (Yunus 1:3a)

Ngeyel (bahasa Jawa) berarti sulit diberi tahu, suka menentang (nasihat, arahan, dll.), cenderung menuruti kemauan sendiri, mengambil jalan tidak pada arah yang seharusnya ditempuh, bahkan memilih langkah yang menjauhi atau bertentangan dengan tujuan yang harus dicapai, tanpa alasan memadai, atau tanpa alasan sama sekali.

Tuhan mengutus Yunus ke Niniwe untuk mengingatkan penduduk kota itu agar mereka bertobat (ay. 2), tetapi Yunus justru ke Yafo, lalu berlayar ke Tarsis untuk menjauhi tugas itu, bahkan untuk menjauh dari Tuhan (ay. 3). Alasan Yunus? Yunus tidak mau orang Niniwe bertobat, diampuni, dan selamat. Yunus ingin orang Niniwe dibinasakan. Alasan yang egois dan kejam. Ternyata, Yunus adalah orang yang ngeyel, bahkan—tak tanggung-tanggung—Yunus ngeyel kepada Tuhan.

Tetapi, tahukah Anda bahwa kita pun—sesekali atau sering— bersikap seperti Yunus: ngeyel kepada Tuhan? Mungkin ada yang bilang, “Ngeyel kepada Tuhan? Mana kami berani? Kalaupun ngeyel, kami ngeyel yang biasa-biasa saja.” Benarkah? Coba lihat ini: Mestinya beribadah di gereja, tetapi menghabiskan hari Minggu di tempat wisata. Mestinya bertindak jujur, tetapi melakukan korupsi. Mestinya menggunakan waktu secara bertanggung jawab, tetapi menghabiskannya untuk hal-hal tak bermakna. Dan banyak lagi. Bukan ngeyel kepada Tuhankah semua itu?

Agaknya, tak habis-habisnya kita harus bertelut memohon ampun kepada Tuhan, karena makin dalam kita memandang hidup kita, makin banyaklah kita temukan ke-ngeyel-an kita kepada Tuhan.



MAKIN DALAM KITA MEMANDANG HIDUP KITA, MAKIN BANYAKLAHKITA TEMUKAN KE-NGEYEL-AN KITA KEPADA TUHAN


Wednesday, 8 December 2021

DIRIMU BERARTI BAGI TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 KORINTUS 12:12-31
Setahun : 2 Tesalonika 1-3

DIRIMU BERARTI BAGI TUHAN
Malahan justru anggota-anggota tubuh yang tampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. (1 Korintus 12:22)

Suatu kali ada jemaat yang datang kepada saya sambil menangis, “Kak, saya kok rasanya tidak memiliki talenta apa-apa untuk melayani Tuhan. Saya tidak bisa menyanyi, bicara di depan orang, dll.” Saya pun menghiburnya dan membuatnya melihat bahwa selama ini kehadirannya juga banyak memberkati orang lain. Sambil memegang pundaknya saya berkata, “Ibu, ibu sudah melakukan pelayanan. Ibu sudah banyak mengajak jemaat lain untuk beribadah. Tiap kali ada yang tidak datang, ibu rela untuk mendatangi mereka.” Banyak orang memandang pelayanan adalah sesuatu yang kelihatan hebat, kita lupa bahwa Tuhan juga dapat membuat orang terberkati meski itu adalah pelayanan yang sederhana.

Paulus menasihatkan kepada jemaatnya di Korintus bahwa orang percaya adalah satu tubuh Kristus dimana semuanya dapat saling melengkapi untuk melayani Tuhan. Anggota tubuh memiliki peran masing-masing dan tidak ada yang merasa penting karena semuanya saling membutuhkan (ay. 14-21), apalagi anggota yang nampaknya tidak mendapat perhatian lebih. Paulus mengajarkan agar jemaat dapat saling menghargai keunikan masing-masing (ay. 23-25) dan menyadari bahwa itu adalah karunia dari Tuhan.

Setiap orang diberikan karunia masing-masing oleh Tuhan, maka kita tidak boleh minder atau sebaliknya merasa sombong. Kita dapat saling melengkapi sebagai tubuh Kristus, karena ada banyak pelayanan yang bisa dikerjakan bersama-sama. Setiap orang berarti bagi Tuhan dan kehadiran diri kita tetap dibutuhkan.



KITA TETAP DIBUTUHKAN, JANGAN MINDER DAN TERUS LAYANI TUHANDENGAN KARUNIA YANG KITA MILIKI


Tuesday, 7 December 2021

JANGANLAH ENGKAU TAKUT!

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 1:18-25
Setahun : 1 Tesalonika 1-5

JANGANLAH ENGKAU TAKUT!
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Matius 1:20)

Untuk suatu peristiwa penting, perkataan pertama yang terucap dari “si pemberi pesan” terkadang menjadi kunci dari keseluruhan pesan yang hendak disampaikan. Mengabaikan akan hal ini dapat membuat “si penerima pesan” melewatkan hal yang penting tersebut. Inilah yang terjadi ketika malaikat Tuhan menampakkan diri melalui mimpi, lalu mengawali pesannya kepada Yusuf dengan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu.”

Pesan agar Yusuf “jangan takut” dalam menerima berita sukacita “Natal pertama” juga disampaikan oleh malaikat seusai memberi salam kepada Maria, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah” (Luk. 1:30). Yusuf dan Maria perlu mendengar pesan yang menenteramkan itu, karena berita bahwa mereka akan menjadi “orang tua jasmani” dari bayi Yesus tak hanya mendatangkan sukacita, tetapi dapat menimbulkan ketakutan karena apa yang kelak akan terjadi. Misalnya saja, Maria akan mengandung dalam kondisi masih bertunangan atau saat bayi Yesus dikejar hendak dibunuh atas titah Herodes, sehingga Yusuf harus membawa mereka mengungsi ke Mesir (bdk. Mat. 2:13-15), supaya terhindar dari murka Herodes.

Jadi, apakah saat ini hidup kita sedang dilanda oleh ketakutan? Kiranya pesan yang malaikat Allah sampaikan pada Yusuf dan Maria kembali bergema dalam roh, hati, dan pikiran kita. Ya, jangan takut menghadapi tantangan dan pergumulan hidup, karena sesungguhnya Dia menyertai kita senantiasa, seperti namanya disebut … Imanuel!



DALAM DAMAI SEJAHTERA ILAHI,SEGALA KETAKUTAN DAPAT SEKETIKA MENJADI SIRNA


Monday, 6 December 2021

KARENA TIDAK MELAKUKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 25:31-46
Setahun : Kolose 1-4

KARENA TIDAK MELAKUKAN
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” (Matius 25:45)

Orang bilang, “Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab.” Kita setuju, bukan dalam arti “silakan berbuat asal mau memikul akibat”, melainkan bahwa semua yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Pertanyaannya, hanya yang dilakukan sajakah yang harus dipertanggungjawabkan?

Ternyata tidak begitu. Sabda Tuhan menyatakan bahwa kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan (ay. 35-40), dan juga apa yang tidak kita lakukan (ay. 42-45). Mengapa demikian? Tindakan adalah realisasi keputusan: keputusan untuk melakukan sesuatu, dan keputusan untuk tidak melakukan sesuatu. Artinya, tindakan kita meliputi apa yang kita lakukan, dan apa yang tidak kita lakukan. Sebab itu, kita bersalah tak hanya karena hal keliru yang kita lakukan, namun juga karena hal benar yang tidak kita lakukan.

Ketika para penyandang cacat harus bersusah payah menaiki tangga ke ruang ibadah, gereja bersalah karena tak menyediakan jalur khusus untuk mereka. Ketika penularan Covid-19 masih tinggi dan kita mengabaikan protokol kesehatan, kita bersalah karena tidak menjaga diri dan sesama.

Untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, kita tentu punya alasan, dan bisa saja alasan itu sahih. Namun, jika tak ada alasan yang cukup, kita sungguh bersalah jika tidak melakukan hal yang kita harus dan bisa lakukan. Jangan lupa, dunia ini terpuruk tak hanya karena orang-orang jahat melakukan hal-hal jahat, tetapi juga karena orang-orang baik tidak melakukan hal-hal baik yang seharusnya mereka lakukan.



TIDAK MELAKUKAN HAL BENAR YANG SEHARUSNYA KITA LAKUKAN ADALAH SEBUAH KESALAHAN


Sunday, 5 December 2021

PERCAYA, BERSERAH, DAN TAAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 1:26-38
Setahun : Filipi 1-4

PERCAYA, BERSERAH, DAN TAAT
Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana caranya, padahal aku belum bersuami?” (Lukas 1:34)

Pada momen Natal pertama, kita mengerti bagaimana Maria harus bergumul ketika menerima berita sukacita, bahwa ia terpilih menjadi ibu jasmani dari bayi Yesus, saat menjadi tunangan Yusuf. Meskipun saat itu dalam konteks budaya Maria sudah resmi menjadi pasangan Yusuf, tetapi berita kehamilan dalam kondisi masih bertunangan menjadi hal yang sangat berisiko. Maria tak hanya dapat dianggap melakukan perzinaan, tetapi dapat diceraikan Yusuf karena mengandung tanpa ada kontak fisik dengan Yusuf!

Terhadap peristiwa di atas, sebenarnya Allah dapat mengintervensi lebih dini, misalkan dengan berfirman kepada Yusuf agar meresmikan status suami istri dengan Maria, barulah kabar mengandungnya Maria oleh Roh Kudus disampaikan. Namun, dalam hal ini kedaulatan Allah memegang otoritas penuh atas Maria, yang lantas merespons dengan penyerahan diri sebagai hamba Allah (ay. 38). Fakta bahwa Yusuf dan Maria lantas menjalani semua hal itu dengan menaati tuntunan Allah, menjadi kunci dalam momen “Natal pertama” sehingga kita dapat meneladani kehidupan mereka.

Sebagai pasangan, sering kali kita dihadapkan pada peristiwa yang tak sepenuhnya dapat kita pahami. Tak jarang ada kekhawatiran, ketakutan, hingga keinginan untuk mengambil jalan pintas yang terlihat mudah. Namun, sama seperti Maria dan Yusuf yang memilih percaya, berserah, dan menaati tuntunan Allah, kita pun dapat dipakai-Nya menjadi alat kemuliaan-Nya dengan memilih percaya, berserah, dan taat ... dalam kasih karunia-Nya dan oleh pimpinan Roh Kudus.



DALAM BERSERAH, PERCAYA, DAN TAAT … KEHENDAK TUHAN DAPAT DINYATAKAN DENGAN KUAT


Saturday, 4 December 2021

PANCARAN CAHAYA PENGHARAPAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 5
Setahun : Efesus 4-6

PANCARAN CAHAYA PENGHARAPAN
dan memberi nama Nuh kepadanya, katanya: “Anak ini akan memberi kepada kita penghiburan dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah yang telah terkutuk oleh TUHAN.” (Kejadian 5:29)

Api unggun di tengah malam yang dingin sungguh berguna. Ventilasi udara di dalam ruangan yang pengap memberi kesegaran. Cahaya lilin di tengah kegelapan menghadirkan kelegaan dan ketenangan. Anggukan kepala penuh pengertian menghiburkan hati yang sedang dipenuhi ketakutan akan ancaman dan tuntutan. Ya, di tengah situasi masing-masing, semuanya menghadirkan perbedaan dan memberi penghiburan, bukan?

Ucapan Lamekh tentang putranya bukan sekadar harapan seorang ayah terhadap anaknya, melainkan gambaran akan masa depan anak itu. Kelak Nuh memang akan hidup berbeda dengan masyarakat sezamannya—ia disebut “mendapat kasih karunia di mata TUHAN” dan “seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah” (Kej. 6:8-9). Di tengah-tengah bumi yang rusak dan terhukum, Nuh terpilih untuk hidup bersinar. Bahkan ia menakhodai bahtera yang menjadi sarana kelepasan dari bencana semesta. Tak heran, namanya terkait dengan perannya yang memberi penghiburan bagi kaum sezamannya.

Tuhan menciptakan kita bukan untuk sekadar meniru apa yang dilakukan oleh semua orang. Dia ingin kita menciptakan perbedaan. Bersinar. Memberikan inspirasi. Membangkitkan motivasi. Menawarkan kontribusi dan solusi. Menyejukkan hati, menyalakan asa. Jangan malah menambah keruh dan pekat dunia yang sudah kenyang kebobrokan dan kesusahan ini. Siapakah orang yang hari ini akan terhibur karena perjumpaannya dengan Anda dan saya?



SETIAP KITA DICIPTAKAN UNIK AGAR KEUNIKAN ITU MEMANCAR SEBAGAI CAHAYA PENGHARAPAN BAGI SEKITAR