Friday, 3 December 2021

MELURUSKAN JALANMU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 3:6
Setahun : Efesus 1-3

MELURUSKAN JALANMU
yeyasher

Sebagian orang meyakini titah ini adalah janji: siapa melakukan kehendak Tuhan dalam segala tindakannya, Tuhan akan meluruskan jalannya. Yang berarti membuat segalanya lancar, semua rencana dan keinginan terpenuhi.

Tetapi, sesungguhnya, bukan itu maksud titah ini.

“Ia akan meluruskan jalanmu,” demikian kata Amsal.

Kata “meluruskan” di sini diterjemahkan dari kata Ibrani “yeyasher”, yang artinya membuat sesuatu menjadi lurus dan benar secara etis, sesuai dengan kehendak Tuhan.

Jadi, tentang apa Amsal ini berbicara?

Dalam hidup ini, banyak orang berjalan di jalan yang bengkok, jalan yang tak lurus, tidak benar, tidak etis. Sebagian melakukan itu karena ketidaktahuan. Tetapi, banyak yang melakukannya karena tak peduli pada jalan yang mereka tempuh. Asal tujuan baik, semua jalan boleh ditempuh. Bahkan, lebih parah: tujuan sudah jahat, jalan yang dipilih bengkok pula.

Kita tahu, jalan yang kita tempuh dalam meraih tujuan itu sangat penting, sama penting dengan tujuan itu sendiri, sehingga meskipun tujuan kita baik, jika jalan yang kita tempuh bukan jalan yang lurus, jadi salahlah tindakan kita. Sebab itu, meluruskan jalan hingga secara etis benar adalah sangat penting.

Jadi, apa maksud titah ini? Kita diundang untuk memberlakukan kehendak Tuhan dalam semua tindakan kita, berjalan di jalan yang direstui Tuhan. Perjuangan untuk memberlakukan kehendak-Nya dalam tiap tindakan itu akan dipakai Tuhan untuk mendekatkan kita pada jalan yang secara etis lurus, jalan yang diperkenankan dan diberkati Tuhan.



SIAPA MENGEJAR KEBENARAN DAN KASIH AKAN MEMPEROLEH KEHIDUPAN,KEBENARAN DAN KEHORMATAN.—Amsal 21:21


Thursday, 2 December 2021

PAX ROMANA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 2:1-7
Setahun : Galatia 4-6

PAX ROMANA
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. (Lukas 2:1)

Kaisar Agustus (63 SM–14 M) adalah Kaisar Romawi yang pertama, setelah ia berhasil mengakhiri perang saudara berkepanjangan dan menciptakan kedamaian dan kesejahteraan di Roma. Ia juga membangun jalan raya yang menghubungkan seluruh daerah kekuasaannya. Seni, budaya dan arsitektur berkembang pesat. Keadaan itu dikenal dengan sebutan Pax Romana atau kedamaian Romawi.

Kaisar inilah yang memerintahkan pengadaan sensus untuk seluruh wilayah kekuasaannya, termasuk Israel. Tujuannya ialah sebagai dasar penetapan pajak. Karenanya, Yusuf dan Maria harus berangkat dari Nazaret tempat tinggal mereka saat itu ke Betlehem, tanah leluhur mereka, menempuh perjalanan berhari-hari yang panjang dan tidak nyaman. Padahal, Maria sedang hamil tua. Mereka melakukan perintah itu dengan rela dan taat.

Kaisar Agustus bukanlah penyembah Allah. Tapi tanpa ia sadari, perintahnya memaksa Yusuf dan Maria kembali ke kota Daud dan melahirkan Yesus Kristus di sana. Perintahnya membuat nubuatan tentang kelahiran Mesias tergenapi. Dari peristiwa ini, kita melihat sungguh tepatlah perkataan Paulus, bahwa semua pemerintah berasal dari Allah dan ditetapkan oleh Allah (Rm. 13:1). Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya, Allah memegang kendali atas seluruh dunia ini. Bahkan sekalipun para penguasa di dunia tidak mengenal dan menghormati Dia, namun Allah berkuasa menggenapi kehendak-Nya melalui mereka. Inilah salah satu alasan mengapa kita diperintahkan untuk bersikap hormat dan tunduk kepada pemerintah.



ALLAH TETAP BEKERJA DI DUNIA INI UNTUK MENGGENAPI KEHENDAK-NYA,BAHKAN MELALUI KEHIDUPAN ORANG-ORANG YANG MENENTANG-NYA


Wednesday, 1 December 2021

HADIAH UNTUK TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 15:1-7
Setahun : Galatia 1-3

HADIAH UNTUK TUHAN
“Kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira.” (Lukas 15:5)

Bilamana Anda mengasihi seseorang, kesukaannya pasti penting bagi Anda. Andaikan ingin membeli hadiah untuknya, pasti pilihan Anda tak jauh dari apa yang menjadi kegemarannya. Mengapa? Sebab Anda tahu, kesukaan seseorang ialah cerminan dari kehendaknya. Dan Anda ingin memberikan sesuatu yang benar-benar dikehendakinya, bukan? Dengan begitu, pada waktu ia menerimanya, dirinya diliputi kegembiraan.

Mengenali kehendak Tuhan bukan perkara mudah. Akan tetapi, melalui firman-Nya, ada hal-hal yang jelas merupakan kehendak-Nya. Cerminan isi hati-Nya. Itulah yang hendak Yesus nyatakan melalui perumpamaan (domba-dirham-anak) “yang hilang” di Lukas pasal 15. Kehendak Tuhan dapat kita kenali melalui apa yang menjadi kesukaan-Nya—yang membuat Dia bersukacita atasnya—yakni ketika manusia yang terhilang ditemukan, insan berdosa bertobat (ay. 7). Itulah sukacita surga. Itulah kehendak-Nya.

Apakah kita mengasihi Tuhan? Jikalau ya, bayangkanlah diri kita hendak memberi hadiah kepada Tuhan. Tentu hadiah yang menyukakan hati-Nya, bukan? Apakah itu? Jangan ragu lagi. Jangan bertanya lagi itu kehendak-Nya atau bukan. Pastikan hadiah itu ialah seseorang yang kita bawa kepada Yesus untuk mengenal-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Pastikan itu adalah pelayanan Anda sendiri atau dukungan Anda terhadap suatu pelayanan bagi mereka yang terhilang. Tuhan pasti gembira menyambut hadiah itu.



KESUKAAN TUHAN YANG TERBESAR ADALAHPULANGNYA JIWA YANG TERHILANG


Tuesday, 30 November 2021

TAKUT MATI GAYA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 6:25-34
Setahun : 2 Korintus 9-13

TAKUT MATI GAYA
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)

“Sesekali unggah foto gowes ah, biar sama dengan yang lain.” “Lagi ada di sini nih… tempat swafoto yang sedang ramai diperbincangkan.” Begitulah contoh kalimat yang menyertai unggahan foto di media sosial. Banyak orang saling berlomba menunjukkan bahwa dirinya tidak ketinggalan dalam mengikuti tren yang berkembang.

Mencari Kerajaan Allah dan kehendak-Nya adalah hal utama yang semestinya dipikirkan dan dikerjakan orang percaya. Menjalani hidup berfokus pada kehendak-Nya dan berhenti mengkhawatirkan hal lain. Tuhan yang Mahakuasa peduli pada hidup kita, sehingga kita tidak perlu merasa khawatir akan kebutuhan apa pun juga. Sebab pada saat kita fokus melakukan kehendak-Nya, Dia pasti mencukupkan yang kita perlu.

Pertanyaan bagi kita saat ini adalah: Apa yang sedang kita khawatirkan? Banyak orang di zaman ini khawatir bukan tentang “makanan atau pakaian”. Bukan pula khawatir jika hidupnya tidak berkenan di hadapan Allah. Mereka merasa khawatir jika keberadaannya tidak diakui oleh komunitas. Karena itu mereka rela melakukan berbagai upaya asal mendapatkan pengakuan. Mereka baru merasa lega dan puas kalau bisa mengimbangi pencapaian orang lain guna menunjukkan eksistensi diri.

Tanpa sadar gaya hidup mengikuti tren ini membuat orang lebih takut mati gaya daripada takut akan Tuhan. Fokus mereka adalah eksistensi diri, bukan kekudusan hidup bagi Tuhan. Menjalankan kekudusan hidup bukan lagi prioritas, melainkan hanya sambil lalu dan sekenanya saja. Kiranya yang seperti ini jauh daripada kita!



JANGAN SAMPAI UPAH DARI MANUSIA MENJADIKAN LUPA BAHWA TUJUAN HIDUPORANG PERCAYA ADALAH MENCARI KERAJAAN ALLAH DAN KEHENDAK-NYA


Monday, 29 November 2021

KREATIVITAS ALLAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YEREMIA 18:1-10
Setahun : 2 Korintus 5-8

KREATIVITAS ALLAH
“Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!” (Yeremia 18:6)

Pernahkah kita berpikir apa yang bisa dibuat dari sebuah pesawat terbang bekas? Saya pernah melihat beberapa gambar hasil daur ulang pesawat bekas. Mulai dari bagian baling-baling, sayap, jendela, hingga penutup mesin, ternyata bisa menghasilkan berbagai kreasi mebel unik dan bermanfaat, mulai dari kursi, meja kerja, pajangan dinding, hingga meja rapat berukuran besar. Bagi orang yang kreatif, barang yang terlihat tak berguna atau dibuang, ternyata bisa jadi hasil karya yang bermanfaat sekaligus mengundang decak kagum.

Jika manusia, yang notabene adalah ciptaan Allah, bisa begitu kreatif dalam membuat benda-benda dari bahan yang tak terpakai, dianggap sampah, dan dibuang, betapa lebih kreatifnya Allah yang kita sembah! Dalam pesan firman-Nya melalui Nabi Yeremia, Allah mengumpamakan diri-Nya seperti tukang periuk (penjunan) dalam memperbaiki kehidupan bangsa Israel. Bagi seorang penjunan yang asli, tak ada bejana rusak yang tak bisa dibentuknya kembali menjadi bejana lain yang dianggapnya baik (ay. 4). Begitu pula bagi Allah, kehidupan serusak apa pun, tangan-Nya dapat memperbaiki dan memulihkannya, menurut apa yang baik di hadapan-Nya.

Oleh karena itulah, sepanjang zaman Allah senantiasa mengundang setiap manusia yang merasa hidupnya “rusak” untuk datang kepada-Nya. Pengampunan-Nya siap diberikan dan tangan-Nya siap membentuk ulang kehidupan manusia. Roh-Nya juga diberikan untuk menuntun jalan kehidupan kita, supaya dapat menggenapi apa yang Dia kehendaki. Percayakah kita akan hal itu?



BAGI ALLAH, TAK ADA KEHIDUPAN YANG RUSAK,YANG TAK DAPAT DIBENAHI DAN DIPULIHKAN OLEH-NYA


Sunday, 28 November 2021

TELADAN KERENDAHAN HATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 15:21-28
Setahun : 2 Korintus 1-4

TELADAN KERENDAHAN HATI
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30)

Sepenggal lirik lagu rohani mengatakan, “Di hadapan hadirat-Mu ya Bapa, segala keangkuhanku hilang.” Ya, lagu tersebut mengajar kita untuk datang ke hadirat Tuhan dengan kerendahan hati. Faktanya, tanpa sadar, kita sering kali justru bersikap seperti majikan! Dalam doa, bukannya mengucap syukur atau mengagungkan nama Tuhan, kita lebih sering “memerintah-Nya” dengan berkata, “Tuhan, berkati aku, lindungi aku, buat aku sukses, dan lain sebagainya.”

Perempuan Kanaan dalam firman Tuhan hari ini memberi kita teladan. Bagaimana tidak, ketika ia datang memohon kesembuhan bagi anak perempuannya yang kerasukan setan, Yesus malah menjawab, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (ay. 24). Bagi Yesus, dirinya tidak termasuk hitungan! Menariknya, perempuan itu tidak tersinggung tetapi terus mendekat, menyembah, dan memohon pertolongan. Tetapi siapa sangka, bukannya merasa iba, Yesus malah sekali lagi menguji dengan seolah merendahkan harga dirinya dengan menyamakannya seperti anjing. Tetapi lagi-lagi, bukannya pergi dengan amarah atau kekesalan hati, perempuan itu justru seolah membenarkan perkataan Yesus (ay. 26-27). Tidak heran apabila pada akhirnya, Yesus pun memuji imannya sekaligus menyembuhkan anaknya.

Datang kepada Tuhan dengan membawa permohonan, hal tersebut tentu tidak dilarang. Hanya saja, pastikan sikap hati kita ketika meminta pertolongan sudah benar. Ingat, Tuhan bukan pesuruh, melainkan Allah Mahakuasa! Faktanya, setiap orang yang datang kepada-Nya berbekal kerendahan hati tidak pernah kembali dengan tangan hampa.



KERENDAHAN HATI MERUPAKAN KUNCIUNTUK MENERIMA KEHENDAK TUHAN


Saturday, 27 November 2021

BUKAN SIAPA-SIAPA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 KORINTUS 1:18-31
Setahun : 1 Korintus 14-16

BUKAN SIAPA-SIAPA
Ingat saja, Saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (1 Korintus 1:26)

Seorang teman ketika berkenalan selalu mengatakan bahwa dia bukanlah siapa-siapa. Ungkapan demikian dapat memberi kesan kerendahan hati. Namun mungkin juga dengan mengatakan demikian, dia berharap dirinya tidak dibebankan tanggung jawab yang besar. Atau ungkapan itu dapat berarti memaklumi diri yang tidak dikenal dan kurang memiliki kemampuan. Apa pun latar belakangnya, pada dasarnya sebagian besar kita memang bukanlah siapa-siapa.

Rasul Paulus mengingatkan, kebanyakan dari kita bukanlah orang yang bijak, berpengaruh, atau terpandang. Bila daftar ini diteruskan, dapat kita katakan bahwa diri kita memang tidak spektakuler, tidak kaya raya, tidak punya jabatan penting, semuanya biasa-biasa saja. Namun tidakkah dengan mengingat ini semua, perasaan kita tambah terpuruk? Kita mungkin bahkan tidak bersemangat lagi melayani Tuhan? Sama sekali tidak demikian halnya bila kita menjawab panggilan Tuhan dengan memusatkan perhatian pada-Nya.

Godaan yang kita hadapi adalah pandangan orang lain terhadap diri kita. Kita pun seolah dituntut menjadi diri yang bukan sebenarnya. Lalu kita berlagak kaya, sok terkenal, dan punya pengaruh. Di zaman Rasul Paulus, mereka ditantang dapat berbicara seperti filsuf atau melakukan tanda ajaib (ay. 22-23). Itu sebabnya, Paulus mengingatkan bahwa pemberitaan salib memang tidak meyakinkan bagi dunia ini. Namun kita harus terus meyakinkan orang dengan hikmat Allah. Tidak perlu kita rendah diri. Sebaliknya, jangan pula menyombongkan diri ketika memberitakan keutamaan Kristus.



KITA YANG TIDAK BERARTI DIPILIH ALLAHUNTUK MEMBERITAKAN KEMULIAAN-NYA