Monday 26 December 2022

INTERVENSI TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 1:26-38
Setahun : Wahyu 9-11

INTERVENSI TUHAN
Kata Maria, "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Lukas 1:38)

Sepasang suami-istri memiliki kerinduan untuk mendirikan panti asuhan. Misi mulia yang semula hendak mereka wujudkan ketika sang suami memasuki masa pensiun, sekitar delapan tahun berselang. Namun, tak disangka intervensi Tuhan membuat rencana itu harus dipercepat. Dibuat-Nyalah keadaan yang “memaksa” mereka untuk segera mendirikan panti asuhan. Delapan tahun berselang, sambil mengenang masa lalu sang istri berkata, “Untunglah ketika itu kita taat, karena kalau kita memulai sekarang, kondisinya tak memungkinkan.”

Kita mungkin tak asing dengan ungkapan “manusia boleh berencana, tetapi Tuhanlah yang menentukan”. Ya, kita percaya ada faktor kehendak dan kedaulatan Allah, yang dapat membuat rencana kita berlangsung lebih cepat, lebih lambat, atau harus mengalami penyesuaian secara mendadak. Inilah yang juga terjadi dalam kehidupan Maria, yang sedang bertunangan dengan Yusuf. Ia mungkin sudah menyusun rencana untuk masa depan keluarga mereka, tetapi mendadak Tuhan mendatangi dan berfirman melalui malaikat-Nya. Secara manusia, rencana Maria bisa dibilang berantakan, tetapi Maria mengerti posisinya sebagai hamba Tuhan yang harus berserah diri pada kehendak dan rencana Allah.

Bagaimana dengan keadaan kita saat ini? Apakah kondisi kita seperti Maria yang harus beradaptasi dengan cepat, karena Tuhan mengintervensi hidup kita untuk melakukan sesuatu? Mari belajar merespons seperti Maria, karena kita ini adalah hamba-Nya. Biarlah lewat ketaatan dan kerelaan kita, Allah dapat menyatakan kemuliaan-Nya.



INTERVENSI TUHAN PERLU DISAMBUT DENGAN KETAATAN DAN PENYERAHAN DIRI


Sunday 25 December 2022

Titik Awal Perubahan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Lukas 2:8-20
Setahun : Wahyu 6-8

Titik Awal Perubahan
TB: Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. | Lukas 2:8 (TB)



Mengubah suatu sifat buruk yang sudah menjadi kebiasaan selama berpuluh-puluh tahun bukanlah perkara mudah. Walau demikian, pertemuan dengan Tuhan bisa menjadi titik awal perubahan yang dahsyat.

Peristiwa malaikat datang kepada para gembala sangatlah luar biasa. Pasalnya, gembala adalah orang biasa, bahkan miskin. Ada anggapan umum dalam masyarakat Israel bahwa para gembala adalah golongan orang yang tak peduli kepada Tuhan, dan juga sebaliknya, bahwa Tuhan tidak memedulikan golongan mereka.

Ironisnya, malaikat Tuhan justru datang kepada para gembala dan memberitakan kepada mereka kabar kelahiran Sang Juru Selamat (8-10). Bukan hanya itu, para gembala menyaksikan bala tentara surga memuji-muji Allah (13).

Peristiwa-peristiwa besar itu seperti mimpi di siang bolong yang sulit dipercaya. Oleh karena itu, para gembala pergi ke Betlehem untuk mengecek kebenaran "penglihatan" tersebut. Hasilnya, apa yang mereka lihat persis seperti apa yang dikatakan oleh malaikat Tuhan (15-16).

Peristiwa tersebut membuat para gembala begitu bersukacita. Mereka kemudian menceritakannya kepada banyak orang (18), mereka juga kembali dengan memuji dan memuliakan Allah (20).

Ada empat hal atau peristiwa penting terkait dengan para gembala, yaitu orang biasa yang tidak peduli Tuhan, malaikat datang, bukti kebenaran, dan respons perubahan. Rangkaian empat hal ini juga menjadi pola yang dialami oleh anak-anak Tuhan. Setiap kita adalah orang berdosa yang pada awalnya tidak mengenal Tuhan, bahkan dapat dikatakan tidak peduli kepada Tuhan. Kemudian, kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, melihat dan mengalami bukti-bukti kebaikan Tuhan. Setelah semua itu, seharusnya kita merespons dengan kehidupan yang senantiasa memuji dan memuliakan Tuhan.

Peristiwa Natal yang dialami oleh para gembala seharusnya membuat kita belajar bahwa Allah hadir untuk siapa saja, bahkan termasuk orang-orang yang sepertinya jauh dari kehidupan keagamaan dan tampak tak peduli kepada Tuhan. [YGM]


Saturday 24 December 2022

TANPA MUKJIZAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 10:40-42
Setahun : Wahyu 3-5

TANPA MUKJIZAT
Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata, “Yohanes memang tidak membuat satu tanda mukjizat pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini memang benar.” (Yohanes 10:41)

Banyak yang beranggapan bahwa jika kita dapat melakukan berbagai mukjizat, maka kesaksian dan pelayanan kita akan semakin efektif. Akan semakin banyak orang datang mendengarkan kita. Akan semakin mudah meyakinkan orang lain untuk mengikuti Tuhan. Namun pandangan ini juga bisa berbahaya. Karena merasa bahwa kita hanyalah orang biasa yang tidak dapat melakukan hal-hal spektakuler, maka kita seolah tidak punya kuasa ketika membagikan iman kita kepada orang lain. Kita menjadi minder alias tidak percaya diri serta enggan menyaksikan Tuhan kepada sesama.

Fakta menarik mengenai Yohanes Pembaptis ialah bahwa ia tidak pernah melakukan satu mukjizat pun di sepanjang pelayanannya. Padahal ia adalah utusan Allah yang istimewa dalam mempersiapkan kedatangan Sang Mesias. Ia berkhotbah tentang Kerajaan Allah, menyerukan pertobatan yang ditandai dengan baptisan atas pengampunan dosa, serta mengarahkan agar orang-orang mengikuti Kristus. Itulah isi pesan yang ia sampaikan dengan setia. Dan hasilnya, banyak orang percaya kepada Kristus.

Ini bukan hendak mengerdilkan peristiwa mukjizat, ataupun menentangnya. Sama sekali bukan. Karena jika Allah berkehendak, Dia bisa saja melakukan berbagai perbuatan ajaib melalui setiap orang percaya. Namun kenyataannya baik dalam catatan Alkitab maupun dalam hidup kita Allah lebih banyak memakai orang-orang biasa, dengan kemampuan yang biasa, untuk bersaksi tentang perbuatan Allah yang luar biasa. Kita hanya perlu setia dan taat menyebarkan kasih dan berita keselamatan di dalam Kristus, entah itu disertai mukjizat ataupun tidak.



MELAYANI TUHAN DENGAN HATI YANG SETIA DAN TAAT SANGATLAH BERHARGASEKALIPUN TIDAK DISERTAI BERBAGAI MUKJIZAT


Friday 23 December 2022

Bukan Hanya Kemasan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ezra 3
Setahun : Wahyu 1-2

Bukan Hanya Kemasan
TB: Ketika tiba bulan yang ketujuh, setelah orang Israel menetap di kota-kotanya, maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di Yerusalem. | Ezra 3:1 (TB)



Sebelum pembangunan Bait Allah dimulai, orang Israel berkumpul di Yerusalem (1) serta mempersembahkan kurban bakaran dan mengadakan hari raya sesuai ketentuan yang ada dalam hukum Taurat Musa (2-4). Dengan demikian, mereka merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menyatakan komitmen untuk kembali setia kepada-Nya. Pada tahun kedua, setelah bahan yang dibutuhkan untuk membangun terkumpul, mereka memulai peletakan dasar Bait Suci (7-8).

Peletakan dasar Bait Suci diiringi dengan musik, nyanyian pujian, dan syukur. Mereka semua bersorak-sorai sambil memuji Tuhan karena dasar rumah Tuhan telah diletakkan (10-11). Di tengah sukacita perayaan itu, mereka yang pernah melihat Bait Allah zaman Salomo menangis dengan suara nyaring (12).

Pada satu sisi mereka menangis karena bersyukur bahwa setelah berpuluh tahun akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk kembali membangun bait Allah. Pada sisi lain, mereka menangis karena mereka tahu bahwa Bait Allah yang akan dibangun tidak akan sama seperti yang sebelumnya. Bait Allah yang ada dahulu begitu megah, penuh dekorasi emas dan batu permata, tetapi yang baru begitu sederhana karena keterbatasan yang ada. Bait Allah yang dahulu dibangun di tengah kota yang megah, sedangkan saat itu Bait Allah hendak didirikan di antara reruntuhan dan kekacauan. Bagaimanapun juga, hal itu justru mengingatkan mereka bahwa hati yang mengasihi Tuhan ketika membangun bait Allah jauh lebih penting daripada bangunan Bait Allah yang megah.

Hari ini Tuhan juga mengingatkan kita bahwa sesungguhnya yang Tuhan lihat adalah siapa kita, bukan pencapaian kita. Hal yang Tuhan lihat adalah kesungguhan kita dalam mengasihi Dia dan ketaatan kita kepada-Nya, bukan seberapa banyak pelayanan yang kita kerjakan. Hal yang Tuhan lihat adalah kesungguhan umat Tuhan dalam beribadah dan menghormati Dia, bukan seberapa megahnya gedung gereja kita.

Sudahkah kita mencari Tuhan dengan segenap hati dan hidup kita? [STG]


Thursday 22 December 2022

MENYIKAPI TEGURAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 2:27-36
Setahun : 2 Yohanes

MENYIKAPI TEGURAN
“Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati.” (1 Samuel 2:34)

Beberapa kali saya menyaksikan orang tua yang terlalu membela anak-anaknya. Ketika sang anak berkelahi dengan anak sebayanya, orang tua langsung membenarkan anaknya dan memarahi anak lain, tanpa sama sekali mempelajari duduk perkaranya. Ketika ada orang yang menegur kesalahan anaknya, sebagian orang tua malah tidak terima. Jika pola asuh demikian terus dilakukan, sang anak akan bertumbuh tanpa belajar bertanggung jawab serta tidak menghargai siapa pun.

Sepertinya begitulah Imam Eli membesarkan kedua putranya, Hofni dan Pinehas. Ia terlalu mengasihi mereka, namun dengan cara yang salah. Ia tidak menegur kesalahan mereka. Ia mengabaikan teguran banyak orang. Akibatnya mereka bertumbuh tanpa aturan. Tidak menghormati Tuhan. Tidak menghargai sesama. Tidak peduli soal kebenaran. Mereka hidup hanya demi kesenangan sendiri. Ironisnya, mereka adalah imam-imam Tuhan, yang bertugas mempersembahkan korban, menjadi perantara umat Israel dengan Allah.

Lalu Allah mengutus seorang nabi. Ia tidak lagi membawa teguran atau peringatan, melainkan penghukuman. Vonis sudah ditetapkan. Keluarga Eli tidak diperkenankan-Nya lagi untuk melayani mezbah. Bahkan kedua putranya itu akan mati di hari yang sama.

Tuhan memakai orang-orang di sekeliling kita; orang tua, teman, rekan kerja, hamba-hamba Tuhan, siapa saja untuk menegur dan memperingatkan kita. Melalui mereka, Allah ingin kita bertobat dan kembali menaati Tuhan. Namun jika kita mengabaikannya, maka sebenarnya kita telah memilih penghukuman-Nya. Kiranya kita belajar dari keluarga Eli, termasuk dalam mengasuh anak-anak kita.



JIKA KITA TIDAK MAU MENDENGARKAN TEGURAN DARI TUHAN,SESUNGGUHNYA KITA TELAH MEMILIH PENGHUKUMAN-NYA


Wednesday 21 December 2022

Tuhan Mengingat Jerih Lelahmu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 13
Setahun : 1 Yohanes 4-5

Tuhan Mengingat Jerih Lelahmu
TB: Pada masa itu bagian-bagian dari pada kitab Musa dibacakan dengan didengar oleh rakyat. Didapati tertulis dalam kitab itu, bahwa orang Amon dan orang Moab tidak boleh masuk jemaah Allah untuk selamanya. | Nehemia 13:1 (TB)



Di akhir kitab ini, Nehemia menuliskan banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh orang Israel, para pelayan Tuhan, bahkan para pemimpin saat itu. Penyimpangan itu membuat Nehemia sangat marah (8, 21, 25). Nehemia sangat kesal dan kecewa karena mereka tidak belajar dari pengalaman nenek moyang mereka maupun raja mereka yang berakhir dalam kehancuran karena melawan perintah Tuhan dan hidup dalam dosa (18, 26).

Oleh sebab itu, Nehemia dengan tegas menegur, memperingatkan, bahkan menghukum mereka. Bait Allah kembali ditahirkan, orang-orang Lewi kembali melayani Tuhan dan mendapatkan dukungan dari penduduk Israel. Sabat kembali dijalankan dan Nehemia bertindak tegas terhadap mereka yang berdagang pada hari Sabat. Praktik kawin campur dengan bangsa asing diberinya teguran keras, bahkan ia mengusir imam besar karena mengizinkan anaknya mempraktikkan kawin campur (28). Dengan demikian, ia mentahirkan orang Israel beserta para pelayan Tuhan dan para pemimpinnya.

Setiap kali Nehemia melakukan tugas kepemimpin-annya, ia selalu menutupnya dengan permohonan kepada Tuhan agar Tuhan mengingat segala jerih lelahnya. Hal itu bukan berarti Nehemia meminta pamrih dari Tuhan, tetapi ia sadar betapa beratnya tugas yang harus ia emban dan betapa besar risiko yang harus ia tanggung untuk mendisiplinkan umat Tuhan supaya tetap berpegang pada firman-Nya. Tuhan mengingatnya dengan memberi hikmat dan kekuatan kepadanya untuk menjalankan tugasnya.

Menjadi seorang pemimpin yang mereformasi kehidupan orang lain adalah pekerjaan sulit karena ia harus menjadi teladan dan menghadapi risiko besar. Kadang hal itu berarti dibenci oleh mereka yang tidak mau berubah, disalahpahami, atau bahkan diperhadapkan pada ancaman. Namun, jika itu kebenaran yang Tuhan inginkan, jangan takut memohon hikmat Tuhan. Ingat, seberat apa pun tugas kita, jerih lelah kita tidak sia-sia. Tuhan mengingat dan pasti memberi kita kekuatan untuk terus menyatakan kebenaran. [STG]


Tuesday 20 December 2022

BERSINERGI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TAWARIKH 23
Setahun : 1 Yohanes 1-3

BERSINERGI
“Mereka harus melakukan pemeliharaan Kemah Pertemuan serta tempat kudus dan harus melayani anak-anak Harun, saudara-saudara mereka, untuk menyelenggarakan ibadah di rumah TUHAN.” (1 Tawarikh 23:32)

Jika boleh memilih, sebagian besar orang tentu lebih suka posisi sebagai pemimpin. Supaya punya hak untuk mengatur, sehingga bisa main suruh kepada mereka yang dipimpinnya. Sementara dirinya sendiri, bisa bebas berlaku sesukanya. Lain halnya jika tidak berkedudukan. Setiap hari harus menjalankan perintah, tidak dapat menolak tugas yang diberikan.

Sekembalinya Israel dari pembuangan, Daud merencanakan pembangunan kembali Bait Allah. Ia menghitung orang Lewi yang siap diikutsertakan bagi tugas pembangunan dan penyelenggaraan ibadah di dalamnya. Daud juga membagi mereka menurut keperluannya. Ada yang mendapat tugas pengawasan dan pengorganisasian, ada pula yang bertugas dalam penyelenggaraan ibadah. Tugas mereka diatur menurut kelompok asal dari keturunan Lewi. Mereka bersama bersinergi, melayani dengan serasi menurut bagian masing-masing.

Dalam pelayanan gerejawi, diperlukan pula pembagian tugas: sebagian bertugas sebagai pemimpin, sementara yang lainnya dipimpin. Sesungguhnya, kedudukan mereka sama: sama-sama hamba Tuhan. Semua memiliki tanggung jawab yang sama: sama-sama harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada Tuhan. Dengan demikian yang bertugas memimpin tidak bertindak semena-mena, yang dipimpin pun tetap mengerjakan bagiannya dengan sukacita. Tidak perlu dan tidak pantas rasanya jika pelayanan di gereja diwarnai perebutan posisi, sikap saling iri apalagi jika terselip motivasi mencari keuntungan diri. Semoga kita meneladan sikap Lewi yang bersinergi dalam melayani.



BERSINERGI MELAYANI ALLAH DALAM PIMPINAN ROH KUDUS DAN SEMANGAT KEBENARANADALAH PENYEMBAHAN KITA YANG BERKENAN BAGI DIA


Monday 19 December 2022

Lingkungan Tak Seiman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 11
Setahun : 2 Petrus 1-3

Lingkungan Tak Seiman
TB: Para pemimpin bangsa menetap di Yerusalem, sedang orang-orang lain membuang undi untuk menentukan satu dari sepuluh orang yang harus menetap di Yerusalem, kota yang kudus itu, sedang yang sembilan orang lagi tinggal di kota-kota yang lain. | Nehemia 11:1 (TB)



Setelah tembok Yerusalem dibangun, Nehemia meminta orang-orang Israel untuk tinggal di Yerusalem supaya kota itu tidak kosong atau dikuasai oleh orang-orang bukan Yahudi yang bermaksud jahat. Namun, kebanyakan dari orang Israel tidak mau tinggal di sana karena khawatir akan kesulitan-kesulitan yang akan mereka hadapi. Akhirnya, para pemimpin membuang undi untuk menentukan siapa saja yang harus tinggal di Yerusalem (1).

Penduduk Israel lainnya memuji mereka yang bersedia dan rela tinggal di Yerusalem (2). Mengapa? Karena memang tidak mudah tinggal di sebuah kota di mana banyak orang asing menekan mereka. Orang-orang bukan Israel yang tinggal di Yerusalem memusuhi penduduk Israel dan tidak mau berdagang dengan mereka karena iman mereka. Oleh karena itu, secara ekonomi mereka mengalami hambatan. Selain itu, mereka yang tinggal di sana harus membangun kehidupan mereka dari awal; tempat tinggal dan pekerjaan, semuanya harus dirintis dari awal. Mereka harus menginvestasikan waktu, uang, dan tenaga mereka agar dapat bertahan hidup di Yerusalem. Oleh sebab itu, keberanian dan kerelaan mereka patut dihargai.

Hari ini banyak di antara kita yang hidup di tengah-tengah orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Mungkin itu lingkungan rumah kita, lingkungan pekerjaan kita, atau juga pergaulan teman-teman sekolah kita. Tentu, bukan hal yang mudah untuk tetap menyatakan iman kita di tengah orang-orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sesuai firman Tuhan. Ada kalanya kita dijauhi dan difitnah serta mengalami kesulitan lainnya. Tetapi, apa pun tantangannya, mari kita belajar untuk tetap setia dan taat kepada firman-Nya. Jangan karena tekanan yang ada akhirnya kita meninggalkan Tuhan atau berkompromi dengan dosa supaya diterima oleh mereka.

Percayalah, Tuhan pasti menjaga, melindungi, dan menolong kita. Ia pasti memberi kita kekuatan dan hikmat untuk menghadapi tantangan. Ia pasti memampukan kita untuk tetap menjadi terang bagi orang lain asal kita tetap setia dan taat melakukan firman-Nya. [STG]


Sunday 18 December 2022

KETIKA DIREMEHKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 10:17-27
Setahun : 1 Petrus 3-5

KETIKA DIREMEHKAN
Tetapi orang-orang dursila berkata: "Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!" Mereka menghina dia dan tidak membawa persembahan kepadanya. Tetapi ia pura-pura tuli. (1 Samuel 10:27)

Ketika Saul diurapi menjadi raja Israel yang pertama, banyak orang meremehkannya. Sekalipun parasnya elok dengan postur yang tinggi tegap, sebagian orang jelas-jelas menghinanya. Mereka menjengkali kemampuannya, bahwa ia tidak akan dapat menyelamatkan Israel dalam peperangan melawan musuh. Mereka tidak menghormatinya layaknya seorang raja. Terhadap semua tanggapan negatif itu, Saul menulikan telinganya. Yang ia tahu ialah bahwa Tuhanlah yang memilihnya. Para prajurit yang gagah perkasa juga Tuhan gerakkan mendukungnya. Karena itulah Saul berani mengerahkan seluruh Israel untuk turut berperang melawan bangsa Amon yang hendak membinasakan kota Yabesh. Setelah ia membawa kemenangan bagi Israel, orang-orang yang sebelumnya menyepelekannya akhirnya mengakui otoritasnya (1Sam. 11).

Ketika kita dipercayakan suatu tugas atau posisi tertentu, bisa saja kita berhadapan dengan orang-orang yang memandang kita sebelah mata. Barangkali karena kita masih muda, atau dianggap terlalu tua. Bisa juga karena kita belum berpengalaman di bidang tersebut. Atau bahkan karena penampilan kita tidak meyakinkan bagi mereka. Dalam situasi demikian, kita perlu belajar mengabaikan mereka.

Kita hendaknya berfokus kepada apa yang Tuhan percayakan untuk kita kerjakan. Berfokus pada sumber-sumber daya yang mendukung kita dan memberdayakan mereka dengan baik. Kita hanya perlu memastikan bahwa kita sedang berjalan dalam kehendak Allah serta melakukan yang terbaik. Pada akhirnya orang-orang akan melihat hasil karya kita dan menghargai kita, serta mengakui karya Allah di dalam hidup kita.



TAK PERLU BERKECIL HATI JIKA ORANG-ORANG MEREMEHKAN KEMAMPUAN KITA, SIKAP MEREKA AKAN BERBEDA JIKA TELAH MELIHAT HASIL KARYA YANG NYATA


Saturday 17 December 2022

Kesetiaan Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 9:1-37
Setahun : 1 Petrus 1-2

Kesetiaan Tuhan
TB: Pada hari yang kedua puluh empat bulan itu berkumpullah orang Israel dan berpuasa dengan mengenakan kain kabung dan dengan tanah di kepala. | Nehemia 9:1 (TB)



Berpuasa, mengenakan kain kabung, dan menaruh abu di atas kepala adalah kebiasaan yang lazim dilakukan oleh orang Israel untuk mengekspresikan kedukaan dan pertobatan. Orang Israel menyatakan rasa duka dan penyesalan yang dalam karena mereka menyadari bahwa segala perbuatan mereka dan perbuatan nenek moyang mereka telah mendukakan hati Tuhan sekalipun Tuhan telah begitu baik terhadap mereka.

Kesetiaan Tuhan kepada Israel tidak pernah berhenti, demikian juga dengan pemeliharaan dan perlindungan-Nya. Ironisnya, Israel berulang kali hidup dalam dosa, tidak mau taat kepada hukum Tuhan, bahkan meninggalkan Tuhan (16-21). Hal itu terjadi berulang kali sehingga Tuhan menghukum dengan menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka (27). Tuhan membuang dan menekan mereka dalam penderitaan bukan karena Tuhan tidak mengasihi mereka. Sebaliknya, Ia memperingatkan umat-Nya supaya mereka berbalik kepada-Nya (29) serta kembali menikmati berkat dan persekutuan yang intim dengan-Nya. "Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang" (31).

Bersyukurlah karena kita memiliki Allah yang pengasih, penyayang, panjang sabar, dan setia. Namun, sudahkah kita juga setia kepada Tuhan dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh? Ataukah, hidup kita telah jauh dari Tuhan karena kita memilih untuk hidup dalam dosa dan tidak menaati firman-Nya?

Kisah bangsa Israel dalam bacaan hari ini hendaknya makin mengingatkan kita akan betapa besar kesetiaan dan kasih Tuhan kepada kita. Oleh karena itu, mari kita belajar setia dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh sampai akhir hidup kita. Jika kita mendapati diri kita mulai jauh atau telah jauh dari Tuhan, segera kembalilah kepada-Nya. Ia akan menerima kita dengan tangan terbuka. Seburuk apa pun masa lalu dan dosa kita, Ia mau menerima kita yang sungguh-sungguh bertobat. Jangan tunda, kembalilah kepada-Nya sekarang! [STG]

Nehemia 5:14-19

Nehemia memiliki sikap seorang pemimpin sejati yang dapat kita jadikan teladan. Pertama, ia berani mempersempit kesenjangan sosial. Hal itu adalah langkah berani yang Nehemia lakukan agar terwujud perilaku sosial yang peduli terhadap penderitaan rakyat miskin di dalam diri bangsa Israel. Kedua, Nehemia tidak memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri dan tidak mencari popularitas. Ia merelakan haknya untuk rakyat miskin. Ia mengutamakan kemuliaan Tuhan.

Nehemia adalah seorang bupati yang baik. Sebagai bupati, ia memimpin dengan memberi teladan yang baik. Ia memberi teladan dalam bidang moral, sosial, dan spiritual. Ia dimampukan Allah dalam menggerakkan dan mendorong orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai misinya. Sikap yang ditunjukkan Nehemia dapat ditiru oleh para pemimpin di bidang apa pun.


Friday 16 December 2022

TEORI IKAN BUSUK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : NEHEMIA 13
Setahun : Yakobus 1-5

TEORI IKAN BUSUK
Lalu aku tiba di Yerusalem dan melihat kejahatan yang dibuat Elyasib untuk keuntungan Tobia, sebab bagi Tobia ini telah disediakannya sebuah bilik di pelataran rumah Allah. (Nehemia 13:7)

Dalam dunia kepemimpinan, dikenal istilah “teori ikan busuk”, yang berbunyi, “ikan busuk dimulai dari kepala”. Teori ini menegaskan besarnya pengaruh seorang pemimpin. Jika pemimpin hidup benar, maka anggotanya akan ikut benar. Begitu pun sebaliknya. Memang teori ini tidak seratus persen benar, tetapi orang-orang umumnya akan meniru pemimpinnya.

Ketika Nehemia kembali ke Yerusalem, ia menyaksikan kebobrokan umat Israel. Rakyat tidak lagi membawa persembahan ke Bait Allah, sehingga orang-orang Lewi berhenti melayani Tuhan dan harus bekerja di ladang mereka. Orang-orang bekerja di hari Sabat. Pria-pria mengawini perempuan asing dan anak-anak mereka meninggalkan identitas Yahudi mereka. Para pemimpin Yehuda juga hidup dalam dosa. Salah satunya ialah Elyasib. Ia adalah imam besar Israel yang korup dan kompromistis. Ia bersahabat dekat dengan Tobia, orang Amon yang tidak menginginkan kesejahteraan umat Allah. Bahkan Elyasib memindahkan berbagai perkakas demi menyediakan sebuah ruangan besar di pelataran Bait Allah bagi Tobia. Sikap kompromis itu juga diikuti salah seorang cucunya dengan menjadi menantu Sanbalat, orang Horoni, yang adalah musuh umat Allah.

Memang kesalahan komunitas tidak dapat ditimpakan hanya kepada satu orang. Kita juga tidak sepatutnya menuding orang lain sebagai alasan ketidaktaatan kita kepada Allah. Tetapi kita harus ingat, bahwa kita dapat memengaruhi orang lain secara positif maupun negatif. Kiranya kita tidak membawa keburukan dan kebusukan, melainkan kebaikan dan dorongan semangat untuk senantiasa menaati Tuhan.



APAKAH PERKATAAN DAN PERILAKU SAYA MEMBAWA ORANG-ORANGMENDEKAT KEPADA TUHAN DAN MENAATI DIA? ATAUKAH SEBALIKNYA?


Thursday 15 December 2022

Memberi dalam Masa Sulit

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 7
Setahun : Ibrani 11-13

Memberi dalam Masa Sulit
TB: Setelah tembok selesai dibangun, aku memasang pintu-pintu. Lalu diangkatlah penunggu-penunggu pintu gerbang, para penyanyi dan orang-orang Lewi. | Nehemia 7:1 (TB)



Ibadah kepada Allah adalah tujuan utama dibangunnya kembali tembok Yerusalem, bukan kemegahan kota secara fisik, keamanan, ataupun kesejahteraan semata.

Nehemia mulai mengatur keamanan kota dengan mengangkat penjaga-penjaga pintu gerbang. Lalu, ia mempersiapkan peribadatan umat Israel dengan mengangkat penyanyi dan orang-orang Lewi (1-3).

Untuk itulah daftar silsilah dibuat Nehemia (5-65). Ia mencatat silsilah keluarga-keluarga yang lebih dahulu pulang dari tanah pembuangan ke Yerusalem (4-5). Ia pun mencatat bahwa jabatan imam tetap dijalankan oleh suku Lewi (63-65). Searah dengan itu, dibutuhkan perlengkapan untuk ibadah, dan dengan sukarela rakyat memberikan sumbangan (70-72), baik berupa emas maupun kain.

Sebelumnya, telah kita lihat bagaimana mereka bertekun dalam doa dan bertahan menghadapi ancaman. Mereka pun kelelahan. Setelah selesai, kini mereka memberikan harta mereka bagi Bait Allah dan para imam untuk kelengkapan ibadah yang akan dilakukan. Dalam kondisi yang membutuhkan adaptasi dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi, mereka tetap memberikan persembahan bagi Allah. Pemimpin dan rakyat bersama-sama membawa milik mereka dan mempersembahkannya kepada Tuhan.

Kisah itu menjadi pembelajaran bagi kita bahwa bekerja bagi Tuhan memerlukan totalitas dalam hidup kita; bukan sekadar tekad dan komitmen, tetapi juga segala yang ada pada diri kita, baik berupa tenaga, pikiran, waktu, maupun materi.

Memberi dalam masa sulit bukanlah hal yang ideal dan gampang. Kita tak bisa merasa puas dan bangga karena sudah memberikan tenaga, uang, atau bantuan lainnya. Kita perlu belajar: memberi diri kepada Tuhan adalah memberikan apa yang sudah dianugerahkan Tuhan lewat berkat-berkat yang telah kita terima. Mari kita jauhkan timbang-menimbang dalam memberi untuk pekerjaan Tuhan. Ulurkanlah tangan dengan ringan, kendati mungkin kita sedang berada di tengah masa sulit. [MKD]


Wednesday 14 December 2022

STANDAR KEBAHAGIAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 5:1-12
Setahun : Ibrani 8-10

STANDAR KEBAHAGIAAN
“Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Matius 5:12)

“Bagaimana saya bahagia kalau rumah saja masih kontrak?” “Kalau saya, tinggal di rumah kontrakan bahagia-bahagia saja, selama masih kumpul dengan anak-istri.” “Sekalipun sudah punya rumah sendiri, kalau tidak punya penghasilan, bagaimana mau bahagiakan anak-istri?” “Penghasilan saya besar. Kebutuhan hidup tercukupi. Tapi saya tidak bahagia karena penyakit yang saya derita.”

Apa patokan yang menjadi standar kebahagiaan? Setiap orang bisa memiliki standar yang berbeda satu dengan yang lain. Tercapainya sebuah harapan bahkan tak selalu menjamin terwujudnya kebahagiaan. Lalu, bagaimana standar kebahagiaan yang semestinya dihidupi orang percaya? Jangankan memiliki banyak uang, kebutuhan hidup tercukupi, atau bebas dari sakit-penyakit. Tuhan Yesus justru mengajar para murid untuk berbahagia sekalipun tidak berdaya, berdukacita, bahkan diperlakukan dengan tidak adil setelah melakukan yang benar. Tuhan Yesus menekankan bahwa kebahagiaan adalah milik orang yang rendah hati, mau melakukan yang benar melebihi hal lain, berbelas kasih, memiliki pikiran yang murni dan bekerja membawa damai.

Tuhan mengajak umat mengenal kemiskinan rohani, yakni kesadaran bahwa kita benar-benar membutuhkan Tuhan. Pun dukacita yang diperlukan untuk berbalik dari dosa menuju kebergantungan hidup kepada-Nya. Dengan hidup yang terus disucikan, kita melihat kehadiran Allah di tengah dunia. Dengan demikian kita akan beroleh kebahagiaan surgawi. Damai Bapa tinggal dalam hati kita, kita pun dapat membawa damai bagi sesama.



JANGAN KATAKAN KEBAHAGIAANKU HANYA BERSUMBER DARI ALLAH JIKASTANDAR KEBAHAGIAAN KITA ADALAH KEPUASAN DAN PENGAKUAN DUNIA


Tuesday 13 December 2022

Berbakti dalam Profesi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 5:14-19
Setahun : Ibrani 5-7

Berbakti dalam Profesi
TB: Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati. | Nehemia 5:14 (TB)



Bisakah kita berbakti kepada Allah melalui profesi atau pekerjaan kita? Pertanyaan ini akan terjawab melalui kisah Nehemia berikut ini.

Nehemia sangat marah dan geram melihat kelakuan para penguasa dan pemuka yang mengeruk keuntungan dari rakyat. Selama 12 tahun menjabat sebagai bupati tanah Yehuda, Nehemia tidak pernah mengambil bagian yang menjadi hak bupati (14). Namun, Nehemia justru harus menanggung kebutuhan lebih dari 150 orang (17). Hal itu dilakukannya sebagai seorang yang takut akan Allah (15).

Jikalau para penguasa sebelumnya mengambil hak, bahkan memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri, tidak demikian dengan Nehemia. Ia tak mengambil apa yang menjadi haknya, malahan Nehemia berkorban demi kepentingan rakyat. Ia tak memperkaya diri dengan memanfaatkan jabatan.

Sikap Nehemia itu dapat kita lihat sebagai bentuk pengabdiannya kepada Allah. Melalui profesi dan jabatannya, ia membaktikan diri kepada Allah. Pembaktian diri bukan hanya di bait Allah, bukan hanya saat ibadah, melainkan secara total dalam hidupnya melalui profesinya.

Takut akan Allah adalah dasar hidup orang percaya. Apa pun profesi kita, di mana pun kita ditempatkan, kita tidak bisa berpikir bahwa korupsi itu terjadi hanya di kalangan pejabat. Bahkan, seorang tukang atau pedagang punya cara untuk berlaku curang, merugikan orang lain, dan mengeruk keuntungan. Tidak jarang dalam dunia pelayanan terdapat juga kondisi seperti itu.

Sikap takut akan Tuhan menjadikan kita sungguh-sungguh menekuni profesi kita. Mari kita kerjakan tugas dan tanggung jawab kita disertai sikap takut akan Tuhan (bdk. Kol. 3:23). Pekerjaan yang kita miliki adalah kesempatan berbakti kepada Allah yang mengaruniakan pekerjaan. Kita bersyukur atas pekerjaan yang Tuhan berikan. Melaluinya, sandang dan pangan kita tercukupi. Mari kita tekuni profesi kita dan kita jalankan dengan cara yang baik dan benar. Mari kita gunakan profesi kita untuk berbakti kepada Allah yang mengaruniakan pekerjaan bagi kita. [MKD]


Monday 12 December 2022

MEMINTA UPAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : NEHEMIA 5:14-19
Setahun : Ibrani 1-4

MEMINTA UPAH
Ya Allahku, demi kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini. (Nehemia 5:19)

Kepada siapakah seorang hamba dapat menuntut hak atas jerih payah yang sudah ia lakukan? Tak lain dan tak bukan tentu kepada sang tuan, sang pemberi kerja. Tidak mungkin ia menuntut kepada orang lain. Hanya kepada sang tuanlah seorang hamba bergantung dan menaruh pengharapannya.

Demikian pula yang dilakukan Nehemia dalam mengemban tugasnya. Nehemia menyadari dirinya adalah orang berdosa dan ia memiliki rasa takut akan Allah. Atas dasar itulah ia tidak berani melakukan hal yang kejam dan tidak adil. Ia memiliki kepedulian besar terhadap penderitaan rakyat. Bahkan demi menyatakan kepeduliannya ia beserta saudara-saudara dan anak buahnya tidak mengambil bagian yang menjadi hak bupati. Nehemia hanya berharap agar Tuhan mengingat segala yang telah ia perbuat untuk bangsanya serta memberkatinya. Bukan berarti bahwa Nehemia merasa pantas mendapatkan bantuan atau upah dari Tuhan. Ia tidak sedang mengeklaim hadiah atas tindakannya yang dilakukan untuk Tuhan. Namun hal itu dilakukannya karena ia bergantung hanya kepada Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Jika motivasi kita dalam bekerja adalah kemuliaan Tuhan, tentu kita bergantung hanya kepada Tuhan dan kepada-Nya saja menantikan berkat. Mengharapkan upah dari manusia menunjukkan bahwa kerja kita untuk Tuhan tidak disertai ketulusan. Karena itu, baiklah kita bertahan supaya tidak terbawa arus dunia yang lebih senang mencari sanjung puji manusia. Termasuk menjadikan media sosial sebagai sarana “pasang iklan” untuk mempromosikan diri supaya dihargai.



BUKAN SEBAGAI UPAH, MENANTIKAN BERKAT TUHAN HARUS KITA LAKUKAN KARENA KITA BERGANTUNG KEPADA-NYA


Sunday 11 December 2022

Sukses karena Dihina

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 4
Setahun : Titus - Filemon

Sukses karena Dihina
TB: Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi | Nehemia 4:1 (TB)



Pembangunan tembok baru dimulai dan tantangan dari luar juga dimulai. Sanbalat marah dan sangat sakit hati, bahkan mengolok-olok orang Yahudi. Mereka menghina dan meragukan kualitas pekerjaan (1-3). Nehemia berdoa dan terus mendorong rakyat untuk bekerja dengan semangat (4-6). Ujung-ujung tembok mulai bertemu dan lobang-lobang sudah tertutupi.

Hasil kerja itu membuat Sanbalat dan komplotannya makin marah (7). Mereka merencanakan perang dan kekacauan (8). Sekali lagi, Nehemia dan rakyat berdoa kepada Allah (9).

Ancaman penyerangan dan pembunuhan (11-12) terus didengar rakyat. Belum lagi kekuatan fisik yang merosot dan pekerjaan masih banyak (10). "Menyerah". Mungkin itu yang muncul dalam pikiran mereka. Namun, Nehemia terus berdoa dan berusaha menguatkan umat agar berpengharapan kepada Allah yang dahsyat (14). Mereka pun digambarkan melakukan pekerjaan dengan satu tangan karena tangan yang satu lagi memegang perlengkapan perang (16-18). Mereka tetap bekerja sepenuh hati walau kondisi tegang dan melelahkan.

Hinaan, ejekan, dan ancaman bisa dengan begitu gampang merusak mental kita. Tak jarang, itu membuat kita patah semangat, undur diri, bahkan melarikan diri. Namun, kita telah belajar dari Nehemia dan rakyat untuk tidak mudah menyerah dan putus asa. Justru pengalaman iman mereka harus menjadi pendorong bagi setiap kita untuk bangkit, merendahkan diri, dan memohon kekuatan Allah agar kita makin maju dan berkembang. Jika hinaan bagaikan cambuk, hal itu akan membuat kita berlari makin kencang dan bersemangat untuk sampai ke tujuan kita.

Hinaan bisa muncul di tengah kehidupan keluarga, di tempat kerja, dan di banyak tempat lain. Kita bisa saja dihina karena lemahnya kemampuan, buruknya penampilan, atau aspek lain. Jika dihina, mari kita ekstra hati-hati dan tetap berada di koridor yang benar. Tetaplah bersemangat dalam berkarya!

Penghina akan bersorak jika kita gagal dan kalah; maka dari itu, kita harus menang. Dengan berdoa dan bekerja tanpa mengenal lelah, penghinaan akan luntur. [MKD]


Saturday 10 December 2022

YESUS SI ANAK YUSUF

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 6:41-51
Setahun : 2 Timotius 1-4

YESUS SI ANAK YUSUF
Kata mereka, “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapak-Nya kita kenal? Bagaimana sekarang Ia dapat berkata: Aku telah turun dari surga?” (Yohanes 6:42)

Kerap kali kita mendengar atau mungkin malah mengucapkan sebuah kalimat kepada seseorang yang kini sukses menjalani kehidupan demikian, “Wah, saya tidak menyangka kamu akan menjadi seperti ini, saya turut bangga melihat kesuksesanmu!” Kalimat ini bisa jadi terlahir dari perasaan tidak menyangka sekaligus takjub atas keberhasilan yang bisa diraih oleh orang tersebut. Padahal jika melihat dari masa lalunya, agaknya orang ini tidak mungkin menjadi sukses.

Jika orang Yahudi memiliki perasaan yang sama seperti ilustrasi di atas, seharusnya mereka pun takjub dengan status kemanusiaan Yesus yang mewakili bangsanya menjadi utusan Allah untuk menyampaikan ajaran tentang roti hidup dan mengejawantahkan keselamatan bagi dunia. Orang Yahudi jatuh pada penilaian lahiriah semata, bahwa Yesus terlahir melalui Yusuf dan Maria dari strata sosial yang rendah, anak tukang kayu pula. Sekalipun Tuhan Yesus sudah menjelaskan tentang asal muasal kehadiran-Nya di dunia, bahwa Dia adalah utusan Bapa, pengakuan akan ke-mesias-an Yesus tetap tidak bisa diterima oleh orang Yahudi yang notabene adalah rekan sebangsa dengan Yesus.

Terkadang kita juga mengukur kualitas seseorang dari pengenalan lahiriah semata, bukan dari penilaian kebermaknaan dan keutuhan hidup seseorang. Hal ini tentu tidak pas dengan spirit kehadiran Allah Sang Firman yang hadir melalui sosok yang “biasa-biasa saja”. Oleh karenanya, mari kita perlakukan sesama kita seperti Allah memperlakukan kita sebagai gambar dan citra-Nya.



PENCERAHAN BUDI ADALAH SAAT KITA MAU DIUBAHKAN MELALUI SEBUAH PERISTIWA YANG MENURUT KITA BIASA-BIASA SAJA


Friday 9 December 2022

Senyap dan Taktis

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 2:11-20
Setahun : 1 Timotius 1-6

Senyap dan Taktis
TB: Maka tibalah aku di Yerusalem. Sesudah tiga hari aku di sana, | Nehemia 2:11 (TB)



Setelah Nehemia mendapat izin dari raja untuk pergi ke Yerusalem, hatinya tidak meledak-ledak oleh euforia kegembiraan. Ia sangat senang, tetapi ia tidak lupa diri dan berbuat ceroboh.

Nehemia kemudian membuat perhitungan atas segala sesuatu. Ia mengaturnya dengan baik, sehingga semua terencana rapi dan dijalankan dengan senyap, tetapi taktis. Ia tidak sesumbar dan tidak berbuat serampangan. Bahkan, ia terlebih dahulu melakukan survei untuk mendapatkan data yang akurat. Data itu ia butuhkan untuk menyusun dan melaksanakan strategi yang akan ia kerjakan.

Dengan senyap, tekun, dan saksama pada malam hari Nehemia menyelidiki kondisi lingkungan yang akan ia bangun (13-14). Ia pun tidak mengumbar rencana-rencana yang ia miliki kepada orang-orang yang ikut dengannya (12b, 16). Ia terlebih dahulu melakukan survei hingga pada saatnya ia pun berbicara kepada orang-orang tersebut. Hal itu adalah strategi yang baik dalam menjalankan suatu agenda penting. Ia melakukan strategi "senyap dan taktis".

Pun usai survei dilakukan, Nehemia menyampaikan perihal yang sudah Allah beritahukan kepadanya. Nehemia mengawalinya dengan mengajak orang-orang yang mengikutnya untuk menyadari kemurahan dan kebaikan Allah yang telah melindunginya, serta membuat hati raja mau memberi kesempatan kepadanya untuk membangun Yerusalem dan tembok-temboknya. Menanggapi hal itu, orang-orang itu bersemangat merespons dan menyatakan kesiapan mereka untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan (18).

Belajar dari cerita yang luar biasa itu, mari kita mencontoh apa yang dilakukan Nehemia. Untuk bisa sukses melakukan agenda-agenda baik yang telah kita rancang, mari kita melakukan survei, penyelidikan dengan saksama terhadap kondisi di mana kita akan mengerjakannya. Hal itu bertujuan agar kita tahu persis apa yang harus kita kerjakan. Selanjutnya, mari kita kerjakan segala yang telah kita rancang dengan tenang dan senyap, tetapi taktis dan berdaya guna. Itulah buah relasi dengan Allah Sang Hikmat. [MTH]


Thursday 8 December 2022

ALASAN MENGIKUT YESUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 19:27-30
Setahun : 2 Tesalonika 1-3

ALASAN MENGIKUT YESUS
Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” (Matius 19:27)

Ketika seseorang melakukan sesuatu tentu ada maunya. Ada orang yang bersedia mengikuti atau mengabdi kepada seseorang yang dihormati karena ada pamrihnya. Kita bersedia bergabung dengan sebuah perusahaan untuk bekerja ada kepentingannya, ada untung yang diharapkan. Begitu pun dalam mengikut Tuhan dan atau melayani pekerjaan-Nya, tampaknya berhitung untung rugi menjadi hal yang normal dan dianggap wajar dalam hidup keseharian.

Petrus tak luput dengan perkara ini. “Kami telah meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Engkau. Apa yang akan kami dapatkan?” Apa yang dipikirkan Petrus bisa jadi mewakili apa yang juga kita pikirkan. Sebagian orang berpikir memperoleh berbagai kemudahan karena ikut Yesus. Sebagian lagi berharap berkat jasmani karena sudah melayani Kristus. Jawaban Yesus? Tentu saja, Ia memberi jaminan “upah” kepada siapa yang mengikuti-Nya (ay. 28-29). Yesus menjamin upah dalam kekekalan kelak. Kepada setiap murid yang hanya berharap keuntungan jasmani, Yesus mengingatkan, “Kamu akan menderita aniaya karena mengikut Aku.” Tak heran bahwa tidak sedikit murid meninggalkan-Nya karena tidak memperoleh keuntungan yang selama ini diharapkan.

Mengikut Yesus dan memberi diri melayani-Nya semestinya dilandasi kasih. Kasih sejati itu memberi dan tidak menuntut keuntungan. Karena mengasihi, kita melayani Tuhan dan rindu menyenangkan hati-Nya, itu saja. Setiap orang yang mengikuti Tuhan karena kasih, ia akan selalu teruji dan tangguh dalam situasi apa pun. Ia tidak akan mundur atau berhenti mengikuti Tuhan sekalipun kenyataan hidup terjadi seperti yang tidak ia harapkan.



SIAPA MENGARAHKAN HATI KEPADA KASIH AKAN SEMAKIN TANGGUH;SIAPA MENGARAHKAN HATI KEPADA UPAH, DIRINYA TIDAK AKAN BERTAHAN


Wednesday 7 December 2022

Memimpin dengan Hati

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Nehemia 1
Setahun : 1 Tesalonika 1-5

Memimpin dengan Hati
TB: Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan, | Nehemia 1:1 (TB)



Seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin belum tentu bisa melakukan tugas memimpin dengan baik. Salah satu faktor yang memengaruhi kepemimpinan seseorang adalah diri orang itu sendiri, yaitu kesungguhan hati untuk melakukan tugas dengan baik. Kesungguhan hati dibutuhkan agar seseorang bisa memimpin dengan baik dan sukses.

Nehemia "dipakai" Tuhan untuk memimpin pembangunan kembali Yerusalem yang telah porak-poranda beserta tembok kota yang mengelilinginya. Dialah satu-satunya orang Yahudi yang sangat sedih tatkala mendengar berita yang disampaikan oleh Hanani dan orang-orang dari Yehuda tentang kondisi yang sangat menyedihkan di Yerusalem (1-4). Tentu, berita tersebut tidak hanya didengarkan oleh Nehemia. Ada banyak orang yang juga mendengar tuturan tersebut. Namun, ternyata hanya Nehemia yang hatinya tersentuh. Ia amat sedih mendengarkan semua kisah duka di kota asalnya.

Kemudian Nehemia duduk menangis, berkabung selama beberapa hari. Ia berpuasa dan berdoa, berdialog dengan Tuhan Allah semesta langit (4). Ia memohon dengan sangat akan belas kasih dan pertolongan Tuhan Allah, Sang Pencipta jagat raya. Kata-katanya begitu memuliakan Allah dan seolah-olah hendak mengingatkan Allah akan kasih setia-Nya dan perjanjian-Nya kepada orang yang mengasihi Dia dan setia mengikuti perintah-perintah-Nya (5). Nehemia juga siang dan malam memohonkan pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan Israel, atas pelanggaran mereka terhadap perintah dan ketetapan Tuhan (6-7).

Hari ini kita bersyukur karena kita boleh belajar dari Nehemia yang bertanggung jawab atas kesalahan bangsanya dan mewakili mereka untuk memohon pengampunan Allah. Mari kita ikuti teladan Nehemia dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita peduli terhadap orang-orang dan lingkungan sekitar kita, keluarga kita, sanak saudara kita, dan siapa pun yang Tuhan percayakan kepada kita. Mintalah agar Tuhan berkenan memakai kita menjadi alat-Nya untuk mendatangkan sukacita dan kedamaian. [MTH]


Tuesday 6 December 2022

SAHABAT YANG TULUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 15:9-17
Setahun : Kolose 1-4

SAHABAT YANG TULUS
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. (Amsal 17:17)

Di zaman sekarang, menemukan sahabat yang benar-benar tulus itu terbilang sulit. Tidak jarang kita bertemu dengan orang yang mengaku diri sahabat tetapi sebenarnya perilakunya penuh kepalsuan. Dia memang berlaku bak sahabat ketika diri kita baik dan menguntungkannya, tetapi saat kita terpuruk dan jatuh, ia mengecam dan meninggalkan kita. Seperti inikah tipikal seorang sahabat yang tulus mengasihi?

Jika kita ingin meneladani sosok seorang sahabat yang benar-benar tulus mengasihi kita, Dia adalah Yesus Kristus. Ketulusan persahabatan-Nya ditunjukkan-Nya bahwa Ia menerima diri kita apa adanya, tanpa syarat, tak memandang fisik, harta atau kedudukan kita. Selayaknya sebuah bintang, meski Ia tidak terlihat, namun Ia selalu ada di dekat kita. Sebagai sahabat, Ia selalu menjaga kepercayaan dan tidak pernah mempermalukan kita di depan umum. Saat kita salah, Ia langsung menegur kita, bukan membicarakannya di belakang kita. Saat kita terpuruk dalam kejatuhan, Ia tetap setia mendampingi dan mendorong diri kita untuk bangkit. Dan ketulusan terbesarnya adalah Ia memberikan nyawa-Nya untuk menanggung kesalahan kita.

Yesus tak hanya meminta kita menjadi sahabat yang tulus mengasihi sesama, tetapi Ia telah meneladankan diri-Nya. Apakah kita sudah menjadi sosok sahabat yang tulus mengasihi? Mungkin kita bisa menjadi sosok yang tulus mengasihi ketika keadaan baik, tetapi bagaimana ketika semua berubah tidak baik? Ketika apa yang kita lihat tampak mengecewakan? Saat menyaksikan seseorang jatuh, apakah kita tetap menemaninya dan mengangkatnya? Atau justru mengecam dan meninggalkannya?



KETULUSAN PERSAHABATAN KADANG TERUJI SAAT KETERPURUKAN


Monday 5 December 2022

Memotivasi secara Terstruktur dan Imani

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ulangan 20
Setahun : Filipi 1-4

Memotivasi secara Terstruktur dan Imani
TB: "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu, maka janganlah engkau takut kepadanya, sebab TUHAN, Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, menyertai engkau. | Ulangan 20:1 (TB)



Tatkala suatu komunitas akan "bertanding", biasanya motivasi diberikan kepada semua anggota agar mereka bersemangat dan gigih sehingga bisa meraih kemenangan. Misalnya, tim sepak bola, tim bola basket, dan lain-lain. Hal seperti itu pulalah yang terjadi pada zaman Israel kuno. Bangsa Israel memotivasi diri secara terstruktur, dan motivasi tersebut didasarkan pada iman yang teguh kepada Tuhan, bukan pada hebat dan kuatnya manusia.

Pada saat bangsa Israel menghadapi pertempuran, seorang imam harus tampil ke depan untuk berbicara kepada rakyat agar mereka tidak takut atau gentar kepada musuh dan tetap optimis (2-3). Para kepala pasukan juga berbicara kepada tentara yang dipimpinnya agar mereka tidak gentar atau takut kepada musuh. Selain itu, sebelum pertempuran dimulai, para tentara diberi kesempatan untuk menikmati apa yang ingin mereka nikmati, seperti rumah baru, hasil kebun anggur, dan pernikahan (5-8). Mereka sangat menghargai manusia.

Bangsa Israel kuno diajak untuk percaya kepada Tuhan serta tidak takut atau gentar terhadap musuh, meskipun jumlah tentara musuh lebih banyak. Motivasi diberikan dengan mengajak mereka untuk mengingat lagi karya Allah yang telah menuntun mereka secara ajaib keluar dari tanah Mesir. Ingatan akan hal itu diharapkan mampu menggelorakan semangat iman mereka.

Dengan dasar iman yang kuat seperti itulah dilakukan upaya motivasi yang terstruktur. Pertama, motivasi diberikan oleh imam kepada seluruh bangsa Israel kuno. Kedua, motivasi diberikan oleh kepala pasukan kepada tentaranya.

Saat berhadapan dengan berbagai macam "musuh" di masa kini, mari kita juga melakukan upaya-upaya memotivasi komunitas kita atau bahkan diri kita sendiri bahwa kita tidak perlu takut dan gentar karena Tuhan akan menolong. Meski tantangan kita besar, kita tetap harus optimis karena segala yang terjadi dalam hidup ini mesti terus dijalani. Bersyukurlah bahwa kita bisa belajar strategi untuk memotivasi orang lain agar tidak gentar menghadapi berbagai tantangan. [MTH]


Sunday 4 December 2022

MASIH DAPAT DILAKUKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : FILIPI 1:12-26
Setahun : Efesus 4-6

MASIH DAPAT DILAKUKAN
Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. (Filipi 1:22a)

Seorang anak kecil jatuh dari tangga, lengan kanannya patah. “Aku tidak dapat menulis, bersepeda dan main basket,” katanya. “Coba sebutkan tiga hal yang masih dapat kaulakukan,” kata ayahnya. Anak itu berpikir sejenak lalu berkata, “Aku dapat membaca, nonton TV dan berdoa.” Tiba-tiba raut wajahnya berubah gembira. “Ayah, boleh aku menyebut beberapa lagi?” ia bertanya. “Tentu,” jawab ayahnya. Sang ayah senang berhasil menyadarkan anaknya bahwa masih banyak hal dapat ia lakukan.

Sejak berjumpa secara pribadi dengan Yesus, fokus hidup Paulus berubah. Tidak lagi suka menganiaya jemaat, tetapi senang menginjil. Tetapi ketika ada situasi di mana ia tidak dapat lagi berkeliling mengabarkan Injil karena dipenjara, Paulus tidak kecewa. Ia mengerti masih banyak hal dapat ia lakukan untuk Tuhan. Surat kepada jemaat Filipi adalah salah satu buah pekerjaan Paulus dari penjara. Dalam surat tersebut Paulus memberi kesaksian yang menguatkan iman jemaat serta berbagai nasihat lainnya. Sebab berfokus kepada hal-hal yang masih dapat dilakukan, hati Paulus selalu dipenuhi sukacita (ay. 18b). Pula kehidupannya dapat terus-menerus memberi buah bagi Kerajaan Allah (ay. 22a).

Saat ini kita mungkin ditempatkan dalam situasi di mana ruang gerak kita terbatas. Mungkin kita mengalami cedera atau menderita sakit. Hal-hal yang sebelumnya mudah dilakukan, sekarang tidak dapat lagi kita lakukan. Tidak perlu merasa tawar hati. Karena sesungguhnya masih banyak hal dapat kita lakukan. Mari berdoa kepada Tuhan meminta hikmat. Tuhan akan menunjukkan hal-hal menyenangkan yang dapat kita lakukan, hal-hal yang baik dan memuliakan nama Tuhan.



KETERBATASAN APA PUN TIDAK PERNAH DAPAT MENGHALANGI KITAUNTUK TERUS-MENERUS BERBUAH BAGI KERAJAAN ALLAH


Saturday 3 December 2022

Ketika Masuk Lingkungan Baru

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ulangan 18:9-22
Setahun : Efesus 1-3

Ketika Masuk Lingkungan Baru
TB: "Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu. | Ulangan 18:9 (TB)



Mobilitas menjadi sebuah keniscayaan di zaman ini. Orang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, baik karena pekerjaan, pernikahan, maupun alasan lainnya. Lalu, apa yang mesti dilakukan ketika kita memasuki lingkungan baru, yang sama sekali tidak kita kenal?

Saat ini, kita diajak untuk mengenal dengan baik lingkungan baru yang akan kita masuki. Tujuannya adalah agar kita mengenal lingkungan itu dan tahu harus berlaku seperti apa agar kita tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik.

Kita diajak untuk belajar tidak melakukan hal-hal yang tak diperkenan Allah (9-12). Kata "belajar" menunjukkan proses di mana orang, baik secara sengaja maupun tidak, menyerap suatu pengetahuan dan mempraktikkannya. Ada paling tidak dua faktor yang memengaruhi sebuah proses belajar, yaitu niat dari orang yang belajar dan daya pengaruh dari ilmu atau praktik yang dipelajari. Ketika pengaruhnya sangat kuat, ilmu atau praktik tersebut akan mudah meresap ke dalam diri seseorang.

Ada peringatan, "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (lih. 1Kor. 15:33). Dalam hal itu, meskipun orang tidak berniat belajar, ia tetap akan mendapatkan pengaruh kuat yang bisa mengubah hidupnya secara total. Tuhan memperingatkan tentang hal itu. Ia pun berkenan menjanjikan para penolong yang akan selalu mengingatkan kita akan bahaya yang bisa datang dari luar. Jadi, kita akan mampu hidup dengan bijaksana di lingkungan baru. Kita bisa hidup berbaur di dalam masyarakat tanpa harus mengikuti hal yang berbeda dengan iman dan prinsip hidup Kristen kita.

Jadi, bukan kita yang disetir oleh lingkungan di sekitar kita, melainkan kita juga punya peran untuk menyetir kehidupan bersama sehingga nilai-nilai Kristiani (kasih, sukacita, damai sejahtera, dan keadilan) boleh merasuk ke dalam kehidupan masyarakat kita.

Kita bersyukur jika Tuhan mengizinkan kita berada di dalam lingkungan yang baru. Itu artinya ada tugas pengutusan yang hendak Tuhan berikan kepada kita, yaitu untuk mewarnai hidup ini dengan cinta kasih dan damai sejahtera dari Tuhan. Amin. [MTH]

Ulangan 17:14-20

Seorang raja tidak dilarang untuk memiliki kekayaan. Akan tetapi, Tuhan mengingatkan bahwa kekayaan dapat memalingkan hati seorang raja dari kebenaran. Demikian juga, cara memerintah berdasarkan kekayaan dapat memalingkan hati seorang raja dari Tuhan. Namun demikian, Tuhan mengenal hati siapa pun, termasuk raja. Hal yang diperlukan seorang raja adalah hukum dan aturan dari Tuhan sendiri.

Idealnya, seorang raja adalah pelayan keadilan sekaligus pelayan Tuhan. Karena itu, dalam mengambil kebijakan, seorang raja memprioritaskan keselamatan dan kasih Tuhan. Raja memerintah dengan orientasi kepada firman Tuhan melebihi perhatiannya kepada kepentingan dirinya sendiri. Seorang raja adalah alat Tuhan dalam menyelamatkan bangsa, dan bukan mengamankan jabatan, kekayaan, atau kekuasaannya sendiri. Kekayaan memang berguna, tetapi perlu dilengkapi dengan keadilan. Sebab, keadilan adalah representasi kehadiran Tuhan dalam tatanan hidup umat-Nya.


Friday 2 December 2022

UTUSAN YANG TEPERCAYA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 24:50-61
Setahun : Galatia 4-6

UTUSAN YANG TEPERCAYA
Tetapi jawabnya kepada mereka: "Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku berhasil; lepaslah aku, supaya aku pulang kepada tuanku.” (Kejadian 24:56)

Utusan adalah seseorang yang disuruh untuk menyampaikan sesuatu atau mengerjakan suatu tugas. Ia bertindak mewakili serta demi kepentingan sang pengutus. Semakin penting tugas yang diembannya, semakin besar kepercayaan yang diterimanya.

Hamba Abraham termasuk utusan yang sangat dipercaya tuannya. Ia ditugaskan mencari istri bagi Ishak, anak yang dimiliki Abraham di masa tuanya sebagai penggenapan janji Allah. Sang calon istri haruslah seorang yang percaya kepada Allah, yakni dari kaum keluarga Abraham, dan ia harus bersedia ikut dengan sang hamba ke negeri Kanaan.

Sang hamba pun berangkat dari Kanaan menuju Aram-Mesopotamia. Proses perjalanan ini menunjukkan betapa iman dan ketaatan Abraham kepada Allah juga telah aktif dalam kehidupan sang hamba. Ia selalu meminta pimpinan Allah. Ia pun menyaksikan jawaban Allah atas doanya. Ketika keluarga Ribka memintanya menunda perjalanan sekitar sepuluh hari, ia menolaknya. Ia menyadari bahwa Tuhan telah membuatnya berhasil, maka ia ingin segera menyampaikan hasil yang baik itu kepada tuannya. Ia tidak mengutamakan kenyamanannya, atau bersikap remeh dengan tugasnya.

Hamba Abraham meninggalkan teladan tentang sikap tepercaya seorang utusan. Ia sungguh-sungguh menyadari tugasnya, serta melakukannya dengan penuh tanggung jawab serta mengandalkan Tuhan. Sikap seperti inilah yang hendaknya kita miliki ketika dipercaya untuk mengerjakan sesuatu. Dan di atas semuanya, kita juga harus ingat bahwa kita adalah utusan Kristus di bumi ini, untuk menyampaikan berita kasih-Nya kepada dunia.



KIRANYA KITA MENJADI UTUSAN-UTUSAN KRISTUS YANG SELALUMENYAMPAIKAN FIRMAN-NYA DENGAN NIAT TULUS DAN HATI LURUS


Thursday 1 December 2022

Rahasia Hidup: Bergantung pada Firman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ulangan 17:14-20
Setahun : Galatia 1-3

Rahasia Hidup: Bergantung pada Firman
TB: "Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, | Ulangan 17:14 (TB)



Ketika seorang atasan memimpin dengan hikmat Allah, bawahannya akan menerima dampak dari kepemimpinannya yang bersifat positif. Rahasia itu disingkapkan Allah kepada umat-Nya.

Tuhan tahu bahwa orang Israel akan meminta seorang raja ketika mereka mendiami tanah perjanjian. Maka dari itu, Tuhan mengeluarkan aturan tentang raja kepada mereka. Hal ini sudah disampaikan Yakub dalam berkat yang diberikan kepada Yehuda sebelum kematiannya (lih. Kej. 49:10). Kehadiran raja diperbolehkan, namun hanya raja yang dipilih oleh Tuhan yang berhak memerintah atas mereka (15). Mereka tidak boleh mengangkat raja seperti cara bangsa sekeliling mereka memperlakukan raja, sebab raja-raja bangsa-bangsa di sekeliling Israel disembah sebagai allah. Bagi Israel, hanya Tuhan sajalah Raja dalam kehidupan mereka, sedangkan raja yang dipilih Tuhan hanya perpanjangan tangan-Nya atas orang Israel.

Raja Israel haruslah pribadi yang memegang firman Tuhan. Ia harus memiliki salinan hukum Tuhan (18). Salinan itu harus ada di sampingnya dan ia harus membacanya setiap hari serta berpegang pada ketetapan Tuhan (19). Melalui proses ini, seorang raja akan belajar menghormati Tuhan, menjaga hatinya dari kesombongan, dan menjaga hidupnya agar tidak menyimpang dari perintah-Nya.

Sama seperti raja yang ditunjuk oleh Tuhan dalam kehidupan orang Israel, demikian juga kita tidak dapat mengetahui apa yang Tuhan inginkan kecuali melalui firman-Nya. Firman Tuhan tidak akan berdampak dalam kehidupan kita bila kita tidak membaca, merenungkan, dan melakukannya setiap hari. Dengan mudahnya kita bisa mendapatkan akses untuk membaca Kitab Suci hari ini; tidak sulit bagi kita untuk mengakses sumber hikmat yang dimiliki oleh seorang raja.

Erat melekatnya kita pada firman Tuhan akan menolong kita berjalan dalam kehidupan ini. Sama seperti raja yang diperintahkan untuk memimpin umat dengan penuh hikmat, demikian juga kita diperintahkan untuk hidup benar dengan berhikmat. Bergantunglah pada firman Allah! [PMS]


Wednesday 30 November 2022

TINDAKAN TEGAS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 RAJA-RAJA 2:13-27
Setahun : 2 Korintus 9-13

TINDAKAN TEGAS
“Oleh sebab itu, demi TUHAN yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikan-Nya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh.” (1 Raja-raja 2:24)

Hubungan kedekatan dengan mereka yang dianggap pernah berjasa menjadi alasan bagi kita untuk tidak berani bertindak tegas. Kita memilih bertindak abai ketika melihatnya menyimpang dari firman Tuhan. Karena keluarga dekat, kita acapkali hanya diam tatkala melihatnya jelas-jelas berbuat salah.

Salomo mungkin mengalami dilema yang sama. Adalah Adonia, putra sulung Daud yang merasa lebih berhak menduduki takhta Daud. Adonia tahu bahwa kegagalannya menduduki takhta Daud adalah peran Batsyeba, ibu Salomo. Ia menyangka bisa memakai “jasa” Batsyeba untuk mewujudkan ambisinya. Dengan dalih minta izin memperistri Abisag (istri Salomo), ia meminta bantuan Batsyeba untuk “memohonkannya” kepada Salomo. Adonia berpikir Salomo akan mengabulkan permintaan ibunya. Tapi ia salah! Salomo dengan tegas menolak permintaan itu karena ia tahu bahwa Adonia sesungguhnya hendak merebut takhta dan itu menentang kehendak Allah. Memperistri istri raja sama halnya dengan menduduki takhta raja. Apa jadinya jika Salomo menuruti permintaan ibunya dan membiarkan Adonia hidup?

Dengan dalih kasih, kedekatan, atau balas jasa, kita sering kali menjadi lemah dengan bersikap tidak tegas saat menghadapi seseorang yang jelas hidup dalam dosa. Memilih bersikap lunak atau abai tidak hanya membuat seseorang jatuh semakin dalam dan jauh dari Tuhan, diri kita pun tidak luput dari akibat sikap kompromi. Kiranya Tuhan terus menerangi hati kita untuk bertindak bijaksana dan berani tegas terhadap dosa apa pun risikonya.



MEMILIH KOMPROMI PADA TIPU DAYA DOSA AKAN MENYERET KITA PADA KESUKARAN YANG LEBIH DALAM