Monday 31 January 2022

Penguji Tungku Perapian

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 6:22-30
Setahun : Keluaran 40

Penguji Tungku Perapian
TB: Beginilah firman TUHAN: "Sesungguhnya, suatu bangsa akan datang dari tanah utara, suatu suku bangsa yang besar akan bergerak maju dari ujung bumi. | Yeremia 6:22 (TB)



Alkitab diawali dengan pernyataan mengenai keberadaan Allah, sebagai Pencipta dari awal semua keberadaan yang ada (lih. Kej. 1:1). Pernyataan ini merupakan sebuah pengakuan iman yang merujuk bukan kepada kesewenang-wenangan Allah, melainkan justru kepada kelayakan Allah untuk disembah dan dipuja oleh umat-Nya.

Yeremia diangkat Allah menjadi penguji untuk menyelidiki dan menguji tingkah langkah umat Allah (27). Yeremia melihat bagaimana Allah sudah menjalankan keadilan dalam penghakiman-Nya. Yeremia menyuarakan gemuruh kedatangan bangsa yang akan datang dari tanah Utara (22, 23) dan keluh kesah bangsanya yang menjadi lesu tak berdaya (24, 25). Mereka tidak berdaya karena mengenali bencana yang akan datang menimpa mereka. Dengan segenap tenaganya, Yeremia menyerukan suara pertobatan kepada bangsanya. Yeremia berharap bahwa Allah akan memerhatikan seruan mereka dan memberikan belas kasihan-Nya atas mereka (26).

Yeremia ibarat penguji tungku perapian, sedangkan umat ibarat logam yang diuji. Yeremia diajak untuk melihat hakikat keadilan Allah. Yeremia juga diajak untuk membandingkan keadilan Allah dengan terang kekudusan-Nya. Lebih jauh lagi, kekudusan keadilan Allah itu dibandingkan dengan respons umat terhadap firman Allah.

Allah menyatakan betapa umat yang dikasihi-Nya telah gagal mengikuti jalan-Nya yang tulus dan lurus, yaitu jalan yang telah ditetapkan-Nya. Alih-alih hidup kudus di jalan Allah, mereka justru menjadi pemfitnah dan tidak menghargai panggilan Allah. Tidak ada jalan lain, mereka perlu mengalami hukuman dari Allah. Sebab, Tuhan telah menolak mereka! Pernyataan tersebut menegaskan tentang batasan anugerah Allah yang masih memberikan ruang pertobatan bagi umat-Nya. Ketika batasan anugerah itu dilanggar, maka mereka akan berada dalam murka keadilan Allah.

Meskipun murka, Allah berkenan menebus dosa-dosa kita. Allah memanggil kita untuk hidup kudus dan memuliakan nama-Nya. Hidup melalui berbagai macam ujian. [IBS]


Sunday 30 January 2022

PENGUASA SEMESTA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 4:35-41
Setahun : Keluaran 38-39

PENGUASA SEMESTA
Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Markus 4:40)

Sewaktu anak-anak kami masih berusia di bawah lima tahun, mereka memiliki ketakutan yang adakalanya tidak masuk akal. Suara yang sedikit aneh, bayangan pohon di jendela, atau laba-laba yang bergelantungan di kamar mandi dapat membuat mereka panik. Saya dan istri memaklumi rasa takut itu. Sebab mereka masih belum punya banyak pengalaman hidup. Mereka belum benar-benar paham tentang apa yang patut ditakuti dan mana yang aman dihadapi. Namun tentu akan cukup aneh bila setelah dewasa, mereka tetap takut pada hal-hal yang sama.

Sebenarnya yang murid-murid Yesus hadapi benar-benar merupakan ancaman nyata. Pengalaman beberapa murid sebagai nelayan mengajarkan bahwa mereka tidak akan sanggup mengatasi topan dahsyat dan amukan ombak semacam itu. Namun seharusnya mereka tidak perlu lagi takut pada hal-hal demikian kalau saja mereka benar-benar mengenal Yesus, Guru mereka. Sebab pengalaman mereka seharusnya mengingatkan bahwa Yesus sanggup menyembuhkan orang lumpuh dan membangkitkan orang mati. Yesus adalah Tuhan atas alam semesta. Tidak heran, Yesus lalu menegur ketidakpercayaan mereka. Pengalaman hidup bersama Yesus ternyata belum mendewasakan iman mereka.

Apakah Anda pernah mengalami kuasa Yesus yang dahsyat? Bila pernah, adakah iman Anda semakin bertumbuh kuat dan dewasa? Atau Anda selalu menghadapi krisis dengan kepanikan? Jika kita percaya bahwa Dia berkuasa atas hidup mati kita dan kita aman bersama-Nya, bukankah seharusnya kita dapat menikmati damai sejahtera yang Dia karuniakan?



PENGALAMAN BERSAMA TUHAN HARUS MEMBUAT KITA SEMAKIN KUAT DAN DEWASA DALAM IMAN


Saturday 29 January 2022

Rambu-rambu Kehidupan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 6:1-21
Setahun : Keluaran 35-37

Rambu-rambu Kehidupan
TB: Larilah mengungsi, hai orang-orang Benyamin, dari tengah-tengah Yerusalem! Tiuplah sangkakala di Tekoa, dan naikkanlah asap sebagai tanda di atas Bet-Kerem! Sebab malapetaka telah mengintai dari utara, yakni suatu kehancuran besar. | Yeremia 6:1 (TB)



Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Nasihat itu sering kali digunakan bilamana kita mengalami sesuatu yang pada awalnya terasa kurang menyenangkan, tetapi kemudian memberi kita satu pandangan kehidupan yang mencerahkan. Yeremia berjuang semaksimal mungkin memperingatkan bangsanya atas bahaya yang akan mereka hadapi. Yeremia melihat bahwa bahaya itu semakin dekat di depan mata.

Dengan susah payah Nabi Yeremia menyuarakan firman Tuhan akan penghakiman yang ada di depan mereka, yakni sebuah hajaran dari Allah untuk mendidik mereka (1, 7, 8, 10, 11). Berita penghiburan dan penguatan sudah diberikan beberapa kali, tetapi ditanggapi dengan sinis, bahkan serta-merta ditolak (12-17). Maka dari itu, Allah memandang perlu untuk menjatuhkan hukuman atas umat-Nya. Hukuman dijatuhkan sebagai satu pelajaran untuk mengingatkan mereka akan Allah (18, 19). Hal itu dilakukan supaya mereka memandang serius ibadah yang bermakna di hadapan Allah (20). Selain itu, hukuman merupakan cara untuk menyaring mereka yang taat kepada Allah (21). Dengan demikian, penderitaan dan malapetaka bisa menjadi pelantang suara Allah untuk memanggil umat milik-Nya kembali kepada-Nya.

Nubuatan Nabi Yeremia mengajak umat untuk menghargai dan menerima didikan dari Tuhan. Secara tersirat, seperti orang tua yang sedang mendidik anak-anaknya. Makna teologis dari penghukuman dan pendisiplinan yang dialami oleh orang-orang percaya juga tidak terlepas dari gambaran relasi orang tua dengan anak-anak. Ada makna yang menekankan tentang relasi Allah sebagai Bapa dengan umat sebagai anak-anak-Nya.

Didikan yang diberikan Allah bertujuan untuk menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih melaluinya. Ada kasih dalam setiap pendisiplinan dari Allah. Ada anugerah yang senantiasa disiapkan dalam setiap perjalanan kehidupan. Semua itu dapat kita yakini karena Allah Alkitab adalah Allah yang kekal, yang hadir dalam setiap detik kehidupan umat-Nya. [IBS]

Yeremia 5:1-9

Tuhan memerintahkan agar jalan-jalan Yerusalem dilintasi untuk mencari orang-orang yang melakukan keadilan dan kebenaran. Jika ternyata masih ada, Dia akan mengampuni kota itu. Akan tetapi, tak ada seorang pun yang dapat diampuni. Sebab, mereka tidak mau bertobat dan sikap keras kepala mereka lebih daripada batu.

Namun, Yeremia masih berupaya meringankan tuduhan terhadap bangsanya. Siapa tahu ada banyak orang yang belum mengetahui hukum Tuhan, karena mereka hanya orang kecil yang tidak terpelajar. Akan tetapi, apa yang ditemukannya sungguh mengecewakan. Orang-orang besar, yang semestinya terpelajar pun tak jauh berbeda. Seperti lembu yang ingin melepaskan diri dari kuk, semuanya ingin lepas dari ikatan perjanjian dengan Tuhan.


Friday 28 January 2022

FALSAFAH PETANI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : HABAKUK 3
Setahun : Keluaran 32-34

FALSAFAH PETANI
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. (Habakuk 3:17-18)

Berbagi kepada tetangga adalah ciri khas petani tradisional di daerah asal saya setiap kali mereka panen sesuatu (sayur, buah, cabai, dll.). Supaya tetangga mencicipi katanya. Sekalipun hasil panen mereka kurang baik (tidak balik modal) mereka tetap berbagi. Mereka juga tak pernah berhenti berjuang. Sekalipun gagal panen, mereka selalu bersemangat memulai masa tanam baru. Mereka selalu berpengharapan, bahkan ketika modal harus didapatkan dengan menjual sebagian aset sekalipun.

Falsafah serupa dihidupi oleh Nabi Habakuk. Meskipun pada masa itu keadilan muncul terbalik, Israel yang disebut-sebut sebagai bangsa pilihan harus mengalami pembuangan di Babel, ditindas oleh orang Kasdim, namun melalui doanya Habakuk menyatakan tekadnya untuk senantiasa bersukacita di dalam Tuhan. Ia tetap percaya bahwa Allah akan tetap menjadi Juru Selamat dan sumber kekuatan yang tak ada putusnya. Habakuk percaya pada pengharapan akan datangnya pemulihan bagi orang yang hidup oleh iman kepada Allah.

Iman sejati tidak akan pernah kehilangan asa. Kesulitan hidup bukan alasan kita kehilangan sukacita. Saat kita ragu akan keadilan dan kasih Allah, kita dapat bersikap seperti Habakuk yang mengingat kembali tindakan Allah pada masa lalu, akan penyertaan dan pertolongan-Nya yang diberikan tepat pada waktu-Nya. Habakuk merasakan kehadiran Allah mengubah sejarah, bahkan membuatnya menyadari bahwa ia harus bergantung bukan pada kondisi atau tanda-tanda yang tampak melainkan hanya kepada Allah yang mengatur menurut kuasa kedaulatan-Nya.



ORANG BERIMAN TETAP BERPENGHARAPAN. SENANTIASA BERSUKACITAMENANTIKAN PERTOLONGAN-NYA DI MASA KESUKARAN.


Thursday 27 January 2022

Meremehkan Kuasa Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 5:10-19
Setahun : Keluaran 29-31

Meremehkan Kuasa Allah
TB: Naiklah ke kebun anggurnya yang bertangga-tangga, rusakkanlah, tetapi jangan membuatnya habis lenyap. Buanglah carang-carang pokok anggurnya, sebab semuanya itu bukan kepunyaan TUHAN! | Yeremia 5:10 (TB)



Allah menciptakan umat manusia supaya mereka memuliakan-Nya (lih. Yes. 43:7). Akan tetapi, keberadaan dosa mengakibatkan manusia mengeraskan hatinya dan menjauh dari kemuliaan Allah.

Sikap manusia yang menjauh itu terwujud dalam bentuk sikap meremehkan kuasa Allah. Realitas itulah yang menjadikan Allah berniat untuk menjatuhkan hukuman atas umat-Nya, supaya mereka belajar menghargai kuasa-Nya.

Allah berfirman bahwa Dia akan mendatangkan suatu bangsa dari jauh untuk menyerang kaum Israel (15). Namun, Allah tidak membiarkan kaum Israel habis lenyap (18). Nubuat tersebut menegaskan betapa Allah berkuasa, termasuk atas kekuatan-kekuatan jahat di dalam dunia ini.

Penghakiman dan hukuman yang akan diterima Israel dan Yehuda merupakan akibat dari ketidaksetiaan mereka terhadap Allah. Mereka memungkiri Allah, bahkan memilih untuk memperhambakan diri kepada allah asing (11-13). Karena mereka sudah menyembah allah asing, maka Allah membiarkan mereka diperbudak oleh bangsa asing (19).

Sebagai orang yang percaya kepada Allah, kita perlu mengakui bahwa tidak mudah bagi kita untuk memahami penghakiman Allah. Namun demikian, kalau kita merenungkan Allah Yang Mahaagung dan Yang Mahakuasa, maka tentu kita dapat memahami bahwa kemahakuasaan Allah tidak tersaingi. Kita dapat memahami bahwa tujuan penghakiman dan hukuman adalah untuk membawa kita kepada pertobatan.

Keselamatan yang diberikan Allah mengandung panggilan untuk berkomitmen hidup kudus dan benar di hadapan Allah yang sejati. Kekuasaan dan kebesaran Allah mengundang kita untuk menundukkan diri sepenuhnya di bawah kekudusan-Nya. Ketaatan kita kepada Allah sesuai dengan ketetapan-ketetapan yang telah ditentukan-Nya.

Sebagai orang-orang percaya yang mendengarkan suara panggilan pertobatan dari Allah, sudah semestinya kita hidup dalam ketaatan sepenuhnya kepada Allah dan firman-Nya. [IBS]


Wednesday 26 January 2022

MENOLAK AIR SYILOAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YESAYA 8:1-10
Setahun : Keluaran 26-28

MENOLAK AIR SYILOAH
“Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya.” (Yesaya 8:6)

Ahas, raja Yehuda, merasa sangat takut. Raja Aram dan raja Israel telah bersatu untuk memerangi Yerusalem. Dua kerajaan besar lainnya, Mesir dan Asyur juga menjadi ancaman bagi Yehuda. Saat itulah Nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan kepadanya, agar ia mengandalkan Tuhan. Namun Ahas memilih untuk mengandalkan dirinya sendiri. Ia mengabaikan firman Tuhan. Ia lebih memilih percaya kepada para berhalanya, bahkan mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api. Ia pun mengikat perjanjian dengan raja Asyur. Ia rela membayar upeti dan tunduk kepada Asyur, asalkan Yehuda diselamatkan dari tangan raja Aram dan Israel (lih. 2Raj. 16).

Melalui Yesaya, Tuhan menggambarkan sikap Raja Ahas itu sebagai tindakan menolak air Syiloah yang mengalir lamban. Syiloah (namanya dalam bahasa Ibrani, dalam bahasa Yunani disebut “Siloam”) adalah kolam di Yerusalem yang menjadi sumber air suci yang digunakan untuk berbagai upacara di Bait Allah. Sebaliknya, Ahas memilih air sungai Efrat yang kuat dan besar, sebagai gambaran Asyur.

Ahas beranggapan bahwa hikmat dan kuasa manusia lebih hebat dari kuasa Allah. Ia mengira Asyur akan menjadi penyelamatnya. Padahal nantinya, Asyur sendiri menjadi ancaman baginya, serupa sungai besar yang meluap dan menenggelamkan mereka (ay. 7-8). Ahas memilih mengandalkan hikmat manusia, dan ia berakhir dengan kegagalan. Kiranya kita dapat memetik pelajaran dari kesalahannya.



SEKALIPUN HIKMAT MANUSIA TERLIHAT HEBAT DAN MEYAKINKAN,NAMUN HANYA AKAN BERAKHIR PADA KEKACAUAN DAN KEGAGALAN


Tuesday 25 January 2022

Menghargai Anugerah Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 4:19-31
Setahun : Keluaran 23-25

Menghargai Anugerah Allah
TB: Aduh, dadaku, dadaku! Aku menggeliat sakit! Aduh, dinding jantungku! Jantungku berdebar-debar, aku tidak dapat berdiam diri, sebab aku mendengar bunyi sangkakala, pekik perang. | Yeremia 4:19 (TB)



Yeremia adalah imam sekaligus nabi yang ditugaskan untuk menyampaikan berita penghakiman atas Yehuda, bangsa yang Yeremia kasihi. Perikop bacaan kita merupakan catatan pergumulan pribadi Yeremia ketika ia mendengar deru perang yang menjadi tanda bahwa nubuatan Tuhan yang disampaikannya akan mendekati waktu penggenapannya (19-31). Yeremia merasakan beban yang harus ditanggung oleh bangsanya dalam penghukuman atas dosa-dosa mereka, dan ia berharap mereka memerhatikan peringatan akan murka Allah yang nyata (27, 28).

Keagungan dan kebesaran Allah adalah realitas yang perlu diperhatikan secara serius. Manusia dalam keberadaan mereka sering kali meletakkan diri sebagai pusat kehidupan. Dalam pemikiran itu, mereka meletakkan Allah Pencipta bukan sebagai yang utama. Inilah yang Yeremia coba ingatkan kepada bangsanya (22).

Yeremia merenungkan bagaimana manusia tidak memiliki kekuatan atas semesta. Alam semesta juga tidak mampu menolong manusia, apalagi menyelamatkan mereka. Kebebalan dan keangkuhan bangsa Yehuda akan menjadi beban tambahan dalam penghakiman yang akan mereka terima.

Akan tetapi, Yeremia juga merenungkan bagaimana belas kasih Allah tetap akan diberikan kepada umat-Nya. Kemurahan Allah dan kasih-Nya kepada ciptaan-Nya itulah yang membuat Allah memberikan jalan anugerah.

Sebagai Pencipta, Allah berhak melakukan segala hal yang menjadi wewenang-Nya. Walaupun demikian, Allah tidak berlaku sebagai diktator yang semena-mena. Allah memberikan kasih ketika umat-Nya berharap kepada-Nya.

Sebagai orang percaya sering kali kita tergoda untuk melihat tujuan akhir dari setiap pergumulan secepatnya, ketimbang setia menjalani proses. Perlu diingat, anugerah disediakan oleh Allah bukan untuk dipermainkan atau dijadikan alat untuk menyandera Allah. Sebaliknya, anugerah perlu dilihat sebagai karya kasih Allah untuk menjangkau umat-Nya yang setia, tetapi tidak berdaya. [IBS]


Monday 24 January 2022

GELISAH KARENA BERKAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 12:10-20
Setahun : Keluaran 20-22

GELISAH KARENA BERKAT
“Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup.” (Kejadian 12:12)

Pada suatu kebaktian di gereja, Bapak Pendeta menunjukkan gambar seorang pria dengan tumpukan uang memenuhi kamarnya. Seorang teman lalu mengatakan, “Betapa bahagianya pria itu!” Tidak disangka, teman lain memberi pendapat yang sungguh berbeda. Ia berkata, “Pria itu mungkin susah tidur karena memikirkan uangnya!”

Mendapat berkat, siapa tidak mau? Faktanya, keberadaan berkat khususnya yang bersifat fisik atau materi, sering kali justru menggelisahkan hati dan pikiran manusia! Mari perhatikan kisah Abram! Abram mempunyai seorang istri cantik bernama Sarai. Amsal 18:22 menyebutkan istri sebagai “sesuatu yang baik”, dalam arti adalah berkat. Menariknya, tercatat hati Abram pernah digelisahkan oleh “berkat” itu. Ketika timbul kelaparan dan mereka mengungsi ke Mesir, keberadaan istrinya yang cantik membuat Abram ketakutan dan terancam kematian. Itulah mengapa, Abram meminta Sarai supaya mengaku sebagai saudaranya (ay. 11-13). Apabila Sarai mengatakan dirinya saudara Abram, bukan tidak mungkin dirinya diambil orang lain sebagai istri, termasuk Firaun. Hal ini tentu bertentangan dengan rencana Tuhan yang hendak menjadikan Abram sebagai bangsa yang besar melalui Sarai. Beruntung, Tuhan turun tangan menyelamatkan rumah tangga Abram (ay. 17).

Kehidupan beberapa orang dapat berubah tidak tenang seketika dilimpahi oleh berkat. Hal tersebut terjadi karena mereka kini lebih terfokus kepada berkat, bukan Sang Pemberi Berkat. Tidak perlu gelisah apabila kita diberkati berlimpah-limpah. Sebaliknya, bersyukurlah kepada Tuhan dan yakinlah bahwa berkat disediakan untuk kebahagiaan, bukannya kemalangan!



KETIKA HATI KITA MULAI DIGELISAHKAN OLEH BERKAT, HAL ITU MERUPAKAN TANDABAHWA KITA PERLU LEBIH MENDEKATKAN DIRI PADA SANG PEMBERI BERKAT!


Sunday 23 January 2022

Dengarlah Seruan Pertobatan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 3:1-13
Setahun : Keluaran 17-19

Dengarlah Seruan Pertobatan
TB: Firman-Nya: "Jika seseorang menceraikan isterinya, lalu perempuan itu pergi dari padanya dan menjadi isteri orang lain, akan kembalikah laki-laki yang pertama kepada perempuan itu? Bukankah negeri itu sudah tetap cemar? Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih, dan mau kembali kepada-Ku? demikianlah firman TUHAN. | Yeremia 3:1 (TB)



Kerajaan Israel setelah pemerintahan Salomo mengalami perpecahan. Kerajaan Israel di Utara, dan kerajaan Yehuda di Selatan. Dalam banyak hal dua kerajaan itu amatlah berbeda. Namun, dalam hal ketidaksetiaan kepada Allah, keduanya sama-sama tidak setia. Yeremia 3:1-13 adalah bukti dari ketidaksetiaan mereka. Allah menunjukkan kegeraman dan keadilan-Nya. Akan tetapi, di balik itu semua ada pengampunan bagi mereka. Pengampunan itu menjadi titik balik dan berita yang melegakan.

Penggambaran relasi antara Allah dengan umat-Nya yang bagaikan relasi suami dan istri muncul kembali dalam Yeremia 3. Ketidaksetiaan umat-Nya digambarkan seperti seorang perempuan yang menggadaikan tubuhnya kepada orang-orang asing yang ditemui. Metafora tersebut untuk menggambarkan umat-Nya yang terlalu mudah menyerahkan diri kepada ilah-ilah asing di mana saja mereka berada (2). Allah menggambarkan tindakan tersebut sebagai perbuatan zina yang mencemarkan bangsa itu. Penderitaan dan kesengsaraan yang mereka alami adalah alam dan lingkungan sekitar Yehuda juga terkena dampak ulah mereka (3).

Kerajaan Israel terlebih dahulu menerima akibat dari ketidaksetiaan mereka. Allah "menceraikan" Israel dari ikatan perjanjian. Secara historis, kerajaan Israel lebih dahulu dikalahkan oleh kerajaan Asyur. Sepuluh suku yang mendiami kerajaan itu dibuang dan diasingkan. Kemudian hari dikenal dengan istilah sepuluh suku yang hilang. Yehuda tidak belajar dari kesalahan saudaranya di Utara (8). Mereka menyembah ilah-ilah lain. Yeremia menyebutkan mereka menyembah kayu dan batu (9).

Di balik ketidaksetiaan Israel dan Yehuda, Allah senantiasa memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Seruan pertobatan dari Allah terus digaungkan kepada Israel. Kembalilah dan Allah tidak akan murka. Demikianlah kasih Allah kepada umat-Nya.

Seruan pertobatan yang sama digaungkan kepada kita saat ini. Dengarkanlah dan bertobatlah dari segala dosa kita! [WDN]

Yeremia 3:1-13

Firman yang tercatat dalam perikop ini diberitakan pada saat Raja Yosia mengadakan pembaruan rohani bangsanya. Yosia memperbaiki Bait Allah dan kembali memulai ibadah di sana. Ketika kitab Taurat ditemukan kembali, Yosia menyerukan pertobatan nasional bangsa Yehuda. Namun, pembaruan rohani itu tidak benar-benar menyentuh hati bangsa Yehuda.

Meskipun demikian, Allah siap menerima jika mereka bertobat. Sikap Yehuda yang tidak mau bertobat dan tetap bersikeras dalam dosa, diperberat dengan berbagai penghakiman Allah terhadap Israel, yang seharusnya mereka jadikan sebagai peringatan. Dorongan kuat diberikan kepada orang-orang yang tergelincir supaya berbalik dan bertobat.


Saturday 22 January 2022

KEDODORAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 17:12-39
Setahun : Keluaran 14-16

KEDODORAN
Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya. (1 Samuel 17:39)

Karena ingin berlagak seperti ayahnya, anak kecil itu memasukkan kedua kakinya ke dalam sepatu si ayah. Kemudian ia melangkah sambil tersenyum lebar, namun tak lama kemudian senyuman itu berubah menjadi isak tangis. Mengapa? Ia terjatuh, karena sepatu itu sama sekali bukan ukurannya. Tidak cocok untuk kakinya. Terlampau besar. Alih-alih bisa berjalan dengan mantap, ia justru tersandung sendiri.

Pernahkah kita membayangkan andaikata Daud maju menghadapi Goliat dengan mengenakan baju perang kepunyaan Raja Saul? Andaikan Daud berpikir, “Kapan lagi raja mengijinkan aku memakainya?” Atau ia berpikir, “Setidaknya ini bukan baju perang biasa, ini lebih komplit, ini baju perang raja!” Maka, sesudah itu dipakainya untuk bertempur melawan Goliat. Saya membayangkan, Daud yang terjerembab akibat baju tempur yang kedodoran. Baju perang itu bukannya melindungi dirinya, melainkan menghalangi keleluasaannya untuk bergerak dan membahayakannya. Syukurlah kita membaca, “Kemudian ia menanggalkannya.” (ay. 39)

Salah satu tekanan yang sering membuat kita tidak tahan adalah tekanan sosial. Berupa tuntutan agar kita tampil sesuai harapan masyarakat. Memenuhi ekspektasi yang dipatok oleh sekeliling kita. Akibatnya kita berusaha menyesuaikan diri dengan citra tertentu yang bukan diri kita, demi mendapat pengakuan. Padahal penampilan terbaik adalah ketika kita menjadi diri sendiri. Bukan meniru. Bukan bersembunyi di balik topeng penampilan orang lain. Tampil bukan sebagai diri sendiri justru mengerdilkan potensi yang Tuhan karuniakan kepada kita. Maka, hadapilah kehidupan ini dengan tetap menjadi diri sendiri!



SETIAP ORANG DIKARUNIAI PERAN ISTIMEWA YANG HANYA BISA DILAKUKAN DENGAN MENJADI DIRINYA SENDIRI


Friday 21 January 2022

Mengejar Kesia-siaan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Yeremia 2:1-19
Setahun : Keluaran 11-13

Mengejar Kesia-siaan
TB: Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: | Yeremia 2:1 (TB)



Pengembaraan bangsa Israel di padang gurun menjadi dasar dari kehidupan iman dan berbangsa orang-orang Israel dan Yehuda. Allah sendirilah yang menuntun mereka keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah yang dijanjikan-Nya kepada mereka. Perjalanan yang mereka tempuh tidaklah selalu mulus. Namun, Tuhan senantiasa beserta mereka. Proses tersebut semakin meneguhkan perjanjian antara Allah dan umat-Nya, antara pencipta dengan ciptaan.

Dalam sejarahnya, ternyata Yehuda tidak bisa selalu mengingat dan bersyukur akan karya penyertaan Allah. Mereka sering kali berpaling dari Allah dan malah melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Allah. Betapa Allah marah dan sedih atas sikap mereka. Allah menggugat Yehuda karena mereka tidak setia kepada-Nya. Seharusnya, hubungan antara Allah dan Yehuda berada dalam hubungan yang dekat dan hangat. Hubungan tersebut digambarkan seperti relasi suami istri. Allah adalah Sang Pengantin Pria, sementara penduduk Yerusalem adalah pengantin wanita (2). Namun, kesia-siaan (5).

Sesungguhnya, tindakan yang dilakukan oleh Yehuda merupakan kebodohan dan kesia-siaan belaka. Mereka meninggalkan Allah yang jelas-jelas telah membuktikan Diri di sepanjang sejarah sebagai satu-satunya Penolong dan Juru Selamat mereka. Dalam sebuah metafora, tingkah laku Yehuda itu bisa digambarkan sebagai tindakan meninggalkan sumber air hidup dan menggali kolam sendiri, tetapi kolam itu bocor dan tak bisa menahan air (13).

Melihat teguran Allah yang dialamatkan kepada Yehuda, kita pun dapat merefleksikannya dalam hidup kita. Allah selalu menyertai kita dalam pengembaraan kehidupan di dunia ini. Namun, sering kali kita bersikap seperti Yehuda, mengandalkan hikmat dan kemampuan sendiri untuk menyelesaikan sesuatu, dan meninggalkan Allah. Sedikit saja terjadi pergumulan, kesetiaan kita kepada Allah pun berubah. Mari kita berbalik kepada-Nya, karena Dialah satu-satunya sumber hidup dan pertolongan kita. [WDN]


Thursday 20 January 2022

ANTUSIAS MENUNGGU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 12:9-21
Setahun : Keluaran 8-10

ANTUSIAS MENUNGGU
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesengsaraan, dan bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12)

Secara tidak sengaja anak kami menemukan liputan sebuah waterpark di Bekasi yang dibagikan melalui YouTube beberapa tahun lalu. Sejak saat itu ia sering berkata, “Kalau besok kita ke Bekasi, aku mau ke sana!” Ia juga rela menabung untuk mewujudkan keinginannya itu. Padahal, tak pernah tebersit bagi kami untuk berkunjung ke Bekasi. Tanpa diduga, bulan Februari 2018 kami mendapat kesempatan untuk melayani sebuah gereja di Bekasi. Tentu saja kabar itu membawa sukacita tersendiri untuknya.

Anak-anak begitu bersemangat ketika memiliki sebuah keinginan. Mereka bahkan rela melakukan banyak hal demi mewujudkan keinginannya. Mulai dari rela tidak membeli jajan supaya dapat menabung, sampai patuh menuruti setiap nasihat orang tua. Apa pun akan mereka lakukan demi dipenuhinya keinginan mereka. Harapan membuat mereka sangat taat, karena mereka takut kalau-kalau sedikit kesalahan yang diperbuat membuat orang tua mereka tidak mengabulkan harapan mereka.

Bagaimana dengan kita sebagai anak-anak Allah yang menantikan janji-Nya? Apakah dalam menantikan penggenapan janji Tuhan kita mau melakukan kehendak Tuhan dengan penuh semangat, antusias bahkan penuh sukacita seperti yang terjadi pada anak-anak? Meskipun waktu Tuhan tak dapat kita tebak kepastiannya, yakinkah kita bahwa janji-Nya itu Ya dan Amin? Adakah rasa takut kehilangan penggenapan janji yang membuat kita selalu taat pada kehendak-Nya? Apakah kita memiliki semangat rohani yang selalu bangkit untuk melayani Tuhan sebagai pernyataan iman dan pengharapan kepada-Nya?



NANTIKAN PENGGENAPAN JANJI TUHAN DENGAN PENUH SEMANGAT,ANTUSIAS DAN SUKACITA MELAKUKAN KEHENDAK-NYA


Wednesday 19 January 2022

Apa yang Hendak Kauwariskan?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Raja-raja 22:41-53
Setahun : Keluaran 5-7

Apa yang Hendak Kauwariskan?
TB: Yosafat, anak Asa, menjadi raja atas Yehuda dalam tahun keempat zaman Ahab, raja Israel. | 1 Raja-raja 22:41 (TB)



Pendidikan moral dan keagamaan merupakan hal yang penting untuk diwariskan kepada anak cucu dalam sebuah keluarga. Kegagalan orang tua sebagai teladan dalam keluarga dapat menjadi contoh buruk bagi masa depan seorang anak. Hal seperti ini banyak diceritakan kepada kita dalam kisah Alkitab.

Bacaan kita hari ini menceritakan tentang kisah kehidupan Yosafat dan Ahazia --raja Yehuda dan raja Israel. Sebagai raja yang saleh, Yosafat hidup sesuai dengan ketetapan Tuhan. Ia cukup lama memerintah sebagai raja (42). Sepanjang hidupnya, Yosafat tak menyimpang dari jalan Tuhan.

Sementara itu, Ahazia berbeda dari Yosafat. Dirinya digambarkan sebagai raja yang jahat di hadapan Tuhan. Kelakuannya mengikuti Ahab dan Izebel, ayah dan ibunya (52-53). Ia tidak takut akan Tuhan dalam kehidupannya. Setiap tindak tanduknya menimbulkan sakit hati Tuhan, persis seperti yang dilakukan oleh leluhurnya.

Hidup takut akan Allah merupakan sikap hidup yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Jejak yang ditinggalkan orang tua yang saleh menjadi teladan yang akan diikuti oleh generasi di bawahnya. Asa sebagai seorang raja yang takut akan Tuhan dicontoh oleh anaknya, Yosafat. Prinsip hidup takut akan Tuhan begitu nyata dalam kisah hidup Yosafat. Petunjuk Tuhan diandalkannya dalam setiap pengambilan keputusan. Hal itu terlihat dari peperangan bersama Ahab melawan bangsa Aram.

Sebaliknya, Ahazia selalu berbuat dosa. Ia menyebabkan orang Israel berdosa di hadapan Tuhan. Lalu, bagaimana dengan kehidupan kita? Apa yang hendak kita wariskan kepada generasi selanjutnya? Akankah perjalanan iman kita menjadi harta karun rohani bagi generasi di bawah kita?

Mari kita ikuti teladan kehidupan keluarga Yosafat, bukan Ahazia. Mari kita terus berusaha menerapkan prinsip hidup takut akan Tuhan. Mari kita juga terus-menerus belajar menaati perintah Tuhan dalam setiap langkah hidup yang kita jalani. Kiranya perjuangan iman kita meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi generasi-generasi di bawah kita selanjutnya. [PMS]


Tuesday 18 January 2022

TEGUHKANLAH HATIMU!

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 TAWARIKH 15:1-7
Setahun : Keluaran 1-4

TEGUHKANLAH HATIMU!
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!” (2 Tawarikh 15:7)

Dalam dunia yang semakin maju dan semakin global, tuntutan hidup juga dirasakan semakin berat. Sayangnya, semua tuntutan-tuntutan hidup itu tidak bisa untuk selalu dipenuhi karena hidup pasti menghadapi berbagai permasalahan. Ketika berbagai permasalahan melanda hidup kita, ketika dunia ini seakan mengimpit hidup kita, sering kali kita bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Raja Asa, dalam masa pemerintahannya harus menghadapi berbagai masalah, seperti mazbah-mazbah asing, pengorbanan dan juga tugu-tugu berhala, belum lagi ditambah dengan pertempuran melawan orang Etiopia. Tentu saja permasalahan ini bukanlah permasalahan yang mudah, karena Raja Asa tentu juga mengalami berbagai pergumulan yang berat. Tetapi dengan teguh hati, Raja Asa tetap menyingkirkan berhala dan mazbah-mazbah asing itu. Keteguhan hati ini semakin dikuatkan oleh Nabi Azarya melalui nasihatnya, bahwa sebagai umat-Nya, janganlah sampai lemah hati dan patah semangat dalam setiap usaha yang dilakukan dalam hidup, karena Tuhan Allah ada bagi setiap orang yang mencari-Nya dan hidup di dalam-Nya.

Apa yang dialami oleh Raja Asa menunjukkan kepada kita, bahwa perjalanan hidup kita tidaklah semakin ringan. Tetapi sebaliknya, justru semakin berat dengan berbagai masalah yang harus dihadapi.

Nasihat dari Nabi Azarya hendaknya juga menguatkan kita untuk semakin meneguhkan hati kita, bahwa dalam perjalanan hidup yang semakin berat, kita haruslah menjadi semakin kuat, karena Tuhan beserta kita yang hidup di dalam-Nya.



TETAPLAH TEGUH HATI DAN JANGAN MENYERAHDALAM MENGHADAPI SETIAP PERGUMULAN HIDUP


Monday 17 January 2022

Tuhan yang Berbelas Kasihan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Raja-raja 21:1-29
Setahun : Kejadian 49-50

Tuhan yang Berbelas Kasihan
TB: Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. | 1 Raja-raja 21:1 (TB)



Tak ada manusia yang tak pernah berbuat salah di mata Tuhan. Kita lahir dengan natur dosa yang melekat. Bahkan setelah kita hidup di dalam Kristus, kita masih sering berbuat dosa dan kondisi itu menjauhkan kita dari Allah. Akibatnya, sering kali kita merasa terlalu kotor untuk dapat diterima oleh Allah.

Dalam sejarah Israel, Ahab merupakan salah satu raja yang jahat di mata Tuhan. Ia sering mengambil keputusan tidak tepat ketika hatinya berada dalam suasana campur aduk. Salah satunya, ia mengambil kebun anggur Nabot dengan cara yang keji dalam kesepakatannya bersama dengan Izebel istrinya (5-10).

Nabot dibunuh dalam pemufakatan keji dengan fitnah yang dilontarkan kepadanya (13). Ahab merespons dengan mendatangi kebun anggur Nabot setelah kabar kematian Nabot disampaikan kepadanya (16). Tak ada penyesalan atas dosa yang dilakukannya, sehingga Tuhan menyatakan penghukuman kepadanya melalui Elia (20-24).

Alkitab mencatat bahwa tidak pernah ada orang seperti Ahab yang memperbudak dirinya sedemikian rupa. Ia juga melakukan tindakan keji lainnya di mata Tuhan, yakni menyembah berhala (25-26).

Ahab memberikan respons yang tepat ketika ia mendapat teguran dari Nabi Elia. Ia merendahkan diri di hadapan Tuhan dengan mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung dan berpuasa (27). Tuhan pun menunjukkan belas kasihan-Nya kepada Ahab (28-29).

Dalam hidup yang kita jalani, seberapa burukkah tindakan jahat yang pernah kita lakukan di hadapan Tuhan? Ahab yang begitu jahat tetap memperoleh belas kasihan Tuhan. Melalui nabi-nabi-Nya, Tuhan terus memperlihatkan Diri-Nya kepada Ahab.

Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan. Berpalinglah dari dosa-dosa kita dan kembalilah kepada Tuhan. Mintalah pengampunan dari pada-Nya. Dia tak pernah menolak anak-anak-Nya yang berbalik dengan sepenuh hati kepada-Nya. Ingatlah, pada-Nya ada kemurahan dan belas kasihan. [PMS]


Sunday 16 January 2022

PILIHAN YANG DISESALI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 16:1-13
Setahun : Kejadian 46-48

PILIHAN YANG DISESALI
Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” (1 Samuel 16:11)

Magda sempat menyesali pilihannya untuk mengabdi di sebuah yayasan, dengan melepas kesempatan belajar ke luar negeri. Namun, bergulirnya waktu Magda membuktikan bahwa rencana Tuhan tetaplah yang terbaik. Berawal dari pilihannya itu, Magda berkesempatan merintis karir sebagai trainer. Profesi yang berlangsung selama puluhan tahun berikutnya, bahkan membawanya bekerja di perusahaan besar dan bertemu orang-orang berpengaruh.

Dalam hidup ini, faktanya tidak semua perkara berjalan sesuai harapan kita. Rencana yang tersusun rapi sekalipun, bisa mendadak berantakan jikalau Tuhan tidak menghendakinya. Sebaliknya, kondisi yang terlihat tanpa rencana jika Tuhan bekerja di dalamnya, kelak dapat menjadi perkara yang besar. Itulah yang dialami oleh Daud, yang mungkin tak pernah terpikirkan akan diurapi oleh Samuel untuk menjadi raja. Ia lebih terlihat “disingkirkan” ketika tidak dihadirkan sejak awal dalam perjamuan makan yang diadakan ayahnya, tetapi Tuhan “merekayasa” semuanya, menghadirkan Daud di depan Samuel, supaya bisa diurapi untuk kelak menjadi raja menggantikan Saul.

Hari ini apakah Anda masih menyesali kesempatan yang sepertinya terbuang percuma? Apakah Anda sedang “tidak diinginkan” oleh orang yang justru Anda percaya? Mari arahkan pandangan dan harapan Anda kepada Allah. Pribadi yang memilih dan membawa Daud melintasi pengalaman luar biasa sebagai raja Israel. Percayalah jika Dia campur tangan dalam kehidupan Anda, sesuatu yang baik akan Anda alami, bahkan yang tak pernah Anda pikirkan!



DALAM SITUASI PALING HANCUR SEKALIPUN, ALLAH DAPAT MENGUBAHKANMENJADI KEBAIKAN DENGAN TANGAN KASIH-NYA


Saturday 15 January 2022

BEKERJA BAGI TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KOLOSE 3:22-25
Setahun : Kejadian 43-45

BEKERJA BAGI TUHAN
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Sebelum memulai tugas sebagai pemangku jabatan baru, seseorang akan diambil sumpah terlebih dahulu. Di bawah Kitab Suci dan di hadapan beberapa orang saksi, sumpah/janji diucapkan. Sumpah jabatan dilakukan dengan tujuan supaya setiap orang bekerja dengan dasar takut akan Allah. Sayangnya, sumpah jabatan sering kali hanya dipandang sebagai seremonial tanpa penghayatan dan pemaknaan.

Hidup orang Kristen adalah persembahan bagi Tuhan. Ibadah kita tidak terbatas pada seremonial di gereja, atau ritus-ritus keagamaan lainnya. Hidup dalam rumah tangga, bermasyarakat, dan bekerja pun harus menjadi persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Karena itu, tanpa sumpah jabatan pun kita sudah semestinya bekerja dengan dasar takut akan Tuhan. Etika kerja Kristiani yang Alkitab ajarkan adalah bekerja dengan ketaatan, ketulusan dan kesungguhan. Orang Kristen tidak sekadar bekerja karena tuntutan kebutuhan ekonomi, mencari pujian manusia, mencari prestise, bekerja dengan motivasi mendapatkan penghasilan sebanyak-banyaknya, jabatan yang setinggi-tingginya atau kenaikan pangkat dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Di mana pun kita bekerja, siapa pun dan bagaimanapun atasan kita, fokus pekerjaan kita adalah Tuhan. Sebaliknya, saat kita menduduki jabatan tinggi pun, harus kita sadari bahwa Allah senantiasa menduduki posisi tertinggi, sebagai atasan kita. Setiap pekerjaan harus kita pertanggungjawabkan kepada-Nya. Karena itu hendaklah kiranya motivasi kita dalam bekerja adalah semata-mata memberikan hasil karya yang terbaik demi menyenangkan Tuhan.



SETINGGI APA PUN POSISI KITA DI TEMPAT KERJA, ALLAH ADALAH ATASAN KITA.KEPADA-NYALAH KITA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN SETIAP PEKERJAAN.


Friday 14 January 2022

Keputusanmu dan Firman Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Raja-raja 20:23-34
Setahun : Kejadian 40-42

Keputusanmu dan Firman Allah
TB: Pegawai-pegawai raja Aram berkata kepadanya: "Allah mereka ialah allah gunung; itulah sebabnya mereka lebih kuat dari pada kita. Tetapi apabila kita berperang melawan mereka di tanah rata, pastilah kita lebih kuat dari pada mereka. | 1 Raja-raja 20:23 (TB)



Dalam menjalani hidup sering kali kita diperhadapkan pada keputusan-keputusan penting yang harus diambil. Tak jarang kita meminta masukan untuk dapat mempertimbangkan keputusan yang harus kita pilih. Keputusan yang tidak tepat bisa membawa kerugian, sebaliknya keputusan yang tepat bisa membawa keuntungan.

Raja Aram dan pegawai-pegawainya telah kalah dalam peperangan pada saat pengepungan Samaria (lih. 1Raj. 20:1-22). Tidak terima akan kekalahan yang mereka alami, penasihat-penasihat itu memberikan nasihat yang merugikan dengan melihat bahwa Allah Israel adalah Allah gunung dan bukan Allah dataran. Dalam sejarahnya, pemahaman yang dimiliki oleh para penasihat itu telah ada sejak zaman Yosua, yang melihat bahwa Israel selalu memenangkan perang di gunung daripada di tanah datar karena keterbatasan kereta-kereta perang.

Sementara itu, raja Israel menerima pesan dari abdi Allah tentang motif dan serangan yang dilakukan oleh raja Aram terhadap orang Israel. Allah menunjukkan kepada raja Israel bahwa Dialah Allah dan tidak ada yang lain (28). Dia bukan allah gunung maupun allah dataran. Dia adalah Allah yang patut disembah. Firman-Nya harus didengarkan dan ditaati.

Sering kali setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup sangat mengandalkan kekuatan dan pengertian kita sendiri. Kita sering melupakan bahwa Allah adalah penguasa dari segala sesuatu. Dia berdaulat penuh atas segala yang diciptakan. Tak ada apa pun yang luput dari pandangan-Nya.

Firman-Nya merupakan kunci bagi kemenangan kita dalam menghadapi setiap pergumulan. Firman-Nya merupakan sandaran bagi kita untuk mengambil setiap keputusan penting. Tuhan selalu campur tangan dalam hidup kita; Dia berdaulat mengintervensi keputusan kita demi kebaikan kita.

Allah menghendaki kita masuk ke dalam pengenalan yang lebih mendalam tentang siapa Diri-Nya yang sejati. Biarlah hidup kita senantiasa bergantung pada setiap firman yang keluar dari mulut Allah; niscaya kemenangan menjadi bagian hidup kita. [PMS]


Thursday 13 January 2022

FENOMENA HUJAN ES

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KELUARAN 9:22-35
Setahun : Kejadian 37-39

FENOMENA HUJAN ES
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya hujan es turun di seluruh tanah Mesir, menimpa manusia dan binatang dan menimpa tumbuh-tumbuhan di padang di tanah Mesir.” (Keluaran 9:22)

Mungkinkah hujan es dan salju turun di Indonesia? Dahulu saya sempat berpikir bahwa hal tersebut tidak mungkin, karena kondisi iklim dan cuaca di Indonesia yang berbeda dengan di Eropa atau Amerika. Namun, setelah mendapatkan penjelasan ilmiah dari beberapa sumber yang valid, ternyata kondisi ekstrem tersebut mungkin terjadi. Frekuensi turunnya salju memang jarang terjadi, tetapi laporan mengenai hujan es pernah disampaikan dari beberapa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Fenomena hujan es yang dahsyat juga pernah dialami oleh rakyat Mesir pada zaman Musa. Bedanya, kali ini hujan es terjadi bukan sekadar faktor alam, tetapi sepenuhnya karena kehendak Allah. Ya, untuk kesekian kalinya Allah menurunkan tulah kepada bangsa Mesir karena Firaun menolak untuk melepaskan bangsa itu keluar dari Mesir. Hujan es turun ditambah dengan api yang menyambar dari langit membinasakan manusia, binatang, dan segala tumbuhan yang ada di padang. Namun, setelah bencana dahsyat itu berlalu, Firaun masih berkeras tidak mau melepaskan bangsa Israel seperti yang Allah kehendaki.

Dalam kehidupan ini, adakalanya Allah memakai fenomena alam maupun peristiwa “tak biasa” lainnya, untuk mengingatkan manusia akan kemahakuasaan Allah. Bagaimanapun, di hadapan Allah tak ada seorang pun yang dapat memegahkan diri atau mengeraskan hati terhadap peringatan yang Allah berikan. Tindakan mengeraskan hati, seperti dilakukan oleh Firaun, hanya akan mendatangkan akibat yang jauh lebih buruk. Selama ini, bagaimana respons kita terhadap peringatan dari Allah?



MANUSIA YANG PALING CELAKA ADALAH MANUSIA YANG SELALUMERESPONS NEGATIF TERHADAP PERINGATAN DARI ALLAH


Wednesday 12 January 2022

Taat Ikut Panggilan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Raja-raja 19:19-21
Setahun : Kejadian 34-36

Taat Ikut Panggilan
TB: Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. | 1 Raja-raja 19:19 (TB)



Elisa, pemilik dua belas pasang lembu (19), tampaknya cukup berada dan mapan. Panggilan Tuhan menghampirinya ketika Elia melemparkan jubah kepadanya sebagai tanda otoritas kenabian.

Elisa lalu menyembelih pasangan lembunya sebagai tanda syukur dan membagikannya kepada para pekerjanya (21). Hal itu dilakukannya sebelum masuk ke pelayanan penuh waktu. Kemudian Elisa melangkah mengikuti Elia.

Berbagai kisah panggilan Tuhan tertulis di dalam Alkitab. Ada yang berusaha menolak seperti Musa, bahkan ada yang berusaha melarikan diri seperti Yunus. Namun, dalam kasus Elisa, yang ada hanya ketaatan. Cuma satu permintaannya, mencium ayah dan ibunya dulu (20) sebelum terjun sepenuhnya ke dalam pelayanan.

Kisah berbagai orang yang dipanggil ke dalam pelayanan sering penuh pergumulan. Ada pergulatan dengan diri sendiri, ada yang bergumul dengan keluarga dekat yang tidak bisa menerima. Dan ada pula yang harus bergulat dengan gereja yang memandang mereka sebagai penyesat, seperti yang dialami oleh Luther dan Calvin. Namun, respons yang benar akan panggilan Tuhan adalah taat dan melontarkan diri ke dalam pimpinan Tuhan.

Ketaatan bisa saja seringkas kisah Elisa, atau serumit kisah Musa atau Yunus. Setiap kita dipanggil dengan cara dan untuk misi yang unik. Setiap orang harus menjalani proses panggilannya sendiri. Ada yang bergumul keras untuk masuk ke seminari, tetapi ada yang justru harus pindah ke seminari lain karena perubahan arah dalam mencerna panggilan Tuhan.

Kisah panggilan Elisa memang terkesan lurus dan sederhana. Namun, kita semua tahu kesulitan meninggalkan hidup yang mapan. Sangat diperlukan keberanian untuk terjun ke dalam ketidakpastian. Terlebih lagi kalau harus menghadapi kekuasaan penindas seperti Ahab dan Izebel.

Ketika suara panggilan itu menghampiri kita. Ketika kita sudah selesai dengan kemapanan dan orang tua kita, semoga Tuhan menolong kita melangkah seperti Elisa, ikut dalam tuntunan Tuhan. [IHM]


Tuesday 11 January 2022

PIJAKAN AWAL

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : IBRANI 11
Setahun : Kejadian 31-33

PIJAKAN AWAL
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat. (Ibrani 11:1)

Selain pesta dan perayaan, tahun baru biasanya diwarnai oleh ramalan-ramalan yang berusaha memprediksikan situasi dan kondisi sepanjang tahun. Ada yang menggembirakan, tetapi lebih banyak menakutkan dan mengkhawatirkan. Namun, satu hal yang dominan dalam setiap prediksi tersebut adalah unsur ketidakpastian.

Ketidakpastian sering kali menjadi momok dalam kehidupan kita. Untuk itulah kita butuh pijakan yang kokoh demi meraih kepastian dalam kehidupan ini. Pijakan ini berlandaskan dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat (ay. 1). Iman senantiasa memberikan jawaban atas kebutuhan kita akan kepastian hidup.

Alkitab mencatat bahwa iman telah menuntun para saksi iman melakukan perkara-perkara mustahil, di luar pemahaman kita. Kegemilangan hidup mereka dimulai dari keputusan menjadikan iman sebagai pijakan awal untuk menjalani seluruh rancangan Ilahi dalam hidup mereka. Keputusan tersebut bertolak dari keyakinan dan kepastian mereka akan pengharapan dan visi terhadap janji-janji Tuhan.

“Faith is taking the first step even when you don’t see the whole staircase,” demikian ujar Martin Luther King, Jr. Iman menjadi pijakan awal untuk menjalani hari-hari penuh misteri yang terbentang di depan mata kita. Pijakan ini penting karena menegaskan adanya kepastian untuk melihat keajaiban demi keajaiban tatkala menjalani hari demi hari yang akan kita lewati sepanjang tahun.



IMAN ADALAH LANDASAN BAGI PIJAKAN YANG TEPATUNTUK MENGAWALI LANGKAH KAKI KITA DI TAHUN YANG BARU


Monday 10 January 2022

Allah Air dan Api

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Raja-raja 18:16-46
Setahun : Kejadian 28-30

Allah Air dan Api
TB: Lalu pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Ahab pergi menemui Elia. | 1 Raja-raja 18:16 (TB)



Elia tampak sengaja membuat tugasnya bertambah sulit. Dituangnya air ke atas daging persembahannya berkali-kali (34); mana mungkin api akan menyala?

Kemudian di lain pihak, nabi-nabi Baal mengusahakan yang terbaik, bahkan menoreh diri dan mencurahkan darah untuk persembahan kepada Baal (28). Namun, tak ada api yang menyala. Sebaliknya, ketika Elia memanggil nama Allah, persembahannya yang kuyup disambar api dari langit dan menyala hebat. Jelaslah sudah siapa penguasa air dan api yang sebenarnya! Bukan Baal, melainkan Yahweh!

Pertempuran yang dialami Elia terus dihadapi juga oleh orang Kristen. Banyak orang Kristen mengakui Allah, tetapi dalam hidup kesehariannya tetap seolah tak ada Allah. Apalagi jika kekeringan melanda batin, kita diam-diam mengharapkan hal dari dunia untuk memenuhi kebutuhan kita. Seperti Ahab, raja Israel yang mengandalkan Izebel dan nabi-nabi Baal, bukan Allah Israel!

Bagi Ahab, berharap dan menanti Allah adalah sikap yang tidak praktis. Sebab, Allah sejati tak bisa dimanfaatkan untuk agenda pribadi. Menurutnya, menyenangkan Izebel dan Baal lebih berguna daripada harus mengikut Allah yang tak bisa diramalkan dan dimanfaatkan.

Walau banyak rakyat Israel sujud menyembah Tuhan saat melihat pekerjaan Allah melalui Elia (39), Ahab tetap saja tak bertobat. Ternyata pertobatan adalah pilihan; satu pilihan saja, yaitu memilih memihak kepada Allah dengan kesadaran penuh setiap saat. Memang bukan hal mudah. Bahkan, menyaksikan mukjizat spektakuler seperti yang dilakukan Elia juga bukan jaminan bagi seseorang untuk mengalami pertobatan.

Namun, seperti kasus Ahab dan Israel, ada saatnya Allah melakukan intervensi dan mengingatkan. Ketika saat itu datang bagi kita, baiklah kita menenangkan hati dari segala ketakutan dan mengarahkan diri kepada Tuhan.

Memilih ikut Tuhan tidak menjamin hidup mudah. Elia tetap menghadapi ancaman. Namun seperti Elia, kita bisa memandang awan pengharapan dari Tuhan, dan membiarkan hujan berkat-Nya menolong kita. [IHM]


Sunday 9 January 2022

BERITA PALSU KEDATANGAN KRISTUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 24:15-28
Setahun : Kejadian 25-27

BERITA PALSU KEDATANGAN KRISTUS
“Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mukjizat-mukjizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” (Matius 24:24)

Berita tentang kedatangan Mesias sudah sering kali berkumandang sejak puluhan tahun silam hingga sekarang. Beberapa berita bahkan disertai pengakuan yang ekstrem, adanya orang-orang yang mengaku sebagai Yesus Kristus hingga menyebut dirinya nabi yang diberi pesan khusus mengenai akhir zaman. Namun, sampai hari ini tak satu pun dari setiap klaim seputar akhir zaman dan kedatangan Yesus itu terjadi.

Peringatan tentang berita palsu mengenai datangnya Mesias juga disampaikan Yesus ketika hidup di bumi. Pengajaran yang perlu dicermati dan diingat oleh setiap orang percaya, bahkan mereka yang merasa diri mereka “orang pilihan” agar jangan sampai disesatkan oleh berita palsu itu. Pengajaran yang juga perlu diberikan kepada generasi penerus, karena tampaknya semakin mendekati akhir dari segala sesuatu, berita tentang kedatangan Kristus kedua kali juga semakin marak. Jika pemahaman mereka akan firman Allah tidak kuat, dikhawatirkan mereka akan mudah tersesat atau dibuat kebingungan dengan pengakuan Mesias atau nabi palsu ini.

Adanya peringatan khusus bahwa orang pilihan juga masih mungkin disesatkan, seharusnya membuat setiap orang percaya ekstra waspada. Alasannya, bukan tidak mungkin cara yang akan dilakukan oleh Mesias dan nabi palsu itu akan sangat halus, sehingga orang yang teperdaya olehnya tidak akan menyadari bahwa dirinya sedang terkena penyesatan. Hanya dengan pertolongan Roh Kudus, niscaya kita dapat mengenali manakala upaya penyesatan itu muncul, lalu menguatkan kita supaya jangan sampai disesatkan.



KETEGUHAN IMAN DAN PERTOLONGAN ROH KUDUS DAPAT MENGHINDARKAN KITADARI PENYESATAN BERITA TENTANG KEDATANGAN KRISTUS


Saturday 8 January 2022

Memilih untuk Setia

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Raja-raja 17:7-24
Setahun : Kejadian 22-24

Memilih untuk Setia
TB: Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. | 1 Raja-raja 17:7 (TB)



Janda di Sarfat berkata kepada Elia, "Demi TUHAN, Allahmu, padaku tak ada roti, dan ... aku akan pulang ... dan mati" (lih. 12). Ucapan yang sangat aneh, karena di Sarfat Baal adalah penguasanya, bukan Tuhannya Elia!

Namun, Elia menegaskan, "Tepungmu dan minyakmu tak akan habis sampai TUHAN memberi hujan lagi!" (lih. 14). Jadi, siapakah penguasa yang sebenarnya di Sarfat? Baal atau Tuhannya Elia? Di tengah kelaparan dan kekeringan, ternyata ada perang antara Baal dan Yahwe.

Tetapi perang itu bukan saja soal tepung, minyak, dan roti. Anak si janda tiba-tiba sakit dan hampir mati (17). Baal bukan hanya penguasa hujan, tapi juga kehidupan. Dalam kisahnya, Baal mati. Namun Anat, kekasih Baal menyusul ke alam maut dan membawa Baal kembali ke dunia orang hidup, sehingga hujan turun kembali. Namun, bagi si janda Sarfat, Elialah yang membawa anaknya kembali ke dunia orang hidup (21), bukan Baal. Penyakit anaknya seolah ditempelkan pada tubuh Elia, sehingga Tuhan menghidupkan lagi anak si janda. Pada persimpangan antara hidup dan mati, si janda mengaku bahwa Elia adalah abdi Allah dan firman Tuhan adalah benar (24).

Hari ini masih ada berbagai kuasa yang mendominasi kita. Menyusur lorong kuil modern kita, yaitu mal-mal di kota besar, kita selalu digoda patung berhala modern, maneken cantik menawarkan visi hidup yang melimpah. Di balik langit-langit mal berkecamuk perang tak terlihat antara Yahweh dan Baal, antara Tuhan dan Mamon.

Peperangan makin intens ketika ada keputusan yang harus diambil. Tak hanya soal tepung dan roti, tetapi juga soal hidup dan mati. Tak hanya soal cinta dan kekasih, tetapi juga soal karir dan panggilan hati. Kita selalu hidup di tengah peperangan yang membelit kita. Apabila lengah, Mamon dan Baal sanggup meremukkan dan menghancurkan kita.

Seperti Elia dan janda Sarfat, kita bisa menggantungkan hidup pada Tuhan. Karena Allahlah penguasa roti dan hati. Memang dibutuhkan latihan, seperti si janda yang memilih percaya kepada Tuhan ketika hidupnya diuji. Mari kita juga memilih untuk setia hari ini. [IHM]

1 Raja-raja 17:1-6

Elia yang taat dilindungi oleh Allah secara ajaib. Allah memerintahkan Elia agar bersembunyi di tepi Sungai Kerit. Ia terpelihara dari bencana yang melanda negerinya karena minum air Sungai Kerit dan memperoleh makanan dari burung gagak yang mengantarnya setiap hari.

Oleh karena dipakai Tuhan, burung gagak setia menyediakan makan bagi Elia pada waktu pagi dan petang. Tuhan bisa menggunakan siapa saja untuk melaksanakan karya-Nya. Tidak hanya gagak, bahkan nantinya saat air Sungai Kerit mengering, seorang janda di Sarfat dipakai oleh Allah untuk memelihara Elia, abdi-Nya.


Friday 7 January 2022

DI TITIK KRITIS ITU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 14:13-19
Setahun : Kejadian 19-21

DI TITIK KRITIS ITU
Jangan kita membuat saudara seiman kita jatuh atau tersandung! ... Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun. (Roma 14:13,19)

Ketika Covid-19 merebak di Wuhan, berbagai opini marak di media sosial. Tiap opini ditanggapi ramai-ramai, tiap tanggapan ramai-ramai itu ditanggapi lebih ramai lagi, begitu seterusnya, hingga yang merebak liar tidak terkendali tak cuma pandemi, tetapi juga infodemi: banjir informasi yang kisruh dan membingungkan.

Bencana informasi semacam itu banyak terjadi. Sebagian orang mampu menyikapi dengan tepat. Tetapi, banyak orang tak punya bekal untuk itu. Mereka menjadi korban sia-sia, atau bahkan—tanpa mereka sadari—menjadi alat kejahatan. Semua berawal dari titik kritis ketika orang berpikir untuk berbagi informasi (teks, gambar, suara, foto, video, atau kombinasinya).

Alkitab berpesan, Jangan kita membuat saudara seiman kita jatuh atau tersandung! … marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun” (ay. 13, 19). Pesan itu sangat relevan dengan persoalan kita. Tuhan memberi kita tiga tugas yang sangat penting: menjaga sesama, mengupayakan damai sejahtera, dan saling membangun.

Maka di titik kritis itu, di titik ketika kita ingin berbagi informasi, kita perlu serius menimbang: apakah dengan berbagi itu kita menjaga sesama, mendatangkan damai sejahtera, membangun yang baik, atau justru sebaliknya? Jika ada satu saja jawaban “tidak”, rencana berbagi informasi itu harus dihentikan.

Kesungguhan kita untuk serius berupaya menghindarkan sesama dari cakar jahat infodemi adalah wujud konkret kepedulian kita kepada mereka. Dan, demikianlah cinta seharusnya.



DALAM SEGALA HAL, KITA HARUS SENANTIASA MENJAGA SESAMA,MENGUSAHAKAN DAMAI SEJAHTERA, DAN SALING MEMBANGUN


Thursday 6 January 2022

Arti Dirimu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 Raja-raja 16:8-34
Setahun : Kejadian 16-18

Arti Dirimu
TB: Dalam tahun kedua puluh enam zaman Asa, raja Yehuda, Ela, anak Baesa, menjadi raja atas Israel di Tirza. Ia memerintah dua tahun lamanya. | 1 Raja-raja 16:8 (TB)



Apa arti orang lain bagi Anda? Setiap relasi menyingkapkan makna orang lain bagi diri kita. Demikian juga Israel, kerajaannya rapuh. Rajanya berganti-ganti dalam waktu singkat. Bahkan ada raja yang menjabat hanya seminggu. Hal itu disebabkan oleh pola relasi yang rapuh. Orang tidak bisa memercayai sesama, bahkan keluarganya sendiri. Orang lain adalah pendukung atau penghalang tercapainya keinginan diri.

Ela mendapat perlakuan seperti yang ayahnya perbuat terhadap raja sebelumnya. Ela dibunuh oleh pegawainya, yaitu Zimri (8-10). Ela bukanlah raja yang baik, sebab ia memperlakukan tentaranya hanya sebagai alat kekuasaan.

Setelah menjadi raja, Zimri membunuh seluruh keluarga Baesa, seluruh laki-laki, juga kerabat dan teman-temannya (11). Mereka adalah penghalang dan ancaman baginya. Selanjutnya, Zimri dikudeta oleh Omri sebab pangkat Zimri lebih rendah ketimbang Omri (16). Pada saat itu, raja dipilih berdasarkan keturunan atau pemimpin tertinggi militer.

Selanjutnya, rakyat menjadi terbelah. Sebagian mendukung Tibni, yang lain mendukung Omri. Pertempuran terjadi, Tibni dan pengikutnya berhasil ditumpas sehingga Omri menjadi raja. Omri membuat ketentuan yang mengharuskan umat menyembah patung yang dibuat Yerobeam dan melarang mereka pergi ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Suci.

Kelak, Ahab, anaknya menikah dengan Izebel yang menjadikan penyembahan Baal sebagai agama nasional. Agama ini memiliki kultus menjadikan anak kandung sebagai kurban persembahan untuk membujuk dewa mengabulkan permohonannya.

Tanpa sadar, pola itu juga diterapkan dalam relasi dengan Allah. Allah dijadikan pihak yang mengabulkan semua keinginan. Jelas bahwa pola relasi yang memperalat pihak lain itu sangat kerdil dan rapuh. Relasi seperti itu tak akan bertahan lama. Sebab ketulusan, pengorbanan, niat baik, pengabdian, rasa hormat, sikap mengutamakan orang lain, komitmen, dan kesetiaan, mustahil tumbuh di dalamnya. Apa pun yang kita bangun tidak akan kokoh tanpa relasi yang kokoh pula. [WTH]


Wednesday 5 January 2022

KUNCI PEMBARUAN BERKAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ZEFANYA 2:1-3
Setahun : Kejadian 13-15

KUNCI PEMBARUAN BERKAT
Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN. (Zefanya 2:3)

Murka Allah atas Yehuda tidak bisa dibatalkan. Nubuatan ini banyak diberitakan para nabi, termasuk Zefanya. Allah telah menetapkan waktu dan kepastian hukuman. Bangsa itu harus dihukum atas kemurtadan dan dosa mereka. Namun demikian, Allah menawarkan harapan bagi umat yang mau bertobat. Mereka yang bersungguh-sungguh memberi diri kepada Tuhan akan terlindung pada hari murka-Nya.

Dalam pengajarannya, Zefanya menasihati umat untuk memperdalam komitmen kepada Allah. Ia memberikan tiga kunci yang dapat dilakukan oleh umat supaya mengalami pembaruan berkat dari Tuhan. Pertama, umat harus mencari Tuhan. Mengarahkan hati dengan kerinduan yang mendalam untuk mengenal dan mengasihi Allah sebagai satu-satunya pelindung. Kedua, umat harus mencari keadilan sesuai firman Tuhan dan menjadikannya panduan hidup. Ketiga, umat harus mencari kerendahan hati, menyadari kelemahan/ketidakberdayaan diri serta rela tunduk dalam ketaatan kepada Tuhan.

Tidakkah kita ingin terlindung dari murka Tuhan? Tidakkah kita rindu menikmati berkat-Nya? Jika ya, panggilan pertobatan Zefanya berlaku juga bagi kita untuk bercermin dan berbenah. Kita dapat memohon kepada Roh Kudus untuk menolong, supaya relasi kita dengan Allah sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Sebab, mencari Tuhan bukan sekadar melakukan ritus keagamaan sebagai rutinitas belaka. Kita juga harus berhenti memberhalakan segala sesuatu, tidak menindas sesama, berlaku adil dan memiliki kerendahan hati. Menyadari kelemahan diri, sehingga merasa perlu pertolongan Tuhan.



MENCARI TUHAN, KEADILAN DAN KERENDAHAN HATI MEMUNGKINKAN KITABEROLEH KESEMPATAN UNTUK TERBEBAS DARI HUKUMAN ALLAH