Tuesday 28 February 2023

SAMPAH DAN BUAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YAKOBUS 1:2–8
Setahun : Bilangan 34–36

SAMPAH DAN BUAH
Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan apa pun. (Yakobus 1:4)

Pak Man memiliki kebun pisang yang cukup luas. Pisang hasil kebunnya juga sangat berkualitas. Ini sebanding dengan ketelatenannya dalam merawat kebun. Di antaranya, rutin menyiangi rumput dan memangkas daun pisang yang mulai mengering. Dengan penuh kesabaran daun-daun itu dipotongnya menjadi dua atau tiga bagian, untuk ditata dengan rapi di sekeliling pohon. Dengan demikian daun-daun kering itu akan terurai menjadi pupuk.

Daun-daun kering biasa dianggap sebagai sampah yang tak enak dipandang. Mengotori dan tidak berguna. Padahal, sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Hanya memerlukan ketekunan, untuk mengolahnya. Begitu pula dengan rupa-rupa pergumulan yang lebih sering diasumsikan sebagai penderitaan. Penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi sesungguhnya merupakan sarana penguji iman, yakni keyakinan kita terhadap kuasa, firman dan janji Allah, serta kesetiaan dan keteguhan hati kita kepada Tuhan Yesus. Namun, tidak semua orang percaya meningkatkan ketekunan dan kesabaran di tengah penderitaan. Sebaliknya, mereka menjadi lemah dan menyerah, sehingga membuka peluang bagi iblis menarik menuju dosa.

Mengharapkan kenikmatan tanpa penderitaan justru membuat kita semakin merasa menderita. Lebih baik jika penderitaan dimaknai sebagai kesempatan untuk bertekun. Bertekun dalam menjaga kesetiaan kepada Tuhan, dengan tetap setia menghidupi hikmat Tuhan. Dengan demikian penderitaan menjadi ladang bagi kita untuk bertumbuh, sehingga menghasilkan buah rohani yang memuaskan.



PENCOBAAN PUN DAPAT BEKERJA BAGI KEBAIKAN JIKA KITA HADAPI DENGANBERSERAH PENUH KEPADA TUHAN DAN HIDUP DALAM HIKMAT-NYA


Monday 27 February 2023

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Zefanya 3:1-8
Setahun : Bilangan 32–33

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
TB: Celakalah si pemberontak dan si cemar, hai kota yang penuh penindasan! | Zefanya 3:1 (TB)



Betapa besar kekecewaan Tuhan; kota milik-Nya dan umat kesayangan-Nya tidak setia kepada-Nya (2). Setelah ditegur dengan keras pun, tidak terjadi perubahan (7). Demikianlah rasanya cinta bertepuk sebelah tangan.

Tuhan sangat mengasihi umat-Nya. Tak kurang cara Tuhan memelihara mereka. Sejarah panjang Israel menceritakan karya besar Tuhan. Ketika umat-Nya tak setia pun, tak henti-hentinya Tuhan menegur. Sangat panjang kesabaran Tuhan kepada mereka. Namun, ketika teguran keras diberikan pun, mereka tetap tidak mau berbalik kepada Tuhan. Cinta Tuhan yang begitu mendalam menjadi cinta bertepuk sebelah tangan.

Lalu, apakah dalam kekecewaan-Nya Tuhan menghentikan cinta-Nya? Sama sekali tidak! Tuhan tetap adil dan tidak berbuat kelaliman, serta selalu mengingatkan umat akan hukum-Nya (5). Kita tahu, sejarah bangsa Israel dalam pembuangan pun tetap dilingkupi kasih Tuhan yang besar.

Sungguh, tak mudah menjalani cinta yang bertepuk sebelah tangan. Jika cinta itu berkaitan dengan cinta antara laki-laki dan perempuan, mungkin nasihat yang akan diberikan adalah untuk move on, menghentikan cintanya, dan mengalihkan kepada orang lain. Namun, cinta bertepuk sebelah tangan tidak hanya terjadi antara laki-laki dan perempuan.

Orang tua yang mengasihi anaknya dengan sungguh-sungguh pun kerap mendapati anaknya berlaku tidak hormat dan tidak mengasihi mereka. Sebaliknya, ada pula anak yang mengasihi orang tua, tetapi orang tua mengabaikan anaknya. Hal ini juga bisa terjadi antara saudara, guru dan murid, dan antarjemaat. Yang satu mengasihi dan peduli, tetapi yang lain tidak.

Tentu, tidak enak jika mencintai, tetapi bertepuk sebelah tangan. Kita merasa sakit dan kecewa. Karena itu, berupayalah untuk saling mengasihi antarsesama. Terlebih lagi, mari kita membalas cinta kasih Tuhan yang tiada pernah berhenti dalam hidup kita. Jangan biarkan cinta Tuhan bertepuk sebelah tangan. Jangan biarkan Tuhan kecewa kepada kita! [KRS]


Sunday 26 February 2023

NYANYIAN SEBAGAI PEMBENTUK JATI DIRI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EZRA 3:8–13
Setahun : Bilangan 30–31

NYANYIAN SEBAGAI PEMBENTUK JATI DIRI
Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan. (Ezra 3:11)

Pada abad ke-6 SM, kerajaan Yehuda dijajah oleh kerajaan Babel. Umat Allah dipaksa keluar dari tanah air mereka untuk tinggal di Babel. Selama hidup di sana, mereka harus mengikuti gaya hidup bangsa Babel. Kita bisa melihat kisah Daniel sebagai contohnya. Nama Yahudi mereka pun diganti dengan nama khas Babel. Mereka juga dilarang menyembah Allah Yahwe. Kerajaan Babel mencabut jati diri bangsa jajahannya sampai ke akarnya.

Setelah puluhan tahun dalam masa pembuangan, Allah memulangkan umat-Nya ke Yerusalem. Hal pertama yang mereka lakukan adalah membangun Bait Suci yang sudah dibumihanguskan oleh Babel (ay. 8–9). Hal ini sangatlah penting karena Bait Suci merupakan pusat dan dasar dari jati diri mereka sebagai umat pilihan.

Akan tetapi, pembangunan Bait Suci memakan waktu yang lama. Itu sebabnya, sekalipun Bait Suci belum berdiri, mereka mulai dengan bernyanyi memuji Tuhan (ay. 10–11). Bernyanyi secara efektif mengembalikan dan meneguhkan jati diri mereka sebagai umat Allah setelah sekian lama dilikuidasi oleh Babel. Secara khusus, nyanyian di ayat 11 menyebutkan tentang kasih setia Allah yang merupakan intisari dari relasi mereka yang istimewa dengan Allah (kovenan).

Di sinilah, kita harus memahami kembali betapa pentingnya nyanyian pujian dengan pembentukan jati diri kita sebagai anak Tuhan. Nyanyian pujian mengingatkan kita akan siapa kita, siapa Allah, dan apa hubungan kita dengan-Nya. Tetaplah memuji Allah!



JATI DIRI KITA SEBAGAI UMAT ALLAH TERPANCAR SANGAT INDAH MELALUI NYANYIAN PUJIAN KEPADA ALLAH


Saturday 25 February 2023

Cuek Bebek

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Zefanya 2:1-3
Setahun : Bilangan 28–29

Cuek Bebek
TB: Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, | Zefanya 2:1 (TB)



Apa yang bisa membuat seseorang luluh dan urung dari murkanya? Bisa jadi hal itu adalah pujian atau hadiah. Apa yang bisa membuat Tuhan mengurungkan hukuman-Nya? Hal itu bukanlah benda apa pun, melainkan pertobatan.

Nabi tidak hanya menyerukan hukuman dari Tuhan. Lebih dari sekadar alat Tuhan untuk mengancam umat-Nya, nabi juga menyerukan pertobatan supaya umat tidak menerima murka Tuhan.

Nabi Zefanya menyebut Yehuda sebagai umat yang acuh tak acuh (1). Mereka diundang untuk bersikap peduli dengan kondisi mereka yang sudah berada di ujung tanduk kemurkaan Tuhan. Mereka diundang untuk bertobat dengan cara berbalik: mencari Tuhan, melakukan keadilan, dan mengejar kerendahan hati (3).

Dalam hidup, kadang kita dapat bersikap acuh tak acuh. Misalnya, ketika ada orang yang berkata nyinyir mengenai diri dan hidup kita. Situasi demikian tentu tak perlu dipedulikan. Justru kita perlu bersikap cuek bebek sehingga tidak murung termakan omongan yang tidak membangun. Namun, terhadap banyak hal lain, kita tak boleh bersikap cuek bebek. Justru kita harus peduli terhadap sekeliling, peka terhadap apa yang terjadi.

Sering kali ide dan inspirasi datang melalui cara tak terduga ketika sedang mengobrol dengan sahabat atau sekadar memandangi orang yang lalu-lalang di jalan. Tak jarang masukan datang melalui mulut orang-orang yang mengasihi kita, tetapi tak jarang pula kita mengabaikannya. Sangat mungkin, teguran datang dengan sangat halus ketika kita melakukan kesalahan.

Untuk yang terakhir itu, kiranya kita makin mengasah kepekaan kita. Kalau kita merasa diri benar atau selalu benar, kita tidak mungkin sadar ketika melakukan kesalahan. Dengan demikian, kita tidak akan bisa memperbaiki kesalahan kita. Jika kita menganggap orang lain lebih rendah daripada kita, telinga kita tidak dapat menerima teguran yang membuat kita menjadi lebih baik. Marilah buang sikap cuek bebek yang bisa menjerumuskan kita ke dalam kesalahan yang lebih besar lagi, menghalangi kita menjadi lebih baik, dan merugikan kita. [KRS]

Zefanya 3:1-8

Kepala batu, degil, dan bebal adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan orang yang sudah ditegur atau diperingatkan dengan baik-baik, namun tidak peduli; bahkan, yang sudah diberi hukuman pun, tetap tidak jera. Orang-orang seperti itu sepertinya makin banyak kita jumpai di sekitar kita sekarang ini.

Seperti itulah orang-orang Yehuda pada zaman Nabi Zefanya. Mereka merasa hebat dengan kejahatan yang mereka lakukan, padahal mereka lupa bahwa karena kejahatan itu, Allah akan membinasakan mereka.


Friday 24 February 2023

JANGAN SAMPAI PATAH SEMANGAT!

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 18:14
Setahun : Bilangan 26–27

JANGAN SAMPAI PATAH SEMANGAT!
Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah? (Amsal 18:14)

Suatu pagi, saya sedikit berargumen dengan ibu saya karena beliau terus-menerus mengeluhkan kondisi tubuhnya yang terasa lemah. Saya agak terganggu melihat kurangnya semangat dalam dirinya, sehingga mencoba mendorongnya agar mengobarkan semangat untuk bangun dan memulai aktivitas. Namun, upaya saya terlihat sia-sia karena ibu saya memilih menyerah pada kelemahan tubuhnya. Hingga suatu hari ibu saya mulai bangkit semangatnya dan dapat memulai aktivitas sepanjang hari tersebut.

Ada dua hal kontradiktif yang disajikan penulis kitab Amsal hari ini, mengenai efek dari semangat dalam diri seseorang. Orang yang bersemangat diyakini dapat menanggung penderitaan yang sedang dialaminya. Sebaliknya, orang yang sudah patah semangat, sukar untuk dipulihkan, sehingga penulis Amsal sampai menuliskannya dengan nada bertanya. Kuncinya ada pada diri orang yang patah semangat itu. Selama ia belum menyadari dan mampu menyemangati dirinya sendiri, maka upaya pemberian semangat dari luar dirinya pun akan sia-sia. Mengapa orang bersemangat dapat menanggung penderitaannya? Karena ada harapan dan keyakinan dalam dirinya bahwa suatu saat penderitaannya akan berakhir.

Faktor kunci yang sering kali melemahkan semangat adalah ketika kita mengizinkan situasi dan kondisi melemahkan semangat kita. Kondisi yang bisa dilawan dengan iman dan harapan yang selalu ada di dalam Tuhan (Ams. 23:18). Tuhan yang kita sembah, sanggup untuk mengubah penderitaan dan kubangan air mata menjadi sukacita besar. Jadi, mari bersemangat!



SEMANGAT YANG BERKOBAR MENANDAKAN KUATNYA HARAPAN DAN KEYAKINAN KEPADA TUHAN


Thursday 23 February 2023

Kedaluwarsa

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 25:27-30
Setahun : Bilangan 23–25

Kedaluwarsa
TB: Kemudian dalam tahun ketiga puluh tujuh sesudah Yoyakhin, raja Yehuda dibuang, dalam bulan yang kedua belas, pada tanggal dua puluh tujuh bulan itu, maka Ewil-Merodakh, raja Babel, dalam tahun ia menjadi raja, menunjukkan belas kasihannya kepada Yoyakhin, raja Yehuda, dengan melepaskannya dari penjara. | 2 Raja-raja 25:27 (TB)



Setelah 37 tahun menjalani masa pembuangan, Yoyakhin mendapat belas kasihan dari raja Babel (27).

Dia diberi kedudukan yang lebih tinggi daripada raja-raja lain (28). Dia pun tidak lagi mengenakan pakaian penjara dan boleh makan di hadapan raja Babel (29). Bahkan, dia mendapatkan uang belanja setiap hari (30). Tidak disebutkan alasan mengapa raja Babel mengubah sikapnya. Tidak pula disebutkan berapa lama hal itu terjadi. Apakah itu hanya sementara atau sampai Yoyakhin meninggal dunia? Namun yang jelas, penderitaan Yoyakhin sebagai raja yang kalah terpenjara telah berakhir.

Kiranya demikian juga kita bisa memandang kehidupan kita. Ada masa-masa berat yang membuat kita merasa tidak ada lagi harapan. Ada pula kejadian-kejadian buruk yang membuat kita merasa tak lagi berharga. Namun, semua masa berat itu tidak berlaku selamanya.

Tidak selamanya hidup akan berduka. Tidak ada penderitaan tanpa akhir. Tidak ada orang yang tidak pernah mengalami kebahagiaan. Hidup selalu memiliki masanya sendiri, baik suka maupun duka, baik ringan maupun berat.

Kalau makanan ada waktu kedaluwarsanya, artinya ada waktunya makanan itu tidak lagi layak dikonsumsi. Meminjam hal itu, hidup pun bisa kedaluwarsa. Artinya, masa-masa dalam kehidupan silih berganti. Duka dan penderitaan akan kedaluwarsa pada waktunya.

Oleh karena itu, kita bisa menjalani penderitaan dengan tetap berpengharapan. Namun, pada saat yang sama, suka pun ada kedaluwarsanya. Dengan demikian, kita tidak menjadi jemawa dan lupa daratan. Ketika bersuka, kita tetap ingat akan siapa kita dan tidak merendahkan orang yang sedang menderita.

Sebagaimana kita tidak tahu alasan mengapa raja Babel mengasihani Yoyakhin, kita pun bisa jadi tidak tahu segala alasan di balik suka duka yang terjadi dalam hidup kita. Tak semua hal dapat dijelaskan. Tak semua hal tampak jelas penyebabnya. Maka, kita harus siap untuk menerima suka dan duka, ringan dan berat, yang silih berganti datang dalam hidup, hingga masa kedaluwarsanya. [KRS]


Wednesday 22 February 2023

KEBULATAN TEKAD HIDUP

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EZRA 4:1–4
Setahun : Bilangan 21–22

KEBULATAN TEKAD HIDUP
Tetapi Zerubabel, Yesua, dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata kepada mereka: “Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun rumah bagi Allah kami, karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN, Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresh, raja negeri Persia.” (Ezra 4:3)

Pepatah “maju terus pantang mundur” menggambarkan kebulatan tekad untuk terus melangkah dengan yakin, sekalipun harus menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat langkah kita serta membutuhkan pengorbanan. Keyakinan itu sendiri didasarkan pada harapan akan sesuatu yang bisa kita dapatkan. Untuk itulah maka keyakinan itu dijawab dengan tindakan nyata, guna mencapai harapan tersebut.

Kebulatan tekad ini yang dirasakan oleh Zerubabel, Yesua, serta para kepala kaum keluarga orang Israel ketika membangun kembali Bait Allah, sesudah mereka pulang dari pembuangan. Dalam pembangunan itu, mereka dihambat oleh lawan-lawan mereka dengan menggunakan tipu daya (ay. 2) dan juga ancaman (ay. 4). Lawan-lawan mereka sendiri adalah tawanan yang dibuang di Samaria, yang juga membangun kuil untuk dewa-dewa mereka disana, sehingga mereka tidak menyukai pembangunan kembali Bait Allah. Sekalipun menghadapi hambatan yang mengancam nyawa mereka, bangsa Israel tetap teguh dalam tekadnya untuk membangun Bait Allah. Tekad kuat itu didasarkan pada keyakinan bahwa Allah yang menjadi harapan mereka, telah membebaskan mereka dari pembuangan. Dengan membangun Bait Allah, mereka menjawab perintah Allah, serta bertekun dalam tekadnya.

Kebulatan tekad para kepala kaum keluarga bangsa Israel tersebut hendaknya menjadi teladan bagi kita untuk terus melangkah maju dengan tekad kuat. Karena Allah akan menuntun langkah kita, seperti juga dengan langkah bangsa Israel.



KEBULATAN TEKAD AKAN MENGUATKAN KITA UNTUK DAPAT MELANGKAH MAJU


Tuesday 21 February 2023

Diremukkan Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 24:18-25:21
Setahun : Bilangan 19–20

Diremukkan Tuhan
TB: Zedekia berumur dua puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja dan sebelas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hamutal binti Yeremia, dari Libna. | 2 Raja-raja 24:18 (TB)



Zedekia termasuk raja dalam akhir sejarah Yehuda. Karena memberontak terhadap Babel (24:20), Zedekia diserang Nebukadnezar (25:1-6), anak-anaknya dibunuh (25:7), dan dia sendiri dibunuh di Babel (25:21).

Alkitab menggambarkan kehancuran Yehuda secara menyeluruh. Perkakas dari Bait Allah dan semua orang penting diangkut ke Babel (25:13-21). Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah sendirilah yang meremukkan Yehuda (24:20).

Harapan masa depan dan hidup yang lebih baik hanya mungkin jika ada kesadaran akan dosa-dosa yang telah dilakukan. Itulah yang disuarakan oleh para nabi. Kesabaran dan pengampunan dari Tuhan tidak dapat dipermainkan. Yehuda tak bisa lagi mengelak dari kehancuran.

Berbagai tonggak kehancuran juga terjadi dalam sejarah umat manusia: Berlin, Auswitch, Stalingrad, Hiroshima dan Nagasaki. Kejahatan kemanusiaan dan kengerian sejarah akibat kejahatan hati manusia bukan hal yang asing dalam sejarah modern. Jika terus terjadi penyangkalan terhadap dosa-dosa sejarah, maka tidak mungkin ada masa depan dan kehidupan yang lebih baik.

Konsekuensi dosa bisa sangat menghancurkan, seperti yang kita baca pada sejarah Yehuda. Kenyataan hari-hari gelap harus dijalani di pembuangan di Babel.

Berbagai dosa dalam kehidupan kita juga sering menghasilkan tragedi, korban, dan kehancuran, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam keluarga kita. Betapa sering kita hidup dalam penyangkalan dosa-dosa tersebut. Namun, Tuhan terus hadir dan bekerja dalam kehidupan kita. Selalu ada harapan untuk masa depan jika kita berbalik dan mengarahkan hati kepada Tuhan.

Memang perubahan tidak terjadi seketika, sama seperti Israel yang harus menghidupi hukuman pembuangan. Meski demikian, Allah yang bekerja dan menyertai di Yerusalem juga ikut dan menyertai Israel di pembuangan di Babel. Menjalani hidup bersama Tuhan, baik dalam waktu susah, maupun waktu yang baik, itulah harapan dan kekuatan kita. [IHM]


Monday 20 February 2023

ALAMAT KEBAHAGIAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : PENGKHOTBAH 2:1–11
Setahun : Bilangan 16–18

ALAMAT KEBAHAGIAAN
Aku berkata dalam hati: “Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itu pun sia-sia.” (Pengkhotbah 2:1)

Seorang anak kecil datang ke sebuah restoran. “Saya ingin membeli ini untuk ibu,” katanya sambil menyodorkan selembar resep dari dokter. Rupanya anak itu salah alamat. “Nak,” pelayan restoran itu tersenyum, “Apa yang kau mau beli tidak ada di sini, tetapi ada di apotek tepat di sebelah restoran ini.”

Kekeliruan anak kecil itu mungkin membuat kita tertawa geli. Namun, tahukah kita bahwa di kehidupan ini ada satu alamat yang banyak orang sering salah kunjungi? Alamat itu adalah tempat di mana kebahagiaan berada. Faktanya, kebahagiaan yang hanya ada pada Tuhan, sering kali dicari di tempat-tempat lain, seperti materi, nafsu duniawi dan ketenaran. Salomo adalah seorang yang pernah menjelajah semua alamat di dunia yang tampak menawarkan kebahagiaan. Di akhir upayanya mencari rasa bahagia, ia mengatakan bahwa semua upayanya sia-sia. Perkataan Salomo bukan sekadar isapan jempol belaka. Itulah sebabnya, Alkitab mencatatnya sebagai seorang yang begitu kaya dan termasyhur. Situasi kehidupan demikian membuat Salomo cenderung berpetualang mencari kebahagiaan. Sayangnya setelah mengunjungi tempat-tempat berlabel materi, nafsu duniawi dan ketenaran, Salomo tidak jua menemukan yang ia cari-cari selama ini.

Seseorang yang mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang salah hanya membuang waktu dan tenaganya untuk mengerjakan hal sia-sia. Sungguh amat disayangkan jika kita termasuk bagian dari orang-orang tersebut. Ingat, kebahagiaan dirasakan oleh hati kita. Itulah alasan mengapa kebahagiaan hanya dapat diberi oleh Tuhan, Sang Pembentuk Hati Manusia. Jadi apabila kita ingin mencari kebahagiaan, maka alamat yang tepat adalah Tuhan.



ALAMAT KEBAHAGIAAN ADA PADA TUHAN, DAN SELAMANYA ITU TIDAK AKAN BERPINDAH


Sunday 19 February 2023

Dalam Rencana Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 23:1-30
Setahun : Bilangan 14–15

Dalam Rencana Tuhan
TB: Sesudah itu raja menyuruh orang mengumpulkan semua tua-tua Yehuda dan Yerusalem. | 2 Raja-raja 23:1 (TB)



Yosia melancarkan reformasi di Yehuda dengan segenap kekuatan. Ia membawa seluruh rakyat kembali kepada perjanjian dengan Tuhan (1-3); menghapus segala penyembahan Baal, Asyera, dan Molokh (4-10); merobohkan mazbah ilah yang dibangun raja sebelumnya (11-20); serta kembali merayakan Paskah untuk Tuhan (21-23).

Yosia disebut sebagai raja yang berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati. Tidak ada raja sebelumnya dan sesudahnya yang sama dengan Yosia (25). Walaupun perubahan yang dilakukan memberikan banyak harapan, namun Tuhan tidak beralih dari murka-Nya kepada Yehuda yang ditimbulkan oleh kejahatan Manasye (26).

Hidup dalam rencana Tuhan memang penuh paradoks dan tak selalu dapat kita pahami. Kitab Tawarikh mencatat kerumitan dari kematian Yosia. Diceritakan bahwa Yosia melawan pesan Allah dan berperang melawan Raja Nekho dari Mesir hingga akhirnya tewas dalam peperangan di Megido (2Taw. 35:20-26). Walau demikian, dalam catatan Kitab 2 Raja-raja, tidak ada kisah komplikasi Yosia yang melawan pesan Allah. Hanya ketaatan dan reformasi yang dilakukan Yosia yang menjadi fokus dan sentral cerita.

Mungkin Kitab 2 Tawarikh mencoba menjelaskan kematian dini Yosia dengan lebih mendetail yang menyebutkan kesalahan Yosia. Mungkin Kitab 2 Raja-raja lebih menekankan ketaatan Yosia, dan kematian dialaminya sebagai pemenuhan janji Allah bahwa Yosia akan mati dengan damai dan tidak akan melihat kehancuran Yehuda (2Raj. 22:20).

Memang hidup dalam rencana Tuhan bisa penuh kerumitan dan paradoks, karena manusia terbatas dalam memahami keseluruhan rencana Tuhan. Mati dalam peperangan bisa jadi termasuk kematian dalam damai, dibandingkan dengan mati dalam kehancuran Yehuda karena murka Allah. Atas seluruh kerumitan itu, Yosia memilih taat. Dengan sepenuh hati dan kekuatan, Yosia mengajak umat bertobat dan meruntuhkan penyembahan berhala. Di tengah paradoks hidup dan misteri rencana Allah, tetaplah taat dan setia kepada Tuhan! [IHM]


Saturday 18 February 2023

MENEMBUS BATAS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EFESUS 3:14–21
Setahun : Bilangan 12–13

MENEMBUS BATAS
Bagi Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. (Efesus 3:20)

Kehadiran orang-orang kreatif selalu mampu mengundang decak kagum dari banyak orang saat berhadapan dengan karya mereka yang terbilang istimewa. Lain daripada yang lain. Karya yang bekerja melalui cara berpikir out of the box. Kerangka berpikir yang menuntun mereka menembus batas nalar kebanyakan orang. Kreativitas yang jauh melampaui kemampuan rata-rata orang pada umumnya.

Kekristenan pun pada dasarnya berbicara tentang orang-orang percaya yang mampu menunjukkan kreativitas yang tak kalah menakjubkan. Daya cipta yang berdasarkan kekayaan kemuliaan-Nya (ay. 16), bekerja melalui iman yang berakar serta berdasar di dalam kasih (ay. 17). Iman yang menempatkan kita berada di atas jalan kemustahilan dalam menyiasati kesulitan hidup yang ada.

Keajaiban dalam hidup dengan sendirinya tidak pernah dapat dilepaskan dari cara berpikir kita yang sarat dengan seluruh kepenuhan-Nya (ay. 19). Nalar yang mengisyaratkan kreativitas tanpa batas dan menjamin kita menerima segala sesuatu jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan (ay. 20). Kreativitas nan menakjubkan yang berujung pada kemuliaan bagi nama Tuhan (ay. 21).

Mukjizat akan senantiasa menandai kreativitas orang percaya yang hidup dalam kepenuhan Kristus. Kreativitas yang terbilang istimewa karena pikiran-Nya mewarnai cara kita berpikir. Keistimewaan ini dengan sendirinya bakal mendatangkan decak kagum lantaran bekerja jauh menembus batas nalar kebanyakan orang. Di situlah nama Tuhan dipermuliakan.



MUKJIZAT BEKERJA MENEMBUS BATAS NALAR BAGI ORANG-ORANG PERCAYAYANG HIDUP DALAM KEPENUHAN KRISTUS


Friday 17 February 2023

Ingin Bertahan Hidup Malah Menuju Maut

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 21
Setahun : Bilangan 10–11

Ingin Bertahan Hidup Malah Menuju Maut
TB: Manasye berumur dua belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh lima tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hefzibah. | 2 Raja-raja 21:1 (TB)



Raja Manasye menggantikan Hizkia, ayahnya, dan berkuasa selama 55 tahun, hampir dua kali lipat masa kekuasaan Hizkia. Dari lamanya berkuasa, tampaknya Manasye jauh lebih berhasil daripada ayahnya yang setia kepada Allah.

Alkitab menggambarkan Manasye sebagai raja yang jahat yang menyembah Baal dan Asyera (3, 7). Pada zaman kuno, penyembahan ilah lain selalu berhubungan dengan politik dan pengaruh kerajaan lain, dalam hal ini Asyur. Justru karena takluk pada Kerajaan Asyur, masa kekuasaan Manasye menjadi yang terpanjang dalam sejarah Yehuda. Bukankah ini keberhasilan?

Namun, vonis yang disampaikan nabi sangat jelas. Karena dosa dan kejahatannya, Allah membulatkan hati untuk menghancurkan Yerusalem dan Yehuda (10-16). Manasye termasuk sebagai raja yang paling jahat dalam sejarah Yehuda. Bahkan, seluruh kehancuran Yehuda dijelaskan Alkitab sebagai akibat dosa Manasye (2Raj 24:3). Jadi, keberhasilan di mata manusia bisa saja adalah kejahatan di mata Allah.

Suara nabi menusuk ke dalam realitas kehidupan. Keberhasilan, harta, dan kekuasaan, itulah yang dikejar Manasye. Dalam segala standar manusia, Manasye tampak berhasil. Takhta dan kekuasaannya berjaya selama puluhan tahun. Dunia melihat itu sebagai hasil permainan politik yang sangat licin dan hebat. Namun, suara nabi mengungkap ujung kematian dan kehancuran untuk Manasye dan Yehuda.

Vonis untuk Manasye bisa terkesan terlalu keras. Bukankah semua orang berusaha bertahan hidup? Pedagang berusaha untung, politisi berusaha menang, banyak orang ingin sukses dan kaya raya. Mungkinkah teguran nabi terlalu histeris?

Ikut Tuhan memang bukan soal keberhasilan, kekuasaan, dan kekayaan. Suara para nabi memang bukan untuk menenangkan, melainkan untuk membakar; sebab, salib Kristus adalah jalan yang dipilih Tuhan untuk keselamatan. Buat banyak orang, salib itu kebodohan dan kelemahan. Buat orang percaya, salib Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah. [IHM]


Thursday 16 February 2023

PUJIAN DI TENGAH KESESAKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 TAWARIKH 20:1–30
Setahun : Bilangan 8–9

PUJIAN DI TENGAH KESESAKAN
Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata …. (2 Tawarikh 20:21)

Hari itu Raja Yosafat menerima pemberitahuan bahwa suatu laskar yang besar datang dan bersiap untuk menyerang. Yosafat menjadi takut, lalu ia mengambil keputusan untuk mencari Tuhan. Setelah berunding dengan rakyat, Yosafat kemudian merancang strategi yang tidak akan pernah terpikirkan oleh suatu bangsa manapun di dunia ini. Alih-alih mengirimkan prajurit terbaik untuk berperang, Yosafat mengangkat orang-orang untuk menyanyikan nyanyian syukur bagi Tuhan.

Zaman sekarang, tindakan Yosafat seumpama mengirimkan tim paduan suara ke tengah medan pertempuran. Sungguh tampak konyol dan tidak masuk akal, bukan? Faktanya, di tengah kesesakan, rakyat Yehuda memutuskan untuk meninggikan nama Tuhan. Mereka meyakini bahwa medan pertempuran adalah milik Tuhan, dan kemenangan sepenuhnya berada di tangan Tuhan. Oleh sebab mengandalkan Tuhan, bangsa itu pun pada akhirnya memperoleh kemenangan. Memuji Tuhan di tengah kesesakan menunjukkan bahwa kita tidak berfokus kepada besarnya masalah, tetapi kepada besarnya kuasa Tuhan. Saat kita memuji nama Tuhan, saat itu kita seolah tidak lagi memperkatakan masalah kita kepada Tuhan, namun memperkatakan siapa Tuhan di depan masalah.

Adakah hari-hari ini kita sedang mengalami kesesakan? Sekiranya ya, janganlah kita menjadi takut ataupun terkejut. Ingatlah bahwa medan pertempuran selamanya tetap adalah milik Tuhan. Di tengah kesesakan, tetaplah kita berdiri tegak, puji nama Tuhan, dan lihatlah bagaimana Tuhan memberikan kemenangan kepada kita.



MARILAH KITA MENINGGIKAN TUHAN DI ATAS SEGALA PERSOALAN DENGAN CARA TETAP MEMUJI DIA BAHKAN DI TENGAH KESESAKAN


Wednesday 15 February 2023

Tuhan yang Menjawab Doa

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 20:1-11
Setahun : Bilangan 7

Tuhan yang Menjawab Doa
TB: Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." | 2 Raja-raja 20:1 (TB)



Hizkia memang dikisahkan sebagai raja yang setia kepada Tuhan dan yang doanya dijawab. Namun, Tuhan bukanlah mesin penjawab doa.

Awalnya, firman Tuhan kepada Hizkia berkata bahwa Hizkia akan mati dalam sakitnya (1). Dengan sungguh-sungguh Hizkia berdoa (2), maka Allah memperpanjang hidupnya 15 tahun lagi dan berjanji bahwa Ia akan melepaskan Yerusalem dari tangan Asyur (5-6).

Relasi dengan Tuhan adalah relasi dengan Pribadi yang berdaulat dan merespons dengan cara dan waktu-Nya. Yesaya yang belum keluar dari Bait Allah harus balik lagi menyampaikan firman Tuhan yang baru kepada Hizkia (4).

Alkitab juga mengisahkan Hizkia yang meminta tanda dari Tuhan. Dipilihnya tanda yang lebih sulit, yaitu tapak bayangan tiang waktu berjalan mundur (10). Apakah Hizkia skeptis? Atau, malah dia sangat percaya? Yang pasti, Tuhan tidak menolak interaksi dan permintaan semacam itu dari umatnya.

Banyak orang Kristen yang lebih suka berhubungan dengan Tuhan sebagai mesin penjawab doa. Mengikut Tuhan yang seperti itu lebih mudah. Kita tak perlu tahu isi hati Tuhan dan kehendak-Nya. Yang penting doa akan dikabulkan dan Tuhan harus bekerja sesuai kehendak kita. Tak heran Sigmund Freud, Ludwig Feuerbach, dan banyak filsuf lain sering menertawakan orang beragama yang lebih suka menyembah Tuhan imajinasinya sendiri.

Berhubungan dengan Tuhan yang tak dapat diprediksi seperti Allah Hizkia mungkin kurang menyenangkan. Allah yang seperti itu tidak selalu menjawab doa keinginan kita. Standar kebaikan-Nya berbeda dari standar kita. Hikmat-Nya melampaui yang dapat kita pahami. Bagaimana kita sanggup berhubungan dengan Allah seperti itu?

Namun, Hizkia memilih percaya kepada Allah yang demikian. Karena hanya Allah yang berdaulat seperti Dia yang benar-benar Allah. Memang Tuhan tak selalu memenuhi keinginan kita, bahkan banyak hal yang terjadi atas kehendak-Nya tak mampu kita pahami.

Ketika kesulitan hidup mengimpit kita, sanggupkah kita tetap setia dan tetap percaya kepada Allah yang hidup? [IHM]


Tuesday 14 February 2023

MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN PASANGAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : FILIPI 2:1–11
Setahun : Bilangan 5–6

MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN PASANGAN
Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)

Suatu ketika saya dan istri terlibat dalam perdebatan kecil soal arah. Ketika hendak berfoto, saya merasa dia keliru menyebut arah, tetapi ketika saya hendak mengoreksi, malah terjadi kesalahpahaman sehingga perdebatan kecil itu pun terjadi. Syukurlah perdebatan itu tidak berlangsung lama karena kami sudah cukup mengenal satu sama lain. Lewat keputusan untuk mengalah dan tidak memperpanjang urusan, acara refreshing kami pun dapat berlanjut dengan suasana hati yang baik. Saya tak bisa membayangkan seandainya kesalahpahaman itu meruncing lalu menjadi masalah yang serius.

Dalam kehidupan berkeluarga, acap kali bukan hal-hal besar yang menimbulkan konflik serius, tetapi hal-hal kecil yang tidak diselesaikan—sebagian pasangan bahkan terkesan tidak tahu cara menyelesaikannya. Masalah lampu menyala atau mati saat tidur, atau pencetan pasta gigi dimulai dari bawah, tengah, atau atas … jika gagal dicari solusinya, bisa berpotensi menyebabkan perceraian! Dalam kondisi itulah, nasihat firman Allah hari ini sebaiknya tidak diabaikan, yakni bagaimana seseorang belajar memperhatikan kepentingan suami atau istrinya, bukan hanya sibuk menuntut pemenuhan kepentingan pribadinya.

Banyak masalah pernikahan sebenarnya dimulai dari pengabaian kepentingan pasangan, karena suami atau istri lebih berfokus pada kepentingan pribadi. Memperbaiki kondisi ini tampaknya dapat menjadi upaya yang baik dalam menjauhkan perdebatan, konflik, hingga pertikaian dalam kehidupan berkeluarga yang kita jalani. Selamat mencoba.



KEEGOISAN DAPAT MENGHANCURKAN KEHIDUPAN PERNIKAHANJIKA TIDAK DIRESPONS DENGAN KESEDIAAN DAN UPAYA UNTUK BERUBAH


Monday 13 February 2023

Bolder Iman

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 18:13-37
Setahun : Bilangan 3–4

Bolder Iman
TB: Dalam tahun keempat belas zaman raja Hizkia majulah Sanherib, raja Asyur, menyerang segala kota berkubu negeri Yehuda, lalu merebutnya. | 2 Raja-raja 18:13 (TB)



Bolder adalah perangkat pelabuhan yang terbuat dari besi cor yang ditanam pada dermaga, dan berfungsi untuk menambatkan kapal di dermaga atau perangkat untuk mengikatkan tali di kapal. Dalam konteks iman, bolder iman adalah sandaran iman kita. 2 Raja-raja 18 mencatat peristiwa di mana orang-orang Yehuda membutuhkan bolder iman saat Sanherib, raja Asyur, menyerang dan mengepung Yerusalem.

Dalam kondisi tertekan, Raja Hizkia sudah hampir menyerah. Ia mengirim utusan kepada Sanherib untuk mengakui bahwa ia telah takluk. Sanherib menuntut Hizkia untuk memberikan upeti berupa emas dan perak. Karena itu, Hizkia berencana mengambil emas dari Bait Allah (13-16). Raja Asyur mengirim beberapa pejabat ke Yerusalem, lalu terjadilah bahwa salah satu dari pejabat itu mencela dan menghina Tuhan Allah (17-35).

Juru minuman agung Raja Asyur membandingkan allah mereka dengan Tuhan Allah yang disembah oleh Hizkia, dan menunjukkan bagaimana allah mereka lebih kuat daripada Tuhan Allah. Hizkia memerintahkan para pejabat Kerajaan Yehuda yang dipimpin Elyakim bin Hilkia untuk tidak membalas (36-37). Hizkia memutuskan untuk mengembalikan segala pergumulan hanya kepada Tuhan Allah. Hizkia menyadari sepenuhnya bahwa hanya Tuhan yang dapat menolong dan mengeluarkan mereka dari situasi yang sulit.

Seandainya peristiwa yang dialami Hizkia menimpa kita, bagaimana kita tetap dapat berpegang teguh pada Allah? Di saat seperti itulah kita membutuhkan bolder iman yang teguh. Beberapa kali pemazmur menegaskan bagaimana Allah menjadi sandaran dan tempat perlindungan yang kokoh (lih. Mzm. 12:6; 20:2-3; 46:2, 5-8; 57:2-4). Bolder iman kita adalah Allah yang kekal, Sang Pencipta langit bumi, yang tidak pernah meninggalkan karya kasih-Nya, dan yang pemeliharaan-Nya atas umat-Nya tiada pernah berhenti.

Dengan berpegang erat pada bolder iman sekokoh ini, tak akan ada satu pun penderitaan ataupun pergumulan yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Rm. 8:31-39). [IBS]


Sunday 12 February 2023

MEMUJI TUHAN: HOBI ATAU DISIPLIN?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 147
Setahun : Bilangan 1–2

MEMUJI TUHAN: HOBI ATAU DISIPLIN?
Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. (Mazmur 147:1)

Saya pernah membesuk seorang Oma. Dia duduk lemah di kursi rodanya. Di tengah obrolan, tiba-tiba dia menyanyikan sebuah lagu rohani yang riang. Ketika dia mulai bernyanyi, saya terkejut dengan perubahan drastis dari dirinya. Suaranya yang lirih menjadi kencang. Perawatnya yang berdiri di sampingnya berkata, “Oma sejak masih muda memang hobi bernyanyi memuji Tuhan.” Kalimat ini memantik pertanyaan dalam batin saya, “Apakah bernyanyi memuji Tuhan adalah sebuah hobi?”

Setelah lama merenung, saya berkesimpulan bahwa bernyanyi memuji Tuhan tidak boleh berhenti hanya sebagai sebuah hobi. Bernyanyi memuji Tuhan merupakan sebuah disiplin rohani bagi semua orang percaya.

Salah satu perbedaan penting dari keduanya adalah bila bernyanyi merupakan hobi maka sangat tergantung pada suasana hati (mood). Tidak demikian bila bernyanyi merupakan disiplin. Kita tetap bernyanyi dalam keadaan apa pun, termasuk saat enggan bernyanyi. Kita selalu bernyanyi memuji Tuhan karena mendatangkan pelbagai manfaat bagi kerohanian, antara lain mengingatkan kita tentang siapa dan karya Allah seperti yang digambarkan oleh Mazmur 147 ini. Bernyanyi memuji Tuhan mengarahkan iman kita pada kasih setia-Nya (ay. 11). Bernyanyi memuji Tuhan memompakan kekuatan yang baru bagi kita (ay. 3, 6).

Anda sering merasa tidak bersemangat, lesu, atau malas untuk bernyanyi memuji Tuhan? Pada saat seperti itu, apakah Anda menutup mulut atau tetap bersuara memuji Dia? Bernyanyi memuji Dia di setiap waktu akan menguatkan dan menyehatkan iman kita di sepanjang perjalanan kehidupan ini.



BERNYANYI MEMUJI TUHAN ADALAH KOMITMEN YANG BERDASARKANKESADARAN AKAN MANFAAT-MANFAATNYA BAGI KEROHANIAN KITA


Saturday 11 February 2023

Identitas Rancu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 17:24-41
Setahun : Imamat 26–27

Identitas Rancu
TB: Raja Asyur mengangkut orang dari Babel, dari Kuta, dari Awa, dari Hamat dan Sefarwaim, lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria menggantikan orang Israel; maka orang-orang itupun menduduki Samaria dan diam di kota-kotanya. | 2 Raja-raja 17:24 (TB)



Identitas diri adalah dokumen yang sangat penting dimiliki oleh seseorang karena dokumen itu menjadi petunjuk keberadaan pribadi tersebut di dunia ini. Tetapi, bagaimana jika identitas itu menjadi rancu? Perikop kita berbicara tentang orang-orang Samaria yang dipindahkan untuk menempati daerah orang Israel. Mereka menolak untuk mengikuti pola penyembahan kepada Tuhan Allah.

Raja Asyur membuang orang-orang Israel dari Kerajaan Utara ke daerah orang Madai (5-6). Daerah orang Israel kemudian diisi oleh bangsa-bangsa dari daerah Babel dan sekitarnya (24). Sekalipun orang-orang ini diam di daerah Israel, mereka menolak menyembah Tuhan Allah. Mereka mempertahankan ilah-ilah mereka sendiri dan bahkan melakukan persembahan kurban anak manusia (29-32).

Tindakan ini memengaruhi sisa-sisa orang Israel yang masih ada di sana untuk ikut menyembah ilah baru itu sambil tetap menyembah Tuhan! (33-34). Dengan sengaja mereka mengingkari perjanjian mereka dengan Tuhan Allah, dan mereka mengajarkan pola pikir dan pola hidup sinkretis ini kepada anak cucu cicit mereka (35-41).

Mengapa mereka mengalami krisis identitas yang sedemikian parah? Karena mereka mengikuti bangsa-bangsa yang ada di sekitar mereka (15). Mereka memandang rendah keberadaan Tuhan Allah dan dengan sengaja mereka melupakan riwayat penyertaan Tuhan atas mereka. Mereka juga mengabaikan hukum-hukum Allah dan menggantinya dengan keinginan hati mereka sendiri. Sebagai akibatnya, nilai moral mereka tergerus menjadi tidak lebih baik daripada bangsa sekitar, dan mereka tidak lagi mengalami kuasa karya Allah dalam hidup mereka.

Manusia ada karena Allah yang menciptakan. Oleh karena itu, hakikat kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan di dalam Allah Sang Pencipta (Mzm. 16). Ketika manusia berupaya melarikan diri dan menjauh dari Allah, serta melupakan identitasnya yang sejati sebagai anak-anak Allah, maka mereka akan mendapat kegelisahan dan kehausan rohani. Adakah kita memiliki persekutuan yang hidup dengan Tuhan Yesus, Air Hidup yang kekal? [IBS]

2 Raja-raja 18:1-12

Hidup ini adalah pilihan, dan tiap-tiap orang diberi kemampuan untuk memilih dan menghidupi apa yang dia pilih. Kita mungkin pernah mendengar ada anak yang hidup takut Tuhan, berkelakukan baik, bertumbuh dalam kerohanian yang baik pula, walaupun ternyata orang tuanya atau keluarganya bukanlah seorang Kristen yang baik, atau mungkin justru bukan orang yang mengenal dan percaya kepada Kristus. Sebaliknya, ada juga individu yang berasal dari keluarga yang sangat rohani, namun ia sendiri hidup jauh dari Tuhan. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena masing-masing orang bebas memilih jalannya sendiri jauh dari latar belakang keluarganya.


Friday 10 February 2023

MENIKMATI BERKAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : PENGKHOTBAH 6:1–6
Setahun : Imamat 24–25

MENIKMATI BERKAT
Peringatkanlah orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. (1 Timotius 6:17)

Bukan berita baru lagi jika kita sering mendengar bagaimana orang-orang yang masih berusia muda mendadak kaya karena prestasinya. Tetapi, hidup berlimpah uang ternyata tidak membuat hati menjadi puas. Dengan kekayaan itu, mereka mampu membeli mobil-mobil mahal, rumah mewah, berlibur ke tempat-tempat yang indah, dan berpesta pora. Dan sering terjadi bagaimana kekayaan itu membawa mereka pada kejatuhan perilaku yang tidak bermoral serta penggunaan obat-obatan terlarang.

Pengkhotbah rupanya sangat peduli kepada orang-orang yang hidupnya begitu bergantung pada kekayaannya. Uang, jika tidak diterima dengan rasa syukur dan tidak dikelola dengan baik, justru memberi dampak yang buruk. Ia melukiskan mereka yang tidak mampu mengelola kekayaan dengan baik bak seorang yang hanya bergelimang harta namun tidak memiliki Allah. Ada orang-orang yang begitu kaya namun mereka tetap saja tidak bahagia dan akhirnya meninggal tanpa pewaris (ay. 1–2). Ada juga orang-orang yang punya waktu hidup lebih lama dan berkecukupan, tapi tidak pernah merasakan kepuasan dan meninggal tanpa pernah merasa diri dicintai (ay. 3–6). Akhirnya, Pengkhotbah pun menyimpulkan: lebih baik tidak hidup daripada kaya dan tenar namun hidup menderita.

Rasul Paulus juga mengingatkan bagaimana semestinya kita memandang kekayaan: saat kita membiarkan Allah mengontrol hidup kita, maka kita dapat menikmati berkat di dunia, karena Dia "memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati" (1Tim. 6:17). Kemampuan kita mengelola keuangan dengan baik, memampukan kita dapat mensyukuri segala berkat Tuhan dan kita pun dapat menikmatinya dengan sukacita.



NIKMATILAH SEGALA BERKAT TUHAN DENGAN RASA SYUKUR DAN KELOLALAH UNTUK MEMULIAKAN NAMA-NYA


Thursday 9 February 2023

Melecehkan Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 16
Setahun : Imamat 22–23

Melecehkan Tuhan
TB: Dalam tahun ketujuh belas zaman Pekah bin Remalya, Ahas anak Yotam raja Yehuda menjadi raja. | 2 Raja-raja 16:1 (TB)



Kita selalu diperhadapkan pada pilihan. Salah satu pilihan dalam kehidupan adalah: Untuk siapa kita hidup, untuk Tuhan atau untuk manusia? Ahab, raja Yehuda, diperhadapkan pada pilihan kepada siapa dia akan mengarahkan imannya. Keputusan Ahab menentukan masa depan pemerintahannya.

Ahab mewarisi takhta Kerajaan Yehuda dari Yotam, ayahnya ketika ia berumur dua puluh tahun. Ia memerintah selama enam belas tahun (1-2). Ironisnya, sekalipun istana Ahab tidak jauh dari Bait Allah, ia tidak mau menyembah Tuhan Allah yang sejati. Ia malahan memilih untuk hidup menurut perbuatan raja-raja Israel yang jahat, yaitu mempersembahkan anaknya sebagai kurban dalam api, serta mempersembahkan kurban kepada berhala (3-4).

Demi persekutuannya dengan raja Asyur, Ahab menyingkirkan peralatan persembahan kurban dan dekorasi di dalam Bait Allah (6-18). Pilihan yang diambil Ahab menegaskan sikap penolakannya terhadap Allah yang sejati, dan ia memilih untuk menyembah berhala-berhala mati yang tidak berdaya.

Tindakan-tindakan yang dilakukan Ahab menunjukkan bagaimana ia memandang rendah hakikat dan keberadaan Allah dalam hidupnya. Penulis Kitab Raja-raja membandingkan perbuatan Ahab dengan Raja Daud, leluhurnya, dan menunjukkan bagaimana tindakan Ahab dikategorikan sebagai "tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahnya" (2). Sebagai konsekuensi berat yang harus ditanggungnya, Ahab tidak mengalami berkat penyertaan Tuhan dalam hidupnya.

Sebagai manusia, mengapa kita perlu memiliki persekutuan yang hidup dengan Tuhan Yesus? Mengapa kita perlu mengambil pilihan berdasarkan pengetahuan yang benar bagi kemuliaan Kristus? Karena Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah supaya manusia dapat menjadi mitra kerja Allah dalam mengelola bumi (Kej. 1:26-27). Kepada kita sebagai umat-Nya, Allah menjanjikan penyertaan dan pemeliharaan sehingga kita dapat memenuhi panggilan asali kita (Rm. 8:28-30). Sekarang pilihan manakah yang akan kita ambil? [IBS]


Wednesday 8 February 2023

MAKNA PENDERITAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 KORINTUS 13
Setahun : Imamat 19–21

MAKNA PENDERITAAN
Ia menahan segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:7)

Menjaga ibunda yang sakit di rumah sakit bersama adik perempuan saya, pertanyaan yang terus berputar di benak adalah, “Mengapa orang percaya harus menderita?” Menunggu di samping tempat tidur ibu sambil terus memperhatikan kebutuhan infus obat, vitamin, dan makanan adalah pekerjaan yang sepertinya tanpa makna. Ibu juga tidak mampu lagi berkomunikasi karena tidak punya energi. Masa-masa menunggu tanpa kepastian akan kesembuhan ibu membuat seolah tidak ada kepastian kapan penderitaan itu akan berakhir.

Banyak lagi penderitaan lain yang diderita baik oleh orang percaya maupun bukan. Lalu, jika semua manusia menderita, apakah yang membedakan kita dengan mereka? Jawabannya adalah kasih. Rasul Paulus mengungkapkan makna kasih dengan indah dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Salah satu pernyataan kasih adalah sabar menanggung segala sesuatu, termasuk penderitaan. Kasih bahkan menuntut jauh lebih banyak daripada yang bisa kita lakukan atau bayangkan. Untuk itu, Tuhan Yesus sudah memberikan teladan-Nya. Ia bahkan terus memberi hikmat dan kekuatan agar kita dapat melaksanakan perintah-Nya, yakni saling mengasihi.

Saya sungguh bersyukur dan berterima kasih atas perhatian, dukungan, doa, dan segenap bantuan yang kami terima dari saudara seiman selama ibunda sakit hingga dijemput pulang oleh Bapa Surgawi sekitar tiga tahun lalu. Sungguh melimpah kasih Kristus yang kami rasakan melalui dukungan itu. Melalui penderitaan, kasih Kristus dapat diwujudkan secara nyata oleh semua pengikut-Nya.



PENDERITAAN MENJADI PENUH MAKNA TATKALA ORANG PERCAYAMEWUJUDNYATAKAN KASIH KRISTUS UNTUK MENGHADAPINYA


Tuesday 7 February 2023

Dengan Segenap Hati

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 15:1-7, 32-38
Setahun : Imamat 16–18

Dengan Segenap Hati
TB: Dalam tahun kedua puluh tujuh zaman Yerobeam, raja Israel, Azarya, anak Amazia raja Yehuda menjadi raja. | 2 Raja-raja 15:1 (TB)



Sebuah ujaran bijak mengatakan: "Pengalaman adalah guru yang terbaik".

Wafatnya Raja Amazia di Lakhis membuat Azarya bin Amazia mendapatkan tampuk kerajaan di usia yang masih belia, yaitu 16 tahun. Masa pemerintahan Azarya-yang juga dikenal dengan nama Uzia (32)-ditandai dengan kedamaian dan ketenangan selama 52 tahun (1-2). Namun, tulah berupa sakit kusta membuat Azarya tidak dapat memerintah dengan efektif. Yotam bin Azarya kemudian menjalankan roda pemerintahan (32-38).

Kitab Tawarikh memberikan catatan bagaimana Azarya berusaha dengan segenap hati untuk mengikuti jalan Tuhan yang diberikan melalui Nabi Zakharia (2Taw. 26:3-5). Inilah kunci keberhasilan masa pemerintahan Azarya. Ketika Yotam mewarisi pemerintahan, ia mengikuti teladan itu (32-34).

Namun, ketika kedua raja ini tidak bersikap tegas terhadap penyembahan berhala, di sanalah Tuhan menghadirkan teguran-Nya (4-5, 35). Azarya mendapat tulah sakit kusta yang menghentikan kariernya sebagai raja. Sementara Raja Yotam- yang juga tidak tegas terhadap penyembahan berhala- mendapati bahaya dari Rezin, raja Aram, yang bersekutu dengan Pekah, raja Israel, untuk menyerang Yehuda (37).

Pengalaman iman mendidik kita untuk mengenali pentingnya memiliki dan menjaga relasi yang sehat dengan Tuhan. Pengenalan akan Allah yang sejati mendorong kita untuk berusaha keras menghadirkan nilai-nilai dan kebenaran Allah dalam hidup kita. Tujuan utama dari kehidupan setiap umat Allah adalah supaya orang lain dapat melihat perubahan kualitas kehidupan di dalam Allah yang sejati.

Mengapa kita perlu mengikuti Allah dengan segenap hati? Penulis amsal menasihatkan kita untuk memercayakan kehidupan kita sepenuhnya kepada Tuhan, dan Ia akan meluruskan dan mengarahkan jalan kita (Ams. 3:5-6). Tuntunan hidup yang benar hanya akan kita dapatkan ketika kita belajar melangkah bersama Kristus. Maka, di dalam pengalaman iman kita sendiri, sudahkah kita berjalan bersama Tuhan? [IBS]


Monday 6 February 2023

MENOLAK MENGAKUI MASALAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 9:9–13
Setahun : Imamat 14–15

MENOLAK MENGAKUI MASALAH
Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.” (Matius 9:12)

Dengan penuh sukacita, Tuhan menyambut para pendosa, dan makan bersama mereka. Kaum Farisi mengecam hal itu, tetapi Tuhan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.”

Apakah Tuhan hendak mengatakan bahwa para pendosa yang makan bersama-Nya itulah “orang sakit” yang butuh diselamatkan, dan kaum Farisi adalah “orang-orang sehat” yang tidak memerlukannya? Jelas bukan itu. Tuhan tahu, semua orang—termasuk kaum Farisi—adalah pendosa yang butuh diselamatkan.

Jadi, apa sebenarnya maksud Tuhan?

Dengan sabda itu (ay. 12), Tuhan mengkritik kaum Farisi, yang penuh dosa namun menolak mengakui dosa mereka, dan merasa tak butuh Juru Selamat. Pula, dengan sabda itu, Tuhan sekaligus juga mengkritik semua orang yang memiliki masalah namun menolak mengakui masalahnya dan menolak upaya penyelesaian masalah. Siapa sajakah mereka?

Orang yang bersalah tetapi merasa benar, enggan mengakui kesalahannya, dan tak merasa perlu bertobat. Orang sakit yang menolak mengakui sakitnya, mengeklaim diri baik-baik saja, dan merasa tak perlu berobat. Orang yang menolak mengakui bahwa Covid-19 amat berbahaya, menolak vaksinasi, dan menolak menjalani protokol kesehatan. Orang yang sikap kelirunya merusak kebersamaan, tetapi merasa benar, menolak mengakui kekeliruannya (apalagi memperbaiki diri), hingga tidak damai dalam kebersamaan. Dan banyak lagi.

Memang demikianlah ihwalnya: jujur mengakui masalah yang ada adalah langkah awal yang harus diambil demi langkah lebih lanjut menuju keadaan yang lebih baik.



TANPA KEJUJURAN UNTUK MENGAKUI YANG HARUS DIAKUI,TAK ADA KESEMPATAN UNTUK MENJADI LEBIH BAIK


Sunday 5 February 2023

Nabi yang Benar

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 Raja-raja 13:14-25
Setahun : Imamat 11–13

Nabi yang Benar
TB: Ketika Elisa menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, datanglah Yoas, raja Israel, kepadanya dan menangis oleh karena dia, katanya: "Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!" | 2 Raja-raja 13:14 (TB)



Untuk mengetahui bahwa sesuatu itu salah atau mengandung kesalahan, apa yang menjadi acuannya adalah hal yang benar. Untuk tahu bahwa ada nabi yang salah/ palsu kita harus lebih dulu tahu seperti apa nabi yang benar.

Elisa pernah mengucapkan perkataan yang sama dengan Yoas: "Bapaku, Bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!" (14; 2Raj. 2:12). Kalimat ini menunjukkan ketidakberdayaan pasukan Israel menghadapi pasukan Aram. Dalam suatu penglihatan, Elisa bersedih karena suatu waktu Hazael akan menjadi raja Aram dan membawa malapetaka bagi Israel (2Raj. 8:11-13).

Waktunya telah datang, Hazael telah menjadi raja Aram dan menindas Israel (22). Di tengah keadaan itu, Elisa menubuatkan bahwa Allah akan memberikan tiga kemenangan kepada Israel. Hal itu terjadi pada masa Yoas (23-25).

Elisa sungguh-sungguh nabi Allah. Ia dipenuhi Roh untuk menampilkan kuasa Allah kepada umat-Nya (4:32-35; 13:21). Ia adalah juru bicara yang menerima penyataan dari Allah. Ia meneruskan penyataan tersebut kepada umat Allah sekalipun pesannya tidak masuk akal pada masa itu. Tergenapinya penyataan itu menegaskan bahwa ia seorang nabi yang benar.

Yang membedakan nabi sejati dengan nabi palsu adalah kehidupan dan pesan yang dibawanya. Ia adalah orang yang dekat dengan Allah sehingga menangkap pesan Allah dengan jelas. Pesannya adalah perkataan keselamatan maupun hukuman yang sesuai dengan kehendak Allah.

Ada banyak orang yang mengaku sebagai nabi Allah. Mereka meramal apa yang akan terjadi dan berbicara dengan penuh keyakinan. Namun, itu hanya pesannya sendiri dengan membawa-bawa nama Allah.

Kita harus menguji orang itu dan pesannya. Apakah hidupnya sesuai dengan pesan yang disampaikannya? Apakah pesannya selaras dengan seluruh rencana Allah dalam Alkitab? Apakah ia menekankan pribadi dan karya Yesus Kristus? Apakah ia menggunakannya untuk membangun jemaat (1Kor. 14:29-32)? Tidak semua penyataan berasal dari Allah. Waspada dan ujilah! [JMH]