Friday 31 March 2023

Merespons Pengurbanan-Nya

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 26:1-16
Setahun : Rut 1–4

Merespons Pengurbanan-Nya
TB: Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: | Matius 26:1 (TB)



Ingatan akan pengurbanan Yesus seharusnya membuat setiap orang Kristen menghargai hidupnya dengan sungguh-sungguh dan menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Pengurbanan Yesus sangatlah mahal dan tak dapat dibandingkan dengan apa pun.

Narasi ini adalah awal penderitaan Kristus menurut Injil Matius. Ada tiga tindakan yang menunjukkan respons terhadap penderitaan-Nya.

Tindakan pertama adalah persekongkolan para pemimpin agama Yahudi untuk membunuh Yesus (3-5). Tindakan kedua sangat kontras dengan yang pertama karena menampilkan seorang perempuan yang dengan kasih yang tulus mengurapi kepala Yesus dengan minyak wangi yang mahal (6-7). Yesus meminta para murid untuk memaknai tindakan perempuan itu sebagai persiapan untuk penguburan-Nya. Sementara itu, sebuah ironi ditunjukkan dalam tindakan ketiga, yaitu Yudas Iskariot, seorang murid Tuhan yang justru menjual Sang Guru (14-16).

Selain rencana pembunuhan dari para pemuka agama yang memang telah beberapa kali digambarkan, hal yang menarik adalah kontras antara tindakan sang perempuan dan Yudas Iskariot.

Tindakan mereka berdua sesungguhnya berkorelasi dengan uang. Perempuan itu rela memberikan minyak yang sangat mahal sebagai tanda kasih kepada Tuhan Yesus. Sementara itu, Yudas justru menjual Sang Guru demi uang yang tidak seberapa. Sebagian penafsir menduga bahwa tindakan Yudas adalah respons atas penderitaan yang diwartakan oleh Sang Guru. Mungkin ia berpikir: daripada ia tak mendapat apa-apa dari perjalanannya selama ini, lebih baik mendapat untung dengan mengkhianati Gurunya.

Mari kita berefleksi. Selama mengikut Tuhan, apakah kita telah bersedia untuk memberikan diri kita yang seutuhnya kepada Tuhan? Atau, apakah kita justru seperti Yudas yang berpikir untuk mengikut Tuhan hanya demi keuntungan pribadi? Apakah kita hanya bersemangat untuk meminta kepada Tuhan? Ingatkah kita untuk mengasihi Dia dengan seluruh kemampuan jiwa raga kita? [WDN]


Thursday 30 March 2023

KESAKSIAN DALAM KERAMAHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EFESUS 4:17–32
Setahun : Hakim-hakim 20–21

KESAKSIAN DALAM KERAMAHAN
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:32)

“Suasana seperti ini yang menjadi salah satu alasan saya memutuskan menjadi Kristen sewaktu muda dulu,” ujar seorang nenek ketika kami duduk bersebelahan saat melayat. Ia mengaku terpesona akan keramahan, kebersamaan dan kepedulian jemaat kepada keluarga yang tengah berduka. Ia merasakan vibrasi yang positif, yakni perasaan dikasihi dan dihargai.

Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk bersikap ramah, penuh kasih dan pengampun. Hal yang demikian ditekankan mengingat mereka adalah orang-orang pilihan Allah yang telah dikuduskan dan dikasihi Allah. Menerima kasih Allah haruslah mendorong umat rindu menyatakan kasih yang serupa kepada sesama. Bukan hanya berhenti melakukan hal jahat, mereka harus dapat melakukan yang baik kepada semua orang. Dengan demikian mereka saling mendukung dan membangun dalam kehidupan bersama, serta bersaksi bagi mereka yang belum mengenal Dia.

Keramahan sering dipandang remeh. Padahal, keramahan dapat menjadi pintu kesaksian. Keramahan dapat membuat seseorang merasa diperhatikan, dipedulikan dan diterima keberadaannya. Keramahan juga dapat menjadi tanda adanya pengampunan atas kesalahan. Keramahan dapat membangun suasana serta menularkan energi positif. Kiranya pengudusan dari Allah atas diri kita membuahkan kasih yang nyata, yang salah satunya terwujud melalui sikap yang ramah. Keramahan yang tulus, yang dilakukan dalam kerinduan untuk menyaksikan kasih Allah. Bukan kamuflase atau manipulasi yang dilakukan dalam rangka mencari keuntungan terselubung.



TAK PERLU BERTERIAK UNTUK MENYATAKAN KASIH DEMI MENYAKSIKAN INJIL ALLAH.KITA CUKUP MELAKUKANNYA SAJA DALAM TINDAKAN NYATA.


Wednesday 29 March 2023

Bekerja & Berkarya: Persembahanku bagi-Nya

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 25:14-30
Setahun : Hakim-hakim 18–19

Bekerja & Berkarya: Persembahanku bagi-Nya
TB: "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. | Matius 25:14 (TB)



Sering kali kita lupa bahwa segala yang kita miliki merupakan anugerah dari Tuhan. Keluarga, sahabat, pekerjaan, hingga talenta adalah anugerah yang Tuhan percayakan. Semuanya itu harus disyukuri dan dikelola dengan sebaik-baiknya sebagai tanggung jawab serta ucapan syukur kepada-Nya.

Perumpamaan dalam renungan kali ini juga dapat dipandang dari sisi yang serupa. Seorang tuan yang hendak pergi ke luar negeri, serta memanggil dan memercayakan hartanya kepada tiga hambanya (14). Jumlah yang dipercayakan kepada mereka berbeda-beda; ada yang diberi lima, dua, dan satu talenta (15).

Ketiga hamba itu mengelola talenta dengan cara yang berbeda-beda juga. Hamba pertama dan kedua berhasil mengembangkan talenta dari tuannya dan mendapatkan laba dua kali lipat (15-17). Lain halnya dengan hamba ketiga yang justru mengubur talenta tersebut dan tidak mengembangkannya sama sekali (18). Alasannya adalah karena tuannya adalah orang yang kejam sehingga ia takut kepadanya dan memutuskan untuk "menjaga" talenta itu baik-baik (24-25).

Dalam benak hamba yang terakhir, talenta itu bukanlah anugerah atau kehormatan. Tuannya memberikan kepercayaan, tetapi kepercayaan itu malah dianggap hanya sebagai beban oleh hamba tadi. Karena itu, sang hamba melangkah dengan ketakutan serta tidak menghasilkan apa-apa. Respons tuannya dapat ditebak, yakni sangat marah karena anugerah yang ia percayakan disia-siakan begitu saja.

Bukankah dalam kehidupan kita saat ini Tuhan juga telah memercayakan talenta kepada kita masing-masing? Bagi yang bekerja atau berkarya, ada tanggung jawab yang harus diemban dalam beragam situasi dan tempat. Entah yang kita pegang merupakan sesuatu yang kecil atau besar, tidak menjadi persoalan karena yang penting adalah cara kita mengelola tanggung jawab tersebut.

Marilah kita mengelolanya sebagai persembahan kepada Tuhan dengan penuh rasa syukur. [WDN]


Tuesday 28 March 2023

SANHERIB YANG PONGAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YESAYA 36
Setahun : Hakim-hakim 15–17

SANHERIB YANG PONGAH
"Siapakah di antara semua allah negeri-negeri ini yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?" (Yesaya 36:20)

Sanherib adalah raja Asyur, salah satu negeri paling kuat sekitar tahun 700-an SM. Ia juga meluaskan wilayahnya dengan menguasai kota-kota berkubu di negeri Yehuda. Pasukannya yang besar pun mengepung Yerusalem, pusat pemerintahan dan keagamaan Yehuda. Utusan Sanherib dengan pongah meminta mereka menyerah. Penduduk Yehuda diperingatkan agar tidak percaya kepada Raja Hizkia yang beriman bahwa Allah Israel akan melindungi mereka. Sanherib menegaskan bahwa Tuhan sendiri tidak sanggup melepaskan mereka dari tangannya. Kata-kata teror yang melemahkan semangat itu sengaja diserukan dalam bahasa Yehuda, agar semua penduduk mendengarnya.

Namun Hizkia, raja Yehuda, membawa perkara itu kepada Tuhan. Ia membentangkan surat ancaman Sanherib itu lalu berdoa di Bait Allah. Ia meneguhkan imannya serta memohon keselamatan dari Allah, sekalipun sejumlah besar musuh sedang berkemah di balik temboknya. Pada saat itulah Nabi Yesaya diutus Tuhan untuk meneguhkan Hizkia. Tuhan memberi jaminan bahwa Sanherib tidak akan menghancurkan atau memasuki Yerusalem, sebab Allah sendiri menjadi pagar kotanya. Pasukan Asyur pun terkena tulah, lalu Sanherib kembali ke negerinya. Bahkan akhirnya, ketika ia beribadah di kuil dewanya, ia dibunuh oleh anak-anaknya karena menginginkan takhtanya.

Kekuasaan, jabatan, pengaruh, kekayaan dan berbagai kelebihan lain dapat menjadikan kita pongah. Congkak dan amat sombong. Kita merasa segalanya ada di bawah kendali kita, hingga Tuhan sendiri pun dipandang rendah. Sanherib mati dalam sikap pongahnya. Kiranya kita tidak mengikuti jejaknya.



BERSIKAP PONGAH DAN MENINGGIKAN DIRI SENDIRIADALAH SALAH SATU JALAN PINTAS UNTUK MENGALAMI KEHANCURAN


Monday 27 March 2023

Ruang bagi yang Terbatas

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 24:36-51
Setahun : Hakim-hakim 12–14

Ruang bagi yang Terbatas
TB: Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." | Matius 24:36 (TB)



Pada era modern, pengetahuan yang rasional dan objektif menjadi yang terutama bagi manusia. Agama atau iman hanyalah keyakinan subjektif yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Dalam pemikiran ini manusia telah terbiasa untuk mengandalkan pengetahuannya, bahkan ketika beriman.

Jemaat mula-mula yang sedang menderita pasti ingin sekali mengetahui kapan Yesus datang kembali untuk memulihkan dunia. Mungkin mereka berpikir bahwa dengan mengetahui kapan hari itu akan tiba, mereka dapat bertahan dengan lebih baik di dalam masa-masa sukar.

Tetapi, Yesus menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu (36). Hari kedatangan-Nya adalah rahasia Bapa. Jadi, kita tidak perlu memprediksi kedatangan Kristus dengan cara apa pun. Biarlah rahasia tetap menjadi rahasia.

Yang Tuhan inginkan dari umat-Nya adalah tetap setia kepada-Nya di dalam keseharian (37-41). Tuhan mau agar umat-Nya selalu berjaga-jaga setiap saat, kapan pun kedatangan Tuhan nanti (42).

Inilah ciri-ciri dari seorang hamba yang setia. Masa sekarang dapat dikatakan sebagai masa pengujian. Hamba yang baik akan mempersiapkan dirinya dan mencari ruang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan, hamba yang jahat tidak akan bertahan di dalam ketidaktahuan. Mereka akan sibuk membuat perhitungan waktu dan mencari ruang untuk berbuat jahat sepuasnya sebelum Tuhan datang. Hal ini sungguhlah sangat jahat.

Ketidaktahuan menunjukkan keterbatasan manusia. Iman mengonfirmasi hal ini. Pengetahuan itu baik, namun terbatas. Pengetahuan juga adalah anugerah Tuhan yang perlu dimiliki dan dikembangkan, tetapi pengetahuan saja tidak dapat meraih kebenaran yang sepenuhnya. Dengan iman, kita dapat memberi ruang bagi misteri Allah yang melampaui batas pengetahuan kita. Ruang inilah yang membuat kita mampu berfokus pada panggilan kita dan terus setia setiap harinya, sehingga di dalam diri kita yang terbatas tersedia ruang bagi Dia yang tidak terbatas. [JHN]


Sunday 26 March 2023

KASIH YANG TIDAK MUNAFIK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 KORINTUS 6:1–13
Setahun : Hakim-hakim 10–11

KASIH YANG TIDAK MUNAFIK
Dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tulus ikhlas. (2 Korintus 6:6)

Ada yang segera berkunjung ke rumah sakit begitu mendengar kabar bahwa temannya mengalami kecelakaan. Ada yang rela meminjamkan sebagian harta miliknya untuk menolong teman yang terlilit utang. Ada pula yang rajin memuji orang lain, sekecil apa pun pencapaian yang mereka raih.

Ketiga tindakan di atas bisa menjadi contoh tindakan kasih secara nyata, asal dilakukan dengan motivasi yang benar. Malangnya, tidak sedikit orang melakukan kebaikan hanya sebatas kulit. Rajin berkunjung demi memuaskan rasa penasaran, rela memberi supaya orang lain merasa memiliki utang budi, atau senang memuji demi mengambil hati. Akhirnya, alih-alih menjadi berkat mereka hanya mengumbar kemunafikan. Mungkin orang lain tidak dapat melihat kemunafikan yang tersembunyi dibalik topeng kebaikan. Tetapi, bukankah ada Tuhan yang senantiasa sanggup menguji ketulusan dan kemurnian hati setiap umat-Nya?

Kita tidak memerlukan alasan lain untuk senantiasa hidup dalam kekudusan dan ketulusan. Cukup kasih dan kemurahan Tuhan satu-satunya alasan bagi kita untuk meninggalkan segala hal jahat. Paulus memberi teladan bagi kita dalam menghidupi jati diri sebagai pelayan pendamaian. Ia tetap melakukan tugas panggilannya dengan setia, meski secara lahiriah harus rela mengalami banyak kerugian. Hal itu dilakukannya karena ia percaya, bahwa Tuhan telah merancangkan hal yang baik bagi manusia. Alasan ini mendorongnya menghasilkan manfaat sebagaimana rancangan Allah semula. Jika tidak demikian, sia-sialah kasih karunia Allah atasnya.



APAKAH KEPEDULIAN KITA ADALAH ATAS DASAR KASIH ATAU SEKADAR PEMUAS RASA PENASARAN?


Saturday 25 March 2023

Waspada Delusi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 24:15-28
Setahun : Hakim-hakim 8–9

Waspada Delusi
TB: "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya-- | Matius 24:15 (TB)



Sejak abad pertama pun ada orang-orang yang mengalami delusi. Mereka merasa diri superior dan merasa memiliki kepekaan spiritual dari Tuhan. Tak jarang mereka memanipulasi umat dengan menuntut ketaatan buta, pemujaan, dan persembahan demi memperkaya diri. Mereka sangat yakin bahwa mereka diurapi Tuhan serta mengeklaim diri sebagai mesias.

Sebelum kedatangan Yesus yang kedua, akan terjadi masa penindasan yang sangat dahsyat (15-21), yang juga menimpa para pengikut Kristus (22). Yesus menyatakan bahwa di tengah situasi yang kacau ini, akan ada banyak penyesat yang mengeklaim dirinya sebagai mesias. Mereka akan menunjukkan tanda dan mukjizat yang dahsyat sehingga menarik banyak pengikut (23-24).

Banyak orang berada dalam kondisi tidak menentu, tidak memiliki arah, dan membutuhkan pegangan. Kadang kondisi ini membuat mereka mudah percaya dengan klaim-klaim hebat dari orang-orang yang memiliki delusi. Para penyesat/mesias palsu menawarkan solusi yang cepat dan spektakuler untuk mengatasi kesulitan mereka. Pastilah tidak mudah bagi orang-orang yang sedang kesulitan untuk menolak tawaran penyelesaian masalah.

Yesus mengajar kita untuk tidak memercayai para mesias palsu (25-26), karena ternyata orang percaya tidak dipanggil agar pergumulannya langsung selesai ketika mengikut Yesus. Orang percaya dipanggil untuk terus teguh dan setia mengikut Kristus di dalam kondisi sulit sekalipun. Orang-orang setia inilah yang nanti akan secara langsung menyaksikan kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

Berhati-hatilah ketika berada di dalam kesulitan, karena kita bisa menjadi sangat rentan terhadap manipulasi tokoh-tokoh agama yang berani mengeklaim dirinya sebagai mesias. Kita boleh saja meminta masalah-masalah hidup kita diselesaikan oleh Tuhan, tetapi tetaplah sadar bahwa yang terutama bagi kita adalah keteguhan iman dan kesetiaan kita dalam mengikut Dia.

Belajarlah untuk percaya kepada janji-Nya bahwa setiap umat-Nya yang setia akan menyaksikan kedatangan-Nya yang tiba-tiba itu. [JHN]

Matius 24:29-35

Sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, keadaan dunia semakin sulit dan penuh kekacauan. Namun, pada waktunya, kekacauan itu akan berakhir dan orang-orang akan melihat Yesus Kristus yang datang dalam kemuliaan-Nya. Orang-orang kudus, yaitu setiap orang yang percaya kepada Kristus, akan dikumpulkan menjadi umat milik-Nya yang kudus.

Yesus menegaskan bahwa murid-murid harus terus berjaga-jaga agar di tengah-tengah penindasan yang terus terjadi, mereka tidak mengikuti mesias palsu, namun tetap berpegang pada Injil keselamatan Kristus.


Friday 24 March 2023

KEUNTUNGAN DALAM PEKERJAAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 KORINTUS 16:10–18
Setahun : Hakim-hakim 6–7

KEUNTUNGAN DALAM PEKERJAAN
Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Korintus 16:14)

Secapai-capainya kamu bekerja, lebih capai pengangguran. Syukurilah pekerjaanmu saat ini, karena pekerjaan yang kamu keluhkan adalah impian mereka yang saat ini pengangguran. Dua kalimat tadi adalah nasihat pembimbing rohani kepada saya, waktu saya mengeluhkan pekerjaan. Jangan biarkan hal-hal sulit membuat saya tidak bersyukur atas segala keuntungan yang sudah didapat selama bekerja, itulah yang saya sadari.

Apa pun pekerjaan kita sekarang dan berapa pun penghasilannya, pekerjaan itu adalah pemberian Tuhan. Jadi, lakukanlah segala pekerjaan kita dalam kasih. Pekerjaan kita saat ini mungkin berat, mungkin gajinya kecil, mungkin dilakukan di medan yang sulit, tapi Tuhan mengasihi kita lewat pekerjaan itu. Merenungkan pekerjaan murid-murid Yesus seperti Paulus dan Timotius, kita tahu bahwa pekerjaan mereka itu tidak ringan dan sukar. Mereka harus berjerih lelah memberitakan Injil, kerap ditolak, mengalami masa-masa sukar, tapi mereka tetap bekerja dengan sukacita. Mereka tetap setia karena melakukan pekerjaan itu dengan kasih. Setiap pekerjaan pasti ada kesulitannya sendiri-sendiri. Jangan fokus pada kesulitannya, fokuslah pada solusinya.

Kita menerima gaji bulanan dan bonus, mengenal orang-orang baru, bisa beli rumah, mendapat THR saat hari raya, memperoleh tunjangan kesehatan, itulah berkat dari pekerjaan kita. Kita boleh bercerita kepada seseorang yang kita percaya masalah pekerjaan, namun kiranya kita tetap mencintai pekerjaan kita sehingga kita akan tetap bekerja dengan penuh kasih.



BERBAHAGIALAH YANG LELAH KARENA BEKERJA


Thursday 23 March 2023

Self-righteous

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 23:13-39
Setahun : Hakim-hakim 3–5

Self-righteous
TB: Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. | Matius 23:13 (TB)



Para pemimpin agama sering merasa terancam ketika otoritasnya dipertanyakan oleh orang yang kritis. Mereka merespons dengan menuduh orang kritis itu sebagai orang tidak beriman, orang kafir, atau orang berdosa yang tidak perlu didengarkan. Dengan begitu, mereka dapat mempertahankan otoritas dan kekuasaan mereka di hadapan umat.

Sudah seharusnya pemimpin agama mengembangkan sikap autokritik (kritik terhadap diri sendiri untuk perbaikan diri) dan bukan membela diri atau mengkritik orang lain. Maka, sifat yang berbahaya bagi tokoh agama adalah self-righteous, yaitu merasa dirinya paling benar. Sifat ini yang terlihat pada orang Farisi dan ahli Taurat.

Tujuh seruan "Celakalah" yang keras dari Yesus mengingatkan akan bahaya ini kepada orang banyak. Pertama, para pemimpin agama justru menghalangi umat dari keselamatan (13). Kedua, dalam mempertobatkan orang, mereka malah menekan orang-orang dengan aturan-aturan yang sejatinya bukan kebenaran, melainkan tradisi semata (15). Ketiga, mereka mengalihkan umat dari hal-hal yang sangat penting dalam ibadah ke hal-hal yang bersifat superfisial (16-19). Keempat, mereka mempraktikkan kewajiban persepuluhan, tetapi melupakan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan yang merupakan inti Taurat (23). Kelima, mereka munafik karena hanya berfokus pada tampak luar, padahal itu semua tidak bersesuaian dengan hati mereka (25-26). Keenam, mereka munafik karena mereka tampak baik dari luar, tetapi hati mereka penuh kebusukan dan kenajisan (27-28). Ketujuh, mereka adalah keturunan para pembunuh kebenaran, tepatnya para pembunuh Tuhan karena Tuhan adalah kebenaran (29-32).

Ketika kita mengaku beragama, berhati-hatilah dengan self-righteous. Sifat ini dapat menjadikan kita tidak lagi peka terhadap kelemahan, kesalahan, dan ketidaksempurnaan diri.

Mari kita berdoa kiranya Tuhan terus menegur kita, sehingga kita terbuka bagi setiap kritik dan bahkan dapat menghidupi autokritik yang membuat kita peka terhadap keterbatasan kita. [JHN]


Wednesday 22 March 2023

TURUT MERASAKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : IBRANI 4:14–5:10
Setahun : Hakim-hakim 1–2

TURUT MERASAKAN
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa. (Ibrani 4:15)

Saya mempunyai seorang kakak laki-laki yang mengidap gangguan kejiwaan. Semasa remaja, karena dampak dari gangguan kejiwaannya, kakak suka berbuat onar. Malam hari sewaktu kami semuanya tidur, ia malah berteriak-teriak. Itulah mengapa saya merasa sangat kesulitan untuk mengasihinya. Suatu hari karena dihadapkan pada banyak masalah, saya jadi stres berat dan kejadian itu menyebabkan jiwa saya terganggu. Meskipun tidak parah dan saya kemudian dapat bangkit kembali, pengalaman itu membuat saya menjadi lebih bisa mengasihi kakak serta memaklumi perbuatannya.

Banyak orang tidak benar-benar dapat memahami sesamanya sampai mereka sendiri mengalami hal yang sama. Alih-alih memaklumi, mereka malah menghakimi. Untungnya, Yesus yang adalah Imam Besar kita saat ini tidak bersikap demikian. Dia yang adalah Anak Allah, rela turun ke dunia dan kemudian menjelma menjadi manusia. Selain untuk menebus kita dari dosa, tujuan dari inkarnasi Yesus adalah supaya Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Faktanya, Yesus tahu bagaimana memikatnya godaan-godaan dosa yang diiming-imingkan oleh iblis. Dia juga tahu betapa kuatnya keinginan daging di dalam diri manusia. Namun berita baiknya, Yesus berhasil menang! Firman Tuhan mencatat, “… Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Oleh kemenangan Yesus, tidak hanya Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, tetapi Dia juga mampu memberi kita strategi untuk menang melawan godaan-godaan iblis. Dalam peperangan rohani, libatkan Yesus sebab Dia mengasihi kita, mengerti kelemahan kita dan memahami keterbatasan kita. Namun yang terutama, Dia tahu bagaimana cara untuk memenangkan pertempuran.



ALLAH DI DALAM KRISTUS TIDAK HANYA MENGALAMI KEHIDUPAN MANUSIADARI LAHIR SAMPAI MATI. IA JUGA TELAH MEMUNGKINKAN KEHIDUPAN MANUSIADIJALANI SEBAGAI KEHIDUPAN-NYA.—Yohan Candawasa


Tuesday 21 March 2023

Jaim Rohani

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 22:41-46
Setahun : Yosua 22–24

Jaim Rohani
TB: Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: | Matius 22:41 (TB)



Pengetahuan dapat membuat manusia menjadi pongah, merasa diri paling cerdas dan hebat, tidak terkecuali pengetahuan akan Tuhan. Sungguhlah menyedihkan kepongahan rohani ini.

Yesus prihatin terhadap realitas kepongahan rohani orang-orang Farisi yang berkali-kali berusaha menjatuhkan-Nya. Yesus seolah-olah seperti Sokrates yang sedang mempraktikkan metode elenchus, yakni metode filsafat yang menggunakan pertanyaan untuk membantah atau menyadarkan ketidaktahuan lawan bicaranya. Dengan bertanya, Yesus menunjukkan bahwa orang-orang Farisi itu sungguhlah buta.

Sayangnya, mereka tidak berani menyadari ketidaktahuan dan kebutaan mereka secara jujur. Padahal, kejujuran justru dapat membuat hati mereka terbuka sehingga dapat disembuhkan dari kebutaan rohani. Akibatnya, mereka tidak dapat melihat bahwa walau Mesias dapat disebut sebagai keturunan Daud, Dia juga memiliki natur ilahi (42). Mesias adalah Allah yang berinkarnasi, sehingga Daud menyebut-Nya sebagai Tuan/Tuhan (Adonai) (43-45; bdk. Mzm. 110:5).

Yesus menyingkapkan ketidakmampuan mereka dalam memahami hal ini, tetapi mereka tetap tidak mengakui kebutaan mereka. Memang mereka tidak lagi berani bertanya kepada Yesus, tetapi hal ini bukan karena kerendahhatian mereka, tetapi justru karena keangkuhan mereka yang tidak mau terlihat bodoh di depan orang banyak. Inilah jaim (jaga image) rohani, sikap tak mau tampak lebih rendah di mata orang banyak.

Marilah jujur kepada Tuhan bahwa kita adalah manusia terbatas yang mudah sekali menjadi pongah dan merasa diri paling hebat. Kita dapat datang kepada-Nya dengan kejujuran bahwa kita membutuhkan anugerah-Nya untuk memberikan kepekaan kepada kita agar terus dijaga dari kepongahan rohani.

Mari kita datang kepada-Nya dengan mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah Tuhan yang melampaui segala pemahaman kita, dan mari kita membuka hati untuk pimpinan Tuhan yang akan membimbing langkah-langkah kita. [JHN]


Monday 20 March 2023

TIDAK TAWAR HATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 17:32–45
Setahun : Yosua 20–21

TIDAK TAWAR HATI
Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." (1 Samuel 17:32)

Seorang filsuf dari India, Sai Baba, menulis serangkaian kata-kata bijak dan salah satunya berbunyi, “Hidup adalah tantangan, hadapilah!” Betul saja, memang hidup ini penuh dengan tantangan, pergumulan dan kesulitan. Bentuknya pasti beragam, kadarnya pasti berbeda. Persoalannya adalah apakah kita berani menghadapi dan menyelesaikannya, atau justru lari seperti seorang pengecut?

Saat di tengah perkemahan pasukan Israel yang sedang berhadapan dengan pasukan Filistin yang memiliki seorang jagoan perang yang luar biasa, yaitu Goliat, Daud pasti merasakan ada atmosfer ketakutan, tidak berdaya dan gentar. Sementara itu Daud, yang masih amat muda, berani berkata kepada Saul, raja Israel, agar jangan ada yang tawar hati melihat pasukan Filistin. Kata “tawar hati” dalam ayat ini berasal dari kata Ibrani “naphal” yang kurang lebih berarti tidak berdaya, gentar atau KO (knocked out). Daud dapat berkata demikian dan berani berhadapan dengan pahlawan Filistin karena ia tahu kemampuannya berdasarkan pengalaman (ay. 34–37) dan tentu saja, ia yakin akan adanya kuasa pertolongan dari Tuhan (ay. 37, 45). Kemenangan Daud juga ditentukan karena ia bertindak menghadapi Goliat. Ia mengambil batu licin dan menggunakannya dengan umban, mengenai dahi Goliat yang kemudian jatuh rebah ke tanah dan mati.

Tantangan, pergumulan dan kesulitan itu seperti “Goliat” yang harus kita hadapi, bukan lari darinya. Berani kita hadapi karena tahu kita sebenarnya mampu, terutama karena ada kuasa pertolongan Tuhan. Ia pasti sanggup menolong kita. Tepat waktu, tidak pernah terlambat bahkan bisa jadi lebih cepat dari yang kita duga. Keyakinan ini tentunya harus diikuti dengan “bertindak” menghadapi tantangan, pergumulan dan kesulitan itu. Bukan lari dan menjadi pengecut!



TANTANGAN, PERGUMULAN DAN KESULITAN ITU BIASA DALAM HIDUP INI.YANG LUAR BIASA ADALAH KUASA DAN PERTOLONGAN TUHAN.


Sunday 19 March 2023

Keangkuhan yang Bodoh

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Matius 22:23-33
Setahun : Yosua 17–19

Keangkuhan yang Bodoh
TB: Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: | Matius 22:23 (TB)



Pertanyaan tidak selalu diberikan karena ketidaktahuan. Kadang orang bertanya demi meneguhkan kepercayaan atau menjatuhkan orang lain.

Inilah yang dilakukan oleh beberapa orang Saduki (musuh kaum Farisi-Yahudi elite) yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati (23). Bagi mereka, kebangkitan adalah lelucon karena Torah (Taurat) tidak menyatakan hal ini.

Mereka menertawakan keyakinan orang Yahudi lainnya akan kebangkitan publik. Mereka mengajukan pertanyaan yang menjelekkan konsep kebangkitan dengan isu pernikahan levirat (24-28; bdk. Ul. 25:5-10). Mereka berpikir bahwa mereka sudah di atas angin dan tidak ada yang bisa melawan mereka.

Namun, dalam sekejap Yesus mempermalukan mereka. Keangkuhan mereka membutakan diri mereka karena Torah jelas-jelas mengajarkan kebangkitan orang mati. Jika Allah telah mengikat perjanjian kekal dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, tetapi tidak ada kebangkitan orang mati, perjanjian kekal tidak akan berarti (31-32). Jelaslah Allah Israel adalah Allah orang-orang hidup, bukan orang-orang mati. Inilah yang Yesus tegaskan.

Allah juga menjanjikan kebangkitan tubuh bagi manusia. Setiap orang yang bangkit akan menjadi seperti malaikat (30). Memang tak ada pernikahan di dunia yang akan datang, tetapi bukan berarti cinta itu sirna, sebab cinta justru akan menjadi sempurna di dalam kasih persaudaraan yang melampaui ikatan suami-istri dan hubungan darah.

Jawaban Yesus membuat mereka yang merasa superior tampak seperti orang bodoh. Mereka merasa direndahkan dan dihina. Mereka diam dalam kebencian dan keinginan untuk membunuh-Nya.

Janganlah menjadi angkuh dan takabur karena sikap inilah yang membuat kita hanya mau mendengarkan apa yang kita mau dengar. Hal ini juga membuat kita merasa superior sehingga membutakan kita dari ketidaktahuan dan kebodohan kita. Keyakinan dan kebanggaan diri yang begitu mengasyikkan dapat membuat manusia tak mampu lagi melihat kebenaran kasih dan karya penebusan Kristus yang sempurna. [JHN]


Saturday 18 March 2023

SUNGGUH-SUNGGUH BERKENAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TESALONIKA 4:1–8
Setahun : Yosua 14–16

SUNGGUH-SUNGGUH BERKENAN
Akhirnya, Saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. (1 Tesalonika 4:1)

Ketika awal mula saya mengenal Kristus, ada kobaran dalam hati saya untuk mengenal Allah dan hidup berkenan kepada-Nya. Sedapat mungkin saya berusaha menjaga hidup agar tutur kata, sikap, dan perilaku saya dapat menyenangkan hati-Nya. Namun, seiring berjalannya waktu, kerinduan untuk berkenan kepada Allah mengalami grafik naik turun karena berbagai kondisi. Saya bukannya tidak bersungguh-sungguh mengejar perkenanan Allah, tetapi saya mungkin perlu meningkatkan kesungguhan dalam hal tersebut.

Menurut Rasul Paulus, hidup berkenan kepada Allah bukanlah pilihan, melainkan keharusan bagi setiap orang percaya. Itulah yang hendak Paulus tekankan kepada jemaat di Tesalonika. Mereka yang telah mendengar pengajaran tentang kehidupan yang berkenan, diberinya nasihat agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi dalam melakukannya. Mengapa perlu ditekankan? Karena kesungguhan dalam menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah adakalanya kendur atau melemah. Salah satu penyebabnya bisa berupa hati yang tawar karena realita kehidupan berbeda dengan apa yang diharapkan atau didoakan. Kondisi yang juga sebaiknya kita waspadai sebagai orang percaya, agar kehidupan kita senantiasa berkenan kepada Allah.

Sebagai orang percaya, tak ada yang lebih indah kecuali kehidupan yang didapati berkenan kepada-Nya. Tentu, untuk menuju ke sana tak dapat dicapai dengan kekuatan kita, tetapi karya Roh Kudus yang akan memampukan kita untuk hidup seturut kehendak-Nya yang sempurna. Masih adakah kerinduan itu dalam diri kita?



KEHIDUPAN YANG BERKENAN DIHASILKAN DARI KESUNGGUHAN HATI, BUKAN USAHA ALA KADARNYA


Friday 17 March 2023

Kemujuran Orang Fasik Tahan Lama?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 21
Setahun : Yosua 11–13

Kemujuran Orang Fasik Tahan Lama?
TB: Tetapi Ayub menjawab: | Ayub 21:1 (TB)



Kemujuran orang fasik hanya bertahan sebentar saja jika kita melihat dari perspektif kekekalan. Tetapi, jika kita hanya melihat pada kehidupan ini, maka kemujuran orang fasik tampak bertahan lama.

Ayub menyanggah Zofar yang berkata: "sorak-sorai orang fasik hanya sebentar saja" (20:5) dengan menekankan bahwa kesenangan orang fasik nyatanya bertahan lama. Menurut Ayub, mereka panjang umur, mereka mendapatkan banyak keturunan, rumah mereka aman, mereka tidak dihukum Allah, dan usaha mereka berhasil (7-10). Keturunan mereka pun hidup bahagia, menikmati keberuntungan, dan akhirnya meninggal dengan tenang (11-13). Memang sering juga Allah menghukum orang fasik, bahkan keturunan mereka (16-21). Tetapi, pada kenyataannya banyak orang fasik yang tidak langsung dihukum (27-33).

Ayub melihat bahwa walau betul Allah menghukum orang fasik dalam kehidupan ini, tetapi Allah juga sering membiarkan mereka hidup dengan mujur seumur hidup mereka, bahkan mati dengan tenang. Karena itu, Ayub menganggap apa yang dikatakan teman-temannya bahwa orang fasik hanya bersorak untuk sementara merupakan penghiburan yang hampa (34).

Ketika kita melihat ke dunia sekitar, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa banyak orang fasik yang terus hidup makmur, bahkan sampai akhir hidup mereka. Tentu, cukup banyak yang mendapat hukuman dalam kehidupan ini, tetapi banyak juga yang sepertinya tidak mendapat hukuman. Sebenarnya, kita tidak perlu heran. Allah sudah menyerahkan dunia ini ke dalam kuasa Iblis (1Yoh. 5:19), sehingga banyak ketidakadilan yang terjadi di dunia ini (Pkh. 3:16; 4:1). Memang keadilan yang pas belum tentu diterima semua orang dalam hidup ini. Tetapi pada akhirnya, di dalam pengadilan terakhir, Allah akan memberikan keadilan yang pas kepada semua manusia.

Janganlah iri hati kepada orang fasik yang kemujurannya sepertinya bertahan lama, karena pada akhirnya mereka akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka! [INT]


Thursday 16 March 2023

TIADA AMPUN LAGI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YEREMIA 15:1–4
Setahun : Yosua 9–10

TIADA AMPUN LAGI
TUHAN berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!" (Yeremia 15:1)

Apa sifat atau karakter Allah yang paling sering kita ingat atau paling sering kita dengar dalam khotbah? Kemungkinan besar ialah tentang Allah Maha Baik dan Pengasih. Dia menerima pendosa serta mengampuni mereka. Memang, ini benar. Namun hanya memberi penekanan terhadap kebaikan Allah dapat membuat kita lupa bahwa Dia juga adalah Allah yang kudus, adil serta mencintai kebenaran. Dia tidak menganggap remeh dosa.

Zaman Manasye adalah salah satu masa tergelap bagi bangsa Israel dalam menaati Tuhan (ay. 4, bdk. 2Raj. 21). Sang raja membawa umat Allah berpaling dari-Nya. Bait Allah bahkan digunakan menjadi pusat penyembahan berhala. Kemerosotan moral pun terjadi di segala lapisan masyarakat. Saat itulah Nabi Yeremia diutus untuk memberitakan pesan pertobatan. Namun umat Israel tidak mendengarkannya. Maka pesan penghukuman pun diproklamirkan.

Allah menggambarkan betapa seriusnya kejahatan umat-Nya. Bahwa sekiranya pun Musa dan Samuel, dua tokoh dan pemimpin Israel yang sangat dekat dengan Allah, berdiri di hadapan-Nya untuk memohonkan ampun bagi Israel, Allah tidak akan mau mengampuni umat-Nya. Keputusan-Nya telah bulat, bahwa Dia akan menjadikan mereka sebagai kengerian bagi semua orang (ay. 4), agar mereka juga belajar menghormati Tuhan. Dan itulah yang terjadi, Yeremia sendiri menyaksikan bagaimana Yerusalem dihancurkan oleh musuh, bait Allah musnah, dan penduduk kotanya dibawa sebagai tawanan ke negeri asing. Itulah yang bisa terjadi ketika kita mengabaikan serta tidak menghargai Tuhan sekalipun kita telah mengalami berbagai kebaikan-Nya.



BERPALING DARI TUHAN SERTA MENGABAIKAN SEGALA KEBAIKAN-NYA BERARTI SECARA SENGAJA MEMILIH PENGHUKUMAN-NYA ATAS KITA


Wednesday 15 March 2023

Merasa Allah Tidak Adil

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 19
Setahun : Yosua 7–8

Merasa Allah Tidak Adil
TB: Tetapi Ayub menjawab: | Ayub 19:1 (TB)



Allah kita tidak mungkin melakukan ketidakadilan. Tetapi, dalam penderitaan, kita kadang merasa bahwa Allah tidak adil. Inilah juga yang dirasakan Ayub.

Ayub mengeluh karena teman-temannya sudah berulang kali menghina dia (2-3). Terhadap tuduhan mereka, ia ingin agar mereka mengetahui bahwa "Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku dan menebarkan jala-Nya atasku" (6). Walaupun ia berteriak, tidak ada yang datang menolong karena Allah telah menutup jalannya dan melenyapkan kemuliaannya (7-10). Allah murka pada dirinya (11-12). Ia menjauhkan semua saudara dan kaum kerabatnya, hingga tidak ada seorang pun yang peduli lagi dengannya (13-20).

Karena itu, ia memohon supaya teman-temannya mengasihani dirinya (21-22). Namun, dalam keadaan yang sangat terpuruk seperti itu, Ayub percaya bahwa "Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu" (25); bahwa "Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun (TB; "dalam dagingku", AYT) aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku ..." (26-27).

Ayub merasa Allah memperlakukan dia secara tidak adil dengan menimpakan semua malapetaka itu. Dalam keyakinannya akan dirinya yang tidak berdosa, Ayub percaya bahwa pada akhirnya ada penebusnya yang memihak kepadanya, dan akhirnya dia akan bangkit dan melihat Allah.

Apakah Allah bisa tidak adil? Tentu saja, tidak. Tetapi, memang umat Allah sendiri-seperti Ayub-dapat dengan keliru berpikir bahwa Allah sedang memperlakukan dirinya secara tidak adil. Ketika kita membandingkan hidup kita dengan orang fasik, lalu melihat bahwa orang fasik lebih mujur, sedangkan kita dilanda begitu banyak penderitaan, maka kita mungkin merasa bahwa Allah berlaku tidak adil terhadap kita.

Walau dapat dimaklumi, pikiran bahwa Allah bersikap tidak adil adalah salah. Kita harus cepat bertobat jika berpikir seperti itu! Memang keadilan yang sepenuhnya baru akan terlihat pada pengadilan terakhir nanti, tetapi bukan berarti sekarang ini Allah berlaku tidak adil terhadap kita. [INT]


Tuesday 14 March 2023

HOW ODD OF GOD

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : HOSEA 11
Setahun : Yosua 4–6

HOW ODD OF GOD
Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu .… (Hosea 11:8–9)

Dengan segenap kasih, Tuhan membebaskan, menuntun, menjaga, dan memberkati umat-Nya (ay. 1, 3, 4). Tetapi, bangsa itu justru makin jauh meninggalkan Tuhan (ay. 2, 7). Sungguh, umat keras kepala yang tak tahu berterima kasih itu amat patut ditinggalkan. Namun, lihatlah! Tuhan memilih untuk tetap mengasihi mereka (ay. 8, 9). "How odd of God/To choose the Jews,", kata William N. Ewer, seorang penulis terkenal. Betapa ganjilnya Tuhan bahwa Dia memilih orang Yahudi.

Ada hal teramat penting yang harus kita sadari di sini, yakni cara Tuhan dalam memilih dan mengasihi: Tuhan memilih dan mengasihi dengan tetap memberikan kebebasan kepada umat-Nya dalam merespons kasih-Nya. Anda tahu mengapa? Tuhan memang menghendaki respons yang baik. Tetapi, Tuhan menghendaki agar respons yang baik itu lahir dari kebebasan dan kerelaan, bukan dari keterpaksaan. Apalah artinya respons yang baik jika itu lahir dari keterpaksaan? Memang, cara itu berisiko: kebebasan bisa disalahgunakan, cinta bisa dikhianati. Tetapi, begitulah cinta sejati: ia selalu memberikan kebebasan.

Sebab itu, sabda Tuhan dalam Hosea 11:1–9 ini serasa mengajukan pertanyaan tajam: Bagaimana respons kita kepada Tuhan yang telah selalu melimpahruahi kita dengan kasih dan rahmat? Kita responskah semua itu dengan syukur, cinta tulus, dan kesetiaan untuk hidup di dalam Dia? Atau, kita gunakan kebebasan anugerah Tuhan untuk justru membelakangi dan meninggalkan Tuhan?

Dalam salah satu lagunya, Ebiet G. Ade berkata, “Cobalah ‘kau bertanya pada rumput yang bergoyang.”



SEPERTI APAKAH RESPONS KITA KEPADA TUHANYANG TELAH SELALU MELIMPAHRUAHI KITA DENGAN RAHMAT?


Monday 13 March 2023

Penghibur yang Menyusahkan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 16-17
Setahun : Yosua 1–3

Penghibur yang Menyusahkan
TB: Tetapi Ayub menjawab: | Ayub 16:1 (TB)



Ketika kita berfokus untuk berdebat, bukannya mengerti penderitaan teman dan saudara kita, maka yang terjadi adalah kita menjadi penghibur yang menyusahkan.

Ayub tidak tahan lagi dengan kecaman dari teman-temannya, sehingga ia berseru kepada mereka: "Penghibur sialan kamu semua!" (16:2). Kata-kata ini juga bisa berarti "penghibur yang menyusahkan". Ayub menjelaskan betapa Allah telah memorak-porandakan keluarganya, menerkamnya, menyerahkan dirinya kepada orang lalim, dan merobek-robek dirinya (16:7-16), padahal ia tidak bersalah (16:17).

Walaupun ia dicemooh oleh sahabat-sahabatnya, Ayub yakin bahwa saksi yang membela dirinya ada di surga (16:19-21). Kemudian, Ayub kembali meratapi keadaannya yang membuatnya patah semangat dan kehilangan harapan (17:1-16).

Seorang sahabat setidaknya dapat memberikan penghiburan kepada sahabatnya yang menderita. Tetapi, teman-teman Ayub bukan saja tidak memberikan kelegaan, malah sebaliknya, mereka makin menyusahkan dirinya yang sudah begitu menderita. Karena itu, mereka telah menjadi "penghibur yang menyusahkan" bagi Ayub.

Dari keluhan Ayub, seharusnya teman-temannya belajar untuk mengerti bahwa keluhan Ayub keluar dari penderitaannya yang tidak tertahankan. Ayub tidak hendak berdebat secara doktrinal, tetapi ia sedang mencurahkan isi hatinya di dalam keadaannya yang sangat menyakitkan. Sayangnya, teman-temannya tidak dapat mendengar jeritan hatinya. Padahal, keadaan Ayub sangat patut dikasihani. Ia terus jatuh ke dalam keputusasaan, bahkan ia tidak dapat lagi melihat adanya harapan baginya di dalam kehidupan di bumi.

Dalam menghadapi orang yang sedang sangat menderita, kita perlu belajar untuk mendengarkan, bukan hanya dengan telinga, tetapi juga dengan hati. Hal penting yang perlu kita lakukan bukanlah berdebat lewat perkataan, melainkan menemaninya, menangis bersamanya, serta mendengarkan keluhannya sebagai curahan hati dan bukan ajang perdebatan! [INT]


Sunday 12 March 2023

KEKRISTENAN YANG MENGUBAHKAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 7:18–23
Setahun : Ulangan 32–34

KEKRISTENAN YANG MENGUBAHKAN
Lalu Yesus menjawab mereka, "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik." (Lukas 7:22)

Kerala adalah salah satu negara bagian di India yang 25 persen penduduknya percaya kepada Kristus. Sejak kekristenan masuk di Kerala pada tahun 52 M, diyakini dibawa oleh Rasul Tomas, terjadi perubahan positif bagi masyarakat setempat. Angka penduduk yang melek huruf cenderung meningkat dan kehidupan orang-orang percaya di sana juga memberi kontribusi signifikan secara nasional, termasuk lewat lembaga pendidikan dan rumah sakit yang tersebar di seluruh negeri. Kekristenan masuk ke Kerala tidak hanya membawa Injil, tetapi juga meningkatkan kualitas dan taraf hidup penduduk setempat. Sungguh luar biasa.

Kekristenan seharusnya membawa kebaikan bagi sekelilingnya. Kekristenan tak hanya berkaitan dengan surga dan neraka, tetapi kehidupan yang diubahkan dan berdampak positif bagi dunia ini. Sepanjang sejarah, ada banyak orang mengalami jamahan kasih Yesus dan kehidupan mereka diubahkan menjadi lebih baik. Simaklah perkataan Yesus seperti yang dicatat oleh Lukas: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan orang miskin menerima kabar baik. Ya, kedatangan Yesus selalu membawa kebaikan bagi orang-orang yang menerimanya.

Sampai hari ini, sudah berapa lama kita menjadi pengikut Kristus? Apakah perubahan hidup itu sudah terjadi secara nyata, juga dapat dirasakan dampaknya oleh sekitar kita? Jika belum, sepertinya ada yang keliru, karena kehadiran Kristus seharusnya mengubahkan kehidupan seseorang, sehingga hidupnya menjadi berkat.



SEMAKIN LAMA KITA MENGENAL TUHAN, KUALITAS HIDUP KITA SEHARUSNYA SEMAKIN BAIK


Saturday 11 March 2023

Hidup Manusia yang Penuh Penderitaan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 14
Setahun : Ulangan 29–31

Hidup Manusia yang Penuh Penderitaan
TB: "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. | Ayub 14:1 (TB)



Kematian adalah akibat dosa. Karena itu, kefanaan hidup manusia sering menjadi keluhan dari tokoh Alkitab, seperti Musa (Mzm. 90), Pengkhotbah, dan, dalam nas hari ini, Ayub.

Hidup manusia begitu singkat; seperti bunga ia berkembang lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap (1-2). Karena itu, Ayub meminta Allah untuk berbelas kasihan dan tidak menghadapkan manusia untuk diadili, supaya ia dapat menikmati hidupnya (3-6).

Tidak seperti pohon yang setelah ditebang dapat bertunas kembali, manusia yang mati tidak akan bangun kembali (7-12). Walau demikian, Ayub berharap bahwa ia akan diingat, dipanggil, dan dihidupkan kembali oleh Allah serta kesalahannya ditutupi (13-17). Sebab, tanpa harapan itu, hidup manusia adalah sia-sia (18-22).

Ayub melihat betapa fana dan rapuhnya hidup manusia. Jika Allah terus memerhatikan manusia untuk diadili, manusia tidak mungkin dapat menikmati hidupnya. Ayub menyesali hidup manusia yang tidak seperti pohon, yang walaupun ditebang dapat bersemi kembali. Ayub mengharapkan ada kehidupan setelah kematian, tetapi sepertinya ia belum yakin. Karena itu, ia melihat bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan dan dukacita (22).

Ayub bergumul tentang apa yang terjadi setelah kematian. Nantinya, pada pasal 19:25-27, Ayub meyakini adanya penebus yang akan membelanya dan adanya kehidupan setelah kematian. Namun, untuk sementara ini ia mengeluh tentang kefanaan hidup manusia dan meminta Allah untuk berbelas kasihan. Ayub mengerti sekali jika tidak ada kehidupan kekal, maka sesungguhnya yang ada bagi manusia hanyalah penderitaan tanpa harapan.

Memang jika kita hanya melihat kehidupan di bumi, maka yang ada hanyalah kekecewaan dan dukacita. Tetapi, hari ini kita dapat bersyukur karena ada harapan setelah kematian bagi orang yang percaya kepada Kristus. Hanya dengan harapan ini kita dapat menjalani hidup yang fana di bumi yang penuh penderitaan ini dengan sukacita.

Mari kita berterima kasih kepada Bapa atas janji-Nya akan hidup yang kekal. [INT]

Ayub 14

Ayub mengungkapkan betapa fananya hidup manusia (1-2). Kefanaan yang diungkapkan Ayub ditegaskan kembali oleh pemazmur dan Yakobus (4:14) pada ribuan tahun setelah masa hidup Ayub.

Ayub juga mencoba untuk berdebat dengan Allah atas apa yang Allah perbuat atas dirinya sebagai manusia yang fana. Bagi Ayub, tidak seharusnya Allah memperlakukannya seperti yang sedang dialami olehnya.


Friday 10 March 2023

INGAT PERBUATAN TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 77:1–16
Setahun : Ulangan 28

INGAT PERBUATAN TUHAN
Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. (Mazmur 77:13)

Selama bertahun-tahun seorang pria mencatat setiap doa dan setiap berkat tak terduga yang dialami keluarganya dalam sebuah buku kecil. Tetapi buku kecil itu hilang entah di mana. Setahun kemudian keluarganya ditimpa sebuah masalah pelik. Saat ia merebahkan tubuhnya di sofa, secara tak sengaja tangannya menyentuh sesuatu yang terselip di balik sofanya. Itu adalah buku kecil yang sudah bertahun-tahun hilang. Ia mulai membaca kembali setiap halaman di buku dengan mata berlinang. Pria itu berkata, “Catatan di buku itu mengingatkanku kembali akan kesetiaan Allah, aku yang sudah lemah dikuatkan-Nya kembali.”

Asaf, menceritakan kondisi imannya yang mulai ragu-ragu akan kesetiaan Allah. Keraguan dan kelemahan iman yang dialaminya itu bahkan membuat mulutnya mengucapkan sebuah perkataan, "Sudah lupakah Allah menaruh belas kasihan?" (ay. 10). Tetapi di tengah-tengah keraguannya itu ia tersadar bahwa semua keluhan dan keraguannya itu sama sekali tidaklah berdasar. Asaf pun kembali mengingat perbuatan Tuhan dan berkata, "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala" (ay. 12).

Ada sebuah masa di mana hidup itu terasa begitu berat. Alih-alih mengingat kebaikan Allah, kita justru mempertanyakan kesetiaan Allah dalam hidup kita. "Sudah lupakah Allah kepadaku?" Belajar dari Asaf, mari mengingat kembali "catatan kebaikan dan berkat" yang telah Allah lakukan dalam hidup kita. Mungkinkah kita menghitung semua kebaikan-Nya itu? Itulah bukti kesetiaan-Nya dan akan terus Ia lakukan kepada kita meski kita kerap meragukan-Nya.



MENGINGAT SEMUA KEBAIKAN ALLAH MEMBERI KITA KEKUATAN DI TENGAH PERSOALAN YANG KITA HADAPI


Thursday 9 March 2023

Allah Tidak Menghukum Semua Dosa Kita

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ayub 11
Setahun : Ulangan 24–27

Allah Tidak Menghukum Semua Dosa Kita
TB: Maka berbicaralah Zofar, orang Naama: | Ayub 11:1 (TB)



Allah yang adil "tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman" (Kel. 34:7). Namun, dalam anugerah-Nya, Allah tidak langsung menjatuhkan hukuman atas setiap dosa manusia.

Jikalau Elifas menganggap Ayub berdosa, walau dosanya tidak besar (4:1-6), dan Bildad menganggap bahwa dosa Ayub serius, walau tidak seserius dosa anak-anaknya (8:1-7), Zofar menuduh Ayub dengan lebih parah lagi.

Zofar beranggapan bahwa Ayub tidak seharusnya membual dengan menyatakan dirinya tidak bersalah (1-4). Ia berharap agar Allah sendiri yang kemudian berfirman kepada Ayub untuk mengatakan bahwa sesungguhnya "Allah tidak memperhitungkan bagimu sebagian dari pada kesalahanmu" (6).

Allah tahu bahwa Ayub adalah penipu (11). Tetapi, jika Ayub mau membuka hatinya dan menjauhkan dirinya dari kejahatan, Ayub dapat dilepaskan dari penderitaan dan menjalani hidup dengan tenang (13-19).

Zofar begitu marah terhadap Ayub yang terus membela diri, sehingga ia menganggap bahwa Ayub adalah seorang penipu yang sangat berdosa, dan yang seharusnya bersyukur karena Allah tidak memperhitungkan semua dosanya. Karena itu, Zofar menyuruh Ayub untuk mengakui dosanya, supaya hidupnya dapat pulih kembali.

Walau Zofar salah dalam tuduhannya terhadap Ayub, apa yang dikatakan Zofar sesungguhnya adalah doktrin yang benar. Dalam kemurahan hati-Nya, Allah sering kali hanya menghukum sebagian dosa kita. Tetapi, sekalipun Allah memberikan hukuman yang sangat berat ketika kita berdosa, kita tetap perlu bersyukur dan dengan rela menerima hukuman itu. Ia adalah Allah yang adil, yang tidak mungkin memberikan hukuman lebih berat daripada apa yang pantas kita terima. Dalam hukuman dan murka-Nya, Allah tetap mengingat kasih sayang-Nya (Hab. 3:2).

Mari belajar untuk menerima hukuman yang Allah berikan ketika kita bersalah. Sebab, di dalam hukuman-Nya, kita dapat tetap berpengharapan bahwa pada akhirnya Allah akan memberikan kelepasan dan ketenangan. [INT]


Wednesday 8 March 2023

MENAKLUKKAN KETAKUTAN TERBESAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YOHANES 11:1–44
Setahun : Ulangan 21–23

MENAKLUKKAN KETAKUTAN TERBESAR
Orang yang telah mati itu datang keluar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka, "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." (Yohanes 11:44)

Banyak ketakutan dialami manusia. Contohnya takut gelap, takut ketinggian, takut membuat kesalahan dan takut menderita kerugian. Dari semua ketakutan itu, ada satu ketakutan terbesar, yakni takut akan kematian. “Itu karena tidak ada orang yang punya pengalaman kematian,” seseorang menuturkan pendapatnya kepada saya. Bila kita mencari di seluruh dunia ini, tidak akan kita temukan seorang yang mampu memberi tahu bagaimana rasanya mati. Karena itu kematian dirasa amat mencekam.

Saat menerima kabar dari Maria dan Marta bahwa Lazarus, saudara mereka sakit, Yesus tidak buru-buru pergi ke Betania mengunjungi mereka. Sengaja Yesus tinggal dua hari lagi di tempat di mana Dia berada. Tidak heran saat Yesus tiba, Lazarus sudah mati. Tubuh tak bernyawa bahkan sudah empat hari terbaring di kuburan. Selanjutnya Yesus meminta ditunjukkan letak kubur Lazarus. Di situ Dia berikan perintah untuk mengangkat batu penutup kubur. Lalu dengan keras Dia memanggil Lazarus keluar. Menakjubkan, orang yang telah mati itu keluar dengan kaki dan tangan masih terikat kain kafan dan muka tertutup kain peluh (ay. 44). Lazarus bangkit dari kematian.

Melalui peristiwa kebangkitan Lazarus, Yesus menaklukkan ketakutan terbesar manusia, yakni takut akan kematian. Kuasa Yesus jauh terlebih besar dari kuasa maut. Maka mulai hari ini, jangan lagi bayang-bayang kematian mencekam kehidupan kita! Jangan lagi kita digentarkan oleh kenyataan bahwa suatu hari nanti kita akan mati. Benar kita tidak mampu mendeskripsikan suasana setelah kematian, namun kita beriman ada kebangkitan di dalam Yesus. Dalam Yesus, kematian bukan akhir, sebaliknya, awal kehidupan baru yang kekal dalam Kerajaan Surga.



TIDAK LAGI KEMATIAN DIRASA MENGGENTARKAN APABILA KITA MEMILIKI IMAN DI DALAM YESUS