Sunday 30 June 2024

KETAATAN DI BALIK PERSEMBAHAN

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 15
Setahun : Mazmur 86-89

KETAATAN DI BALIK PERSEMBAHAN
Tetapi, kata Samuel, "Apakah Tuhan berkenan pada kurban bakaran dan kurban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada kurban sembelihan, mengindahkan lebih baik daripada lemak domba jantan." (1 Samuel 15:22)

Bukti dari mengasihi adalah memberi. Ya, memberi merupakan salah satu cara menyatakan kasih dan kepedulian. Karena itu, pemberian cenderung disambut atau diterima dengan baik. Padahal, tak selamanya ada hati yang tulus mengasihi di balik sebuah pemberian. Ada pula motivasi untuk menjilat, mengikat, menutupi kesalahan, dan lain sebagainya.

Melalui Samuel, Tuhan memerintahkan Saul menumpas habis Amalek. Baik laki-laki, perempuan, anak-anak maupun bayi, lembu maupun domba, unta maupun keledai. Namun, Saul menyelamatkan Agag (raja Amalek), kambing domba dan lembu yang terbaik, anak domba dan segala yang berharga. Alasannya, mereka hendak mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai kurban bakaran. Bukan pujian, Samuel justru menjawab Saul dengan mengatakan bahwa taat kepada Tuhan lebih baik daripada mempersembahkan kurban. Menjadi patuh lebih baik daripada lemak domba.

Hendak mempersembahkan kurban bagi Tuhan mungkin terdengar sangat rohani. Namun, ternyata hal itu tidak dikenan Tuhan jika dilakukan sebatas ritus keagamaan, bukan atas dasar ketaatan. Hal ini menjelaskan bagi kita bahwa ritual keagamaan tak akan pernah dapat menggantikan realitas rohani. Bahkan Samuel mempertegas lagi dengan mengatakan bahwa pembangkangan sama seperti dosa bertenung, dan keras kepala sama seperti kejahatan menyembah berhala. Dengan demikian ketaatan kepada Tuhan adalah harga mati bagi orang percaya. Bukan berarti meremehkan persembahan, tetapi keadaan hati menentukan nilai kurban yang dipersembahkan.



PERSEMBAHAN KITA TIDAK AKAN PERNAH BERARTI APA-APA TANPA DIDASARI KETAATAN


 

Saturday 29 June 2024

Jangan Pendek Pikiran

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 25:19-34
Setahun : Mazmur 80-85

Jangan Pendek Pikiran
TB: Inilah riwayat keturunan Ishak, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak. | Kejadian 25:19 (TB)



Kedua anak Ishak, yaitu Esau dan Yakub, memang berbeda sejak di dalam kandungan. Esau bertumbuh menjadi seorang yang pandai berburu dan suka tinggal di padang. Sedangkan, Yakub bertumbuh menjadi seorang yang tenang pembawaannya dan suka tinggal di kemah.

Pada suatu kali ada hal tragis yang terjadi di antara mereka. Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub! Ia menjual warisan terbanyak yang semestinya ia peroleh, privilege yang hanya bisa dimiliki oleh anak sulung.

Sayang seribu sayang, itu semua terjadi hanya karena pikiran pendek di benak Esau, yaitu keinginan untuk makan makanan lezat yang sedang dimasak oleh Yakub (30). Nafsu telah menjadikan Esau buta, lupa diri, bahkan menukarkan hak kesulungan yang adalah harta paling berharga dalam hidupnya. Sungguh ironi! Hanya karena keinginan yang tidak bisa dikendalikan, hal berharga dan terpenting dalam hidup bisa lepas begitu saja.

Diceritakan bahwa nafsu Esau tersebut terjadi karena ia berada dalam kondisi lelah, bahkan sangat lelah (29, 32). Mungkin kondisi itulah yang menyebabkan Esau berpikir pendek dan tidak memikirkan konsekuensi dari apa yang ia katakan. Belajar dari kisah itu, kita disadarkan bahwa kondisi lelah (krisis keuangan, pertikaian, sakit) sering membuat kita berpikir pendek, tanpa menimbang konsekuensi dari apa yang kita ucapkan.

Saat ini kita bersyukur karena kita diingatkan. Kita mesti selalu ingat agar tidak sekali-kali menukarkan hal yang paling berharga dalam hidup dengan sesuatu yang remeh-temeh, apa pun kondisi kita.

Jangan anggap enteng apa yang berharga, seperti Esau. Kita mesti memegang teguh iman dan keselamatan yang Tuhan telah anugerahkan kepada kita. Jangan kita tukar itu dengan apa pun, hanya karena hal yang menggiurkan: harta, jabatan, atau hal lain yang tampaknya sangat menarik. Itu semua pasti akan lenyap dan kita tinggalkan tatkala kita mati. Namun, keselamatan dalam Kristus adalah kekal, sangat kita butuhkan baik di dalam hidup sekarang maupun hidup kekal nanti. [MTH]

Kejadian 25:19-34

Setiap anak Tuhan dapat mengaku bahwa ia akan menjadi orang Kristen yang taat dan setia, apa pun rintangan dan godaan yang datang. Nyatanya, semangkuk sup cukup untuk menyebabkan seseorang kehilangan berkat Tuhan yang besar.

Ada banyak hal kecil yang bisa dianggap sepele, padahal itulah yang membawa kita kepada akhir yang tidak membahagiakan. Di tengah keluarga yang tampaknya diberkati, bisa jadi ada sikap buruk yang bertumbuh, dan kelak membuahkan murka dan dendam.


 

Friday 28 June 2024

AMPAS

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 15:11-24
Setahun : Mazmur 78-79

AMPAS
"Ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikan kepada dia." (Lukas 15:16)

Hidup manusia sering diibaratkan seperti putaran roda. Kadang di bawah, kadang di atas. Kadang susah, kadang senang. Sering kali, keadaan ini merupakan akibat dari pilihan-pilihan yang kita buat. Kondisi yang dialami si anak bungsu dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini menunjukkan kebenaran ini. Tadinya ia tinggal di rumah bapanya yang menyenangkan serta mengalami berbagai kelimpahan. Kemudian dengan lancangnya ia meminta bagian warisannya, lalu menghamburkannya di negeri yang jauh sesuka hatinya. Saat hartanya habis, semua temannya pun menghilang. Tak ada yang peduli padanya, sekalipun sekadar memberinya ampas makanan babi untuk disantap.

Kesusahannya ini adalah buah dari pilihan yang buruk, egois, tanpa pikir panjang, serta tak menghormati bapanya. Syukurnya, saat kondisinya begitu mengenaskan, ia mengingat kebaikan hati bapanya. Ia pun memilih untuk kembali kepada sang bapa, mengharapkan belas kasihannya. Menjadi pelayan pun ia rela. Namun, ternyata bukan ampas atau remah-remah yang ia terima dari bapanya. Melainkan yang terbaik. Ia diterima sepenuhnya. Hidupnya dipulihkan.

Ini adalah gambaran Allah yang senantiasa menyambut ketika kita berbalik kepada-Nya. Tangan-Nya terbuka merangkul kita. Bahkan jika kita telah membuat berbagai keputusan atau pilihan yang buruk, lalu membuat hidup kita terpuruk, Dia tetap tak mengutuk. Dia menerima kita dengan penuh kasih. Dia tidak menawari kita hal-hal yang serupa ampas, atau pemberian setengah hati. Melainkan pemberian terbaik. Segala yang Dia punyai. Bahkan hidup-Nya sendiri. Sepantasnyalah kita menghormati serta mengasihi-Nya.



PILIHAN BURUK BISA MEMBUAT KITA BERKUBANG DENGAN AMPAS,BERBALIKLAH KEPADA ALLAH YANG KASIH-NYA TAK PERNAH KANDAS


 

Thursday 27 June 2024

Memilih yang

Sumber : alkitab.mobi


RENUNGAN HARIAN

Bacaan : Kejadian 24

Setahun : Mazmur 74-77


Memilih yang

TB: Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal. | Kejadian 24:1 (TB)




Semua orang tentu menginginkan yang terbaik. Namun, kriteria "terbaik" itu relatif: yang terbaik itu seperti apa? Menurut siapa? Apa yang harus dilakukan agar kita bisa memilih yang terbaik? Tentang semua itu, kita akan belajar dari kisah Ribka.


Diceritakan bahwa Abraham yang sudah lanjut usia itu mencarikan istri untuk anaknya, dan pada saat itu cara yang demikian adalah biasa. Ia mengutus hambanya yang tertua untuk pergi ke tanah leluhur Abraham di Kota Nahor dan mencari gadis yang akan dinikahkan dengan Ishak.


Hamba itu pergi sesuai perintah Abraham dengan berbekal berkat Allah melalui Abraham. Dalam perjalanan pencarian tersebut, hamba itu selalu mengandalkan Tuhan. Ia meminta tuntunan Tuhan dan selalu berkomunikasi dengan-Nya (12-13). Ia meminta tanda dari Tuhan yang ia dasarkan pada pemilihan karakter terbaik, yaitu seorang gadis yang memberi minum bagi dirinya dan unta-unta yang dibawanya (14).


Akhirnya Allah berkenan memenuhi permintaan hamba itu. Apa yang ia jumpai tepat seperti apa yang dimintakan kepada Tuhan. Ini luar biasa! Ketika semua itu diceritakan kepada Laban, kakak Ribka, dan Betuel, ayahnya, mereka mengatakan bahwa semua itu berasal dari Tuhan (50).


Dari kisah tersebut kita belajar bahwa Abraham telah memilihkan yang terbaik bagi anaknya. Pilihan itu didasarkan pada pertimbangan dan pencarian pribadi yang terbaik dari keluarga yang baik. Pertimbangan itu dikuatkan oleh hambanya yang meminta tanda dari Tuhan dengan kriteria: seorang anak gadis yang baik dan murah hati.


Marilah kita ikut mengambil peran di dalam kehidupan dan masa depan anak-anak kita atau orang-orang yang Tuhan izinkan ada bersama kita. Kita tidak boleh cuek terhadap kehidupan dan masa depan mereka. Kita mesti ikut mempertimbangkan dengan masak-masak apa yang tepat bagi mereka.


Pilihan kita mesti didasarkan pada iman kita kepada Tuhan, seturut dengan arahan dan tuntunan-Nya, bukan semau kita. Dari situlah apa pun yang kita dapatkan akan baik adanya. [MTH]

Wednesday 26 June 2024

SAAT ORANG LAIN BERUNTUNG

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 19:1-10
Setahun : Mazmur 70-73

SAAT ORANG LAIN BERUNTUNG
Melihat hal itu, semua orang mulai bersungut-sungut, katanya, "Ia menumpang di rumah orang berdosa." (Lukas 19:7)

Kita sedang hidup pada masa di mana ketidaksukaan sangat mudah terlihat ketika melihat orang lain mengalami hal yang baik. Perkembangan teknologi dengan penggunaan media sosial yang begitu masif menjadi salah satu penyebabnya, tak pernah kehidupan pribadi seseorang diumbar dengan begitu rupa seperti saat ini. Jika tidak diwaspadai, kondisi ini dapat memengaruhi respons kita terhadap hal-hal baik yang dialami oleh orang lain.

Perjumpaan dengan Yesus seharusnya menjadi peristiwa yang disyukuri, terlebih ketika dialami oleh seorang yang dikenal berdosa atau memiliki citra buruk di masyarakat. Namun, hal itu tidak menjadi respons orang-orang di sekitar Zakheus ketika dia menerima dengan gembira perkataan Yesus, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu" (ay. 5). Lukas mencatat bahwa semua orang itu bersungut-sungut, sambil secara implisit menyalahkan Yesus yang dianggap menumpang di rumah orang berdosa. Padahal, hari itu anugerah Allah sedang tercurah bagi Zakheus, sebagai "sosok yang hilang" tetapi Allah cari dan selamatkan (ay. 10).

Saat melihat orang lain menerima kebaikan Tuhan, mungkin tanpa sadar kita kerap bereaksi seperti orang banyak itu ketika melihat Zakheus. Kita tak hanya bersungut-sungut, tetapi mungkin merasa bahwa orang itu tak pantas menerima anugerah Allah. Respons hati yang sebaiknya tidak kita miliki karena sejatinya Allah berhak memberikan anugerah, kasih, dan keselamatan jiwa bagi siapa saja yang membuka hati untuk menerima Dia.



SESUNGGUHNYA, TAK SEORANG PUN PANTAS MENERIMA ANUGERAH ALLAHJIKA BUKAN KARENA KASIH-NYA ATAS KITA YANG SUNGGUH BESAR


 

Tuesday 25 June 2024

Mana yang Diutamakan?

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 22
Setahun : Mazmur 66-69

Mana yang Diutamakan?
TB: Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." | Kejadian 22:1 (TB)



Kalau ditanya, mana yang kita utamakan: Tuhan atau yang lain? Pasti jawaban kita adalah Tuhan, meski dalam realitasnya belum tentu demikian. Sering kali yang terjadi adalah orang mengutamakan Tuhan ketika ada maunya. Tatkala kemauan sudah terpenuhi, kita bisa lupa kepada Tuhan. Fokus kita beralih dari Tuhan ke apa yang kita peroleh, apalagi kalau itu sudah lama kita nantikan. Hari ini kita diingatkan untuk hati-hati terhadap kecenderungan itu.

Hari ini kita mau belajar dari kisah Abraham yang taat kepada Tuhan. Ia bersedia mempersembahkan Ishak sebagai kurban bakaran sesuai perintah Tuhan, meski Ishak adalah anak semata wayang yang ditunggunya selama 25 tahun (2, 9-10). Dengan jelas Abraham membuktikan bahwa ia tetap mengutamakan Allah meski apa yang menjadi keinginannya harus diserahkan kepada Tuhan (12). Fokusnya tidak bergeser dari Allah ke Ishak. Sebagai buah dari ketaatan itu, Tuhan menyediakan domba jantan sebagai ganti Ishak (13).

Peristiwa itu menjadi bukti bahwa Abraham layak menjadi bapa orang percaya, sekaligus menjadi sarana yang dipakai Allah untuk memelihara iman Abraham agar tetap berfokus kepada Allah. Melalui perintah itu, Abraham diizinkan Allah untuk berada dalam pergumulan yang tidak mudah: memilih anak semata wayang atau Allah. Proses pergumulan itu telah membuat Abraham kembali kepada hal yang hakiki dalam dirinya sebagai ciptaan yang terus mengutamakan Tuhan.

Saat ini Allah mengingatkan kita agar tetap mengutamakan Dia, apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, apa pun yang ada pada kita yang bisa mengalihkan fokus kita dari-Nya.

Allah tetaplah yang utama, bukan anak kita, juga bukan harta kita atau sesuatu yang sangat kita cintai. Dialah sumber segala berkat dan kebaikan. Kepada Dialah kita harus taat apa pun risikonya, meski terkadang tidak masuk akal, sulit dipahami, dan sulit dilakukan. Mari kita makin meyakini bahwa Allah terus memelihara iman kita melalui berbagai pergumulan yang Ia izinkan terjadi. Tujuannya adalah agar kita terus berfokus untuk mengutamakan Dia di atas segalanya. [MTH]


 

Monday 24 June 2024

HATI YANG TAAT

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : BILANGAN 20:2-13
Setahun : Mazmur 58-65

HATI YANG TAAT
Tetapi, Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun, "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, sebab itu kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang Kuberikan kepada mereka." (Bilangan 20:12)

Amarah Musa seolah memuncak saat bangsa Israel bersungut-sungut di hadapannya. Tidak mau disalahkan begitu saja dan mungkin sudah lelah dengan gerutu bangsa yang dipimpinnya berpuluh-puluh tahun lamanya, Musa mengeluarkan air dari bukit batu di depan mereka dengan tongkatnya, padahal Tuhan menyuruhnya untuk memberi mereka minum dari hadirat-Nya yang nyata di tempat mereka berkumpul.

Perjalanan hidup kita bersama Tuhan bisa jadi berakhir seperti Musa yang akhirnya tidak diperbolehkan untuk masuk ke tanah yang dijanjikan-Nya. Sekian lama dengan setia kita mengikut Tuhan, sampai mungkin suatu kejadian di akhir hidup kita menyeret kita kepada kegelapan dan mencampakkan-Nya begitu saja. Kalau firman-Nya tidak menjadi sandaran hidup kita, suatu ketika hadirat Tuhan dapat menjauh tanpa kita sadari. Meskipun kita masih mengingat-Nya dalam keseharian kita, Tuhan bukanlah lagi fokus utama, melainkan hanya bagian dari kebiasaan saja seperti tongkat Musa yang sepertinya lebih mengandung kuasa daripada diri-Nya yang selalu hadir di tengah-tengah mereka.

Seiring dengan pertambahan usia kita, mari kita terus bergiat untuk hidup sesuai firman-Nya sehingga kekekalan yang Tuhan tanamkan dalam hati kita tidak akan tercabut sampai kita bertemu muka dengan muka dengan-Nya di surga. Meskipun kesukaran datang silih berganti, kita yang dekat dengan Tuhan akan senantiasa dapat mengecap kebaikan-Nya.



KALAU TUHAN BUKANLAH YANG TERUTAMA DALAM HIDUP KITA,KEPAHITAN AKAN MENJADI MILIK KITA


 

Sunday 23 June 2024

Taklukkanlah Padang Gurunmu!

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 21:8-21
Setahun : Mazmur 51-57

Taklukkanlah Padang Gurunmu!
TB: Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu. | Kejadian 21:8 (TB)



Pasti ada rasa pilu ketika Hagar dan Ismael tiba-tiba diusir setelah sekian lama hidup dengan segala kenyamanan. Mereka pun hanya dibekali roti dan satu kantong air yang tentu tidak memadai untuk perjalanan, apalagi di padang gurun. Karena itu, mereka, terutama Ismael yang masih berusia 16 tahun, akhirnya mengalami dehidrasi akut. Dalam kondisi seperti itu Hagar meninggalkan Ismael di bawah semak karena ia tidak tahan melihat anaknya mati.

Di dalam kondisi seperti itu, Allah melihat penderitaan mereka dan menolong. Allah menepati janji-Nya kepada Abraham bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang besar karena Ismael juga adalah keturunan Abraham (13). Meski kondisi saat itu sangat sulit, mereka bisa selamat karena pertolongan Allah.

Oleh karena itu, Allah melalui malaikat-Nya meminta Hagar untuk tidak takut, juga untuk mengangkat Ismael dan memegangnya erat-erat untuk menuju ke pertolongan Allah, yakni sebuah sumur yang tidak hanya akan melepaskan dahaga mereka, tetapi juga akhirnya menjadi tempat tinggal mereka.

Kepada Hagar Allah berjanji bahwa Ia akan membuat Ismael menjadi bangsa yang besar. Semua itu sangat menghibur dan menguatkan mereka. Alkitab menyaksikan betapa Allah menyertai Ismael dan Hagar. Dengan berkat Tuhan mereka mampu menaklukkan padang gurun, bertahan di sana, dan berbahagia (20-21).

Kadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kondisi seperti Hagar dan Ismael: tiba-tiba harus keluar dari kenyamanan dan masuk ke "padang gurun", hingga mesti mengalami panas terik kehidupan. Namun, dalam kondisi seperti itu Allah tidak akan pernah tinggal diam. Ia pasti akan menolong karena kita adalah anak-anak-Nya yang telah Ia ikat dalam anugerah keselamatan melalui Yesus Kristus Tuhan kita.

Di tengah padang gurun kehidupan, wajar jika kita menangis seperti Hagar. Namun, mari kita ingat Allah yang sangat mengasihi kita. Jangan kita dikuasai rasa takut! Dengarkanlah suara-Nya, taklukkanlah padang gurun itu, dan temukanlah sumur yang sudah Tuhan siapkan dan hiduplah di dalam-Nya. [MTH]


 

Saturday 22 June 2024

BERKAT ROHANI

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EFESUS 1:3-14
Setahun : Mazmur 46-50

BERKAT ROHANI
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. (Efesus 1:3)

Seorang remaja berkisah, "Aku melihat beberapa lembar uang jatuh dari saku seorang pria di parkiran. Awalnya, terbayang jajan gratis. Tapi akhirnya aku kembalikan. Siapa tahu dapat imbalan. Eh, kosong! Beberapa hari kemudian aku masih berharap ada keberuntungan. Katanya perbuatan baik pasti ada upahnya. Eh, kosong lagi. Tapi sekarang aku sadar. Berbuat baik mesti rela dan tanpa pamrih. Lagi pula, dengan mengembalikan uang itu aku sudah menerima berkat rohani, yang nilainya jauh lebih besar: Tuhan sudah menghindarkan aku dari dosa."

Paulus mengawali suratnya dengan ucapan syukur dan pujian. Padahal, sekalipun tekun dan setia melayani Tuhan, ia mengalami banyak penderitaan. Tetap bekerja dengan membuat tenda. Berulang kali dipenjara. Hidup selibat, tidak berkeluarga. Bahkan, Paulus juga mati martir. Bagi sebagian orang, semua yang dialami Paulus cukup menjadi dasar untuk menyebutnya tidak diberkati.

Namun, Paulus merasakan keuntungan besar dan berharga dengan hidup bersama Tuhan. Dipilih sebelum dunia dijadikan. Diangkat menjadi anak-anak Allah. Beroleh pemeliharaan Tuhan, pengampunan dosa, dan penebusan melalui darah Kristus. Menerima hikmat dan pengertian dalam melaksanakan kehendak-Nya. Lagi pula, Allah memeteraikannya dengan Roh Kudus, sebagai jaminan bahwa ia akan menerima semua yang telah dijanjikan-Nya. Semuanya merupakan berkat rohani yang lebih istimewa dibanding keuntungan sementara berkat jasmani. Karena itu, Paulus mengucap syukur. Adakah Anda bersyukur karena berkat rohani?



PERSEKUTUAN DENGAN KRISTUS MERUPAKAN HAK ISTIMEWA YANG MENJADI DASAR ATAS BERKAT ROHANI DARI BANYAK BERKAT LAIN


 

Friday 21 June 2024

Menuding ke Sebelah

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 20
Setahun : Mazmur 40-45

Menuding ke Sebelah
TB: Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. | Kejadian 20:1 (TB)



Satu peribahasa berkata: "buruk muka, cermin dibelah", yang berarti menyalahkan orang atau hal lain meski sebenarnya dia yang salah. Banyak hal yang terjadi di sekitar kita bersesuaian dengan peribahasa ini. Peristiwa yang dialami Abraham juga sedikit banyak menyerupai peribahasa ini.

Diawali dengan Abraham dan keluarganya yang memutuskan untuk tinggal di Gerar (1). Abraham melihat bahwa daerah itu tidak mengenal Allah, dan ia takut kalau ia akan dibunuh karena kecantikan istrinya (11), maka kepada orang-orang di Gerar ia menyebut bahwa Sara adalah saudaranya (2).

Saat Abimelekh mengambil Sara sebagai istrinya, Allah mendatanginya dalam mimpi. Allah memperingatkan bahwa ia hendak melakukan dosa yang mendatangkan maut (3-7). Setelah menerima teguran dan perintah dari Allah, Abimelekh memanggil Abraham untuk meminta penjelasan. Abraham menceritakan alasan di balik tindakannya dan mengakui kesalahannya, sehingga Abimelekh mengembalikan Sara dan bahkan memberikan pelbagai harta (8-16). Melalui syafaat Abraham, Tuhan mengampuni dan memulihkan keluarga Abimelekh (17-18).

Narasi ini mengajarkan beberapa hal kepada kita. Pertama, Tuhan setia kepada janji-Nya. Abraham melakukan kecerobohan yang dapat menyulitkan Sara, tetapi Tuhan melindungi Abraham dan Sara dari bahaya yang dapat terjadi. Kedua, kita harus belajar bersikap jujur dan tidak takut mengakui kesalahan kita. Kesalahan Abraham dapat membahayakan Sara dan orang-orang di sekitarnya, tetapi Tuhan memakai Abimelekh untuk menegur Abraham. Ketiga, kita berdoa bukan hanya untuk saudara seiman. Abraham bersyafaat bagi Abimelekh, bangsa yang tidak mengenal Allah, tetapi Tuhan tetap mendengar doa Abraham.

Kehidupan iman yang kita miliki adalah anugerah yang diberikan Tuhan bagi kita. Sejak kita mengaku Kristen sampai hari ini, kita dipanggil dan diundang untuk terus menyaksikan Tuhan dalam hidup kita. Siapkah kita untuk menjaga dan memelihara nilai kebenaran Tuhan dalam hidup kita? [IBS]


 

Thursday 20 June 2024

PERASAAN YANG TUMPUL

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : EFESUS 4:17-32
Setahun : Mazmur 36-39

PERASAAN YANG TUMPUL
Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan dengan serakah mengerjakan segala macam perbuatan cemar. (Efesus 4:19)

Dalam menjalani kehidupan ini, kita mungkin pernah mendengar orang berkata, "Sungguh orang itu seperti tak punya perasaan!" Biasanya ungkapan itu ditujukan kepada orang yang dianggap mengucapkan atau melakukan sesuatu yang melukai perasaan orang lain atau mengakibatkan kerugian dan penderitaan bagi sesamanya. Nah, berbicara soal tindakan yang melukai perasaan, bagaimana seharusnya orang percaya menjalani hidup dengan mengacu pada firman Allah?

Nas renungan hari ini menyebutkan adanya perasaan manusia yang tumpul, yang ditunjukkan oleh mereka yang hidup tidak mengenal Allah (ay. 17). Tanda dari perasaan yang tumpul itu sedikitnya ada dua, Pertama, mereka akan menyerahkan diri kepada hawa nafsu. Apa pun yang mereka kerjakan, fokusnya hanyalah untuk memenuhi hawa nafsu, yang tentu bertentangan dengan firman Allah. Kedua, mereka mengerjakan segala macam bentuk kecemaran hidup dengan serakah—bisa diartikan di luar batas kewajaran. Mampukah kita selaku orang percaya menjauhkan diri dari keadaan ini, sebagai tanda bahwa kita tidak mengalami perasaan yang tumpul?

Tentu saja bisa, ketika kita dapat menerapkan tiga perkara ini: belajar mengenal Kristus, dibaharui dalam roh dan pikiran, serta belajar hidup sebagai manusia baru (ay. 20-24). Nah, sebelum mengakhiri renungan ini, mari adakan evaluasi singkat dengan menanyakan dua perkara ini: "Apakah hidup saya sedang dikuasai hawa nafsu? Apakah saya sedang mengerjakan kecemaran hidup?" Jika ya, ini waktunya untuk berbenah diri dan berubah.



ALLAH MENEBUS KITA BUKAN UNTUK MENJALANI HIDUP DENGAN DIKUASAI HAWA NAFSU DAN KECEMARAN


 

Wednesday 19 June 2024

Luput dari Bahaya

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 19:1-29
Setahun : Mazmur 32-35

Luput dari Bahaya
TB: Kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah, | Kejadian 19:1 (TB)



Pengalaman sewaktu kita terluput dari bahaya bisa menjadi kisah yang terus-menerus diceritakan. Namun, bagaimana jika pengalaman itu menyebabkan kita kehilangan sosok yang kita kasihi?

Hukuman Tuhan atas Sodom dan Gomora diriwayatkan dalam narasi yang menggentarkan pembaca. Narasi dibuka dengan dua malaikat Tuhan yang pergi ke Sodom, di mana Lot menyambut dan menjamu mereka dengan keramahan Timur Dekat Kuno (1-3).

Namun, orang-orang Sodom memaksa Lot untuk membawa para tamunya keluar, supaya mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan kepada para tamu (4-9). Mereka hendak menerobos masuk, tetapi para malaikat menyelamatkan Lot dengan mukjizat (10-11). Kedua malaikat menyuruh Lot untuk membawa keluarganya dan juga calon menantunya, tetapi akhirnya hanya istri dan dua anaknya yang pergi dengan dia (12-16).

Lot diperintahkan untuk menyembunyikan diri di pegunungan, jauh dari lembah Yordan, tetapi Lot memohon untuk dapat berlindung di kota kecil bernama Zoar. Atas anugerah dan belas kasihan Tuhan, Lot dan keluarganya dibolehkan berlindung di Zoar dan diluputkan dari maut secara dramatis. Namun, istrinya menjadi tiang garam karena ia melanggar perintah malaikat (17-27).

Penulis Kitab Kejadian memperlihatkan bagaimana orang-orang di Kota Sodom dan Gomora layak menerima hukuman Tuhan (4-5). Namun, ia juga menegaskan bagaimana kasih Tuhan dicurahkan atas Lot dan keluarganya demi janji-Nya kepada Abraham (28-29).

Saat kita mengalami pengalaman menakjubkan akan luput dari bahaya, kita diajak untuk mengingat kembali kuasa Tuhan yang sanggup menolong setiap umat-Nya. Sebagaimana Tuhan sanggup meluputkan Lot dan kedua anak perempuannya, Ia juga sanggup meluputkan kita dari permasalahan hidup kita.

Riwayat ini mengingatkan kita kepada kesetiaan Tuhan yang memegang teguh janji-Nya kepada umat-Nya dan tidak pernah mengabaikan kita. Adakah hidup kita diisi dengan ucapan syukur kepada Tuhan? [IBS]


 

Tuesday 18 June 2024

TUAN ATAU HAMBA?

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 19:1-10
Setahun : Mazmur 26-31

TUAN ATAU HAMBA?
Namun, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, lihatlah, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 19:8)

Ada seorang pria yang sangat kaya. Sayang, ia juga sangat kikir. Ia enggan bederma dan menolak setiap dimintai sumbangan. Suatu hari pria itu berubah murah hati. Bahkan ia kerap memberi makan anak-anak jalanan. Orang-orang penasaran dengan perubahan sikapnya. Mereka pun menanyakan alasannya. "Sederhana," jawab pria itu, "dahulu uang adalah tuanku, tetapi sekarang aku menjadikannya hambaku."

Ada perbedaan besar antara posisi tuan dan hamba. Tuan bebas memerintah, sementara hamba tunduk pada perintah. Ketika kita menjadikan uang sebagai yang utama, uang akan menjadi tuan. Tanpa sadar kita diperintah untuk memperbanyak dan memperbanyaknya lagi. Tidak heran kita menjadi sangat kikir. Namun, jika menurut kita uang bukanlah yang utama, uang akan menjadi hamba. Bebaslah kita memerintah ke mana uang pergi. Alhasil, kita menjadi murah hati. Awalnya, Zakheus, si kepala pemungut cukai, menjadikan uang sebagai tuannya. Demi memperbanyak uang dalam perbendaharaannya, ia memeras orang lain. Sesudah berjumpa Yesus, lengserlah posisi uang sebagai tuan. Posisi itu Zakheus alihkan kepada Yesus. Uang turun takhta, lalu menjadi hamba. Maka Zakheus dapat mendeklarasikan dua keputusan mengagumkan. Ia mau memberi setengah harta miliknya kepada orang miskin. Lalu, apabila ada orang diperasnya, ia bersedia mengembalikan empat kali lipat.

Tuan atau hamba, manakah posisi uang bagi kita? Cara mengujinya sederhana. Murah hatikah kita atau sangat kikir? Senangkah kita bederma atau justru enggan? Jika selama ini uang menjadi tuan, segera lengserkan posisinya. Tuan kita ialah Allah, bukan uang (mamon). Jadikan uang hanya sebagai hamba. Tidak hanya ingin mendapat uang, mari bersedia membagi kepada orang yang membutuhkan!



KEMURAHAN HATI ADALAH CIRI ORANG-ORANG YANG TEPATMENJADIKAN UANG SEBAGAI HAMBANYA


 

Sunday 16 June 2024

TIDAK SALAH MEMBERI

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 2:1-12
Setahun : Mazmur 17-20

TIDAK SALAH MEMBERI
Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, "Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!" (Markus 2:5)

Seorang pria marah kepada Tuhan. Pagi ini muncul dua anak ayam di depan rumahnya. Padahal malam sebelumnya ia berdoa meminta telur ayam. "Bisa-bisanya Tuhan salah memberi!" katanya geram. "Tuhan tidak salah, Pak," sahut istrinya, "Anak ayam Tuhan berikan justru supaya nanti kau dapat sering makan telur ayam."

Empat orang menggotong seorang lumpuh menuju rumah tempat Yesus berada. Mereka berharap Yesus memberi kesembuhan. Berkerumun orang di rumah itu sehingga tidak ada jalan bagi mereka untuk menemui Yesus. Maka mereka membuka atap rumah, menurunkan si lumpuh bersama tikarnya di depan Yesus. Kata Yesus kepada si lumpuh, "Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!" (ay. 5). Tampak seolah Yesus salah memberi. Pengampunan dosa diberikan, bukan kesembuhan. Namun, bila kita telaah situasinya lebih saksama, mengertilah kita kalau pemberian Yesus tidak salah. Selama ini si lumpuh hidup dalam pemikiran bahwa keadaannya yang merana disebabkan oleh besar dosanya. Ia perlu mendengar dirinya diampuni, tidak dihukum oleh Allah. Pengampunan membuka pintu bagi kesembuhan. Si lumpuh menyadari Allah berkenan kepadanya. Saat itulah Yesus berikan kesembuhan. Kata Yesus, "Bangunlah, angkatlah tikarmu dan pulanglah ke rumahmu!" (ay. 11).

Tuhan tidak pernah salah memberikan segala sesuatunya kepada kita. Maka mulai hari ini jangan kita menjadi tawar hati bila pemberian Tuhan datang tidak seperti yang kita harapkan. Sadari Tuhan memaksudkan pemberian tersebut mendahului agar nanti kita menerima apa yang kita minta. Contoh sebelum datang kesuksesan, Tuhan memberi kita pengalaman kerendahan hati. Sebelum datang kelimpahan, Tuhan mengajar bagaimana supaya hati tidak terpaut kepada harta duniawi.



TUHAN TIDAK PERNAH MELAKUKAN KESALAHAN SAAT MENYERAHKAN PEMBERIAN-NYA KEPADA MANUSIA


 

Saturday 15 June 2024

Tidak Sabar

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 16
Setahun : Mazmur 9-16

Tidak Sabar
TB: Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. | Kejadian 16:1 (TB)



Bagi beberapa orang, menunggu tidak menyenangkan karena ia merasa tidak pasti dan tidak mampu mengendalikan waktu. Kadang dalam menunggu, kita mengambil jalan pintas, misalnya menyerobot antrian.

Kerinduan Sarai untuk memberikan keturunan bagi Abram--dan ketidaksabarannya dalam menantikan penggenapan janji Tuhan--mendorongnya untuk menggunakan tradisi yang umum di Timur Dekat Kuno: Sarai menawarkan budaknya, Hagar si orang Mesir, untuk melahirkan anak baginya (1-3).

Namun, timbul gesekan di antara kedua perempuan itu: Hagar merasa dirinya layak untuk naik status, sementara Sarai menjadi cemburu terhadap Hagar (4-5). Sarai kemudian menindas Hagar sehingga Hagar melarikan diri (6). Tuhan melihat pelarian Hagar dan mengirim malaikat-Nya untuk mendorong Hagar kembali kepada tuannya dan melahirkan Ismael bagi Abram (7-16).

Malaikat Tuhan menjumpai Hagar di sebuah mata air di padang gurun ketika ia melarikan diri dari Sarai. Dalam kondisi demikian malaikat menyatakan bahwa: pertama, Hagar perlu menerima identitasnya sebagai hamba atau budak; kedua, Tuhan akan menguatkan Hagar untuk menjalani kesulitannya; ketiga, karena Hagar akan menjadi ibu dari bangsa yang besar (9-12). Campur tangan Tuhan membawa kembali Hagar, dan ia akhirnya melahirkan Ismael di rumah Abram ketika Abram berusia 86 tahun (16).

Ketika Sarai berupaya membangun keluarganya sebagai warisannya, dan Hagar melihat anaknya sebagai jalan untuk menaikkan statusnya, Tuhan menghadirkan realita yang mengejutkan: tiga kali dituliskan bahwa Hagar melahirkan Ismael bagi Abram (11, 15-16).

Dalam kedaulatan-Nya, tidak ada satu pun rencana manusia yang dapat menggagalkan rencana-Nya. Tuhan, Allah kita, adalah penguasa kehidupan. Ialah yang memegang kendali waktu dan membukakan masa depan. Kini di tengah dunia yang serba tidak pasti, ketika kita dilanda oleh kekhawatiran akan hari esok, adakah kita dengan sabar menyandarkan hidup kita kepada-Nya? [IBS]

Kejadian 16

Janji Tuhan sungguhlah indah, tetapi masa penantiannya belum tentu seindah dan semulus yang kita bayangkan.

Abram diberikan janji akan keturunan sebanyak bintang di langit. Telah dinyatakan dengan jelas bahwa yang akan menjadi ahli warisnya adalah anak kandungnya sendiri. Namun, dalam masa penantian yang tidak cepat dan penuh ketidakpastian itu, apa yang diperbuat Abram?


 

Friday 14 June 2024

JABATAN PELAYAN

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : BILANGAN 8:5-22
Setahun : Mazmur 1-8

JABATAN PELAYAN
"Sesudah itu orang Lewi boleh masuk untuk melakukan pekerjaannya di Kemah Pertemuan, apabila engkau telah menahirkan mereka dan mengunjukkan mereka sebagai persembahan unjukan." (Bilangan 8:15)

Siapa pelayan Tuhan yang harus bersaksi bagi-Nya? Kadang kala kita menempatkan para rohaniwan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini. Mereka harus selalu kudus tanpa cacat. Sementara kita, sekalipun orang Kristiani, merasa bebas.

Suku Lewi dipisahkan dari suku lainnya karena Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan. Sekalipun hak untuk terlibat langsung dalam ritual hanya menjadi milik keturunan Harun, bukan berarti Lewi bisa menyepelekan pekerjaan mereka sebagai pembantu imam. Lewi merupakan pengganti dari setiap anak sulung suku-suku Israel, milik Allah sepenuhnya. Karena itu, suku Lewi harus melalui tahapan ritual khusus. Penahbisan Lewi menjadi hal penting untuk mempersiapkan mereka melayani di kemah suci, mengingat pentingnya menjaga kekudusan dan ketahiran kemah suci. Lewi harus melalui proses dikuduskan (ay. 7), penumpangan tangan (ay. 10), diadakan korban bakaran (ay. 12), dan menjadi milik Allah (ay. 14).

Orang Kristiani dipisahkan dari dunia: dikhususkan dan dikuduskan untuk menjadi pelayan Tuhan. Ya, setiap kita memiliki jabatan sebagai pelayan Tuhan. Meskipun bukan pendeta, kita tidak dapat menyepelekan pekerjaan ini mengingat setiap pekerjaan bagi Tuhan haruslah dilakukan dalam kesungguhan dan kekudusan. Karena itu, setiap orang Kristiani harus mengawali pelayanannya bagi Tuhan dengan mengalami pertobatan, hidup sebagai manusia baru, menerima baptis, dan menjadi anggota gereja Tuhan. Menyerahkan diri dalam pimpinan Tuhan dan terus menjaga kekudusan hidup bagi-Nya.



APA PUN JABATAN KITA, DI HADAPAN TUHAN FUNGSI KITA ADALAH SEBAGAI PELAYAN-NYA


 

Thursday 13 June 2024

Allah Adalah Penulis Utama Alkitab

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 14:17-24
Setahun : Ayub 40-42

Allah Adalah Penulis Utama Alkitab
TB: Setelah Abram kembali dari mengalahkan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan dia, maka keluarlah raja Sodom menyongsong dia ke lembah Syawe, yakni Lembah Raja. | Kejadian 14:17 (TB)



Sekarang ini banyak orang Kristen tidak percaya bahwa penulis utama Alkitab adalah

Allah sendiri yang mengilhamkan kepada manusia untuk menuliskan Alkitab (lih. 2Tim. 3:16). Nas bacaan kita hari ini jelas membuktikan bahwa Allah adalah penulis utama Alkitab.

Kisah tentang Melkisedek muncul di dalam tiga kitab, yaitu Kitab Kejadian, Kitab Mazmur, dan Kitab Ibrani. Peristiwa tentang Melkisedek yang berjumpa dengan Abraham sepertinya tidak terlalu penting. Intinya adalah Melkisedek, raja Salem (yaitu raja Yerusalem), yang juga adalah imam Allah Yang Maha Tinggi, datang membawa roti dan anggur, lalu ia memberkati Abram, dan Abram memberikan sepersepuluh miliknya (18-20).

Dalam Mazmur 110:4, Tuhan bersumpah bahwa Mesias adalah imam untuk selama-lamanya dalam aturan Melkisedek. Kemudian, penulis Surat Ibrani mengutip ayat ini berkali-kali untuk menegaskan bahwa Yesus adalah Imam Besar dalam aturan Melkisedek (Ibr. 5:6; 6:20; 7:17, 21).

Menariknya, jika salah satu kitab ini tidak membicarakan Melkisedek, maka secara logis Yesus tidak dapat menjadi imam besar; itu berarti Yesus tidak dapat mempersembahkan diri-Nya sebagai korban untuk menebus kita dari dosa, dan tidak seorang pun dari kita akan diselamatkan.

Yesus tidak dapat menjadi imam dalam aturan Taurat Musa karena Yesus bukan keturunan Imam Harun. Supaya Yesus dapat menjadi imam besar, Allah memunculkan Melkisedek, dan bersumpah bahwa Yesus akan menjadi imam dalam aturan Melkisedek.

Ketiga kitab ini ditulis dalam kurun waktu yang sangat berbeda. Kitab Kejadian ditulis oleh Musa pada sekitar 1400 SM, Kitab Mazmur ditulis Daud pada sekitar 1000 SM, dan Kitab Ibrani ditulis pada abad pertama Masehi. Tak mungkin ketiga penulis ini bertemu, apalagi bekerja sama, supaya Yesus dapat menjadi imam besar. Inilah salah satu bukti bahwa Allah adalah penulis utama yang berperan secara nyata dalam penulisan seluruh Alkitab.

Mari kita percaya bahwa Alkitab kita diilhamkan oleh Allah, dan karenanya, berotoritas atas hidup kita. [INT]


 

Wednesday 12 June 2024

MENGKRITISI HATI NURANI

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 24:14-16
Setahun : Ayub 38-39

MENGKRITISI HATI NURANI
"Sebab itu, aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kis. Pr. Rasul 24:16)

"Aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia," begitu kata Paulus. Anda lihat? Paulus tidak bicara tentang hidup dengan "hati nurani", tetapi hidup dengan "hati nurani yang murni". Kualifikasi "yang murni" dia tegaskan di sana. Mengapa demikian?

Hati nurani adalah keyakinan orang tentang apa yang baginya paling wajib. Bagi Paulus, itu berarti mengasihi Tuhan dan sesama. Keyakinan bahwa mengasihi Tuhan dan sesama adalah hal yang paling wajib itulah yang dia maksudkan dengan "hati nurani yang murni". Sehingga, bagi Paulus, mendengarkan hati nurani berarti mewujudnyatakan kasih kepada Tuhan dan sesama dalam hidup.

Namun, tak semua orang meyakini kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai hal yang paling wajib. Tak semua orang memilih kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai isi nuraninya. Ada orang yang nuraninya dipenuhi hasrat untuk mengejar kenikmatan hidup. Bahkan ada pula yang nuraninya dipenuhi hasrat untuk membalas dendam. Ternyata hati nurani bisa salah, bahkan bisa jahat. Karena itulah, Paulus berbicara tentang hati nurani yang murni, yang benar, yang dipenuhi kasih kepada Tuhan dan sesama.

Apa artinya? Kita diundang untuk mendengarkan hati nurani yang benar, bukan yang salah, apalagi yang jahat. Kita diajak jujur menakar apakah isi nurani kita sungguh kasih kepada Tuhan dan sesama. Kita diundang untuk selalu mengkritisi dan (jika perlu) mengoreksi hati nurani kita. Untuk apa? Agar kita hidup benar di hadapan Tuhan dan sesama.



KITA DIUNDANG UNTUK SELALU BERSEDIA MENGKRITISI DAN (JIKA PERLU) MENGOREKSI HATI NURANI KITA


 

Tuesday 11 June 2024

Jangan Selalu Ikuti Apa yang Kita Lihat

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 13
Setahun : Ayub 35-37

Jangan Selalu Ikuti Apa yang Kita Lihat
TB: Maka pergilah Abram dari Mesir ke Tanah Negeb dengan isterinya dan segala kepunyaannya, dan Lotpun bersama-sama dengan dia. | Kejadian 13:1 (TB)



Apa yang kelihatannya menguntungkan bisa jadi menghancurkan. Karena itu, kita harus berhati-hati agar kita tidak tergoda oleh apa yang kita lihat.

Allah memberkati Abram dan Lot sehingga ternak mereka bertambah banyak. Namun, ini menimbulkan masalah karena mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat menggembalakan ternak mereka (1-7). Abram dengan besar hati memberikan prioritas kepada Lot untuk memilih hendak ke daerah mana. Lot "melayangkan pandang" untuk melihat kesuburan lembah Yordan dan memilih untuk pergi ke sana (10-11). Setelah itu Lot kemudian berkemah di dekat Sodom (12).

Lot adalah keponakan Abram yang mengikut pamannya ini ke Kanaan (Kej. 12:4). Ternyata walau Abram sangat berjasa terhadap Lot, ia tidak sungkan memilih daerah yang ia lihat lebih subur tanpa memedulikan pamannya. Tentu saja, Lot pada waktu itu tidak tahu bahwa orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan (13). Langkah Lot yang diambilnya berdasarkan apa yang ia lihat, ternyata merupakan kesalahan dengan konsekuensi besar.

Seharusnya, setelah tinggal sekian lama di "dekat" Sodom (12), ia dapat mendengar tentang kejahatan orang Sodom. Namun, sepertinya demi keuntungan finansial, Lot tetap memilih untuk "tinggal" di kota Sodom (lih. Kej. 14:12). Kita tahu bahwa pada akhirnya Sodom dihancurkan Allah, dan Lot harus melarikan diri dari Sodom dan hidup terpencil dengan kedua anak perempuannya (Kej. 19:30).

Apa yang terjadi pada Lot dimulai dengan pilihannya berdasarkan apa yang ia lihat. Iman adalah "bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat" (Ibr. 11:1), artinya hidup dengan iman harus berbeda dengan hidup berdasarkan apa yang kita lihat. Dalam bahasa Inggris, kita bisa melihat kontras antara live by faith dan live by sight.

Kisah Lot menjadi peringatan bagi kita. Apa yang terlihat sering kali merupakan sesuatu yang semu. Kita harus hidup berdasarkan iman, apa yang tidak terlihat, dengan percaya kepada Allah dan firman-Nya.

Mari berdoa agar Bapa memampukan kita untuk hidup berdasarkan iman, dan bukan apa yang terlihat saja. [INT]


 

Monday 10 June 2024

MENGISI HATI NURANI

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : FILIPI 4:2-9
Setahun : Ayub 32-34

MENGISI HATI NURANI
Akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)

Hati nurani adalah kesadaran tentang hal yang diyakini paling wajib. Ternyata, isi hati nurani adalah serapan nilai-nilai yang dialami dalam hidup. Mau contoh? Anak yang tumbuh dalam intoleransi mudah menjadi individu yang intoleran. Mereka yang hidup dalam iklim kekerasan mudah menyukai kekerasan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang suka menolong mudah menjadi pribadi yang peduli pada sesama.

Karena itu, amatlah penting memerhatikan pesan Paulus, "Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (ay. 8).

Coba tengok pesan itu. Setelah menyebut hal-hal yang benar dan baik, Paulus berkata, "Tauta logizesthe" (Gerika, bahasa asli PB), "Pikirkanlah semuanya itu." Maksud Paulus jelas: Ada banyak hal dalam hidup. Namun, hal yang perlu kita pikirkan hanyalah yang benar dan baik, bukan yang jahat atau sia-sia.

"Tauta logizesthe," kata Paulus. Kata logizesthe (LAI: pikirkanlah) mempunyai makna yang luas. Logizesthe adalah perintah agar kita memikirkan, mendalami, menggumuli, merefleksikan, mengenali nilai-nilainya, menyerapnya hingga yang benar dan baik itu kita yakini sebagai hal yang paling wajib, dan tersimpan sebagai isi nurani kita.

Hati nurani menentukan realisasi hidup. Karena itulah, kita harus mencari hanya yang benar dan baik, agar hanya yang benar dan baik yang mengisi nurani sehingga hanya yang benar dan baik yang terwujud dalam hidup.



NILAI-NILAI YANG SECARA INTENS DIHIDUPI MENJADI MAKANAN BAGI JIWA DAN MEMBENTUK ISI NURANI


 

Sunday 9 June 2024

Nama Masyhur dari Allah

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 12:1-9
Setahun : Ayub 29-31

Nama Masyhur dari Allah
TB: Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; | Kejadian 12:1 (TB)



Ada peribahasa: "Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama". Memang, nama sangat penting bagi manusia.

Dari hidup Kain, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari keturunan ular adalah seperti ini: Pertama, mereka membunuh keturunan perempuan (Kain membunuh Habel, Kej. 4:8). Kedua, mereka mendirikan kota (Kain mendirikan kota, Kej. 4:17). Ketiga, mereka mencari nama (Kain menamai kota itu dengan nama anaknya, Kej. 4:17).

Dalam peristiwa menara Babel, manusia melakukan hal yang sama, yaitu mendirikan kota dan mencari nama (Kej. 11:4). Pada waktu itu keturunan ular tidak membunuh keturunan perempuan karena saat itu semua manusia bersatu (Kej. 11:1). Dalam peristiwa itu, kita melihat bahwa mereka telah gagal "mencari nama" karena Tuhan menyerakkan mereka. Dengan demikian, kita mungkin menyimpulkan bahwa Allah tidak suka manusia mempunyai nama yang besar.

Namun, dalam nas hari ini, kita melihat bahwa salah satu janji Allah kepada Abram adalah Allah akan membuat nama Abram menjadi masyhur (2). Setelah memasuki tanah Kanaan, Abram mendirikan mazbah bagi Tuhan dan "memanggil nama TUHAN" (8). Jadi, jika keturunan ular "mencari nama", maka keturunan perempuan "memanggil nama TUHAN", sebagaimana yang dilakukan oleh Abram dan keturunan Set (Kej. 4:26).

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa bukannya Allah tidak mau manusia memiliki nama yang masyhur. Namun, sebagai orang percaya, seharusnya kita hidup bukan untuk mencari nama, melainkan memanggil nama Tuhan. Apakah kita akan memiliki nama besar atau tidak, itu bergantung pada apa yang menjadi kehendak Allah bagi kita.

Sebagai orang percaya, tugas utama kita adalah memuliakan Bapa di Surga (Mat. 5:16). Segala sesuatu akan menjadi tidak berarti jika tidak diperkenan Allah. Biarlah Allah sendiri yang memberikan kita nama yang sesuai dengan kehendak-Nya. Mintalah kepada Bapa supaya kita berfokus memanggil nama-Nya dan bukan mencari nama. [INT]


 

Saturday 8 June 2024

CARI DAN TEMUKAN TUHAN

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 13:44-46
Setahun : Ayub 24-28

CARI DAN TEMUKAN TUHAN
"Tetapi, carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Saya berdiskusi dengan anak remaja perihal pengalaman mencari. Ada yang pernah mencari sisir yang hilang, setelah mencari selama setengah jam tidak menemukan, ia berhenti mencari dengan alasan capai dan akan beli lagi. Sebaliknya, bila mencari handphone yang hilang, mereka akan terus mencari sampai menemukan karena bernilai tinggi, selain harganya mahal juga berisi berbagai informasi penting. Kesungguhan dan keseriusan mencari tergantung seberapa bernilainya sesuatu bagi kita. Sesuatu yang sangat bernilai akan kita cari sampai menemukannya.

Seberapa nilai Kerajaan Allah bagi kita? Kerajaan Surga adalah harta abadi, seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi. Oleh sebab sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara-mutiara yang indah. Setelah ditemukannya satu yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu (ay. 44-46). Mempertimbangkan betapa bernilainya Kerajaan Surga yang berdampak sampai di keabadian, marilah kita mencari Tuhan dengan tekun, dengan segenap hati dan jiwa, sampai menemukan-Nya (Ams. 8:17, Ul. 4:29). Jangan sampai aktivitas dan kesibukan menghalangi kita untuk mencari dan menemukan Tuhan, absen ibadah dengan alasan kesibukan yang sebetulnya bisa dikerjakan kemudian.

Carilah dan temukan Tuhan sekarang juga, jangan tunda, karena kesempatan terbatas. Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! (Yes. 55:6).



ORANG YANG MENEMUKAN TUHAN DI BUMI AKAN MENEMUKAN TUHAN DI KEABADIAN


 

Friday 7 June 2024

Ketika Manusia Melawan Allah

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kejadian 11:1-9
Setahun : Ayub 21-23

Ketika Manusia Melawan Allah
TB: Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. | Kejadian 11:1 (TB)



Allah sudah mengadakan permusuhan antara dua garis keturunan manusia (keturunan ular dan keturunan perempuan) (Kej. 3:15). Dengan demikian, kesatuan manusia belum tentu hal yang positif.

Nas bacaan kita hari ini dimulai dengan menekankan kesatuan manusia (1) di tanah Sinear yang sepertinya dipimpin oleh Nimrod, keturunan Ham, keturunan ular (2; Kej. 10:6-10). Mereka mendirikan menara supaya mereka tidak terserak ke seluruh bumi (4-5), yang jelas melawan perintah Allah untuk memenuhi bumi (Kej. 9:1).

Penulis menunjukkan betapa tidak tahu dirinya manusia yang begitu sombong, yang berpikir bahwa mereka dapat melawan Allah. Dengan sindiran, penulis mengatakan bahwa "TUHAN turun untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu" (5). Manusia berpikir bahwa mereka mendirikan menara yang "puncaknya sampai ke langit" (4), tetapi ternyata untuk melihat saja Tuhan perlu "turun" (5), karena menara itu masih jauh dari langit.

Kesatuan manusia dapat membuat kejahatan menjadi berlipat ganda. Supaya kejahatan mereka tidak menjadi sejahat-jahatnya, Tuhan mengacaukan bahasa mereka (6-7). Manusia itu pada dasarnya penuh kecurigaan, maka dengan tidak mengerti bahasa kelompok-kelompok lain, mereka memisahkan diri. Akhirnya, mereka diserakkan Tuhan ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu (8).

Kita sebagai manusia terbatas sering bersikap tidak tahu diri dan berpikir seolah-olah kita dapat melawan Allah. Nas hari ini mengingatkan kita bahwa tidak mungkin manusia dapat melawan Allah. Pada akhirnya, dengan rela ataupun tidak, kita pasti melakukan apa yang Allah kehendaki. Karena itu, daripada harus dipaksa untuk berubah, jauh lebih baik bila kita belajar untuk mengenal kehendak Allah dan taat kepada-Nya. Ketika Allah "memaksa" kita untuk melakukan apa yang benar, ini juga perlu kita lihat sebagai berkat pimpinan-Nya.

Mintalah kepada Tuhan ketaatan dan kerendahan hati untuk mengerti betapa berharganya kehendak-Nya. [INT]


 

Thursday 6 June 2024

ANAK YANG DEWASA

Sumber : renunganharian.net



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : GALATIA 4:1-11
Setahun : Ayub 17-20

ANAK YANG DEWASA
Jadi, kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, kamu juga ahli-ahli waris oleh perbuatan Allah. (Galatia 4:7)

Berita kedatangan Yesus yang membebaskan umat dari belenggu tak juga membuat orang Yahudi memerdekakan diri dari Taurat. Karena itu Paulus menggambarkan mereka ibarat anak yang belum dewasa. Mereka lebih senang berada dalam kegelapan, menjadi hamba yang harus tunduk pada perintah Allah tanpa benar-benar mengetahui alasan dibaliknya. Padahal, mereka semestinya hidup di bawah Injil, kasih karunia yang jauh lebih terang dan memerdekakan. Oleh-Nya, mereka diangkat menjadi anak-anak Allah yang dewasa, yang berhak menjadi ahli waris dalam kerajaan-Nya.

Iman kepada Yesus Kristus memungkinkan orang percaya diangkat menjadi anak-anak-Nya. Dengan berserah kepada Roh Kudus kita dapat mengambil sifat seperti Yesus Kristus, menjadi serupa dengan-Nya. Kita boleh menyebut Allah sebagai Bapa. Kita juga berhak menjadi pewaris seluruh kekayaan Kristus. Kita dijadikan-Nya anak-anak yang merdeka. Kewargaan kita terjamin di surga karena kita adalah anak perjanjian.

Namun demikian, perlu kita garis bawahi bahwa pewaris kerajaan surga adalah anak-anak yang dewasa. Bukan seperti anak-anak kecil yang hanya tahu merengek dan meminta kepada orang tuanya, anak-anak yang dewasa mengerti akan tugas tanggung jawab mereka. Lagi pula, Alkitab mencatat bahwa yang disebut sebagai anak-anak Allah adalah mereka yang membawa damai (Mat. 5:9), mengasihi musuh (Luk. 6:35), percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12), beriman dalam Yesus Kristus (Gal. 3:26), berbuat kebenaran dan mengasihi saudara (1Yoh. 3:10).



MEREKA YANG DEWASA DALAM IMAN ADALAH PEWARIS KERAJAAN SURGA


 

Saturday 1 June 2024

Intervensi Allah dalam Sejarah Manusia

Sumber : alkitab.mobi



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Kisah Para Rasul 7:1-29
Setahun : Ayub 1-4

Intervensi Allah dalam Sejarah Manusia
TB: Kata Imam Besar: "Benarkah demikian?" | Kisah Para Rasul 7:1 (TB)



Allah yang kita percaya ialah Allah yang berintervensi dalam sejarah. Dia bukan Allah menurut deisme, yang menciptakan lalu meninggalkan ciptaan-Nya.

Stefanus sangat memahami konsep ini. Oleh karena itu, ketika dia dituduh bahwa dia menghujat Musa dan Allah, Stefanus tetap tenang. Ditambah lagi, dalam pembelaan dirinya yang cukup panjang itu, Stefanus malah menceritakan kembali pekerjaan Allah dari Abraham sampai Musa. Ini adalah suatu pembelaan diri yang tidak lazim di tengah tuduhan penistaan agama.

Akan tetapi, dalam ketidaklaziman ini, kita dapat melihat satu benang merah.

Benang merahnya adalah kovenan Allah selalu menemui persoalan. Seolah-olah kovenan atau perjanjian tersebut akan batal, tetapi Allah senantiasa menuntun dan memberikan jalan keluar, sehingga apa yang telah direncanakan--sekalipun selalu menemui kesulitan--tidak pernah gagal, karena Allah memelihara kovenan-Nya.

Abraham diberi janji akan tanah dan keturunan, tetapi ia tidak memiliki anak sampai usia tua (5); keturunan Abraham malah menjadi pendatang di negeri asing dan dianiaya (6); Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya (9); Musa ditolak oleh orang Israel sendiri (27). Semuanya tampak seperti masalah yang begitu besar. Akan tetapi, pada akhirnya Tuhan selalu membuktikan kovenan-Nya (7-8, 10).

Stefanus juga menghadapi masalah yang serupa. Ada kemungkinan besar bahwa ia akan dihukum mati. Namun, dia percaya pada janji Tuhan bahwa Tuhan akan menyertainya senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20). Stefanus mengenal secara utuh Allah yang berintervensi dalam sejarah. Oleh karena itulah, dia menceritakan bagaimana Allah telah memelihara kovenan-Nya sejak zaman Abraham-Musa.

Konsep tentang Allah yang berintervensi dalam sejarah memberi kita pengharapan. Dalam dunia yang penuh tragedi, kita akan mudah dibuat berputus asa dan menyerah. Percayalah kepada-Nya yang selalu berintervensi dan memberikan jalan keluar, Ia memberi kita kekuatan dalam menjalani kehidupan ini. [YGM]

Kisah Para Rasul 7:1-29

Apa yang kita ketahui secara teoretis belum tentu dapat kita praktikan dengan benar. Apa yang kita baca belum tentu kita yakini; dan apa yang kita yakini belum tentu kita terapkan secara nyata melalui perkataan dan perbuatan sehari-hari.

Di sinilah tampak perbedaan antara Stefanus dan para pemuka agama. Mereka boleh duduk di Mahkamah Agama, tetapi iman Stefanus-lah yang terpancar keluar. Tokoh-tokoh Kitab Suci tentulah dikenal oleh para ahli Taurat, tua-tua, dan imam, tetapi sayangnya itu semua tidak membuat mereka dapat mengenali kebenaran Allah.