Friday 30 September 2022

YESUS MEMAHAMI HATIMU

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : IBRANI 2:9-18
Setahun : Maleakhi 1-4

YESUS MEMAHAMI HATIMU
Karena Ia sendiri telah menderita ketika dicobai, maka Ia dapat menolong mereka yang sedang dicobai. (Ibrani 2:18)

Bunda Teresa adalah figur ibu yang baik bagi orang-orang yang ada di Kolkata, India. Beliau mengabdikan diri untuk melayani orang-orang yang terpinggirkan, sakit kusta dan tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat. Beliau merasakan sendiri penderitaan mereka karena memang keseharian Bunda Teresa ada bersama-sama mereka. Beliau merasakan saat mereka terluka, terbuang dan dikucilkan. Sebagai ibu rohani, beliau memiliki hati seperti Tuhan Yesus yang mau memahami hati orang-orang yang ia layani.

Teks Ibrani 2:9-18 ini menunjukkan kebenaran bahwa Yesus sendiri sebagai manusia juga pernah merasakan kesulitan dalam hidup karena Ia juga sepenuhnya manusia (ay. 14), Ia mengalami maut (ay. 9), dan membebaskan mereka dari perhambaan akan ketakutannya oleh sebab maut (ay. 15). Jadi, Yesus pun pernah sama-sama merasakan penderitaan manusia. Mengapa demikian? Karena sebagai Imam Besar, Ia berkenan menaruh belas kasihan pada manusia (ay. 17).

Saat mengalami hidup yang sukar, jangan pernah khawatir dan takut. Yesus memahami hatimu karena Ia sendiri juga pernah menjadi manusia dan merasakan apa yang kamu rasakan. Mari ungkapkan isi hatimu kepada-Nya, Dialah Allah yang memahami hidup manusia. Tuhan mau kita sebagai anak-anak-Nya dekat dengan Dia supaya saat mengalami masa sukar, kita tetap beroleh kekuatan untuk melewatinya bahkan damai sejahtera yang tidak pernah kita dapatkan dalam dunia yang fana ini. Bahkan saat kita jatuh dalam dosa pun dan mengalami penderitaan, Ia juga tetap mau menjadi pendamai supaya hubungan kita dengan Allah tidak terputus.



BERSYUKURLAH KITA PUNYA YESUS YANG MEMAHAMI HIDUP KITA


Thursday 29 September 2022

Diselamatkan dalam Peperangan Rohani

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 12:1-6
Setahun : Zakharia 8-14

Diselamatkan dalam Peperangan Rohani
TB: Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. | Wahyu 12:1 (TB)



Hidup adalah zona perang dan kitalah pejuangnya. Pejuang sejati harus menghadapi peperangan dengan berani, tidak boleh menunjukkan kelemahan, tidak berjuang dengan kekuatan diri sendiri, dan mau mengandalkan Tuhan. Musuh kita dalam peperangan rohani adalah Iblis. Walaupun ia kuat, kelihatan berkuasa, dan serangannya dahsyat, kekuatannya telah dipatahkan dan dikalahkan oleh Yesus.

Yohanes kembali mendorong Gereja untuk tetap berpengharapan kepada Tuhan, sebab gereja adalah milik Tuhan. Rasul Yohanes melihat gereja sebagai metafora dari seorang perempuan. Pertama, perempuan yang berselubungkan matahari dengan bulan di bawah kakinya (1). Kedua, perempuan itu kesulitan bersalin, namun dapat melahirkan (2). Ketiga, perempuan itu lari ke padang gurun, di suatu tempat yang disediakan Allah (6).

Gereja hidup dalam terang kemuliaan Allah. Dalam terang Allah itu, Gereja harus berjuang menghadapi kesengsaraan dan kesulitan, dan harus waspada terhadap serangan Iblis. Sebab, Iblis berjuang untuk membinasakan umat pilihan Allah. Namun, Allah selalu bertindak menyelamatkan. Sebagaimana Allah memelihara Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun, demikianlah Gereja dipelihara dan diselamatkan oleh Allah di dalam dunia.

Perjuangan kita saat ini adalah menghadapi berbagai kesulitan serta kesengsaraan dari dalam diri sendiri, dan tentunya berjuang melawan Iblis. Ia digambarkan sebagai naga merah padam yang besar, yakni suatu makhluk yang seram dan menakutkan, namun tak berdaya di hadapan Tuhan yang memelihara hidup kita.

Kita bersyukur karena dalam berbagai kesulitan dan kesengsaraan hidup, dan dalam perjuangan iman, kita tidak berjuang sendiri. Kita berjuang bersama Tuhan. Ingatlah, Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, dan Ia menyediakannya bagi kita! Marilah kita berjuang dan menghasilkan kehidupan benar yang memancarkan kemuliaan Allah dan memohon Tuhan terus menolong kita agar kita selalu menang dalam pertandingan iman. [EMR]


Wednesday 28 September 2022

HIKMAT DI JALANAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AMSAL 1:20-33
Setahun : Zakharia 1-7

HIKMAT DI JALANAN
Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya. (Amsal 1:20)

Banyaknya gelar akademis tidak otomatis membuat seseorang menjadi berhikmat alias bijaksana. Seseorang yang bahkan tak pernah mengenyam bangku sekolah pun bisa menjadi seorang yang sangat bijak. Mengapa demikian?

Sesungguhnya Allah telah menaruh hikmat-Nya dengan limpahnya di dalam seluruh ciptaan-Nya. Hikmat itu berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan, di atas tembok, dan di pintu gerbang (ay. 20-21). Artinya, hikmat itu tersedia di mana saja. Kita hanya perlu membuka mata dan telinga. Rela menjadi seorang pembelajar. Terus melatih diri memahami berbagai perkara. Mengamati sesuatu, menelaahnya, lalu menarik pelajaran darinya. Mulai dari berbagai peristiwa di alam semesta, juga dari pengalaman sendiri serta orang lain.

Mengamati kehidupan semut bisa membuat seorang pemalas menjadi rajin. Menyaksikan tetes air yang melubangi batu karang dapat membuat seseorang belajar tentang ketekunan. Mengamati alur air mengajarkan kita bersikap luwes dalam menjalani hidup. Mendengarkan nasihat dan teguran dapat menghindarkan kita dari celaka dan kesukaran (ay. 24-27). Menjalani kehidupan dengan takut akan Tuhan akan menjauhkan kita dari kebinasaan dan malapetaka (ay. 29-33). Dan sesungguhnya, di sinilah sumbernya, karena “takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan” (Ams. 1:7). Dialah yang akan menolong kita memahami segala sesuatu. Bahkan jika kita masih merasa diri bodoh atau kekurangan hikmat, kita didorong untuk memintanya kepada Allah (Yak. 1:5). Dialah yang akan memperlengkapi kita dengan hikmat-Nya yang tiada tara.



MARI DATANG PADA ALLAH, SANG SUMBER HIKMATAGAR KITA MENJADI BIJAK DAN MENJALANI HIDUP DENGAN SELAMAT


Tuesday 27 September 2022

Gereja dan Pemeliharaan Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 11:1-14
Setahun : Zefanya 1 - Hagai 2

Gereja dan Pemeliharaan Allah
TB: Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. | Wahyu 11:1 (TB)



Lirik lagu Kidung Jemaat 257:1 berbunyi: "Aku Gereja, kau pun Gereja, kita sama-sama Gereja dan pengikut Yesus di seluruh dunia, kita sama-sama Gereja". Makna lagu itu menegaskan bahwa komponen terpenting di dalam gereja adalah manusia sebagai pengikut Kristus. Hambatan gereja adalah membangun orang-orang percaya sesuai dengan kehendak Tuhan.

Gereja adalah orang-orang percaya yang bersekutu dan beriman kepada Yesus Kristus. Gereja yang demikian bersedia untuk dibangun dan diukur. Rasul Yohanes diperintahkan Tuhan untuk membangun dan mengukur Bait Suci Allah, mazbah, dan mereka yang beribadah di dalamnya (1). Tuhan mengamanatkan tugas ini kepada hamba-hamba-Nya sebagai saksi-saksi-Nya.

Gereja di dunia menghadapi kesengsaraan dan penindasan (2). Namun, Tuhan tidak meninggalkan gereja-Nya. Ia mengaruniakan pemeliharaan dengan cara mengutus hamba-hamba-Nya. Mereka itu, yang adalah para saksi yang setia sampai mati, diutus untuk memelihara gereja lewat pengajaran firman dan doa.

Mereka dilengkapi kuasa, baik untuk melakukan mukjizat maupun mendatangkan hukuman (3-6). Tantangan terbesar mereka adalah menghadapi ancaman Iblis, yaitu "binatang yang muncul dari jurang maut" (7). Namun, Tuhan memberikan kehidupan bagi mereka yang setia sampai mati dan hukuman bagi para penganiaya (11-14).

Kita diingatkan agar menjadi gereja yang berkualitas. Percayalah, kita dijaga, dilindungi, dan diselamatkan dalam pengajaran firman dan doa kepada Tuhan. Kita harus menghormati mereka yang diutus untuk membangun kehidupan iman dan rohani yang berkualitas di dunia.

Marilah kita bertekad untuk saling mendoakan di tengah berbagai tantangan dunia, agar kita terus dibangun dalam pengajaran dan doa. Kita juga mendoakan para saksi Tuhan agar tetap percaya dan hidup dalam iman yang benar kepada Yesus. Mari kita doakan agar mereka tetap setia dalam melakukan pelayanan yang membangun umat sesuai kehendak Tuhan. [EMR]


Monday 26 September 2022

DUKUNGAN UNTUK FERDINAND DE LESSEPS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 17:40-58
Setahun : Nahum 1 - Habakuk 3

DUKUNGAN UNTUK FERDINAND DE LESSEPS
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.” (1 Samuel 17:45)

Ferdinand de Lesseps dikenal dengan ide briliannya dalam membuka jalur perdagangan Terusan Suez. Namun, tahukah Anda bahwa keberhasilan Ferdinand mewujudkan hal itu tidak lepas dari peran teman lamanya, Said Pasha, yang menjadi raja muda Mesir? Keduanya bertemu dalam suasana akrab pada November 1854 untuk mendiskusikan gagasan Ferdinand soal jalur penghubung antara Laut Tengah dan Laut Merah sepanjang 193 kilometer. Akhirnya ide brilian itu terwujud pada November 1869, selang lima belas tahun setelah Ferdinand mengemukakan idenya, dengan dukungan sosok berpengaruh di Mesir.

Ketika menghadapi Goliat, orang Filistin pasti mendengar pengakuan dari wakil bangsa Israel di medan perang itu, “Aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam!” Pengakuan yang mungkin dipandang sebelah mata, dicibir, bahkan tidak dipedulikan. Namun, setelah Goliat berhasil ditumbangkan oleh Daud hanya dengan sekali lesatan umban, mungkin sebagian dari bangsa Filistin baru tersadar akan dukungan yang diperoleh Daud dalam peperangan hari itu. Ya, siapa sanggup menahan dan melawan dukungan dari Penguasa alam semesta di kubu Daud?

Saat ini apakah Anda sedang memerlukan dukungan untuk proyek besar dalam usaha Anda? Apakah tantangan hidup Anda terlihat sukar untuk ditaklukkan, bagai raksasa yang menghadang kemajuan yang hendak Anda raih? Berserulah kepada Tuhan semesta alam, yang pernah menolong Daud merobohkan lawan terbesar dalam peperangan yang pernah dihadapinya, lalu hadapilah “peperangan” Anda dengan kepala tegak!



DENGAN DUKUNGAN ALLAH, SEHARUSNYA ORANG PERCAYA DAPAT MENJALANI HIDUP DENGAN KEPALA TEGAK


Sunday 25 September 2022

Harapan di Tengah Realitas Dunia

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 9:13-21
Setahun : Yunus 1-4

Harapan di Tengah Realitas Dunia
TB: Lalu malaikat yang keenam meniup sangkakalanya, dan aku mendengar suatu suara keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah, | Wahyu 9:13 (TB)



Sangkakala keenam menyertai penglihatan serangan militer yang menghancurkan sepertiga bumi (15-19). Penglihatan itu menggambarkan hukuman atas kejahatan dunia.

Namun, hukuman memang tidak menghasilkan pertobatan. Manusia yang tidak mati tetap menyembah emas dan perak, juga tetap bergelimang pembunuhan dan percabulan (20-21). Mungkinkah gambaran penglihatan itu terus terjadi sampai hari ini?

Kitab Wahyu menghadirkan realitas yang berbeda dari kehidupan yang dijalani gereja mula-mula. Imperium Romawi menindas, membunuh, mengeksploitasi ekonomi, dan tampaknya sangat berhasil dalam mengumpulkan harta dan kekuasaan. Tak terbayangkan ada yang sanggup mengalahkan kejahatan dari kekuasaan imperium yang dahsyat itu.

Kenyataan hari ini juga tidak jauh berbeda. Dunia dipenuhi berbagai kekuasaan yang saling berebut pengaruh serta sangat manipulatif dengan kekuatan uang dan jabatan. Bahkan, ketika dikonfrontasi dengan berbagai hukuman, tidak ada pertobatan. Sanggupkah umat Allah setia dalam peperangan demikian?

Yohanes menghadirkan penglihatan yang menembus realitas hidup. Tuhan tidak diam menghadapi kejahatan dunia; walaupun kejahatan sering terlihat mahadahsyat dan tak terkalahkan, ada hukuman Tuhan demi keadilan.

Dalam masa hidup Yohanes sendiri, Imperium Romawi tetap berjaya. Bahkan, pada zaman Konstantin, kekristenan menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi (313 M). Kenyataan hidup penuh komplikasi dan kerumitan. Apakah berarti gereja Tuhan sebenarnya ditelan oleh kekuatan imperium?

Agustinus pernah menulis soal Kota Tuhan dan Kota Manusia, membedakan kuasa duniawi dan realitas surgawi. Ketika Roma hancur oleh serangan militer (410 M), ada tuduhan bahwa Roma hancur karena meninggalkan agamanya dan memeluk kekristenan.

Agustinus dan Yohanes menghadirkan realitas yang lain. Namun, Yohanes yakin, Allahlah yang sungguh berkuasa. Karena itu, di tengah realitas dunia sekalipun kita dapat terus berharap kepada-Nya. [IHM]


Saturday 24 September 2022

MEMBENTENGI HATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ROMA 16:17-24
Setahun : Yunus 1-4

MEMBENTENGI HATI
Tetapi aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka yang menimbulkan perpecahan dan batu sandungan, bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima. Hindarilah mereka! (Roma 16:17)

Seorang kakek sibuk memotong dan membelah bambu. Selanjutnya, ia memaku bilah-bilah bambu itu, merangkainya menjadi pagar. Ia akan mempergunakannya untuk memagari pekarangan di sekeliling rumahnya. “Supaya ayam tetangga tidak masuk dan merusak tanamanku,” ujarnya.

Pada bagian akhir suratnya kepada jemaat Roma, Paulus mengingatkan agar jemaat waspada terhadap guru palsu. Sebab selain memberitakan ajaran palsu, mereka juga tidak melayani Kristus, melainkan perut mereka sendiri. Meski kata-kata mereka terdengar manis, hal itu hanyalah tipuan. Mereka membujuk rayu demi mencapai tujuan sendiri. Mengurangi pengajaran dan tuntutan hidup dalam kebenaran Kristus, menimbulkan perpecahan dan perselisihan.

Penyesatan belum berakhir. Iblis masih terus berusaha merongrong iman kita kepada Kristus melalui banyak cara, termasuk memakai hal-hal di sekitar kita. Mungkin, kita tidak dapat mengendalikan hal buruk yang datangnya dari luar. Namun, setidaknya kita dapat membentengi diri supaya segala hal yang buruk itu tidak masuk dan mengotori diri kita. Sulit, bahkan mustahil mengharapkan situasi dan kondisi dari luar selalu kondusif dan mendukung upaya pengudusan diri. Namun kita dapat menjaga hati supaya tidak mudah goyah atau tergoda. Supaya jangan sampai hal buruk dari luar mengendalikan kita, menggoyahkan kasih kita, sehingga kita pun turut berlaku buruk. Kristuslah tuan kita, tidak ada yang lain. Jagai hati dan pastikan supaya hanya Dia saja yang bertakhta dan memerintah dalam hati kita.



JAGALAH HATIMU DENGAN SEGALA KEWASPADAAN, KARENA DARI SITULAH TERPANCAR KEHIDUPAN.—Amsal 4:23


Friday 23 September 2022

Penghakiman dan Keselamatan dari Allah

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 8:6-13
Setahun : Amos 6 - Obaja 1

Penghakiman dan Keselamatan dari Allah
TB: Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk meniup sangkakala. | Wahyu 8:6 (TB)



Sangkakala yang dibunyikan di dalam Kitab Wahyu mendahului berbagai hukuman yang sudah dikenal dalam sejarah Israel, yaitu tulah-tulah yang menghantam Mesir: hujan es dan api (7), laut darah dan air mematikan (8, 11), kegelapan langit (12), dan amukan belalang (lih. Why. 9:3-11).

Penghakiman merupakan sisi lain dari koin yang sama atas keselamatan dari Allah. Kejahatan dan kekejaman dunia tak akan dibiarkan Tuhan. Dalam peperangan kosmis yang disaksikan Yohanes, bunyi sangkakala menandai serangan murka Allah terhadap kejahatan yang dipamerkan di bumi. Kisah itu sangat dipahami Israel yang menyaksikan Allah menghantam kekejaman Firaun, yang telah membunuh umat Allah di Mesir.

Banyak orang Kristen membaca Kitab Wahyu dengan perasaan takut terhadap berbagai bencana dan penderitaan. Namun, visi yang disaksikan Yohanes mengungkap juga perlindungan Tuhan atas umat-Nya. Memang Mesir dilanda tulah bertubi-tubi, namun darah Anak Domba yang tertumpah dan dioleskan di tiang pintu rumah melindungi Israel.

Penglihatan yang dilihat Yohanes juga jauh melampaui tulah yang dialami Mesir. Bukan hanya satu bangsa yang menerima hukuman, melainkan sepertiga bumi dan sepertiga langit hancur luluh lantak (7-12). Kejahatan dunia rupanya mengundang kehancuran yang tak terbayangkan.

Kita juga tak asing dengan kejahatan sistemik yang berakar sangat dalam di semua bidang kehidupan. Berbagai perusahaan besar dengan kekuatan dahsyat sanggup melenturkan moralitas dan mengorbankan manusia demi keuntungan moneter maksimal. Dunia modern tak asing dengan kuasa politik yang menghalalkan cara, membunuh lawan demi kemenangan dan keuntungan kelompok. Bahkan, berbagai sistem agama terbukti bobrok dan dirasuki birahi kekuasaan.

Realitas dunia sanggup melunturkan tekad manusia. Namun, jika hari ini kita mendengar sangkakala Allah, biarlah kita berharap pada keadilan dan kebaikan Tuhan. Saat tekanan dunia mengimpit, biarlah kita mengambil posisi taat dan berlindung sebagai umat Sang Anak Domba. [IHM]


Thursday 22 September 2022

MOMEN ULANG TAHUN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MAZMUR 90:1-12
Setahun : Amos 1-5

MOMEN ULANG TAHUN
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. (Mazmur 90:12)

Dewasa ini, rasanya hampir semua orang memperingati hari kelahiran mereka. Sebagian merayakannya dengan sederhana, mungkin hanya berdoa dan makan bersama keluarga. Yang lain merayakannya dengan keluarga besar, teman-teman dan sahabat. Tapi sebenarnya, apa makna dari semua peringatan itu?

Dalam Alkitab, hanya dua tokoh yang dicatat merayakan ulang tahun, yakni Firaun, raja Mesir (Kej. 40:20) serta Raja Herodes (Mrk. 6:21). Firaun merayakannya dengan membuat perjamuan untuk semua pegawainya, namun sekaligus menghukum mati kepala juru roti atas kesalahannya. Herodes juga mengadakan perjamuan buat para pembesarnya. Namun pesta itu juga menjadi kematian bagi Yohanes Pembaptis sesuai permintaan putri Herodias setelah tariannya menyenangkan sang raja. Kedua kisah ini bahkan membuat sekelompok orang Kristen menolak perayaan ulang tahun. Lalu, bagaimana sikap kita?

Dalam Mazmur ini, Musa mengajak kita menyadari bahwa hanya Allah saja yang kekal. Sebaliknya, manusia adalah makhluk yang usianya sangat pendek. Hanya sesingkat satu giliran jaga malam. Seperti sekejap mimpi. Seperti rumput yang mudah layu. Karenanya kita diajak memohon agar Tuhan mengajari kita menghitung hari-hari kita. Agar kita dapat mempergunakan hidup yang singkat ini dengan bijaksana. Memakainya dengan efektif, yakni mengerjakan kehendak Allah. Momen ulang tahun adalah salah satu kesempatan bagi kita untuk merenungkan hal ini. Apakah kita telah, sedang dan akan menggunakan hidup kita untuk memuliakan Tuhan? Kiranya kita selalu meminta tuntunan-Nya dalam menggunakan waktu yang masih kita miliki.



ULANG TAHUN SEHARUSNYA MENJADI MOMEN PENGUCAPAN SYUKUR, SEKALIGUS PENGINGAT UNTUK MENJALANI HIDUP KITA SETURUT KEHENDAK TUHAN


Wednesday 21 September 2022

Keselamatan bagi Segala Bangsa

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 7:9-17
Setahun : Yoel 1-3

Keselamatan bagi Segala Bangsa
TB: Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. | Wahyu 7:9 (TB)



Yohanes memang memakai berbagai simbol yang dipahami dari sejarah Israel. Darah Anak Domba yang menyucikan jubah dan membawa keselamatan dari penganiayaan (14) adalah gambaran keselamatan Israel dari Mesir dengan darah domba di tiang pintu mereka.

Namun, keselamatan yang digambarkan Yohanes di bagian ini bukan hanya meliputi Israel, melainkan banyak bangsa, suku, dan bahasa (9). Visi apokaliptik itu pun tidak asing bagi Israel, karena berkat yang dijanjikan kepada Abraham memang akan tercurah bagi segala bangsa (lih. Kej. 18:18). Di tengah penderitaan dan air mata dunia, Yohanes melihat umat dari segala bangsa hadir ke mata air kehidupan dan Allah menghapus air mata mereka (17).

Gambaran Yohanes itu kontras dengan pemahaman keselamatan yang bersifat lokal dan denominasional dari kelompok tertentu. Mengapa banyak orang lebih mudah percaya visi yang sektarian daripada karya Allah yang melingkupi segala bangsa yang dikisahkan Yohanes?

Mungkin saja naga anti-Kristus (lih. Why. 12:3-4) yang digambarkan Yohanes bukan hanya kekuatan sistem penindasan, tetapi juga tendensi sektarian yang bersikeras membangun kerajaan "kalangan sendiri" daripada mengambil bagian dalam visi Kerajaan Mesias yang telah menebus segala bangsa. Padahal, menyembah Sang Anak Domba berarti ikut dalam visi oikumene satu Tubuh Kristus, bukan sekadar semangat sektarian.

Memang Yohanes menggambarkan penindasan yang dialami gereja dari imperium dunia. Namun, sejarah gereja justru mengungkap betapa sering kelompok Kristen sendirilah yang menimbulkan kesengsaraan karena penindasan pada kelompok Kristen yang lain. Ketika ada yang menanyakan tentang kita, "Siapakah orang-orang ini?" (13), bisakah kita bersaksi bahwa kitalah yang telah ditebus dengan darah Anak Domba, dan sekarang kita menghadirkan kasih dan damai kepada dunia?

Karena itu, marilah kita menyerahkan diri kita sebagai saksi hidup Anak Domba Allah, sehingga nyata di tengah dunia bahwa Allah berkarya bagi segala bangsa. [IHM]


Tuesday 20 September 2022

SAHABAT SEJATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 SAMUEL 20
Setahun : Hosea 7-14

SAHABAT SEJATI
Yonatan berkata kepada Daud: “Apa pun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu.” (1 Samuel 20:4)

Kesibukan pelayanan kadang membuat saya jenuh dan gampang stres. Hal biasa yang saya lakukan ialah menelepon sahabat saya untuk berbagi cerita dan saya baru lega ketika saya cerita dan saya merasakan lega ketika sahabat ini mendoakan saya di masa-masa yang melelahkan ini.

Daud memiliki sahabat yang setia, dialah Yonatan. Walaupun Daud bermusuhan dengan Saul, ayah Yonatan, tapi tetaplah kasih Yonatan pada Daud tidak berkurang. Saul hendak membunuh Daud (ay. 1) karena popularitas Daud semakin meningkat pasca ia diurapi jadi raja. Yonatan tahu bahwa ayahnya hendak membunuh Daud. Kabar ini didengar saat Yonatan makan malam dengan Saul (ay. 25-34), sedangkan Daud bersembunyi dari kejaran Saul sebelumnya (ay. 24). Ada hal yang unik, “Yonatan bersusah hati karena Daud, sebab ayahnya menghina Daud” (ay. 34). Akhirnya Yonatan menyuruh Daud pergi untuk menghindar (ay. 41-42) sebab nyawanya dalam bahaya. Sekalipun Yonatan sebagai putra mahkota sadar bahwa Daud bisa merebut singgasana yang secara hierarki dunia adalah haknya, tapi ia memandang bahwa persahabatan lebih penting daripada kekuasaan.

Adakah kita memiliki sahabat-sahabat di masa sulit, yang kehadirannya dapat memberi umpan balik kepada kita bahkan rela menasihati di saat kita membutuhkan bantuan? Kadang kala di masa sulit, kita bisa mengambil keputusan yang keliru, kita menjadi sembrono dan tidak bijaksana. Namun, ketika kita memiliki sahabat, kita merasa ada yang menopang dan kuat kembali. Milikilah persahabatan rohani yang sehat sehingga kita menjadi pengikut Kristus yang saling menguatkan.



SAHABAT YANG SEJATI AKAN SELALU ADA DAN MENOLONG TEPAT WAKTU


Monday 19 September 2022

Murka yang Menghiburkan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 6
Setahun : Hosea 1-6

Murka yang Menghiburkan
TB: Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!" | Wahyu 6:1 (TB)



Tuhan menyingkapkan rahasia satu per satu kepada Yohanes perihal apa yang akan terjadi sebelum hari terakhir tiba. Penyingkapan itu digambarkan dengan terbukanya meterai, tetapi dari tujuh meterai baru enam yang akan dibuka. Saat setiap meterai dibuka terjadi kengerian hebat yang akan dialami oleh setiap orang, termasuk orang percaya. Hal itu harus dijalani sebelum pembebasan puncak terjadi.

Pembukaan empat meterai pertama ditandai dengan munculnya empat kuda. Kuda pertama berwarna putih, melambangkan peperangan antar bangsa, juga disimbolkan dengan panah sebagai lambang kekuatan militer dan mahkota lambang kekuasaan (1-2). Kuda kedua berwarna merah padam seperti darah, melambangkan keadaan tanpa damai di bumi yang mana setiap orang bahkan saudara saling membunuh (3-4). Kuda ketiga berwarna hitam, lambang kematian atau maut, yaitu kehidupan yang begitu sulit dan kesenjangan sosial yang begitu besar antara yang kaya dan miskin. Gandum yang biasa dikonsumsi rakyat kecil sulit ditemukan, sementara anggur dan minyak yang biasa dikonsumsi orang kaya tetap ada (5-6). Kuda keempat berwana hijau kuning, warna pucat yang melambangkan kematian karena perang, kelaparan, sampar, dan binatang buas (8).

Ketika meterai kelima dibuka, muncul teriakan menyedihkan para martir yang meminta Allah segera bertindak karena manusia di bumi telah begitu jahat (9-10). Namun, mereka diminta untuk tetap menanti (11). Dan, pada meterai yang keenam, Yohanes menunjukkan semua kekuatan alam yang menghancurkan (12-14), dan malapetaka itu akan membuat semua penguasa yang congkak dan berdosa bersembunyi karena tidak berani berhadapan dengan Allah.

Kita orang percaya yang menantikan kedatangan-Nya juga tetap terkena dampak dari apa yang terjadi menjelang kedatangan-Nya. Dalam setiap kesulitan kita diminta untuk tetap setia mengikut Dia dan belajar dari teladan para martir. Setiap kefasikan dan kejahatan akan Dia tumpas. Kiranya kita tetap setia hidup di dalam kebenaran dan bukan kefasikan. [JHN]


Sunday 18 September 2022

DI TENGAH DERITA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : AYUB 42:7-17
Setahun : Daniel 10-12

DI TENGAH DERITA
Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. (Ayub 42:10)

Di tengah pergumulan, kehadiran teman yang mau peduli dan memberi diri untuk mendampingi adalah sebuah anugerah besar. Sebab dalam situasi sulit sering kita merasa kesepian, tersingkir, tak berarti dan kehilangan harapan. Kita membutuhkan orang lain untuk memberi dukungan semangat, penolong yang mendorong kita untuk bangkit dari keterpurukan.

Ayub kedatangan tiga sahabatnya, ketika ia menghadapi pergumulan berat. Tetapi apa yang terjadi kemudian? Ayub yang sedang dalam penderitaan justru menjadi pendoa bagi ketiga sahabatnya. Alih-alih mendapat pertolongan, Ayublah yang harus menjadi penolong untuk ketiga sahabatnya. Unik, mengingat sebelumnya, ketiga sahabat Ayub datang dengan berbagai nasihat. Mereka menempatkan diri sebagai subjek dan memandang Ayub layaknya objek penderita. Siapa sangka jika mereka justru mendapat murka Allah! Beruntung sikap mereka tak melunturkan belas kasih Ayub. Ayub masih dapat mendoakan mereka di tengah deritanya yang luar biasa. Kabar baiknya, Allah pun memulihkan keadaan Ayub setelah ia menaikkan doa untuk sahabat-sahabatnya.

Pergumulan yang menekan sering kali membuat kita fokus hanya kepada diri sendiri. Bahkan kita cenderung berharap supaya banyak orang datang mengasihani. Dari Ayub, kita belajar sesuatu yang berbeda. Pergumulan bukan hambatan untuk tetap menyatakan kasih dan kepedulian. Melalui sikap yang demikian, kita dapat memberi kesaksian iman yang luar biasa. Bukankah Tuhan Yesus pun memberi keteladanan yang serupa demi kasih-Nya kepada kita?



PERGUMULAN BOLEH MENEKAN. NAMUN JANGAN KEHILANGAN KASIH DANPENGHARAPAN, KARENA PERTOLONGAN TUHAN PASTI MEMBERI KELEPASAN


Saturday 17 September 2022

Kuasa-Nya Tak Tertandingi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 4
Setahun : Daniel 7-9

Kuasa-Nya Tak Tertandingi
TB: Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. | Wahyu 4:1 (TB)



Pada saat pesan Wahyu disampaikan, Yohanes dan jemaat mula-mula sedang menderita di tangan kekuasaan Romawi. Mereka menolak mengakui kaisar sebagai Tuhan dan Allah sehingga mereka dianiaya. Yohanes bahkan harus dibuang dan dikucilkan di Pulau Patmos. Tidaklah mudah untuk memercayai bahwa Allah tetap berkuasa dan peduli di masa-masa sulit seperti itu.

Penglihatan Yohanes harus dituliskan dan disampaikan kepada jemaat yang sedang menderita. Tuhan menyatakan kepadanya bahwa kekuasaan dan kemuliaan-Nya tetaplah nyata dan tak terkira, berkilauan bagaikan permata-permata yang terindah didunia (3). Sampai-sampai keempat makhluk (kerubim) memuliakan dan meninggikan Dia. Empat kerubim itu mewakili gambaran yang terbaik dari ciptaan Tuhan, Singa: terbaik di antara binatang buas; Lembu: terbaik di antara ternak; Rajawali: terbaik di antara burung; Manusia: terbaik di antara ciptaan.

Tidak hanya kerubim, tetapi seluruh orang percaya, yang disimbolkan dengan 24 tua-tua, juga tersungkur dan bahkan melemparkan mahkotanya sebagai tanda ketundukan dan penghormatan mutlak kepada Tuhan sang penguasa semesta (11). Di dalam Kerajaan Romawi, raja yang ditaklukkan harus tersungkur dan melemparkan mahkota mereka di depan patung Kaisar.

Dua puluh empat ini artinya 12 suku Israel dikalikan 2, jadi mencakup keseluruhan orang percaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi yang setia dan taat sampai mati. Mereka mati karena mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah, gelar yang pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi kaisar penguasa. Akan tetapi, Tuhan menjamin bahwa Dialah penguasa sejati yang kekuasaan-Nya telah ada sejak penciptaan dan di dalam kekekalan, karena itu tidak tertandingi oleh siapa pun.

Sebagai orang percaya kadang, di dalam kehidupan, kita meragukan kemahakuasaan Allah. Kita mengalami tekanan dan kesulitan yang sepertinya tak ada jalan keluarnya. Dalam kondisi itu, kita perlu bertahan dan percaya bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam yang kekal kuasa-Nya. [JHN]

Wahyu 4:1-11

Penglihatan Yohanes menunjukkan Allah dalam kebesaran dan kemuliaan-Nya. Keagungan Allah menjadi penghiburan bagi orang percaya yang mengalami penindasan di bawah kekuasaan Romawi pada masa Yohanes. Dengan memandang keperkasaan Allah yang bertakhta sebagai Penguasa tertinggi, mereka beroleh kekuatan untuk bertekun dalam masa-masa sulit.

Kedua puluh empat tua-tua dapat ditafsirkan sebagai wakil semua orang percaya atau mungkin bagian dari jajaran para malaikat. Siapa pun mereka, yang menjadi fokus dalam teks ini adalah apa yang mereka lakukan, yakni menyembah Allah. Mereka mengakui bahwa otoritas yang mereka miliki berasal dari Allah. Keempat makhluk mewakili seluruh ciptaan. Pengulangan perkataan "kudus" sebanyak tiga kali mengajarkan kepada kita bahwa kekudusan Allah harus mendasari penyembahan kita.


Friday 16 September 2022

MENGATASI LUKA HATI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 19:28-44
Setahun : Daniel 4-6

MENGATASI LUKA HATI
Ketika Ia telah mendekati dan melihat kota itu, Yesus menangisinya. (Lukas 19:41)

Begitu mudah hati kita terluka. Seorang anak terluka hatinya karena teman-temannya terus-menerus menghina keluarganya yang miskin. Seorang wanita sangat terluka saat mengingat bagaimana suaminya meninggalkan dirinya dan anak-anaknya. Beberapa orang tua merasa terluka setiap kali melihat anaknya yang mempunyai jiwa pemberontak. Dan dengan berbagai cara mereka mencoba mengatasi luka hatinya. Ada yang memendam luka hatinya, ada yang melarikan diri dan pasrah, hingga ada yang nekat mengambil jalan pintas.

Yesus pun pernah terluka hati-Nya. Ya, hati-Nya begitu terluka ketika Ia melihat apa yang akan terjadi pada Yerusalem. Ia menyaksikan kengerian yang datang dari para musuhnya. Ia melihat bagaimana Yerusalem akan diserang dari berbagai penjuru dan bagaimana mereka akan terhimpit. Yesus hancur hati, Yesus menangis. Namun Ia tidak pasrah atau memendam luka hati-Nya. Yesus tahu tujuan hidup-Nya, itu sebabnya Ia tetap menunjukkan kepedulian-Nya kepada jiwa-jiwa yang terancam binasa itu. Yesus terus memberitakan kebenaran, Ia menentang dosa, mengajar orang-orang tentang Allah, dan melatih murid-murid-Nya menjadi tangan-tangan Allah.

Hati kita mungkin terluka karena perlakuan buruk seseorang. Jika kita mengalaminya, mari kembali memahami tujuan hidup yang Tuhan tetapkan dalam hidup kita. Saat hati terluka, mari belajar jujur mengakui luka hati itu kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada Allah. Pengakuan akan membuka pintu penghiburan yang kita butuhkan dan kekuatan untuk mengampuni. Ketika hati telah berdamai, maka kita akan mampu melanjutkan tujuan hidup kita tanpa ada luka di hati.



SALAH SATU CIRI KEDEWASAAN ROHANI DITUNJUKKAN DENGAN KEMAMPUAN MENGATASI SETIAP LUKA-LUKA HATI


Thursday 15 September 2022

Memilih Diperkenan Siapa?

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 3:7-13
Setahun : Daniel 1-3

Memilih Diperkenan Siapa?
TB: "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. | Wahyu 3:7 (TB)



Jemaat Tuhan di kota Filadelfia adalah jemaat yang penuh dengan kelemahan dan bahkan teraniaya (8). Akan tetapi, ternyata Tuhan betul-betul memuji jemaat ini dan tidak menyatakan satu hal buruk pun dari jemaat ini. Malahan dinyatakan bahwa Ia sangatlah mengasihi jemaat ini (9). Sebenarnya, apa yang membuat Tuhan sangat berkenan kepada jemaat yang kecil dan lemah ini?

Sesuai dengan arti kata Filadelfia, kata yang memiliki akar kata yang sama dengan kasih (filia) dan saudara laki-laki (delfia), jemaat ini sungguhlah dikasihi Allah. Mereka dikasihi bukan karena mereka kuat, kaya, ataupun makmur. Tuhan justru menyatakan bahwa jemaat ini lemah, miskin, tidak berdaya, dan bahkan teraniaya. Jemaat ini dikucilkan dan ditindas oleh orang-orang Yahudi karena mengaku Yesus sebagai Mesias, (9), juga karena mereka mengenakan predikat kudus pada Yesus. Bagi orang Yahudi, hal itu adalah penistaan serius, karena kata itu hanya boleh diperuntukkan bagi Yahweh (7). Maka, orang-orang Kristen dicap sebagai orang-orang sesat yang layak dianiaya dan dibasmi.

Akan tetapi, jemaat Filadelfia tidak menyangkal imannya. Mereka tetap memilih setia dan tentunya hal itu membuat kehidupan mereka tidak nyaman. Namun, bagi mereka, diperkenan Allah adalah lebih penting daripada kenyamanan. Karena itu, Tuhan akan membela mereka; Dia berjanji untuk setia menyertai dan melindungi di dalam masa-masa sulit yang mereka alami (10). Juga ada jaminan mahkota kehidupan dan kediaman yang tenang bagi mereka (12). Hal itu pastilah sangat menghiburkan mereka, karena telah berkali-kali kota itu dilanda gempa bumi yang besar yang membuat jemaat berkali-kali harus mengungsi dan hidup dalam ketidaktenangan.

Semoga kita dapat memiliki mentalitas seperti jemaat Filadelfia yang melihat bahwa perkenanan Tuhan tak dapat dibandingkan dengan kekayaan, keamanan, dan kenyamanan hidup. Hal itu tidaklah mudah, karena kita hidup di zaman kontemporer yang memuja kehidupan yang nyaman, sukses, nikmat, kaya, dan berhasil. Mari kita jalani hidup yang diperkenan Allah! [JHN]


Wednesday 14 September 2022

Kenyamanan yang Mematikan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 3:1-6
Setahun : Yehezkiel 46-48

Kenyamanan yang Mematikan
TB: "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! | Wahyu 3:1 (TB)



Bagaimana rasanya ketika kehidupan Anda dipenuhi dengan kemakmuran dan kenyamanan, tetapi dikecam dan dicela Tuhan? Inilah yang dialami oleh jemaat Sardis (1). Di mata orang banyak, jemaat itu terlihat baik dan barangkali kenyamanan mereka didambakan. Ironisnya adalah tidak ada sisi positif yang Tuhan lihat, bahkan dikatakan bahwa keadaan mereka sedang mendekati ajal (2). Apakah sebenarnya Tuhan kita membenci kemakmuran dan kenyamanan?

Sardis adalah sebuah kota yang pernah menjadi kaya dan makmur. Sayangnya, hal itu telah sirna ketika surat ini ditulis. Koresh, raja Persia, berhasil menaklukkan kota itu melalui sebuah celah yang secara tak sengaja ditemukan tentaranya. Nahasnya adalah orang Sardis sendiri tidak mengetahui akan adanya celah itu.

Setelah ditaklukkan, warga Sardis diberi aturan tidak boleh memiliki senjata dan berlatih militer, mereka hanya boleh berlatih menyanyi dan menari. Bisa dibayangkan begitu nyamannya orang-orang yang tinggal di kota itu. Jemaat Tuhan di kota itu pun merasakan hal yang sama sehingga terlena dan hidupnya tidak berbeda dari warga kota itu. Tuhan tidak mengecam kenyamanan; yang Dia kecam adalah kehidupan orang percaya yang tak berbeda dari warga kota tersebut.

Jemaat Sardis kehilangan gairah dan daya hidup sebagai orang percaya. Meski demikian, jemaat itu belum mati, karena masih ada harapan. Apalagi, ditemukan sisa jemaat yang setia yang membuat jemaat itu terselamatkan dari kematian (4). Tuhan berjanji, bagi mereka yang setia akan diberi tanda kemenangan, serta namanya akan dikenal secara pribadi dan diakui di hari penghakiman (5).

Dunia selalu menawarkan kenyamanan, tetapi hati-hatilah karena ada kenyamanan yang mendukakan hati Tuhan. Ia menjanjikan kenyamanan yang penuh damai sejahtera kepada umat-Nya. Janji itu tidak membuat kita kehilangan daya, gairah, dan makna hidup sebagai orang percaya. Mari kita berdoa agar diberi kepekaan untuk membedakan kenyamanan yang sejati dari kenyamanan yang mematikan. [JHN]


Tuesday 13 September 2022

Sungkan Menegur

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 2:18-29
Setahun : Yehezkiel 43-45

Sungkan Menegur
TB: "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: | Wahyu 2:18 (TB)



Tibalah pada surat keempat, yaitu surat kepada jemaat di Tiatira. Mereka pun menerima pujian karena kasih, iman, dan pelayanan mereka (19). Sekalipun demikian, ada satu hal yang ditegur keras oleh Tuhan. Disebutkan bahwa mereka membiarkan seorang wanita, Izebel, mengajarkan ajaran yang tidak benar (20). Tuhan sangat tidak suka dengan ajaran wanita itu. Tuhan sudah memberikan kesempatan baginya untuk bertobat, tetapi tidak digunakannya (21). Oleh karena itu, hukuman akan dijatuhkan kepadanya dan semua orang yang mengikuti ajarannya (22-23).

Mengapa sampai ada orang yang mengajarkan hal tidak benar di tengah jemaat dan tidak dihentikan? Tidak disebutkan alasannya. Surat itu hanya menyebutkan: "... engkau membiarkan ..." (20). Hal itu berarti, mereka sebenarnya telah tahu bahwa orang itu mengajarkan hal yang tidak benar. Bisa jadi mereka takut atau sungkan untuk menegur dan memberikan sanksi kepada orang itu, bisa pula karena penyebab lain. Namun, yang jelas keberadaan orang itu bukan tidak diketahui.

Rasa sungkan sangat umum di tengah sebagian masyarakat. Rasa sungkan membuat orang enggan menegur orang yang sudah nyata-nyata berbuat salah. Bisa jadi mereka sungkan karena posisinya yang terhormat atau kaya, bisa pula karena malas atau tidak ingin mendapat masalah. Orang akhirnya mendiamkan perbuatan salah itu.

Padahal, menegur orang yang melakukan kesalahan adalah salah satu kewajiban dalam kehidupan persekutuan. Tentunya, teguran itu diberikan bukan dalam semangat untuk menjatuhkan orang yang bersalah. Teguran itu justru membawa kebaikan supaya orang yang salah tidak makin jauh melangkah di jalan yang salah. Jika dibiarkan, hal itu sama saja membiarkan orang yang berjalan menuju jurang jatuh ke dalam jurang. Terlebih lagi, jika kesalahannya itu berpengaruh kepada anggota jemaat yang lain. Betapa teguran itu sesuatu yang harus dilakukan untuk menjaga kebenaran di tengah jemaat. Tentu saja, teguran itu harus dengan penuh kasih. [KRS]


Monday 12 September 2022

DUA SISI

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ESTER 6
Setahun : Yehezkiel 40-42

DUA SISI
… Pada waktu itu Haman baru datang di pelataran luar istana raja untuk memberitahukan kepada baginda, bahwa ia hendak menyulakan Mordekhai pada tiang yang sudah didirikannya untuk dia. (Ester 6:4)

Tidak aneh apabila seseorang sesekali mengalami insomnia. Namun, sungguh aneh mengetahui seorang raja yang karena tidak bisa tidur, bertitah untuk dibacakan kitab pencatatan sejarah. Begitu kitab itu dibaca, didapatilah seorang bernama Mordekhai yang pernah berjasa kepada raja namun belum dianugerahi apa-apa.

Insomnia raja merupakan bagian dari rencana penyelamatan Tuhan terhadap Mordekhai. Sesaat sebelumnya, Haman, seorang pembesar raja, berinisiatif menyulakannya tepat pada keesokan harinya. Sekiranya Tuhan tidak bertindak di sisi lain, tentulah hari di mana Mordekhai dianugerahi kebesaran dan kehormatan sudah menjadi hari kematiannya. Pengalaman Mordekhai memberi gambaran kepada kita bahwa kehidupan ini meliputi dua sisi, yakni sisi pekerjaan manusia dan sisi pekerjaan Allah. Ketika manusia merancang di sisi yang satu, Allah merancang di sisi lainnya. Bedanya, karena keegoisan dan keterbatasan pemikiran manusia, rancangan mereka bisa salah atau keliru tetapi rancangan Allah selalu sempurna.

Daud di dalam Mazmur 139:23-24 mengatakan, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Daud mempersilakan Tuhan bekerja di sisi lain kehidupannya, yang ia yakini terlebih baik dari jalan-jalannya. Mengetahui kehidupan tidak meliputi satu sisi, kita bisa merasa tenang. Di tengah ancaman kejahatan, Allah merancang upaya penyelamatan. Begitu jalan kita melenceng ke kiri dan kanan, Dia tidak tinggal diam. Allah turut bekerja di sisi lainnya untuk mendatangkan kebaikan!



PEKERJAAN ALLAH DI SISI LAIN KEHIDUPAN INIMERUPAKAN KOREKSI DARI PEKERJAAN MANUSIA DI DUNIA


Sunday 11 September 2022

Berita Buruk untukmu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 2:8-11
Setahun : Yehezkiel 37-39

Berita Buruk untukmu
TB: "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali: | Wahyu 2:8 (TB)



Sementara jemaat di Efesus menerima pujian dan teguran, jemaat di Smirna tidak mendapatkan keduanya. Yang ada adalah pengakuan akan kesusahan dan kemiskinan mereka, juga fitnah yang mereka terima (9).

Pengakuan itu bisa saja diterima sebagai apresiasi, yang ditambahi dengan penghiburan: "Jangan takut ..." (10). Namun, ternyata penghiburan itu tidak serta-merta menghentikan kesusahan dan penderitaan mereka. Justru kata-kata berikutnya membawa kabar buruk bagi mereka, yaitu akan adanya penderitaan. Akan ada dari mereka yang dipenjarakan. Mereka akan dicobai dan mengalami kesusahan selama sepuluh tahun (10). Tetapi, ada janji pasti di balik penderitaan itu, yakni mahkota kehidupan bagi yang setia sampai mati (11).

Isi surat kepada jemaat di Smirna ini bisa saja dianggap mengecewakan. Umumnya, orang yang menderita mengharapkan berita kelepasan dari derita itu. Sayangnya, mereka justru mendapat berita buruk, yaitu penderitaan lebih lanjut yang akan mereka alami. Betapa mengecewakan! Namun, apakah demikian?

Surat yang diterima oleh jemaat di Smirna ini bisa dipandang sebagai berita buruk yang mematahkan semangat dan iman. Namun, pada saat yang sama, berita buruk itu bisa diterima sebagai peringatan antisipatif. Ketika tahu bahwa penderitaan dan kesusahan mereka masih akan berlangsung sepuluh tahun lagi, mereka akan menyiapkan diri untuk menghadapinya. Mereka akan bisa menentukan langkah dan cara hidup yang tepat.

Demikian pula dalam hidup kita, kadang kala kita menerima berita buruk. Kalau bisa memilih, tentu kita ingin hanya menerima berita baik. Pada kenyataannya, berita buruk pun menjadi bagian dari hidup kita. Lalu, bagaimana semestinya kita bersikap ketika menerima berita buruk? Apakah kita akan menyikapi dengan kekecewaan yang membuat semangat hidup kita patah? Ataukah, kita bisa menerima berita buruk itu sebagai ajakan untuk melakukan langkah-langkah antisipatif ke depan? Baik buruknya sebuah kabar tidak hanya bergantung pada isinya, melainkan pada respons kita terhadap kabar itu. [KRS]


Saturday 10 September 2022

KASIH KEPADA TUHAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 25:31-46
Setahun : Yehezkiel 33-36

KASIH KEPADA TUHAN
“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan.” (Matius 25:35)

Pak Man, berprofesi sebagai pegawai negeri. Namun ia gemar sekali bertani. Ia pekerjakan tetangga yang menganggur untuk menggarap sawah guna ditanami padi, cabai, semangka atau melon. Sayangnya, usaha pertaniannya sering gagal. Meski demikian, ia tak pernah kapok. Ia terus saja melakukannya. Banyak orang mencibirnya, “Enak-enak jadi pegawai negeri kok cari repot sampai terus merugi!” Siapa sangka jika Pak Man memiliki misi tersembunyi: menjadi jalan berkat untuk para tetangga.

Tuhan Yesus mengajar para murid tentang cara menunjukkan kasih mereka kepada-Nya. Bukan sekadar melalui pujian penyembahan, melainkan tindakan yang nyata kepada setiap orang yang membutuhkan. Memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan, memberi pakaian yang kedinginan, memberi tumpangan bagi pendatang, mengunjungi yang dipenjara dan merawat/menghibur yang sakit.

Di masa kini, diakonia tidak hanya dapat dilakukan secara karitatif (memberi bantuan secara langsung). Sebagai gereja kita dapat bekerja bersama melakukan diakonia transformatif, yang tidak hanya berfokus pada individu, melainkan pada kelompok masyarakat. Mengusahakan penyadaran dan mendorong mereka memiliki rasa percaya pada diri sendiri melalui pemberdayaan dan pengorganisasian. Melalui diakonia transformatif kita dapat menunjukkan kepedulian bagi mereka yang terdiskriminasi, tersingkirkan dan terbuang dari tatanan sosial dalam masyarakat. Memang penuh risiko. Namun, demi kasih kepada Tuhan, semoga kita terpanggil untuk terlibat di dalamnya.



CERMIN KESETIAAN KITA KEPADA TUHAN NAMPAK MELALUI KASIH DAN KEPEDULIAN KITA KEPADA MEREKA YANG DIPINGGIRKAN DAN DIPANDANG HINA


Friday 9 September 2022

Bukan Hoaks

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 1:9-20
Setahun : Yehezkiel 29-32

Bukan Hoaks
TB: Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. | Wahyu 1:9 (TB)



Kitab Wahyu merupakan surat kepada tujuh jemaat (11). Untuk menunjukkan bahwa tulisannya bukan sekadar isapan jempol atau karangan pribadinya, Yohanes menjelaskan sumber tulisannya. Yohanes berada di sebuah pulau bernama Patmos (9), dikuasai Roh, dan mendengar suara penyataan pada hari Tuhan (10). Orang yang berkata-kata kepada Yohanes menampakkan diri dalam rupa yang sangat berwibawa (12-16). Orang itu pun menyatakan diri bahwa Dia adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Hidup, dan Pemegang kunci maut (17-18). Orang itu memerintahkan supaya Yohanes menulis dan mengirimkan tulisan itu kepada tujuh jemaat (11, 19-20).

Penjelasan mengenai sumber tulisan sangat penting. Terlebih lagi, pada saat itu jemaat berada di awal masa-masa penganiayaan. Selain itu, ada banyak pula pengajaran sesat yang beredar. Sebagai jemaat yang masih muda dan hidup di tengah dunia yang tidak mengenal Tuhan, mereka perlu mendapat tuntunan yang benar. Supaya yakin bahwa memang tulisan yang mereka terima adalah benar, penting bagi mereka untuk tahu sumbernya.

Pengetahuan mengenai sumber sebuah informasi adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya berkait dengan perkara iman, tetapi juga dalam segala lini kehidupan. Terlebih lagi pada zaman kini, ketika informasi dengan sangat mudah berseliweran karena kecanggihan teknologi informasi. Media massa dan media sosial bersaing dalam menyebarkan informasi. Semua orang bisa berperan sebagai pemberi informasi hanya dengan menggunakan jempolnya. Kalau tidak berhati-hati, sangat mungkin informasi yang kita terima dan sebarkan adalah informasi yang salah.

Marilah kita memerhatikan sungguh-sungguh supaya kita tidak menjadi orang yang percaya begitu saja, lalu menyebarkan hoaks. Telitilah sumber informasi serta selalu cek ulang isi informasi yang kita terima dan hendak kita sebarkan. Dasar hidup beriman kita adalah kebenaran, maka hidup sehari-hari kita pun harus selalu membawa kebenaran, bukannya malah menjadi sumber hoaks. [KRS]


Thursday 8 September 2022

CARILAH TUHAN!

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : ZEFANYA 2:1-3
Setahun : Yehezkiel 25-28

CARILAH TUHAN!
Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN. (Zefanya 2:3)

Seorang terdakwa tertunduk lesu menghadapi hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya. Wajah terdakwa itu pucat, penyesalan besar dan ketakutan bercampur aduk, ketika sang hakim menjatuhkan hukuman dua puluh tahun penjara. Ia merasa bahwa hukuman itu sudah benar-benar menghancurkan hidupnya. Di matanya hanya tampak kegelapan, tak ada harapan, tak ada pertolongan, sudah tamat.

Seperti itulah keadaan umat Tuhan. Tetapi di mata Zefanya, sikap pasrah dan tanpa harapan adalah sikap yang tidak tepat saat menghadapi hukuman berat yang hendak ditimpakan Tuhan. Alih-alih merasa hidup sudah tamat, Zefanya tetap mendorong umat untuk tetap mencari Tuhan. Hukuman yang akan menimpa memang berat, tetapi Zefanya tetap percaya bahwa dengan merendahkan diri, mengaku dosa, dan bertobat, maka kasih karunia Tuhan akan datang. Di tengah ancaman murka Tuhan, Zefanya terus meminta umat Yehuda untuk berbalik dari dosanya dan mencari Tuhan.

Carilah Tuhan, carilah keadilan, carilah kerendahan hati! Ketiga himbauan ini menyiratkan betapa selama ini umat Tuhan telah berlaku sombong, acuh pada kebenaran dan menginjak-injak kebenaran. Mencari Tuhan tidak cukup ditandai dengan ritual agama yang kita lakukan. Mencari Tuhan artinya mengakui Tuhan satu-satunya Pribadi yang harus disembah, berhenti menindas orang lain, rendah hati, dan berlaku adil. Ada kalanya Tuhan “memukul” kita untuk menunjukkan betapa Ia sangat mengasihi kita. Tuhan memukul dengan maksud baik yaitu supaya kita sadar diri, kembali mencari wajah-Nya, belajar rendah hati, dan berlaku adil kepada sesama.



TUHAN MEMUKUL KITA SUPAYA KITA KEMBALI MENCARI WAJAH-NYA, AGAR KITA KEMBALI BERLAKU ADIL KEPADA SESAMA, DAN BELAJAR RENDAH HATI


Wednesday 7 September 2022

Tahu dan Mau

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 1:1-3
Setahun : Yehezkiel 22-24

Tahu dan Mau
TB: Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. | Wahyu 1:1 (TB)



Bagian pembuka Kitab Wahyu ini menunjukkan empat hal. Pertama, Yesus Kristus berkenan memberikan wahyu (1). Kedua, wahyu itu bertujuan supaya orang-orang tahu hal yang akan segera terjadi (1). Ketiga, wahyu itu diberikan melalui malaikat kepada Yohanes (1-2). Keempat, orang yang berbahagia ialah yang mau membacakan, mendengarkan, dan menuruti wahyu itu (3).

Dari keempat hal itu, tampak bahwa Tuhan tidak ingin orang-orang percaya hidup dalam ketidaktahuan. Sebab, ketidaktahuan bisa menyebabkan kekhawatiran, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpercayaan. Terlebih lagi, pada saat itu, jemaat dianiaya oleh berbagai pihak karena iman mereka.

Tuhan hendak menguatkan iman mereka. Tuhan memandang perlu jemaat mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik maupun buruk, juga hal-hal yang bisa menjadi pengharapan mereka, tak lupa hal-hal yang perlu mereka lakukan dalam segenap kondisi itu. Catatannya adalah jemaat harus mau melakukan hal-hal yang ditunjukkan oleh Tuhan dalam wahyu itu. Tahu dan mau, itulah yang dikehendaki oleh Tuhan; tahu hal yang akan terjadi, mau melakukan hal yang semestinya dilakukan.

Kiranya hal itu tidak hanya berlaku bagi jemaat-jemaat yang dahulu menerima kiriman surat berisi wahyu kepada Yohanes. Firman Tuhan terbuka bagi kita pada saat ini, bahkan dapat kita baca dengan bahasa kita sendiri dalam bentuk buku cetak maupun digital. Di negara kita pun tak ada larangan untuk beredarnya Alkitab. Kita dapat dengan mudah mengakses firman Tuhan sehingga tahu hal-hal yang Tuhan firmankan kepada kita.

Untuk menjadi tahu itu mudah. Hanya saja, untuk menjadi mau, itu perkara lain. Orang bisa saja sangat tahu akan isi firman Tuhan, tetapi tidak mau melakukannya. Itulah tantangan saat ini. Kalau zaman dahulu, untuk tahu saja sulit karena keterbatasan teknologi, sekarang di tengah segala kemudahan, tantangannya adalah mau menuruti firman.

Marilah kita tidak menyia-nyiakan kemudahan mengakses firman Tuhan. Mari kita baca, tahu, dan menurutinya. [KRS]


Tuesday 6 September 2022

MEMAHAMI KEHERANAN YESUS

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : LUKAS 17:11-19
Setahun : Yehezkiel 20-21

MEMAHAMI KEHERANAN YESUS
Salah seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring. (Lukas 17:15)

Suatu ketika saya mengajak sembilan anak untuk makan bersama di sebuah restoran. Melihat mereka menikmati hidangan dengan lahap, saya merasakan kebahagiaan yang tak dapat terlukiskan dengan perkataan. Menariknya, setelah kami selesai makan dan bersiap untuk kembali ke rumah di mana lokasi kegiatan berpusat, hanya satu anak yang mengucapkan terima kasih secara langsung, sedangkan delapan anak lainnya bersikap biasa saja.

Setiap kali mengingat peristiwa itu, saya mengerti alasan keheranan Yesus ketika melihat hanya ada satu orang kusta yang kembali kepada-Nya setelah mendapati dirinya sembuh. Ia bahkan mengungkapkan rasa syukurnya dengan tersungkur di hadapan Yesus. Namun ironisnya, sembilan orang lainnya yang juga mengalami kesembuhan tidak pernah kembali untuk berterima kasih atas mukjizat yang Yesus kerjakan atas diri mereka. Jika dipikir sikap kesembilan orang itu memang keterlaluan, seolah mereka tak pernah diajarkan untuk berterima kasih atas kebaikan atau pertolongan yang orang lain berikan. Terlebih mereka menerima pertolongan yang tidak biasa, karena kesembuhan dari kusta dan setelah dinyatakan tahir, maka sanksi sosial pun akan terhapuskan dari kehidupan mereka.

Namun, tanpa sadar terkadang kita berlaku seperti sembilan orang kusta tadi dalam merespons kebaikan Tuhan yang pernah kita terima. Kita lupa berterima kasih, terutama ketika menerima berkat yang menurut kita biasa atau wajar dialami orang percaya. Padahal, jika Tuhan menarik berkat itu dari hidup kita, mungkin keadaan kita takkan pernah sama.



BERTERIMA KASIH ADALAH BUKTI BAHWA KITA MENGHARGAI SETIAP KEBAIKAN ALLAH


Monday 5 September 2022

Dengarkanlah!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Amsal 22:17-29
Setahun : Yehezkiel 17-19

Dengarkanlah!
TB: Pasanglah telingamu dan dengarkanlah amsal-amsal orang bijak, berilah perhatian kepada pengetahuanku. | Amsal 22:17 (TB)



Mendengarkan merupakan salah satu tindakan penting untuk dapat memahami sesuatu. Sebuah pesan dapat dipahami bila didengarkan dengan baik.

Bagi pengamsal, mendengar sama dengan memberi perhatian dan menyimpan dalam hati (18). Mendengar berarti memerhatikan dengan saksama dan tidak membiarkan sesuatu berlalu begitu saja, tetapi menyimpannya dalam hati.

Pertanyaannya ialah mendengarkan apa? Pengamsal menasihatkan agar penerima petuahnya memberi perhatian kepada amsal-amsal orang bijak (17). Maksudnya, nasihat dan pengetahuan tentang apa yang sungguh-sungguh benar (20). Dengan demikian, para anak didiknya menaruh kepercayaan kepada Tuhan (19) dan dapat memberikan jawaban yang tepat pada suatu waktu (21).

Bagi pengamsal, pengetahuan berasal dari Allah dan menuntun kepada Allah. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (lih. Ams. 9:10). Takkan ada pengetahuan yang benar tanpa mengenal Yang Mahakudus. Apa yang sungguh-sungguh benar selalu bermuara pada kepercayaan akan Tuhan. Jika ada orang yang bertindak melawan Allah, pengetahuan yang diterimanya pasti tidak benar. Orang berhikmat ditandai dengan seberapa besar pengenalannya akan Allah dan kepercayaannya kepada Allah.

Untuk menjadi orang berhikmat, seseorang perlu mendengar perkataan Allah. Itulah perkataan yang sungguh-sungguh benar. Perkataan Allah itu telah lengkap dalam kanon Alkitab. Allah telah menyatakan diri-Nya dan jalan-jalan-Nya dalam Alkitab. Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan kebiasaan untuk mendengar Allah melalui pembacaan Alkitab secara teratur.

Jika selama ini kita lebih banyak mendengar podcast para influencer dan terpengaruh olehnya, beralihlah kepada Alkitab. Kisah Allah tak tergantikan oleh cerita mereka. Kita seharusnya lebih terhisap masuk ke dalam kisah Allah ketimbang kisah manusia. Bagi pengguna Alkitab digital, jika Anda sedang merenungkan firman, lalu nada notifikasi gawai mendistraksi Anda, beralihlah ke Alkitab cetakan. [JMH]


Sunday 4 September 2022

BERSUKACITALAH!

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TESALONIKA 5:12-22
Setahun : Yehezkiel 14-16

BERSUKACITALAH!
Bersukacitalah senantiasa. (1 Tesalonika 5:16)

Saat memuridkan seorang jemaat di gereja, saya terkesan dengan hidup yang diungkapkannya. Jemaat tersebut merasakan ada perbedaan gaya hidup setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Ia mengatakan setiap hari hidupnya selalu bersukacita meski ia hanya seorang pedagang asongan di pinggir jalan. Sekalipun ia mengalami banyak tekanan dan tantangan berat, hal itu tidak membuatnya menggerutu melainkan ia bisa berespons dengan benar, berdoa dan bersukacita untuk kejadian tak enak yang sering dialaminya.

Paulus menasihatkan jemaatnya di Tesalonika untuk tetap bersukacita meski mereka harus mengalami penderitaan yang begitu rupa karena penganiayaan (ay. 14-16). Tantangan menjadi pengikut Kristus memang sungguh nyata dan benar-benar mereka alami, maka dari itu Paulus ingin jemaat memperkokoh komunitas mereka dengan menghormati pemimpin (ay. 12-13), hidup damai dan saling membangun (ay. 14-15), bersukacita (ay. 16), tekun berdoa (ay. 17), bersyukur (ay. 18), terus bersemangat (ay. 19), menguji diri dan menjauhkan diri dari kejahatan (ay. 20-22). “Bersukacita” memang sulit sekali diterapkan oleh orang-orang yang mengalami penderitaan. Tetapi dengan sukacita yang timbul dan meluap dari hati, seseorang akan dimampukan untuk melakukan kehendak Allah.

Kita bisa bersukacita dalam segala keadaan karena kita percaya bahwa penderitaan yang kita alami akan ada kedaluwarsanya. Tuhan Yesus ingin melatih anak-anak-Nya punya kualitas iman yang kokoh sebagai murid-Nya. Jadi, bersukacitalah karena penderitaan itu sementara.



SUKACITA AKAN MEMBUAT KITA MAMPU MELEWATI KERIKIL-KERIKIL TAJAM KEHIDUPAN INI