Wednesday 14 September 2022

Kenyamanan yang Mematikan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 3:1-6
Setahun : Yehezkiel 46-48

Kenyamanan yang Mematikan
TB: "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! | Wahyu 3:1 (TB)



Bagaimana rasanya ketika kehidupan Anda dipenuhi dengan kemakmuran dan kenyamanan, tetapi dikecam dan dicela Tuhan? Inilah yang dialami oleh jemaat Sardis (1). Di mata orang banyak, jemaat itu terlihat baik dan barangkali kenyamanan mereka didambakan. Ironisnya adalah tidak ada sisi positif yang Tuhan lihat, bahkan dikatakan bahwa keadaan mereka sedang mendekati ajal (2). Apakah sebenarnya Tuhan kita membenci kemakmuran dan kenyamanan?

Sardis adalah sebuah kota yang pernah menjadi kaya dan makmur. Sayangnya, hal itu telah sirna ketika surat ini ditulis. Koresh, raja Persia, berhasil menaklukkan kota itu melalui sebuah celah yang secara tak sengaja ditemukan tentaranya. Nahasnya adalah orang Sardis sendiri tidak mengetahui akan adanya celah itu.

Setelah ditaklukkan, warga Sardis diberi aturan tidak boleh memiliki senjata dan berlatih militer, mereka hanya boleh berlatih menyanyi dan menari. Bisa dibayangkan begitu nyamannya orang-orang yang tinggal di kota itu. Jemaat Tuhan di kota itu pun merasakan hal yang sama sehingga terlena dan hidupnya tidak berbeda dari warga kota itu. Tuhan tidak mengecam kenyamanan; yang Dia kecam adalah kehidupan orang percaya yang tak berbeda dari warga kota tersebut.

Jemaat Sardis kehilangan gairah dan daya hidup sebagai orang percaya. Meski demikian, jemaat itu belum mati, karena masih ada harapan. Apalagi, ditemukan sisa jemaat yang setia yang membuat jemaat itu terselamatkan dari kematian (4). Tuhan berjanji, bagi mereka yang setia akan diberi tanda kemenangan, serta namanya akan dikenal secara pribadi dan diakui di hari penghakiman (5).

Dunia selalu menawarkan kenyamanan, tetapi hati-hatilah karena ada kenyamanan yang mendukakan hati Tuhan. Ia menjanjikan kenyamanan yang penuh damai sejahtera kepada umat-Nya. Janji itu tidak membuat kita kehilangan daya, gairah, dan makna hidup sebagai orang percaya. Mari kita berdoa agar diberi kepekaan untuk membedakan kenyamanan yang sejati dari kenyamanan yang mematikan. [JHN]


No comments:

Post a Comment