Monday 31 October 2022

Kehendak Tuhan Pasti Tergenapi

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ulangan 2:26-37
Setahun : Lukas 23-24

Kehendak Tuhan Pasti Tergenapi
TB: "Kemudian aku menyuruh utusan dari padang gurun Kedemot kepada Sihon, raja Hesybon, menyampaikan pesan perdamaian, bunyinya: | Ulangan 2:26 (TB)



Terhadap bangsa yang berbeda, Tuhan mempunyai maksud yang berbeda. Jika Tuhan tidak berkenan Israel menyerang Esau, Amon, dan Moab, maka Tuhan berkehendak Israel menaklukkan Hesybon.

Dari awal Tuhan mengatakan bahwa Ia akan menyerahkan Sihon, raja Hesybon (lih. Ul. 2:24) kepada Israel. Kemudian, utusan Musa datang kepada Sihon, menyampaikan pesan perdamaian agar mengizinkan Israel berjalan melalui daerahnya, dan membeli makanan dan minuman yang mereka perlukan (26-28). Namun, tidak seperti yang dilakukan oleh Esau, Moab, dan Amon, Sihon tidak mengizinkan Israel melewati daerahnya (29). Ternyata Raja Sihon bertindak demikian adalah karena Tuhan yang memang berkehendak membuat Raja Sihon mengeraskan hatinya (30). Jadi, jelas dengan sengaja Tuhan tidak mau melembutkan hati Raja Sihon sehingga ia melawan Israel supaya Israel kemudian dapat merebut daerah Hesybon (31-33).

Seperti kita ketahui, kedaulatan Allah tidak meninggalkan tanggung jawab manusia. Kita dapat melihat bahwa Musa menawarkan untuk Israel bisa melewati daerah Hesybon dengan damai, tetapi Raja Sihon malah datang menyerang Israel di dekat Yahas (32), yang berakibat Tuhan menyerahkan mereka kepada Israel (33). Jadi, jika mereka dimusnahkan, itu karena mereka secara aktif melawan Israel.

Tuhan kita adalah Allah yang berdaulat. Karena itu, ketika Tuhan hendak melakukan sesuatu terhadap suatu bangsa atau seseorang, Tuhan akan beranugerah atau tidak beranugerah supaya bangsa atau orang tersebut melakukan sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Tuhan bisa saja membuat Raja Sihon melembutkan hatinya, tetapi Tuhan dengan sengaja membiarkan Raja Sihon mengeraskan hatinya, supaya terjadi peperangan dengan Israel, dan dengan demikian Sihon dimusnahkan seperti yang Tuhan kehendaki.

Kita patut bersyukur kita memiliki Tuhan yang mahakuasa yang melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya yang sangat baik. [INT]


Sunday 30 October 2022

PERPISAHAN YANG INDAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 20:17-38
Setahun : Lukas 21-22

PERPISAHAN YANG INDAH
Lalu menangislah mereka semua tersedu-sedu dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia. (Kis. Pr. Rasul 20:37)

Perpisahan adalah suatu tahapan yang mungkin terjadi dalam sebuah hubungan, termasuk dalam dunia pelayanan. Para pelayan Tuhan bisa berpindah ladang pelayanan karena berbagai alasan: dipindah oleh pemimpin, mendapat panggilan pelayanan baru, atau alasan lainnya. Ada yang meninggalkan pelayanan karena sakit hati, kecewa, merasa ditolak, dan berbagai alasan negatif lainnya. Namun banyak juga yang meninggalkan pelayanan dengan linangan air mata dan kasih yang besar dari mereka yang telah merasakan pelayanan sang hamba Tuhan.

Membaca kisah perpisahan Paulus dengan para penatua jemaat Efesus sangat mengharukan sekaligus indah. Mereka bertemu di kota lain karena sempitnya waktu Paulus yang sedang dalam perjalanan ke Yerusalem. Kepada mereka, Paulus mengingatkan bagaimana ia tinggal di Efesus selama tiga tahun dan giat dalam memberitakan Injil. Ia menghadapi banyak penentangan, namun tetap meneladankan hidup sebagai pelayan Tuhan yang setia. Paulus berpesan agar mereka sungguh-sungguh menggembalakan jemaat Tuhan, agar mereka tidak berpaling dari ajaran yang benar.

Para penatua itu sangat terharu. Terlebih mereka tahu, itulah pertemuan terakhir mereka. Diisi dengan tangis, doa, pelukan hangat, ciuman perpisahan, mereka memberangkatkan Paulus ke kapal. Teladan, pengajaran dan pengorbanannya demi Kristus tetap akan mereka ingat dan ajarkan. Agar nantinya mereka juga dapat menjamah dan mengubah hidup banyak orang. Kiranya hidup kita juga meninggalkan jejak dan dampak yang baik bagi banyak orang, sehingga kelak, kita akan mengalami perpisahan yang indah dengan mereka.



SUATU SAAT KITA PASTI AKAN BERPISAH DENGAN ORANG-ORANG TERKASIH KITA,KIRANYA HIDUP KITA TELAH MENINGGALKAN JEJAK DAN TELADAN BAIK BAGI MEREKA


Saturday 29 October 2022

Ketaatan Semu

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ulangan 1:41-46
Setahun : Lukas 19-20

Ketaatan Semu
TB: "Lalu kamu menjawab, katamu kepadaku: Kami berbuat dosa kepada TUHAN. Kami mau maju berperang, menurut segala yang diperintahkan kepada kami oleh TUHAN, Allah kita. Dan setiap orang dari padamu menyandang senjata perangnya, sebab kamu menganggap mudah untuk berjalan maju ke arah pegunungan. | Ulangan 1:41 (TB)



Ketaatan yang Tuhan minta adalah ketaatan menurut apa yang Tuhan perintahkan, bukan ketaatan semu menurut pemikiran kita sendiri.

Setelah Tuhan menyatakan murka kepada umat yang tidak mau masuk ke Kanaan, umat pun menyatakan bahwa mereka telah berbuat dosa (41). Mereka juga menyatakan bahwa mereka mau maju berperang, menurut segala yang diperintahkan Tuhan kepada mereka (41b). Namun, Tuhan sudah murka dan berfirman kepada umat, "Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang, sebab Aku tidak ada di tengah-tengahmu, nanti kamu terpukul kalah oleh musuhmu" (42).

Walau Musa sudah menyampaikan firman Tuhan, umat kembali menentang titah Tuhan; mereka berlaku terlalu berani dan maju ke arah pegunungan (43). Tidak mengherankan, ketika orang Amori menyerang, umat dengan cepat berlari, mereka dikejar dan dengan mudah dikalahkan (44). Umat pulang, menangis di hadapan Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau mendengarkan mereka (45).

Memang sepertinya apa yang dilakukan umat adalah ketaatan, karena mereka kemudian mau berangkat untuk bertempur dengan orang Amori. Tetapi, kenyataannya adalah Tuhan sudah tidak mau menyertai mereka dan menyuruh mereka untuk tidak pergi. Karena itu, ketika umat maju bertempur, dikatakan mereka "menentang titah TUHAN" (43), seperti sebelumnya ketika mereka tidak mau bertempur (26). Apa yang umat lakukan sekarang adalah ketaatan semu, kelihatannya taat, tetapi sesungguhnya merupakan ketidaktaatan.

Ketaatan yang Tuhan kehendaki adalah ketaatan sesuai dengan titah Tuhan, bukan yang berbeda, apalagi menentang titah Tuhan. Ingat, Tuhan berkata, "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku" (lih. Yes. 55:8). Melakukan ketaatan seperti yang kita pikirkan mungkin sekali berbeda dengan ketaatan yang diinginkan Tuhan. Itu artinya apa yang kita lakukan bukan ketaatan sejati, melainkan ketaatan semu.

Mari kita belajar untuk menaati apa yang Tuhan inginkan, bukan lagi apa yang kita inginkan. [INT]

Ulangan 1:41-46

Ketika bangsa Israel berkeinginan untuk maju berperang, Allah justru melarang mereka. Alasannya, karena Tuhan tidak menyertai mereka dalam peperangan tersebut. Allah bukan hanya memberikan peringatan, tetapi juga memberitahukan apa yang akan terjadi apabila mereka bersikeras untuk maju berperang. Ironisnya, umat Israel mengabaikan apa yang Allah katakan dan lebih memilih untuk maju berperang. Akibatnya, bangsa Israel kalah dan mereka meratapi kesalahannya di hadapan Allah.

Dari kisah tersebut, kita belajar bagaimana bangsa Israel mengeraskan hati mengabaikan larangan dan perintah Tuhan. Tindakan mereka memperlihatkan sikap perlawanan dan pemberontakan terhadap Allah, sekalipun larangan itu telah diucapkan Allah. Peristiwa itu semestinya menjadi pelajaran penting sekaligus peringatan bagi kita.


Friday 28 October 2022

IMAN DALAM PUJIAN

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KIS. PR. RASUL 16:19-40
Setahun : Lukas 17-18

IMAN DALAM PUJIAN
Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. (Kis. Pr. Rasul 16:25)

Bernyanyi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental dan tubuh. Bernyanyi dapat menghilangkan stres, merangsang respons imun, meningkatkan ketahanan terhadap rasa sakit, serta meningkatkan fungsi paru-paru. Bernyanyi dipercaya dapat membawa suasana hati menjadi lebih baik bahkan menyembuhkan luka secara emosional.

Bernyanyi juga menjadi bagian ibadah orang percaya. Nyanyian pujian dapat mengekspresikan hati dan pikiran tentang Allah dan karya-Nya. Pujian menjadi ekspresi iman, doa dan harapan orang percaya kepada Tuhan. Karena itu sungguh baik memuji Tuhan setiap waktu, tidak tergantung pada suasana hati tertentu. Pujian bukan hanya dipakai untuk mengungkapkan kegembiraan ketika mengalami kemenangan, melainkan juga untuk menyeimbangkan dan melepaskan dukacita ketika menghadapi persoalan. Tak heran jika Paulus dan Silas pun tetap memuji Tuhan ketika berada di dalam penjara. Melalui doa dan pujian mereka menyatakan kesaksian iman tentang Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Tindakan Paulus dan Silas menjadi gambaran bagi kita bahwa sesungguhnya sukacita orang percaya ada di dalam hati mereka, tidak ditentukan keadaan lahiriahnya.

Jika demikian, betapa baiknya melantunkan pujian bagi Tuhan. Bukan sekadarnya apalagi memuji-Nya dengan asal. Melainkan, memuji Tuhan dalam roh dan akal budi, dengan kesungguhan hati dan penghayatan. Dengan begitu, pujian kita tidak hanya membangun kesehatan jasmani, akan tetapi juga menjadi ungkapan iman kepada-Nya, sebagaimana doa dan ibadah kita yang lain.



BAGI KITA LANTUNAN PUJIAN BUKAN HANYA SEKADAR KEBIASAAN. MELALUI PUJIAN KITA MENGEKSPRESIKAN IMAN KEPADA TUHAN.


Thursday 27 October 2022

Kecurigaan terhadap Tuhan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ulangan 1:19-33
Setahun : Lukas 14-16

Kecurigaan terhadap Tuhan
TB: "Kemudian kita berangkat dari Horeb dan berjalan melalui segenap padang gurun yang besar dan dahsyat yang telah kamu lihat itu, ke arah pegunungan orang Amori, seperti yang diperintahkan kepada kita oleh TUHAN, Allah kita; lalu kita sampai ke Kadesh-Barnea. | Ulangan 1:19 (TB)



Mengapa umat yang telah melihat kedahsyatan Tuhan sulit percaya bahwa Tuhan sanggup membawa mereka ke Kanaan?

Ketika umat akhirnya tiba di Kadesy-Barnea dan sudah waktunya untuk masuk ke Kanaan, umat meminta Musa mengirim pengintai untuk mengetahui jalan mana yang harus mereka lalui dan keadaan kota-kota yang akan mereka serang (22). Musa kemudian mengirim dua belas pengintai, satu orang dari setiap suku. Semua pengintai setuju bahwa tanah Kanaan sangat baik (25). Tetapi, umat menentang perintah Tuhan dan tidak mau masuk ke Kanaan. Mereka menggerutu dan berkata: "Karena TUHAN membenci kita, maka Ia membawa kita keluar dari tanah Mesir untuk menyerahkan kita ke dalam tangan orang Amori, supaya dimusnahkan" (27).

Sepuluh pengintai mengatakan bahwa orang-orang Kanaan besar dan tinggi, dan ada orang Enak (yang terkenal sebagai orang-orang raksasa). Hal itu membuat hati umat menjadi tawar dan tetap tidak mau maju, walau Musa dengan yakin menyatakan bahwa Tuhan yang akan berperang bagi mereka seperti yang dilakukan-Nya di Mesir (28-33).

Ternyata salah satu alasan kenapa umat tidak percaya bahwa Tuhan akan membawa mereka masuk ke Kanaan adalah karena banyak umat yang curiga bahwa semua yang dilakukan Tuhan adalah untuk memusnahkan mereka. Kita tidak tahu alasan kenapa mereka mencurigai kebaikan Tuhan, tetapi itulah yang terjadi. Jadi, walau Tuhan sudah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya, umat tetap tidak percaya karena memang mereka tidak pernah percaya bahwa Tuhan mempunyai niat baik untuk mereka.

Bagaimana dengan kita? Apakah ketika kita menghadapi kesulitan, kita juga mencurigai bahwa Tuhan sesungguhnya tidak mengasihi kita? Ingatlah bahwa iman adalah "bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (lih. Ibr. 11:1). Kita harus percaya akan firman Tuhan yang dengan sangat jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengasihi kita, dan merancangkan segala sesuatunya untuk kebaikan kita (lih. Rm. 8:28). Percayalah akan kebaikan Allah! [INT]


Wednesday 26 October 2022

MEMBIASAKAN DIRI UNTUK TAAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 PETRUS 1:13-14
Setahun : Lukas 12-13

MEMBIASAKAN DIRI UNTUK TAAT
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu. (1 Petrus 1:14)

Mengamati perilaku manusia yang cenderung sukar dalam menaati peraturan, saya semakin menyadari bahwa taat adalah karakter yang perlu ditumbuhkan lewat pembelajaran seiring berjalannya waktu. Tanpa adanya pembiasaan, yang berawal dari kesediaan untuk taat, niscaya akan sukar untuk menjadikan ketaatan sebagai gaya hidup, baik dalam hal menaati peraturan yang dibuat oleh manusia maupun menaati firman Allah.

Nas hari ini mendorong setiap orang percaya untuk menjadi anak-anak Allah yang taat, yang disertai larangan untuk menuruti hawa nafsu seperti yang dahulu dilakukan sebelum mengenal Allah. Seseorang yang mengaku mengenal Allah seharusnya akan lebih mudah menaati firman Allah, yang juga dijadikannya landasan untuk menaati peraturan-peraturan di dunia ini—selama segala peraturan itu tidak bertentangan dengan firman Allah. Membiasakan diri untuk taat tentu akan menjadi tantangan yang perlu kita respons dengan tepat. Kita pun masih mungkin gagal untuk taat, tetapi jangan biarkan diri kita berada dalam kondisi tersebut dalam waktu lama.

Sebenarnya prinsip ketaatan itu sederhana: Jadikanlah kebiasaan sampai kita merasa tidak damai sejahtera ketika hendak melanggar aturan yang seharusnya kita taati. Sekali lagi, ini bukanlah perkara mudah karena selalu ada tantangan dan ujian atas ketaatan kita. Namun, sambil menatap dampak positifnya ketika ketaatan itu sudah “mendarah daging” dalam diri kita, niscaya kita akan lebih termotivasi untuk menjadikan ketaatan sebagai bagian hidup yang tak terpisahkan.



HIDUP MENAATI ALLAH KARENA PEMAHAMAN AKAN KEBENARAN, AKAN MEMUDAHKAN KITA DALAM MENAATI PERATURAN DALAM HIDUP KESEHARIAN


Tuesday 25 October 2022

Tuhan yang Memegang Janji

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Ulangan 1:1-8
Setahun : Lukas 10-11

Tuhan yang Memegang Janji
TB: Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab. | Ulangan 1:1 (TB)



Waktu peristiwa ini adalah tanggal 1 bulan 11 tahun ke-40 (3), berarti 2 bulan lagi genap 40 tahun umat berkelana di padang gurun. Oleh karena itu, mereka sudah mau bersiap-siap untuk menyeberangi Sungai Yordan (1), untuk masuk ke Kanaan.

Karena dosanya, Musa dan Harun tidak boleh masuk Kanaan. Pada saat itu Harun sudah meninggal, maka Musa kemudian memberikan pesan-pesannya dalam Kitab Ulangan ini untuk generasi kedua yang akan masuk ke Kanaan.

Saat itu mereka sudah mengalahkan Raja Sihon dan Og, dan karenanya, mereka bisa dengan tenang tinggal di bentangan Moab sebelum mereka menyeberangi Sungai Yordan (5). Musa menekankan firman yang Tuhan telah berikan bahwa sekarang sudah tiba waktunya mereka pergi ke daerah orang Amori, dan Tuhan telah menyerahkan negeri itu kepada umat-Nya. Oleh karena itu, Tuhan memerintahkan mereka, "... masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya" (8).

Jika kita menghitung dari pertama kali Tuhan memberikan janji tentang tanah Kanaan kepada Abraham (sekitar 2000 SM) sampai saat peristiwa itu terjadi (sekitar 1400 SM), maka 600 tahun telah berlalu. Tetapi, bagi Tuhan, janji adalah janji, walau sudah ratusan tahun berlalu, Ia tetap memegang janji-Nya.

Tanah Kanaan, yang telah Tuhan janjikan kepada Abraham dan keturunannya, menunjuk kepada langit baru dan bumi baru yang akan diberikan kepada kita, keturunan rohani Abraham, yang di dalam Kristus mewarisi perjanjian Tuhan dengan Abraham (lih. Kol. 3:29). Dengan demikian, walau janji itu telah diberikan ribuan tahun yang lalu, kita bisa dengan iman meyakini bahwa pada akhirnya, setelah Tuhan Yesus datang kedua kalinya, kita orang percaya akan dibawa masuk ke langit baru dan bumi baru serta menikmati tanah yang bahkan lebih baik dari tanah Kanaan.

Dengan meyakini janji Tuhan, mari kita dengan setia menjalankan tugas yang Tuhan berikan kepada kita! [INT]


Monday 24 October 2022

BELAJAR MENGALAH DARI ISHAK

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 26:12-22
Setahun : Lukas 8-9

BELAJAR MENGALAH DARI ISHAK
Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, dan ia berkata: "Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini." (Kejadian 26:22)

Dalam relasi kekerabatan, terciptanya hubungan yang baik dan hidup yang rukun menjadi dambaan banyak orang. Namun, dalam kondisi tertentu ketika semua dalam keadaan baik, justru terkadang muncul perselisihan yang jika tidak direspons dengan bijak akan memperburuk keadaan. Inilah yang sempat terjadi antara para gembala Ishak dengan para gembala Gerar, ketika sumur-sumur yang sempat ditutup kembali digali oleh Ishak, lalu ternyata airnya masih berlimpah.

Menarik sekali mencermati respons Ishak ketika para gembala Gerar mencoba menguasai sumur yang mengeluarkan air itu. Kelak daerah itu diberi nama Esek karena terjadi pertengkaran di sana, tetapi Ishak memilih untuk mengalah dan pergi ke tempat lain (ay. 20). Namun, sekali lagi terjadi pertengkaran karena sumur yang Ishak gali. Kembali Ishak mengalah, lalu pergi dan menggali sumur yang lain, di mana kali itu tidak terjadi pertengkaran. Tempat itu lantas dinamai “Rehobot” karena Allah memberi mereka kelonggaran di sana.

Apa yang akan terjadi sekiranya Ishak dan para gembalanya bersikukuh mempertahankan sumur di Esek dan Sitna? Mungkin kelonggaran yang Allah berikan tidak dapat mereka rasakan. Justru ketika mereka mengalah, Allah menyatakan pertolongan dan memberi kelegaan atas mereka. Bagaimana reaksi kita selama ini manakala terjadi pertengkaran atau ketika ada orang mencoba merebut hasil jerih lelah kita? Bersediakah kita mengalah, bukan untuk kalah, melainkan justru karena kita meyakini Allah ada di pihak orang yang bersedia mengalah demi kebaikan.



SEORANG YANG BERHIKMAT MENGERTI KAPAN WAKTUNYA MENGALAH,DENGAN KEYAKINAN BAHWA ALLAH ADA DI PIHAKNYA


Sunday 23 October 2022

Aku Datang Segera

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 22:6-17
Setahun : Lukas 6-7

Aku Datang Segera
TB: Lalu Ia berkata kepadaku: "Perkataan-perkataan ini tepat dan benar, dan Tuhan, Allah yang memberi roh kepada para nabi, telah mengutus malaikat-Nya untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi." | Wahyu 22:6 (TB)



Yohanes mendengar perkataan Yesus dalam penglihatannya, "Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!" (7). Dalam frasa "Aku datang segera" terkandung janji dan peringatan. Janji, Yesus akan datang untuk menghakimi manusia. Peringatan, seluruh pengikut-Nya perlu selalu bersiap diri menantikan kedatangan-Nya. Bersiap diri menjadi penting karena kedatangan-Nya-dalam Kitab-kitab Injil dinyatakan-yang tiba-tiba seperti pencuri.

Karena tidak ada seorang pun yang tahu waktu kedatangan-Nya, maka jalan terlogis bagi setiap orang yang menanti kedatangan-Nya adalah menuruti perkataan-perkataan nubuat dalam Kitab Wahyu. Menaati firman Allah merupakan tindakan logis karena setiap orang pada dasarnya adalah hamba Allah. Taat kepada firman Allah sejatinya merupakan bukti nyata kehambaan seseorang. Itu jugalah yang diperingatkan malaikat kepada Yohanes saat dia tersungkur di hadapan malaikat. "Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!" (9).

Oleh karena itu, Yohanes diperintahkan untuk tidak merahasiakan perkataan nubuat itu. Dia harus memberitakannya kepada semua orang, agar makin banyak orang dihibur dan bertobat dari tingkah laku buruknya. Tak hanya kepada Yohanes, setiap Kristen juga dipanggil memberitakan Kitab Wahyu kepada semua orang.

Berkait kesegeraan ini, John Stott menulis: "Ciri murid Kristus adalah iman, pengharapan, dan kasih. Iman memahami ketuntasan karya Kristus, pengharapan menatap keakandatangan keselamatan-Nya, dan kasih menandai kehidupan kita kini".

Kasih setiap hari sejatinya merupakan bukti kehambaan diri. Hamba Allah dipanggil untuk selalu mengasihi karena Allah adalah kasih. Orang yang hidup dalam kasih tak pernah mencari-cari tahu persisnya waktu kedatangan Yesus. Bagi dia, yang terpenting adalah mengasihi. Itulah inti hidup dalam kesegeraan. [YMI]


Saturday 22 October 2022

SANDWICH GENERATION

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MARKUS 7:1-13
Setahun : Lukas 4-5

SANDWICH GENERATION
“Tetapi kamu berkata: Kalau seseorang berkata kepada ayahnya atau ibunya: Segala bantuan yang seharusnya engkau terima dariku adalah Kurban—yaitu persembahan kepada Allah—maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk ayahnya atau ibunya.” (Markus 7:11-12)

Sandwich Generation adalah sebutan yang ditujukan kepada orang-orang yang dalam hidupnya harus menanggung kebutuhan ekonomi orang lain, selain dirinya sendiri. Kondisi ini dialami Yonas, karyawan swasta bergaji besar, tetapi separuh gajinya dipakai untuk menanggung kebutuhan orang tuanya, adik, dan keponakannya. Sisanya, setelah dikurangi keperluan pribadi, ditabung oleh Yonas sebagai persiapan untuk masa depannya.

Bicara soal tanggung jawab kepada orang tua, Yesus pernah menegur para ahli agama karena ajaran mereka yang keliru. Hanya karena alasan “memberi persembahan kepada Allah”, maka para ahli agama itu lantas membolehkan seseorang untuk mengabaikan pemeliharaan kepada orang tuanya. Sebagai anak, tentu ada kewajiban untuk menolong hingga memelihara orang tua, terutama pada masa tua mereka dengan ketidakberdayaan yang dialami. Meski tentu saja, kewajiban itu bukan berarti lantas dapat dimanfaatkan oleh pihak orang tua untuk memenuhi segala keinginan mereka. Namun, alasan “memberi persembahan” tidak dapat dibenarkan jika karena hal itu seorang anak lalai memperhatikan orang tuanya.

Sejatinya tak ada yang salah jika seorang anak menggunakan sebagian pendapatannya untuk menopang kebutuhan orang tuanya. Hal itu dapat dianggap sebagai cara berbakti kepada orang tua, perkara yang berkenan di hadapan Allah. Namun, hal yang tak kalah pentingnya adalah melakukan semua itu sesuai dengan kemampuan, juga dengan sukacita karena kebaikan yang dilakukan dengan terpaksa, tidak akan diperkenan oleh Tuhan.



ALASAN “ROHANI” TAK DAPAT DIBENARKAN, JIKA KARENANYA KITAMENGABAIKAN HAL-HAL YANG SEHARUSNYA TANGGUNG JAWAB KITA


Friday 21 October 2022

Langit yang Baru dan Bumi yang Baru

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 21:1-8
Setahun : Lukas 2-3

Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
TB: Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. | Wahyu 21:1 (TB)



Yohanes menyatakan bahwa ia melihat langit yang baru dan bumi yang baru (1). Bumi yang lama, yang penuh dengan dosa dan kejahatan, akan digantikan dengan bumi yang baru. Itu adalah dunia yang diperbarui, di mana laut, lambang dari kekacauan, sudah tidak ada lagi.

Yohanes melihat Yerusalem baru, yang dari Allah, bagai pengantin yang telah berdandan untuk suaminya (2). Ia mendengar suara nyaring: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka" (3).

Yerusalem adalah pusat hidup keagamaan Israel, di situlah umat Israel mendirikan Bait Suci. Kota Yerusalem disebut kudus karena kota itu memang dikhususkan bagi Allah. Hanya, Yerusalem yang lama tak lagi menjunjung citra surga. Mesias pun dibunuh di sana. Di Yerusalem yang baru tak ada Bait Suci karena Allah sendiri berada di tengah-tengah manusia. Dia tidak jauh. Dia bersama dengan umat-Nya. Itulah persekutuan sejati.

Saat Allah bersekutu dengan manusia dalam kekekalan, "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (4). Itulah sumber penghiburan bagi umat Allah: hidup kekal. Hal itu hanya mungkin terjadi karena Allah adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir.

Alfa dan Omega adalah huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani. Ungkapan itu menunjukkan kesempurnaan dan totalitas. Allahlah yang memulai segala sesuatu dan menyelesaikan segala sesuatu. Dan, semua itu diperbuat-Nya bagi orang yang menang.

Hidup itu bak perlombaan. Kemenangan adalah kala seseorang bertahan hingga akhir sebagai Kristen. Hal yang terpenting bukanlah awal, namun akhir hidup; bukan berapa lama hidup kita, namun bagaimana hidup dijalani! Bagi dialah hidup kekal itu. Itulah yang mesti kita perjuangkan dalam hidup sekarang ini. Sebab, tiada kemenangan tanpa perjuangan! [YMI]


Thursday 20 October 2022

MENYEBARKAN AIB

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KEJADIAN 9:18-29
Setahun : Lukas 1

MENYEBARKAN AIB
Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. (Kejadian 9:22)

Apa yang akan kita lakukan ketika mengetahui aib seseorang? Membiarkannya begitu saja? Atau, bergirang dan menertawakannya? Atau, menggosipkannya bahkan menyebarkannya kepada banyak orang? Ada banyak pilihan tindakan yang bisa kita lakukan, tentunya disertai segala konsekuensi. Namun jika kita mengasihi orang tersebut, tindakan kita seharusnya mencerminkan kasih kita.

Setelah peristiwa air bah, Nuh menjadi petani anggur. Suatu kali, ia mabuk di dalam kemahnya hingga tidak berpakaian. Anaknya Ham, menyaksikan ketelanjangan ayahnya, lalu menceritakannya kepada kedua saudaranya di luar kemah. Berbeda dengan Ham, kedua saudaranya lalu mengambil sehelai kain lebar dan membentangkannya serta berjalan mundur untuk menutupi tubuh Nuh. Sem dan Yafet berusaha menjaga martabat dan kehormatan ayah mereka, setelah tindakan memalukan yang dilakukannya. Setelah Nuh sadar, ia pun memuji tindakan Sem dan Yafet serta memberkati mereka. Sedangkan Ham beroleh hal yang sebaliknya.

Kita memerlukan penguasaan diri serta hikmat dalam mengambil keputusan terbaik di segala situasi, termasuk ketika berhadapan dengan kekurangan, aib serta dosa-dosa orang lain. Bukan berarti kita abai atau berpura-pura tidak mengetahuinya, atau bahkan berkompromi dengan kesalahan tersebut. Namun hendaknya tindakan kita membawa pertolongan bagi mereka. Dalam situasi seperti itulah kasih yang nyata paling diharapkan, karena kasih menutupi banyak dosa (1Ptr. 4:8). Kita dapat memberikan dukungan, penguatan, atau pendampingan agar mereka dapat kembali menata hidupnya di jalan yang benar.



SAUDARA SEJATI TERTAWA BERSAMA-SAMA,BUKAN SALING MENERTAWAKAN AIB SERTA MENYEBARKANNYA


Wednesday 19 October 2022

Iblis Dikalahkan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 20:7-10
Setahun : Markus 14-16

Iblis Dikalahkan
TB: Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, | Wahyu 20:7 (TB)



Setelah masa seribu tahun Iblis akan dilepaskan dari tempat dia diikat dan akan melanjutkan kegiatannya menyesatkan banyak bangsa yang tersebar di seluruh dunia (7-8).

Nama-nama Gog dan Magog diambil dari Yehezkiel 38-39. Gog adalah penguasa negeri Magog. Dalam Kitab Wahyu kedua nama itu dipakai sebagai nama kiasan bagi bangsa-bangsa. Orang-orang yang disesatkan itu begitu banyak jumlahnya, seperti pasir di laut (8). Iblis membawa orang yang disesatkannya itu untuk berperang melawan orang-orang kudus dan mengepung kota yang dikasihi. Namun, Allah mengirim api dari langit yang akan mengalahkan Iblis dan orang-orang yang berhasil disesatkannya itu untuk terakhir kalinya (10).

Apa yang bisa kita pelajari dari perikop ini? Pertama, penyesatan bukanlah barang baru dalam kekristenan. Iblis adalah penyesat, pekerjaannya adalah menyesatkan orang. Sepertinya, Iblis memang tidak mau binasa sendirian. Dia cenderung mengajak orang lain untuk mati bersama-sama dengan dia.

Oleh karena itu, kedua, para pengikut Kristus harus lebih waspada terhadap tindakan Iblis ini. Tetap tinggal dalam Kristus dan tak mengandalkan diri sendiri akan membuat mereka terlindung dari penyesatan Iblis.

Ketiga, para pengikut Kristus perlu tetap bertahan dari semua penyesatan, sebab pada akhirnya Iblis akan dikalahkan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, orang percaya tidak boleh kalah. Mereka harus terus bertahan. Sebab, orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Keempat, yang tidak boleh dilupakan, orang percaya adalah milik Kristus, yang telah ditebus dengan darah-Nya sendiri. Kenyataan itu semestinya menolong para pengikut Kristus untuk tetap setia. Bagaimanapun, Yesus Kristus tidak akan tinggal diam. Dia siap menolong umat-nya bertahan, bahkan mengatasi semua penyesatan itu. Syaratnya, jangan mengandalkan diri mereka sendiri.

Roh memang penurut, tetapi daging lemah. Pemahaman itu semestinya mendorong kita untuk makin percaya dan taat kepada Allah. [YMI]


Tuesday 18 October 2022

TIDAK PUNYA APA-APA?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : KELUARAN 4:1-5
Setahun : Markus 12-13

TIDAK PUNYA APA-APA?
TUHAN berfirman kepadanya: “Apakah yang di tanganmu itu?” Jawab Musa: “Tongkat.” (Keluaran 4:2)

Seorang pria diajak sepupunya berlibur di luar kota. Di kota itu sepupunya mempunyai sebuah vila yang megah. Pria itu merasa senang, namun kemudian ia menjadi sedih. “Sepupuku punya segalanya, sedangkan aku tidak punya apa-apa,” keluhnya. Saat sudah di rumah, malamnya istri pria itu menyembunyikan bantal dan gulingnya. “Mana bantal dan gulingku?” tanyanya kepada istrinya. “Bantal dan gulingmu?” istrinya mengernyitkan dahi, “Bukankah tadi kau mengatakan kau tidak punya apa-apa?”

Banyak dari kita merasa miskin. Padahal jika diamati, banyak sekali yang kita miliki. Kita merasa demikian karena kerap melihat milik orang lain. Saat apa yang ada pada mereka tidak ada pada kita, segera kita berpikir, “Aku tidak punya apa-apa.” Hal serupa dirasakan oleh Musa. Hari itu Tuhan mengutusnya memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Spontan Musa menolak. Musa membayangkan sosok pemimpin itu seperti Firaun, punya kuasa dan wewenang besar. Musa melihat keduanya tidak ada padanya. Jadi Musa merasa panggilan Tuhan itu mustahil. Tuhan bertanya pada Musa, “Apakah yang ada di tanganmu?” Jawab Musa, “Tongkat” (ay. 2). Alasan Tuhan bertanya ialah untuk membuka mata Musa bahwa dirinya bukan tidak punya apa-apa. Pada Musa ada tongkat, dan itu cukup untuk menjalankan misi dari Tuhan.

Mulai hari ini jangan kita mengatakan, “Aku tidak punya apa-apa,” karena itu kebohongan besar. Bukankah kita anak-anak Tuhan. Bukalah mata lebar-lebar, lihatlah dengan saksama betapa banyak berkat Tuhan curahkan dalam kehidupan kita. Alih-alih mengeluh, “Aku tidak punya apa-apa,” mari senantiasa kita mengucap syukur kepada Tuhan!



KELIRU JIKA KITA MENGATAKAN TIDAK PUNYA APA-APA KARENA SEBAGAI ANAK-ANAK TUHAN KITA PUNYA SEGALANYA


Monday 17 October 2022

Hancur Leburnya Kejahatan

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 19:17-21
Setahun : Markus 10-11

Hancur Leburnya Kejahatan
TB: Lalu aku melihat seorang malaikat berdiri di dalam matahari dan ia berseru dengan suara nyaring kepada semua burung yang terbang di tengah langit, katanya: "Marilah ke sini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar, | Wahyu 19:17 (TB)



Bagaimana menaklukkan kejahatan? Kekuatan dan kemampuan manusia yang terbatas tidak mampu menjawab pertanyaan itu dengan tuntas. Maka, manusia membutuhkan Tuhan sebagai Penguasa semesta, untuk menghadirkan penghakiman dan hukuman kekal atas kejahatan sebagai wujud keadilan kebenaran Allah.

Wahyu 19:17-21 menguraikan bagaimana keadilan Allah akan ditegakkan pada akhir sejarah hidup manusia. Wahyu kepada Yohanes juga menekankan perjuangan umat Allah dalam melawan berbagai upaya si jahat yang menyeret manusia menjadi pengikutnya. Melalui uraian itu, umat mendapatkan bahwa Allah konsisten memegang janji-Nya. Umat mengalami kuasa Allah yang memelihara sejarah hidup manusia sebagai satu kesatuan.

Gambaran perjamuan yang diadakan oleh Allah mengingatkan pembaca kepada hakikat persekutuan dengan Allah, janji yang diikat oleh Allah sendiri dengan umat-Nya dan juga sukacita yang akan dialami oleh orang-orang yang ada di dalam Kristus. Penunggang kuda dan tentara-Nya akan menangkap binatang buas dan nabi palsu, menghukum mereka ke dalam keterpisahan kekal dari hadirat Allah (19-21).

Wahyu kepada Yohanes diberikan untuk menguatkan orang-orang beriman yang tengah menghadapi pergumulan dan penderitaan akibat penganiayaan. Bagi kita yang hidup di masa ini, Tuhan menjanjikan berkat penyertaan yang memungkinkan kita untuk menghadapi penderitaan yang kita alami dengan sabar. Keberhasilan kita dalam melewati pergumulan iman adalah hasil karya Roh Kudus yang hadir di dalam kehidupan kita. Pengajaran tentang akhir zaman yang alkitabiah dan sehat akan memberikan ruang kepada karya Roh Kudus yang mengarahkan mata hati dan iman kita kepada keselamatan kekal yang akan kita terima dan alami hanya dalam Kristus Yesus.

Allah menyiapkan jamuan abadi bagi umat-Nya, orang-orang yang diperkenan-Nya. Itulah sukacita terbesar yang akan dialami oleh setiap orang yang mengarahkan hidup dan kehidupannya hanya kepada Kristus Yesus. [IBS]


Sunday 16 October 2022

TETAP DITERIMA ALLAH

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : MATIUS 20:1-16
Setahun : Markus 8-9

TETAP DITERIMA ALLAH
“... aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.” (Matius 20:14)

Saat melayani di penjara, saya sempat bercakap-cakap dengan seorang narapidana di sana. Dia bertanya kepada saya, “Kak, apakah orang yang sangat jahat seperti saya bisa diterima oleh Allah?” Saya cukup mengerti mereka mengatakan demikian, ternyata banyak di antara mereka yang berpikiran bahwa sudah terlambat bagi mereka untuk menjadi pengikut Kristus tatkala mereka mengingat masa lalunya yang buruk tersebut.

Perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur menolong kita memahami bahwa semakin awal mereka bekerja, maka mereka akan memberi yang terbaik bagi pemilik kebun (ay. 2-7). Uniknya bagi mereka yang bekerja belakangan ternyata mendapat upah yang sama dengan pekerja yang bekerja lebih awal (ay. 8-14). Inilah hak Pemilik kebun anggur, Dia bebas memberi upah sesuai dengan kemurahan hati-Nya (ay. 15). Tidak pernah ada kata terlambat bagi orang-orang yang mau bertobat meski ia datang terlambat secara waktu, masih ada kasih karunia Tuhan. Masa ia membiarkan orang-orang setia tidak mendapatkan upahnya?

Kehidupan buruk di masa lalu kadang membuat kita merasa tidak berharga di hadapan Tuhan. Kita melihat betapa kita terlalu jahat sehingga menganggap tidak layak lagi menjadi pengikut Kristus. Allah yang murah hati itu tetaplah ada. Jika kita sungguh-sungguh bertobat dan berkomitmen memulai hidup baru, maka tidak akan ada kata terlambat karena Allah pasti menerima keberadaan kita.



ALLAH TETAP MENERIMA ASAL KITA MAU SUNGGUH-SUNGGUH BEKERJA DI LADANG-NYA


Saturday 15 October 2022

Senjata Rahasia

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 19:6-10
Setahun : Markus 6-7

Senjata Rahasia
TB: Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. | Wahyu 19:6 (TB)



Wahyu pasal 19 berisi pewahyuan yang diberikan kepada Yohanes dalam dua bagian. Bagian pertama menghadirkan puji-pujian yang dinaikkan karena kehancuran Babel sebagai musuh Allah. Bagian kedua berbicara tentang kemuliaan Kristus-Sang Anak Domba Allah-sebagai raja yang mulia dan berkuasa (6-10).

Pujian dinaikkan oleh mereka yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar (5). Mereka mengagungkan keadilan Allah, serta bersukacita melalui perkawinan Anak Domba (6-8). Mereka yang menang diundang untuk hadir dalam jamuan kawin Anak Domba Allah (9), sebagai lambang persekutuan antara Allah dengan umat-Nya.

Pujian adalah salah satu tema dominan dalam kitab Wahyu, bukan sebagai pemanis dalam narasi. Wahyu 19 menguraikan pujian sebagai salah satu senjata rahasia yang dipakai Allah untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya.

Dalam Kitab Wahyu, pujian adalah ungkapan kekuatan untuk melawan (dan mengalahkan) kekuatan si jahat. Pujian yang dinyanyikan dengan kesungguhan hidup dan hati adalah ungkapan pengakuan iman dan pergumulan, bertujuan membawa pemujinya untuk menyadari keberadaan, kekuatan, dan penyertaan Tuhan. Tak ada satu orang pun yang dapat menghentikan atau menghalangi kita untuk bersukacita dalam merayakan pengharapan kita akan kedatangan Kristus, Allah yang mengasihi dan peduli kepada kita.

Keadilan dan kebenaran Allah adalah karakter dari kebesaran-Nya yang dihadirkan secara nyata di penghujung sejarah hidup manusia di bumi. Kedua karakter ini sebenarnya selalu hadir di sepanjang sejarah kehidupan, namun hanya dapat dipahami dan diterima secara jelas oleh kaum pilihan Allah (lih. Mat. 11:25-27). Maka dari itu, penyataan keadilan dan kebenaran secara utuh yang dihadirkan melalui penghakiman Allah atas Babel dirayakan dengan semarak karena umat Allah melihat kebesaran-Nya yang tidak pernah lalai untuk terus hadir dalam kehidupan dan keseharian umat-Nya. Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya berjuang sendiri! [IBS]

Wahyu 19:6-10

Kemenangan atas para musuh Allah adalah kemenangan bagi Gereja. Sorak-sorai kegembiraan itu kini diarahkan untuk menyambut pengantin perempuan Anak Domba, yaitu Gereja yang telah setia beriman. Mereka dikaruniai kain lenan halus putih yang merupakan lambang kesalehan orang benar. Itulah penggenapan keselamatan. Tak ada lagi godaan dosa, ancaman penderitaan, dan kengerian maut karena bersama dengan Sang Anak Domba. Gereja bagaikan mempelai wanita yang aman menikmati cinta kasih mempelai pria.

Berbahagialah kita yang tidak kehilangan iman pada saat penderitaan datang di tengah dunia yang melawan Allah. Saatnya akan tiba, Kristus menjemput Gereja. Kita adalah para undangan terhormat dalam perjamuan kawin yang kekal.


Friday 14 October 2022

BUKAN CARA TAPI PRINSIP

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YESAYA 28:23-29
Setahun : Markus 4-5

BUKAN CARA TAPI PRINSIP
Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan. (Yesaya 28:29b)

Ibu Eri bersaksi bahwa setelah berpuasa 40 hari 40 malam, kanker payudaranya yang sudah stadium 3 sembuh secara ajaib. Ibu Lis yang mendengar kesaksian itu berkata, “Sungguh, inilah jawaban doaku!” Rupanya, Ibu Lis mengalami pergumulan yang sama, yakni menderita kanker payudara stadium 3. Dengan antusias, ia berpuasa 40 hari 40 malam. Namun setelah lewat waktu yang ditetapkan, ia tidak mengalami kesembuhan. Pada akhirnya, Ibu Lis menjadi kecewa kepada Tuhan.

Seperti Ibu Lis, banyak orang menjadi salah paham kepada Tuhan. Melihat seseorang disembuhkan dengan satu cara, mereka beramai-ramai mengadopsi cara yang sama. Begitu pula ketika melihat orang lain mencapai kesuksesan dengan satu cara, tanpa berpikir panjang mereka menerapkan cara yang sama. Bisa ditebak, begitu hasilnya berbeda, mereka menjadi kecewa kepada Tuhan! Mereka lupa bahwa Tuhan adalah Pribadi unik, kreatif dan tak terduga. Jika cara Tuhan selalu sama, bagaimana Dia dapat dikatakan unik dan kreatif? Dan jika cara Tuhan dapat diterapkan pada semua kasus yang sama, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa jalan-jalan-Nya sungguh tak terduga? Kebenarannya adalah, cara Tuhan tidak dapat diprediksi sehingga tidak dapat disebut sebagai teori.

Bukan berpatokan kepada cara, kita harus berfokus kepada prinsip. Ketika kita sakit, berpeganglah kepada prinsip bahwa Tuhan adalah Sang Penyembuh! Begitu pula ketika kita dalam kesesakan, berpeganglah kepada prinsip bahwa Tuhan adalah Sang Penyelamat! Bagaimana cara Tuhan menolong, percayakanlah semua kepada hikmat dan kebijaksanaan-Nya.



SEKALIPUN CARA KERJA ALLAH BERBEDA-BEDA, HASILNYA SELALU SAMA, YAKNI SEMPURNA DAN MENAKJUBKAN


Thursday 13 October 2022

Kalah Telak

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 18:21-24
Setahun : Markus 1-3

Kalah Telak
TB: Dan seorang malaikat yang kuat, mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan, lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya: "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. | Wahyu 18:21 (TB)



Istilah kalah telak merujuk kepada keadaan di mana pihak yang ditaklukkan tidak lagi dapat melanjutkan pertandingan. Sejarah kehidupan adalah seperti sebuah ruas garis yang akan sampai ke ujungnya, bukan berputar seperti lingkaran. Apa yang akan terjadi pada titik akhir masa itu? Kemenangan atau kalah telak?

Kitab Wahyu menguraikan bagaimana akhir sejarah dunia akan menjadi momen di mana kejahatan akan mengalami kekalahan telak. Orang-orang kudus, para rasul dan para nabi, serta seluruh surga diajak untuk bersukacita atas kejatuhan Babel (20-24), yang menjadi lambang kejahatan. Kemenangan telak di pihak Tuhan. Pada saat itu, Tuhan Allah bertindak sebagai Hakim yang adil, dan berdiri untuk membela orang-orang kudus, yakni mereka yang mengikut Tuhan (24).

Dalam pewahyuan ini, malaikat Tuhan menyatakan tentang realita kehidupan yang akan selesai, dan bagaimana setiap orang akan bertanggung jawab kepada Tuhan. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari penghakiman Allah yang adil, karena Allah tidak akan membiarkan para penyesat lepas dari palu keadilan (23). Itulah saat yang menyedihkan dan memedihkan bagi para pelaku kejahatan yang tidak memberikan kehidupannya kepada Tuhan karena segala keahlian manusia tidak akan dapat menyelamatkan dia (22).

Sebagai penggenapan Yesaya 14 dan 47, Wahyu 18 meneguhkan perkataan firman Tuhan yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Setiap titik sejarah hidup umat manusia merupakan penggenapan dari setiap hal yang sudah dikatakan Allah sebelumnya. Kita diingatkan untuk tunduk di bawah pemerintahan Allah.

Alangkah baiknya untuk bersandar pada kekuatan kebesaran Allah yang memberi kita jaminan dan topangan dalam menghadapi pergumulan tantangan kehidupan. Sejarah manusia adalah kesaksian akan karya tangan Allah yang merenda tenunan kehidupan yang membawa kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Ketika kita percaya kepada Allah, kita dipanggil untuk mengakui Allah sebagai penguasa sejarah kehidupan. [IBS]


Wednesday 12 October 2022

SUMBER PENGHARAPAN YANG BENAR

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : HAKIM-HAKIM 7:1-8
Setahun : Matius 27-28

SUMBER PENGHARAPAN YANG BENAR
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: ... tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.” (Hakim-hakim 7:7)

Tidak seorang pun menyukai “pengurangan” dalam hidupnya. Sebaliknya semua orang menghendaki “penambahan”. Dari hari ke hari, inginnya pangkat bertambah tinggi, gaji bertambah besar, rumah bertambah megah. Namun kenyataannya kadang kita mengalami “pengurangan”. Tiba-tiba saja omzet merosot, jabatan diturunkan atau kita menderita kerugian sehingga menyebabkan sebagian harta kekayaan hilang.

Gideon pernah merasakan kebimbangan oleh sebab “pengurangan” dari Tuhan. Kala itu ia membawa tiga puluh dua ribu orang untuk bertempur melawan musuh yang tak terbilang jumlahnya. Sungguh menarik Tuhan mengatakan, “Terlalu banyak.” (ay. 2). Tuhan meminta Gideon memulangkan setiap orang yang takut ataupun gentar. Jumlah yang tereliminasi sangat banyak, dua puluh dua ribu orang tersisa sepuluh ribu orang (ay. 3). Tetapi Tuhan berkata, “Masih terlalu banyak.” Tuhan meminta Gideon melakukan penyaringan dengan mengamati cara mereka minum air (ay. 4). Seperti yang terjadi sebelumnya, jumlah orang yang tereliminasi sangat banyak sehingga tersisa hanya tiga ratus orang (ay. 6). Dua kali proses “pengurangan” Tuhan lakukan demi sebuah tujuan, yakni mengembalikan pandangan mata Gideon ke Sumber Pengharapan Yang Benar. Bukan banyaknya pasukan, melainkan Pribadi Tuhan.

Adakah saat ini kita mengalami “pengurangan”? Jika ya, tidak perlu merasa kecewa! Inilah waktu kita mengembalikan pandangan mata ke Sumber Pengharapan Yang Benar. Bukan materi atau kedudukan, melainkan Pribadi Tuhan. Saat “pengurangan” terjadi, mari terus setia kepada Tuhan! Tuhan tahu yang terbaik buat kita.



SAAT SEGALA YANG KUAT DAN HEBAT DALAM DIRI KITA “DIKURANGI”,SAAT ITULAH MATA KITA AKAN MEMANDANG KEPADA TUHAN


Tuesday 11 October 2022

Jangan Menduakan Sang Raja!

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 17
Setahun : Matius 25-26

Jangan Menduakan Sang Raja!
TB: Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya. | Wahyu 17:1 (TB)



Salah satu sistem pemerintahan di dunia adalah kerajaan, yang mana ada satu tokoh yang menjabat sebagai raja, penguasa yang berdaulat mutlak dalam kehidupan rakyatnya. Raja diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Syarat apa saja yang menjadikan satu tokoh memiliki kekuasaan yang berdaulat atas hidup kita? Jaminan apa yang dapat kita pegang dari kehidupan manusia yang terbatas?

Wahyu pasal 17 memberikan penyataan mengenai keberadaan Allah sebagai Raja di atas segala raja (14), yang berarti Allah memiliki kekuasaan melebihi penguasa kerajaan dunia mana pun.

Para penguasa kerajaan dunia dilukiskan mendapat kekuasaan mereka dari satu tokoh yang digambarkan dengan wujud pelacur besar yang membagi-bagikan kekuasaan kepada banyak raja (1-2, 8-13). Semarak sang pelacur besar ini akan menarik perhatian banyak orang, yaitu mereka yang terpikat kepada kebesaran dan kekuasaan duniawi (4-6, 15-18). Mereka akan menggunakan kekuatan dan kebesaran mereka untuk membunuh para pengikut Kristus (6). Akan tetapi, sekalipun memiliki banyak kemegahan, mereka tidak akan dapat mengalahkan kekuasaan Anak Domba Allah.

Sejarah Kerajaan Allah berbicara tentang Allah sebagai satu-satunya Raja yang berkuasa, yang kebesaran-Nya tidak dapat dibandingkan ataupun ditandingi. Setiap manusia, sebagai ciptaan, dipanggil untuk menaati Allah, dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Raja yang tidak ada duanya.

Dalam sepuluh hukum Tuhan, tercantum perintah untuk tidak menyembah ilah lain selain Allah (lih. Kel. 20:3). Iman kristiani mengakui keberadaan Allah yang hidup, yang berelasi dengan umat-Nya. Untuk dapat mengalami Allah, mereka perlu memberikan kehidupan mereka kepada Allah, mengakui keterbatasan dan ketidakmampuan mereka, serta menyerahkan masa depan kehidupan mereka ke dalam tangan Tuhan. Yesus Kristus yang adalah Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan, layak dimuliakan, disembah, dan tidak boleh diduakan! [IBS]


Monday 10 October 2022

IMAN SAJA TAK CUKUP?

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 2 PETRUS 1:3-15
Setahun : Matius 23-24

IMAN SAJA TAK CUKUP?
Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (2 Petrus 1:8)

Entah dari mana asalnya, hal pengenalan akan Allah kerap kali hanya diidentikkan dengan kondisi kehidupan rohani atau pertumbuhan iman seorang percaya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi belum lengkap jika mencermati isi surat yang ditulis oleh Rasul Petrus. Suatu pesan yang diawali dengan nasihat agar setiap orang percaya dengan sungguh-sungguh berusaha menambahkan kepada iman mereka dengan tujuh perkara yang secara bersamaan perlu ditambahkan (ay. 5-7), jika menghendaki adanya pengenalan akan Allah yang berhasil.

Ketujuh perkara itu adalah kebajikan atau cara hidup yang baik. Namun, tak cukup hanya menambahkan kebajikan pada iman kita, tetapi perlu ditambah keenam perkara lainnya yakni menambah pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara seiman, dan kasih akan semua orang. Ketika itulah, kata Petrus, kehidupan kita akan dibuat giat dan berhasil dalam pengenalan akan Allah (ay. 8). Namun sayangnya, tak jarang orang percaya hanya berpuas diri ketika menaruh perhatian hanya pada kehidupan rohani (iman), sehingga lantas mengabaikan ketujuh perkara tadi yang seharusnya tidak boleh diabaikan!

Mari luangkan waktu sejenak untuk mengevaluasi hidup kita, terutama terkait ketujuh perkara yang perlu terus kita tambahkan dalam kehidupan kita selaku orang percaya. Jika sampai hari ini kita cenderung abai dengan ketujuh perkara di atas, mari segera berbenah selama masih ada kesempatan, niscaya pada masa mendatang kita akan dapat mengenal Allah dengan lebih baik lagi.



DALAM MENGENAL KRISTUS, IMAN JUGA PERLU DILENGKAPI DENGANPERKARA-PERKARA YANG MEMBANGUN JIWA DAN PIKIRAN KITA


Sunday 9 October 2022

Titik Tidak Bisa Kembali

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 15:5-8
Setahun : Matius 21-22

Titik Tidak Bisa Kembali
TB: Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka Bait Suci--kemah kesaksian--di sorga. | Wahyu 15:5 (TB)



Di dalam dunia penerbangan dikenal istilah point of no return (titik tidak bisa kembali). Istilah itu digunakan untuk menegaskan bahwa penerbangan harus dilanjutkan sampai ke tujuan. Istilah itu kemudian menjadi analogi untuk setiap proses yang tidak dapat dihentikan atau dikembalikan ke kondisi semula.

Tepat seperti itulah yang terjadi dalam bacaan hari ini. Tujuh malaikat menerima tujuh cawan murka Allah untuk dicurahkan ke atas bumi (5-7). Segera setelah mereka berangkat, Bait Suci di surga, tempat kediaman Allah, tertutup bagi siapa pun (8). Tidak ada lagi yang bisa datang mendekat untuk menaikkan syafaat. Tidak ada lagi negosiasi. Seperti pintu bahtera Nuh yang ditutup rapat menjelang air bah, pintu pengampunan Allah tertutup rapat sampai murka-Nya selesai tercurah.

Hal itu membuat kita harus berefleksi. Ada banyak hal yang tidak selalu kita hargai dalam hidup salah satunya adalah pengampunan Allah. Buktinya, kita sering menunda untuk bertobat atau mengampuni orang lain. Kita berpikir, "Masih ada hari esok." Padahal, hari esok belum tentu datang.

Tanpa sadar, penundaan itu membawa kita melewati point of no return. Hasilnya, kepribadian kita berubah secara permanen, amarah kita berujung petaka, atau relasi kita dengan seseorang terputus untuk selamanya. Hal yang paling mengerikan dari segalanya adalah point of no return yang bernama "neraka". Itu adalah tempat di mana Tuhan berkata: "Sudah terlambat, anak-Ku!"

Karena itu, mari kita belajar mensyukuri waktu yang ada selagi kita masih bisa bertobat. Mari kita belajar menghargai setiap kesempatan mengaku dosa kepada Allah. Mengapa Anda mau binasa dalam kekekalan hanya karena tidak mau mengambil waktu barang sejam saja untuk bertobat dan meminta ampun kepada Allah?

Cawan-cawan murka Allah akan tersedia pada akhir zaman. Namun, sesungguhnya samudera pengampunan telah disediakan Allah melalui karya salib Kristus dua ribu tahun yang lalu. Jika kita mengaku dosa-dosa kita saat ini, maka Ia akan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh. 1:9). [PHM]


Saturday 8 October 2022

PERPISAHAN SEMENTARA

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : 1 TESALONIKA 4:13-18
Setahun : Matius 18-20

PERPISAHAN SEMENTARA
Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. (1 Tesalonika 4:17)

Hari itu saya berduka karena seorang teman meninggal dunia. Keganasan virus Covid-19 telah merenggut nyawanya. Komorbid (penyakit penyerta) yang teman saya derita membuat penyakitnya semakin parah. Sampai akhirnya ia mengembuskan nafas terakhir. Teringat masa-masa kami berbincang dan bercanda bersama. Sekarang, masa itu tidak lagi dapat terulang karena teman saya sudah berpulang.

Saat hati diliputi kedukaan, Tuhan memberikan penghiburan. Memang kami telah berpisah, namun perpisahan ini hanya sementara. Penghiburan serupa Paulus berikan kepada jemaat Tesalonika. Kepada setiap orang yang ditinggal mati, Paulus mengatakan untuk tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan (ay. 13). Maksudnya adalah tidak larut dalam kesedihan. Sebab setiap orang yang meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama dengan Dia (ay. 14). Pada waktu tanda diberi, waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, Tuhan Yesus akan turun dari surga dan orang-orang yang mati dalam Dia akan bangkit (ay. 16). Sesudah itu semua orang yang masih hidup diangkat bersama dengan mereka dalam awan menyongsong Yesus di angkasa. Demikian kita semua bersama Yesus selamanya (ay. 17).

Kiranya nas firman Tuhan hari ini menghiburkan hati setiap kita yang berduka. Kematian jasmani bukanlah akhir kebersamaan kita. Di dunia kita terpisah, namun perpisahan ini hanya sementara. Kelak kita berjumpa kembali dalam kesukaan. Sebab saat itu juga kita berjumpa Yesus, Pribadi yang kita semua sangat kasihi.



PERPISAHAN YANG KITA ALAMI OLEH KEMATIAN JASMANI HANYALAH PERPISAHAN SEMENTARA


Friday 7 October 2022

Tegas Menegakkan Kebenaran

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 14:14-20
Setahun : Matius 15-17

Tegas Menegakkan Kebenaran
TB: Dan aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya. | Wahyu 14:14 (TB)



Seorang laki-laki uzur tampak ringkih. Gerakannya pelan dan bicaranya sedikit. Namun, begitu palu diketoknya tiga kali, nyatalah kuasanya. Sejumlah petugas segera menyeret tersangka ke penjara.

Yang jauh lebih agung dan dahsyat adalah Hakim dalam bacaan kita hari ini. Yesus Kristus duduk di takhta-Nya di atas awan-awan. Mahkota emas di kepala-Nya; sabit tajam berkilauan dalam genggaman-Nya. Ia menjalankan otoritas Raja sekaligus Hakim (14).

Sebagai Anak, Ia menerima mandat dari Allah Bapa untuk menuai (seperti yang disampaikan oleh seorang malaikat), sebab tuaian di bumi sudah masak (15-16). Seorang malaikat lain diutus untuk menuai pohon-pohon anggur karena buahnya sudah masak juga (17-20).

Kita teringat dengan perumpamaan-perumpamaan dualisme yang pernah diajarkan Yesus: gandum dan lalang, domba dan kambing, jalan yang sempit dan jalan yang lebar. Pada akhir zaman, kedua kelompok itu dipisahkan untuk menerima nasib yang berbeda. Namun, sampai saat itu, keduanya hidup berdampingan di dunia.

Kehidupan komunal di dunia sering kali mengaburkan persepsi orang-orang Kristen terhadap Tuhan. Lukisan-lukisan Yesus yang disajikan kepada kita umumnya menggambarkan sosok yang terlalu lembut, bahkan seperti ringkih. Akibatnya, banyak orang Kristen meremehkan hidup yang berintegritas. Sedikit dosa di sana-sini dianggap bukan masalah besar, karena Yesus itu "menyenangkan dan lemah". Kita lupa bahwa Ia adalah "singa dari Yehuda" (lih. Why. 5:5). Ia perkasa, garang, dan keras dalam menjalankan keadilan. Tidak ada ampun!

Camkanlah gambaran tentang Yesus yang berotoritas yang diperlihatkan oleh Kitab Wahyu. Persepsi yang benar mengarahkan kita untuk hidup dengan benar.

Mari kita perbarui komitmen untuk hidup dalam kebenaran. Seperti Yesus, kita pun harus tegas dalam menegakkan kebenaran. Tinggalkan segala kenikmatan dunia yang dapat membuat kita resah ketika berhadapan dengan sang Hakim yang agung nanti. [PHM]


Thursday 6 October 2022

KOMITMEN HIDUP TAAT

Sumber : renunganharian.net

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : YEREMIA 32:1-27
Setahun : Matius 13-14

KOMITMEN HIDUP TAAT
“Namun Engkau, ya Tuhan ALLAH, telah berfirman kepadaku: Belilah ladang itu dengan perak dan panggillah saksi-saksi!—padahal kota itu telah diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim.” (Yeremia 32:25)

Ada pertimbangan ketika kita hendak membeli sebidang tanah. Aspek utama tentu saja tentang lokasi dan lingkungannya, status tanah, dan prospek tanah itu beberapa tahun ke depan. Ketika salah satu pertimbangan itu tidak terpenuhi, biasanya kita urung membelinya. Pertimbangan-pertimbangan seperti ini tentu lumrah dilakukan.

Tuhan meminta Yeremia agar membeli tanah di Anatot. Hanya saja tanah itu sedang bermasalah. Yerusalem, kota di mana tanah Anatot berada sedang berada dalam kekuasaan Babel. Apa untungnya membeli tanah itu untuk masa depan? Tetapi karena Tuhan yang menyuruhnya, Yeremia pun bertindak tidak masuk akal dengan membeli tanah itu. Dengan membeli tanah serta menyimpan surat-surat tanah dalam sebuah bejana tanah, Nabi Yeremia menunjukkan iman bahwa suatu saat Anatot akan bebas dari penguasaan Babel dan tanah itu akan menjadi tanah milik yang bisa diperjualbelikan lagi oleh Yeremia sesuai petunjuk Tuhan.

Perintah Allah kadang terdengar tidak masuk akal bagi kita. Bahkan Tuhan kerap meminta kita untuk melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan tradisi dunia. Ketika kita mendengar perintah untuk berlaku jujur di tengah lingkungan yang tidak jujur, apakah kita menaatinya? Dunia mungkin saja menganggap komitmen kita untuk hidup bersih dan jujur adalah kebodohan. Dan karenanya, mungkin kita diperlakukan tidak adil. Kehendak Tuhan acap kali bertolak belakang dengan kehendak kita, tetapi ketika kita belajar untuk lebih taat melakukan kehendak-Nya apa pun situasinya, kita percaya bahwa tujuan-Nya selalu indah pada akhirnya.



PERINTAH TUHAN ITU KADANG BERTOLAK BELAKANG DENGAN KEHENDAK KITA,TETAPI SAAT KITA MENAATI-NYA, KITA AKAN BAHAGIA KARENANYA




Wednesday 5 October 2022

Berdiri dalam Barisan Yesus

Sumber : alkitab.mobi

 



RENUNGAN HARIAN
Bacaan : Wahyu 14:1-5
Setahun : Matius 12

Berdiri dalam Barisan Yesus
TB: Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. | Wahyu 14:1 (TB)



Dalam film Terminator, Arnold Schwarzenegger berkata, "I'll be back." Ia berjanji akan kembali, dan pada momen klimaks ia menepati janjinya.

Pada hari Yesus naik ke surga dari Bukit Zaitun, para malaikat berkata bahwa Ia akan kembali dengan cara yang sama (lih. Kis. 1:11-12). Pada akhir zaman, Ia akan turun ke bukit yang sama, tepat seperti janji-Nya (1). Namun, kali ini Ia tidak sendirian. Ada 144.000 orang kudus di belakang-Nya. Mereka adalah angkatan sulung orang percaya yang selama hidupnya setia kepada Tuhan dan hidup dalam kebenaran (4-5). Mereka merepresentasikan Gereja secara keseluruhan.

Pasukan yang berdiri di sisi raja dalam sebuah pertempuran bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka memiliki kualifikasi yang lebih tinggi daripada orang biasa. Serupa dengan itu, Gereja, yang akan memerintah bersama Kristus di dalam kekekalan, haruslah memenuhi kualifikasi yang tinggi. Selama hidupnya mereka setia kepada Tuhan dan hidup dalam kebenaran.

Mari kita bertanya dalam hati, apakah saya telah memenuhi

Mungkin sulit bagi kita untuk memastikannya pada saat ini. Sebab, di dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak kesukaran yang menggoda orang-orang percaya untuk berkompromi terhadap moral, ibadah, atau kebenaran. Bahkan, dalam masa pandemi, banyak orang Kristen meninggalkan barisannya di dalam pasukan Yesus. Mereka tidak menyadari hal itu karena mereka menganggap pengakuan iman seperti vaksin yang cukup disuntikkan dua tiga kali dan manjur sampai Maranata. Kenyataannya, keselamatan harus dikerjakan seumur hidup (lih. Flp. 2:12).

Mungkin Anda dan saya tidak secara harfiah masuk ke dalam barisan pasukan di Bukit Zaitun. Namun, jika kita adalah umat tebusan Kristus, kita pasti akan memerintah bersama-sama Dia. Kenyataan itu layak untuk diperjuangkan, baik dalam keadaan kekurangan maupun teraniaya. Jadikanlah itu tekad pribadi kita, sambil tetap bergantung pada Allah.

Bersukacitalah, Kristus akan segera kembali! [PHM]